Chapter 12

Love, Love, Love (Bahasa Version)
Please Subscribe to read the full chapter

Luhan baru saja akan keluar dari kantor pos, sedikit kecewa karena tidak berhasil menemui Liu Wei, ketika tukang pos itu melompat turun dari sepedanya dan melambai riang padanya.

 

"Oh, Paman," Luhan membungkuk hormat pada Liu Wei, "Apa kabar? Aku mencarimu dari tadi."

 

"Ah, aku baik-baik saja, Luhan-ah." Liu Wei menjawab Luhan seraya menuntun sepedanya ke tempat parkir sepeda. Luhan menunggunya memarkir sepedanya lalu mengikuti pak tua itu kembali ke dalam gedung. "Sudah lama sekali kau tidak kemari. Apa terjadi sesuatu?"

Luhan tidak menjawab Liu Wei, hanya tersenyum pada tukang pos itu sambil menyodorkan sebuah kartu undangan. Liu Wei tersenyum lebar ketika melihat kalau itu adalah sebuah undangan. "Kau akhirnya bertemu dengannya?"

 

Luhan, yang sudah mengecat rambutnya hitam kembali untuk pernikahannya, hanya bisa tersenyum kecil. "Bukan. Bukan dia," jawabnya, mengetahui siapa 'dia' yang dimaksud Liu Wei.

 

Liu Wei mengerutkan dahinya mendengar jawaban Luhan. Dia pikir Luhan jarang berkunjung karena terlalu senang sudah menemukan sahabat penanya karena kabar terakhir yang Liu Wei dengar dari Luhan adalah bahwa sahabat penanya akan datang ke Beijing dan Luhan berencana bertemu dengannya.

 

"Wu.. Wu Yi Fei?" memastikan bahwa yang dinikahi Luhan bukan sahabat penanya—meskipun Liu Wei tidak tahu nama aslinya, Liu Wei yakin Luhan bercerita pada dirinya kalau sahabat penanya adalah seorang lelaki—tukang pos ini membaca lagi nama yang tertulis di undangan berwarna merah marun itu.

 

Liu Wei bisa melihat senyum terpaksa yang Luhan berikan untuknya. Liu Wei tidak suka senyuman itu. Lelaki tua ini beranjak duduk di sebuah kursi panjang di dekat mereka, menepuk tempat kosong di sebelahnya agar Luhan duduk di sebelahnya.

 

"Apa yang terjadi pada Lax?"

 

"Laxy Galaxy, Paman," Luhan mengoreksi Liu Wei. "Kita harus menghormati nicknamenya," Luhan memberitahunya, berusaha tersenyum di atas rasa mual yang menderanya ketika mengingat percakapannya di telepon dengan pemuda itu. Liu Wei tertawa kecil mendengar perkataan Luhan. "Paman, sesungguhnya aku kesini.. aku ingin memberitahumu kalau.." Luhan terdengar ragu-ragu. Dia memang sebenarnya tidak mau melakukan ini. "Aku.. ingin menutup PO Box-ku."

 

Liu Wei tampak terkejut dengan pernyaantaan Luhan. Sambil memajukan duduknya mendekati Luhan, pria tua ini bertanya, "Maaf, barusan kau bilang apa?" Liu Wei yakin dirinya salah dengar. "Kau mau apa?"

 

Luhan sudah menduga reaksi Liu Wei. Pak pos itu pasti sangat terkejut. "Aku.. sudah berhenti menulis pada Laxy sejak beberapa waktu lalu dan aku rasa.. aku akan berhenti menulis padanya selamanya.."

