Chapter 13
Love, Love, Love (Bahasa Version)Hari pernikahan Luhan dan Fei datang begitu cepat. Luhan tidak menyadari betapa cepatnya waktu berlalu sampai waktu itu tiba-tiba datang. Luhan tidak bisa bilang dia mencintai Fei, tetapi dia mengagumi gadis itu, dan dia senang melihat Fei senang. Fei banyak mengingatkannya pada Li. Dan Luhan sangat senang mengetahui calon istrinya ini sangat mencintai Yifan. hampir semua yang mereka bicarakan setiap mereka bertemu adalah Yifan. Luhan tidak akan terkejut jika Fei menikahi Yifan andai saja mereka bukan saudara kandung.
Di hari pernikahannya, Luhan datang pagi-pagi sekali ke rumah mewah keluarga Wu. Tim tata rias sedang merias calon pengantin wanitanya, jadi Luhan diminta menunggu gilirannya. Setelah mengambil teh yang sudah disediakan bagi tim panitia pernikahan di dapur, Luhan memutuskan untuk pergi ke ruang tengah dan melihat apa dia bisa tidur sebentar di situ. Luhan jarang sekali datang ke rumah ini. memang dia pernah masuk beberapa kali ketika menjemput Fei untuk mengurus pernikahan mereka, tetapi Luhan lebih sering menunggu luar. Teras adalah tempat favoritnya, juga dapur. Fei memang calon istrinya, tetapi dia tetap tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa dia tidak mengenal Fei dan masih menjaga jarak dengan gadis itu, juga dengan keluarganya. Ruang tengah keluarga Wu begitu hangat dan terasa kekeluargaannya. Begitu banyak foto-foto keluarga juga foto anak-anak Wu yang dipajang di ruangan ini. Darah Luhan berdesir ketika dia melihat Yifan di foto-foto keluarganya. Oh betapa dia merindukan senyuman yang sudah lama tidak dia lihat itu. Sudah tiga bulan Yifan pindah ke Amerika. Ingin sekali rasanya Luhan menyusulnya ke sana, menemuinya. Atau paling tidak meneleponnya. Dengan baik hati Jaejoong dan Yoochun memberikan alamat dan nomor telepon yang Yifan gunakan di sana, tetapi Luhan tidak memiliki keberanian unuk menghubungi pemuda itu. Luhan sangat takut akan penolakan Yifan. Apa yang akan dia lakukan kalau Yifan menolak panggilannya? Bagaimana kalau ternyata Yifan sudah menemukan orang lain di sana? Luhan tidak ingin mengambil resiko. Lagipula, Fei memberitahunya kalau Yifan bekerja dengan sangat baik di sana. Sedikit mengkhawatirkan memang ketika Fei bilang terakhir kali dia dan adiknya itu berhubungan dengan Skype, Yifan tampak jauh lebih kurus dan kurang tidur. Luhan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika mendengar ini dan Fei yang melihat kekhawatiran terpancar dari mata Luhan mengatakan pada calon suaminya itu kalau Yifan akan baik-baik saja. Adiknya itu kuat. Luhan tidak tahu apakah Yifan akan pulang untuk menghadiri pernikahan Fei. Seharusnya dia pulang kan? Seraya menggelengkan kepalanya, Luhan tertawa kecil. Tentu saja dia akan datang, bodoh. Ini kan pernikahan kakaknya.
Luhan kembali menelusuri satu per satu foto-foto yag terpajang di ruangan itu. Foto-foto keluarga Wu, foto masa kecil Fei—memang gadis itu sejak kecil sudah sangat cantik—dan foto-foto Yifan ketika kecil. Astaga, Yifan begitu lucu, pikir Luhan sambil tersenyum melihat foto yang tampak familiar. Apa Yifan pernah menunjukkan foto ini padanya sebelumnya? Sangat lucu. Rasanya Luhan ingin mencubut pipi Yifan kecil. Seandainya Yifan tetap seperti—tunggu dulu. Sebuah perasaan aneh yang hampir seperti rasa mual menghampiri tubuh Luhan. Dia tahu foto ini. bukankah ini foto yang Laxy kirimkan padanya? Luhan mendekati foto yang terpajang di dinding itu, mempelajarinya lebih seksama. Semua yang pernah Laxy kirim padanya dia simpan di sebuah kotak yang dia taruh di dalam lemarinya, bagian terdalam lemarinya. Tetapi semua yang Laxy kirimkan padanya, juga disimpan dan diingatnya di hatinya. Melihat foto ini, positif kalau itu adalah salah satu foto yang pernah dikirim Laxy, membuat Luhan merasa kakinya lemas. Dengan cepat pemuda ini kembali ke sofa, menghempaskan dirinya di sana sebelum menaruh gelas tehnya di meja di hadapan sofa itu. Tidak, ini tidak mungkin terjadi, tidak, Luhan mengelus-elus dadanya yang bergerak ekstrim menarik napas dalam. Dia bersadar di sofa itu, masih dengan wajah shocknya dan mulut terbuka lebar. Ini tidak mungkin. Aku pasti salah lihat. Mungkin mereka memang mirip. Banyak kan orang yang mirip di dunia ini? Luhan terus meyakinkan dirinya sendiri kalau itu bukan Laxy. Kalau itu adalah Yifan dan matanya sedang menipunya.
"Oh, Luhan, kau kenapa?" Nyonya Wu masuk ke ruang tengah dan melihat Luhan dalam keadaan seperti itu – pucat dan tampak sangat terpukul akan sesuatu – dia merasa khawatir. "Kau tidak apa-apa?"
Luhan sedikit terlonjak ketika mendengar suara Ny. Wu. Dia tidak menyadari calon ibu mertuanya itu ada di ruangan yang sama dengannya. Dia segera menutup mulutnya, melemparkan senyum palsunya pada wanita itu. "Ah, ti..tidak apa-apa. Aku hanya sedikit mengantuk."
Senyum yang diberikan Ny. Wu padanya sangat mirip dengan senyuman yang biasa Yifan berikan padanya, membuat Luhan makin meri
Comments