Chapter 6
Love, Love, Love (Bahasa Version)"Sial!"
Yifan menjedotkan dahinya ke meja. Dia sedang memegang kalender, baru saja akan menandai kolom hari Minggu dengan janjinya untuk datang ke butik Luhan, ketika dia melihat kalau dia punya janji lain di hari itu. 'Meeting Deer'. Bagaimana bisa dia melupakan janjinya dengan sahabat penanya itu? Dia bahkan belum menelepon Deer, astaga!
Masih dengan rambut basahnya yang belum sempat dikeringkan dengan benar, dan handuk kecil nangkring di atas kepalanya, Yifan mengambil ponselnya dan mencari nama yang baru kemarin dia simpan di dalam ponselnya.
"Ah, ini dia. My Deer."
Yifan kemudan memanggil nomor itu. Panggilannya tersambung dan nada sambungnya berbunyi beberapa lama sebelum akhirnya ada yang mengangkat.
"Yoboseyo?"
Suara itu mengingatkan Yifan akan seseorang, namun Yifan tidak bisa ingat siapa, jadi dia melupakannya dan sebelum membalas sapaan orang itu Yifan menutup mulutnya dengan tangannya. Dia tidak ingin lawan bicaranya mengingat suaranya. "Yoboseyo. Ini dengan.. Deer?"
Terdengar suara jeritan tertahan di seberang sambungan, dan Yifan tidak bisa menahan senyumnya mengetahui Deer senang dirinya akhirnya menelepon. Dia memang sangat imut. "Yeah," terdengar jawaban Deer. "Lax?"
"Laxy Galaxy. Jangan panggil aku dengan Lax, kau tidak menghormati nckname-ku."
Lawan bicaranya tertawa mendengar Yifan. Yifan langsung jatuh cinta mendengar tawa itu. Dia sangat yakin pernah mendengar tawa ini sebelumnya. "Oke, oke, aku minta maaf, Laxy Galaxy," Luhan memberi penekanan pada nama samaran Yifan saat dia menyebutnya dan kembali tertawa. "Boleh aku panggil kau Laxy saja? Lebih hemat waktu dan terdengar lebih akrab."
"Ah, tentu saja."
"Baiklah kalau begitu. Kau.. terdengar berbeda. Maksudku dari sebelumnya, kau tahu.. ketika di radio."
"Oh! Ya, aku.. ketika itu aku sedang sakit batuk," Yifan merasa akan lebih baik jika dia berbohong, dan terkejut sendiri ketika Deer menjawabnya dengan, "Kau terdengar lebih oke ketika itu."
"Uhh," tidak yakin harus menanggapinya dengan cara apa, Yifan hanya bisa mengeluarkan suara bingunya. Deer terdengar khawatir karena Yifan tidak bereaksi dan bertanya padanya apakah candaannya barusan menyinggung. Dia mengatakan pada Yifan kalau dia memang tidak pandai melawak, sering sekali orang-orang tersinggung karena candaannya yang ofensif. Tetapi Yifan mengatakan padanya kalau itu tidak apa-apa, dia sudah biasa mendengar bercandaan seperti itu dan dia sendiri sering mengalami hal yang sama dengan Deer. Deer tertawa lagi mendengar kesamaan nasib mereka, dan Yifan berharap dia bisa terus membuat lawan bicaranya itu tertawa, karena dia sangat menyukai suara tawa itu. Mengingatkan dia akan suara tawa Luhan yang merdu.
Tunggu. Tidak seharusnya aku memikirkan itu. Kenapa tiba-tiba aku teringat sepupu Seunghyun itu? pikirnya.
"So.. mengenai hari Minggu.." Yifan berusaha menghapus pikirannya tentang Luhan dan berkonsentrasi pada lawan bicaranya sekarang. Orang yang sangat ingin dia temui sekarang ini.
"Ah! Aku memang menunggu teleponmu untuk membicarakan rencana kita hari Minggu nanti!"
Yifan langsung merasa bersalah mendengar nada bicara Deer yang ceria. Yifan bukan tipe orang yang mudah membatalkan janjinya walaupun mungkin dia terlihat seperti orang yang seperti itu. Dia orang yang tepat janji, dan merasa sangat bersalah karena melupakan pertemuannya dengan sahabat penanya ini dan sekarang harus membatalkannya. Ini akan menghancurkan hati Deer.
"Ah, Deer, maafkan aku, tetapi.. aku rasa kita harus menyesuaikan jadwal kita lagi," Yifan buru-buru berkata sehalus mungkin. Dia tidak mau mendengar betapa Deer bersemangat untuk bertemu dengannya hanya untuk menghancurkan hatinya kemudian. Lawan bicaranya terdiam untuk beberapa lama, sampai Yifan yakin kalau dia telah memutuskan sambungan telepon mereka. "Deer?"
Untunglah ternyata Deer masih tersambung. "Ah, ya, Laxy. Sebenarnya.. sebenarnya aku juga mau mengatakan hal yang sama. Kita harus menjadwal ulang pertemuan kita. Ada sesuatu yang penting mendadak harus kulakukan—bukannya kau tidak penting—tapi.. masalah keluarga. Aku harap kau mengerti."
Yifan tidak tahu harus merasa sedih, atau justru lega mendengar jawaban Deer. Dia sedikit lega karena Deer juga ada acara mendadak sehingga jadwal pertemuan mereka memang harus mundur, tetapi dia juga merasa sedikit sebal karena seakan-akan di nomor duakan oleh temannya itu. Yah, siapa dia kalau ingin protes? Bagaimanapun toh Yifan juga yang melupakan janji mereka, jadi Yifan HARUS mengerti. "Tentu, tentu saja aku mengerti. Tidak apa-apa. Aku tidak tahu kapan tepatnya aku punya waktu luang, aku sangat sangat sibuk seminggu ke depan ini. Tetapi aku pastikan kita tidak akan lose contact."
"Ah, ya. Jadwalku seminggu ke depan juga penuh. Jadi.. umm, aku harus pergi dulu, Laxy."
Ingin rasanya Yifan menggeram mendengar Deer menyudahi panggilan itu. "Mm, aku.. aku akan meneleponmu lagi secepatnya."
"Jangan!" jawaban Deer mengejutkan Yifan. "Jangan. Lebih baik kalau kita saling mengirim surat saja. Aku rasa itu akan lebih.. menyenangkan. Dan.. oh jangan lupa kau belum mengirim fotomu lagi!" Deer buru-buru menagihnya.
"Apa? Hey, kau pikir aku bisa menemukanmu diantara.. berapa banyak, mungkin.. 100 anak itu? Kau pikir aku paranormal?"
Comments