 

Ya, Luhan memang sudah tidak mengirimkan surat pada Laxy lagi sejak beberapa saat lalu. Setelah kejadian memalukan di Wangfujing itu, Luhan mengirimkan puluhan surat pada Laxy. Tidak satupun balasan dia terima dari sahabat penanya itu. Luhan sangat terpukul. Di atas semua itu, Yifan menghilang secara tiba-tiba dari kehidupannya. Sejak malam itu, malam di mana dia memberitahu Yifan tentang Laxy dan pemuda itu lari darinya, Yifan tidak pernah kembali. Malam itu Luhan merasa sangat yakin akan perasaannya pada Yifan; dia menyukai Yifan, dia menginginkan Yifan. Dia merasa nyaman dengan Yifan sehingga memutuskan untuk memberitahu dulu crush-nya terhadap Laxy sebelum akhirnya mengakui cintanya pada pemuda yang lebih muda darinya itu. Dia sadar bahwa sangat tidak mungkin seseorang mencintai 2 orang sekaligus, dan Luhan memutuskan bahwa perasaannya pada Laxy hanyalah kekaguman. Bagaimana mungkin dia menyukai seseorang yang belum pernah dia temui sebelumnya?

 

Setelah Laxy "mencampakkannya" di hari seharusnya mereka bertemu, Luhan menjadi semakin yakin akan perasaannya pada Yifan. Sahabat penanya itu bahkan tidak bisa memegang satu janjinya, membiarkan Luhan menunggu 3 jam, 3 jam! Dan tidak menampakkan dirinya samasekali. Mengucapkan selamat tinggal melalui telepon adalah sikap yang sangat pengecut bagi Luhan. Menganggap bahwa Laxy dan Yifan adalah orang yang sama merupakan sebuah kesalahan besar. Mereka sangat berbeda. Paling tidak Yifan tidak mencampakkan dan meninggalnya seperti itu. Paling tidak Yifan selalu ada untuknya.

 

Well, paling tidak Luhan berharap seperti itu, karena Yifan tidak pernah ada untuknya sejak malam itu. Luhan berusaha menghubungi Yifan di hari dia dicampakkan Laxy, berharap pemuda itu akan ada untuknya, mendengarkan segala keluh kesahnya dan membiarkan Luhan menagis di bahunya. Tetapi kenyataannya Luhan tidak bisa menghubunginya. Mereka baru bertemu lagi seminggu setelah makan malam keluarga mereka. Ketika itu Yifan datang menemani kakaknya untuk mencoba gaun pernikahannya di butik Luhan. Hari itu Luhan merasakan perubahan Yifan. Pemuda tampan itu diam seribu bahasa. Tidak ada lawakan garing atau ledekan-ledekan yang keluar dari mulutnya untuk Luhan. Yifan menghindari kontak mata dengan Luhan. Dia sangat lesu, lingkaran hitam di bawah matanya nyaris menyamai lingkaran hitam di mata panda Tao. Orang ini ada bersamanya, tetapi tidak berbicara sepatah katapun pada Luhan; Yifan tidak berbicara sepatah katapun pada siapapun. Setiap Fei mencoba gaun dan bertanya pada adiknya apa dia tampak cantik, Yifan hanya mengangguk dan tersenyum kecil, menatap Fei dengan tatapan tersedih yang pernah Luhan lihat. Ini menyakitkan untuk Luhan. Karena tidak ingin Fei merasa sedih, Luhan berusaha tampak ceria. Dia memuji tunangannya dan setiap gaun yang ia pakai. Luhan tidak berbohong, calon istrinya itu memang tampak cantik memakai gaun apapun. Tetapi mengapa ini semua terasa janggal? Mengapa sangat sakit rasanya ketika Yifan bukan orang yang merencanakan pernikahan ini bersamanya?

 

"Kau akan menutup PO Box-mu?" pertanyaan Liu Wei menarik Luhan dari lamunannya. "Hanya karena kau akan menikah? Kau tidak bisa begitu! Kau tidak kehilangan teman hanya karena pernikahan!" Liu Wei, yang tahu orientasi ual Luhan sejak dulu, dan membaca perubahan sikapnya sejak mengenal sahabat penanya, merasa sedikit sedih. Dalam hatinya dia mengharapkan sebuah akhir yang bahagia untuk Luhan dan Laxy, tetapi ending yang seperti ini mengejutkannya.

 

Pria tua ini tersenyum ketika sahabat mudanya ini mengusap matanya yang sedikit basah. "Aku.. Semua yang ada di dalam hidup kita adalah sebuah pilihan, Paman. Pilihan kita. Tetapi ketika hidup mempermudah kita dengan memilih sebuah jalan untuk kita, apa kita bisa mengubahnya?"

Ya, Liu Wei ingin menjawab. Ya, kau bisa jika kau berusaha. Tetapi kata-kata itu tidak pernah dikeluarkannya. Setelah mendapatkan janji Luhan bahwa dia masih akan sering berkunjung walaupun sudah tidak punya PO Box, dan setelah berjanji akan datang di pernikahannya, Liu Wei menatap punggung Luhan yang meninggalkan kantor pos itu.

 

"Aku mendoakan yang terbaik untukmu, kawan."

 

 

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

 

"Yah yah yah.. kenapa wajahmu tampak sedih begitu sepupuku?"

 

Seunghyun yang baru saja kembali dari bulan madunya beberapa hari yng lalu duduk di samping Luhan di salah satu sofa di dalam ruang rekamannya. Seunghyun masih cuti, tetapi tetap datang ke studionya untuk mengawasi jalannya beberapa rekaman. Ketika Luhan meneleponnya dan berkata dia merindukan kakak sepupunya ini, dia langsung mengajak Luhan bertemu di studio.

 

"Kau seharusnya senang, pernikahanmu kan tinggal beberapa hari lagi."

 

Luhan tidak menjawab. Dia fokus melihat sebuah foto di atas meja di hadapannya yang menggambarkan Seunghyun, Yifan, Jiyong dan Youngwoon bersama di pesta pernikahan Seunghyun dan Jiyong kemarin.

 

Yifan. sudah lebih dari 2 bulan Luhan tidak bertemu dengannya. Dia pernah menelepon kantor Yifan, tetapi selalu ada saja alasan staffnya yang membuatnya tidak bisa meneruskan panggilannya ke Yifan, baik itu karena rapat atau karena hal lain. Dia ingin sekali meminta nomor ponsel Yifan pada orang-orang yang mengenal eksekutif muda itu, tetapi tunangan macam apa Luhan meminta-minta nomor adik tunangannya pada orang-orang? Dengan alasan yang sama, Luhan menahan diri agar tidak menanyakan nomor ponsel atau kabar Yifan dari Jiyong ataupun Seunghyun. Dari cerita Fei, di malam perkenalannya dengan Luhan itu Yifan tidak pulang ke rumah. Sejak itu dia jarang ada di rumah dengan alasan perkerjaan. Fei mengatakan pada Luhan tahu butuh lebih dari pekerjaan untuk membuat Yifan tega meninggalkan kakaknya sendirian setiap malam di apartemen, tetapi apa alasannya Fei juga belum tahu. Apa yang terjadi pada Yifan? Apa yang terjadi malam itu? Apa salah Luhan? Kenapa Yifan menolak segala bentuk kontak dengannya sejak itu?

 

"Hey," Luhan terlonjak ketika tangan Seunghyun menepuk lututnya.

 

"Oh, Seunghyun Hyung," jawabnya dengan suara lemah. Melihat reaksi Luhan, Seunghyun mengerutkan alisnya. Dia tahu sepupunya ini orang yang bertingkah arogan, bossy dan seringkali menyusahkan orang lain, tetapi di hadapannya dan Jiyong, juga keluarganya, Luhan selalu imut dan ceria. Jarang sekali Seunghyun melihatnya sedih, kecuali sekali itu, ketika Luhan ke rumahnya suatu malam dengan berlinang airmata dan bersumpah di pangkuan Seunghyun bahwa dia tidak akan pernah memaafkan Li karena membuat orangtua mereka meninggalkannya sendirian di Beijing (yang tentu saja, sumpah itu dilanggar oleh Luhan).

 

"Ada apa?" Seunghyun menumpukan sikunya di lutut dan menahan dagunya di atas tangannya. "Kau tampak.. hampa. Hilang."

 

"Aku.. aku memang sedang hilang, Hyung," Luhan menjawabnya dengan jujur. "Hyung.. apakah kau.." Luhan memulai dengan ragu, tetapi tatapan Seunghyun yang menenangkannya membuatnya yakin. "Apa kau.. mendengar kabar dari Yifan akhir-akhir ini?"

 

Seunghyun menegakkan duduknya mendengar ini. dia mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum kecil. "Yifan?"

 

Luhan mengangguk malu. "Aku.. uh.. tidak mendengar kabarnya beberapa minggu terakhir ini. Apa dia sehat?"

 

"Benarkah kalian tidak berhubungan?" tanya Seunghyun dengan nada tidak percaya. "Aku pikir kalian berhubungan. Maksudku.." cepat-cepat dia lanjutkan perkatannya. "Maksudku kalian akan menjadi keluarga kan?”

 

Sebenarnya Seunghyun tidak setuju dengan pernikahan Luhan dan Fei. Dia menyukai Fei, sungguh gadis itu sangat cantik dan baik dan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
alphabetkyu #1
Chapter 15: Happy endiing~~ ? yeiiyy
Akhirnyaaa sempet sedih juga mikir bakal sad ending tp ternyata enggaaa >< krishan bersatu yeiiyy!!!

Maaf authornim...baru komen di chap terakhir hehe soalnya penasaran bgt sama ceritanya .trus jg kalo komen di chapter2 sblmnya suka ga ke load lg ? hehe

Aku suka ceritanyaaa jjang ^^
churaphica #2
Chapter 15: yeayyy... happy ending

buat authornya daebakk.. mian baru comment di akhir, klo tiap chap comment dlu suka ga nyambung ke next chap nya \/ mianhae.. *bow 90°*

ikut nyesek lhoo pas yifan tau luhan - deer itu 1 org dan ternyata calon kakak iparnya.. but endingnya aku sukaaaaaaa akhirnya krishan bersatu..
gomawoyo.. hehe
sendulce #3
Chapter 15: aah pantes ada versi GDTOP nyaa~ soalnya berasa janggal klo dijadiin krishan. tapii sweeet bgt ceritanyaa~
ending yang bahagia untuk merekaa 👏👏👏
kannykim
#4
Chapter 15: Yeah.... happy ending ^^
Suka bgt sama ffnya, krislu so sweett bgt
Bikn krislu ld donk thor. Ak tunggu ya ^^
Fighting!
kannykim
#5
Chapter 1: Maaf baru koment tp aku suka bgt ama krislu dan seneng bgt ada yg bikin ff krislu ^^
mannuel_khunyoung
#6
Chapter 1: Wow, bagus banget ceritanya. And this is my first time to read exo's fanfic^^
iamgalaxyboy #7
Chapter 15: yeay makasih udah nyelesain cerita nya thor wkwkw awal baca chapter ini nyesek eh akhirnya duh terhura :'v buat cerita lagi yg fanhan yak thor :D
tyfan9490 #8
Chapter 15: Ya ampun happy ending... Love love love
ditunggu karya epepselanjutnya ye :)
happyviruses92 #9
Chapter 15: baru baca ;;; tapi sekalinya baca langsung dihajar sampe tamat sampe nangis2 gara2 kesel sama kris TT-TT
aku merasa bersalah karena baru ngomen eon huhu
tapi keren bgt aku suka cerita teman penanya antimainstream bgt :'D
kalian emang maho sejati~~ hidup fanhan~~~ XD
keren eon~ kutunggu cerita2 lainnya fufufu XDD
chisss #10
Chapter 15: yei akhirnya update juga, bagus bgt aku tdak bisa komentar bnyak, ending yg bahagia