Chapter 6 - Winter

PREGNANT AFFAIR
Please Subscribe to read the full chapter

New York, 20 Desember 2014

Jun Myeon menatap ponsel di genggamannya, sebuah pesan baru saja masuk dan itu adalah pesan kesembilan dari Sybil berisi Video dan Foto terbaru Yeoreum yang menginjak usia empat bulan sekarang. Jun Myeon tidak pernah berfikir jika seorang Jung Sybil yang acuh terhadap pernikahan dan membenci anak kecil dapat merawat Yeoreum hingga anak laki-laki itu tumbuh denganbaik.

Selama empat bulan terakhir Sybil hanya mengirimkannya pesan, beberapa foto dan juga video Yeoreum. Ketika Sybil menelepon, Jun Myeon akan berpura-pura sibuk padahal ia berusaha menahan tangan untuk mengangkat panggilan tersebut.

Sybil juga mengatakan di salah satu pesannya beberapa waktu lalu, Chanyeol dan dirinya sudah memilih panggilanpada diri mereka sendiri untuk Yeoreum, Mom & Dad. Sybil bilang Chanyeol kurang menyukai panggilan kebarat-baratan tersebut, tapi dia juga tidak suka di panggil Appa, dia tidak suka di panggil Abeoji dan sebagainya.

" Menyebalkan!" itu adalah tanggapan yang keluar ketika Jun Myeon membaca pesan tersebut.

Di Video yang sedang Jun Myeon tonton, Yeoreum dengan pipi gembul tengah tertawa memperlihatkan gusi merah dan lesung pipi di sebelah kanan ketika suara berat Chanyeol terdengar berkata 'Peek a boo'diikuti suara tawa renyah Sybil. Panjang Video itu hampir 1 menit dan itu hanya berisi bagaimana Yeoreum tertawa geli ketika 'Daddy'nya berkata "Peek a boo".

Jun Myeon menghela, ia sangat ingin bertemu Yeoreum, ingin memeluk bayi itu dan mengajaknya bermain Peek a boo juga. Namun, ia menghindar. Iya, Kim Jun Myeon sedang menghindari Jung Sybil. Kenapa? Tentu saja karena Park Chanyeol.

Jun Myeon masih ingat bagaimana perlakuan lembut Chanyeol pada sahabatnya tersebut di Ruang Persalinan, bagaimana Chanyeol menyentuh bahu telanjang Sybil, bagaimana Chanyeol tanpa ragu dan malu memeluk Sybil ketika bayinya telah lahir seolah itu adalah anak kandungnya sendiri dan bagaimana Chanyeol bersikap menjadi suami dan ayah yang baik disana.

Perlakuan-perlakuan yang terlihat oleh orang sebagai perlakuan normal suami kepada istrinya setelah melahirkan itu membuat Jun Myeon terganggu. Fakta bahwa Park Chanyeol menikah dan menjadi suami sah Jung Sybil menurut Negara serta agama membuat Jun Myeon mual, mereka hanya menikah karena berusaha saling menguntungkan, dimana Sybil mengambil kesempatan salah paham yang terjadi karena media dan Chanyeol mengambil keuntungan pada bayi Sybil agar kedua orangtua pria itu menyetujuinya menikah dengan kekasih yang tidak bisa hamil mungkin karena Infertil (mandul).

Tapi, mengapa mereka jadi begitu dekat? Sejak kapan? Padahal, Jun Myeon selalu berada di dekat Sybil bahkan sejak hari pertama sahabatnya itu menikah. Ia menemani Jung Sybil makan Yangnyeom Tongdak, menunggui bahkan mengantar Sybil kemanapun selama Chanyeol pergi ke Luar Negeri untuk menyelesaikan bisnisnya, Jun Myeon sudah sebisa mungkin membuat Sybil tidak terlalu dekat dengan Park Chanyeol. Namun, bagaimana mungkin Sybil dan Chanyeol bisa bersama-sama masuk ke dalam kelas hamil? Belajar bersama tentang kehamilan dan melahirkan? Bagaimana mungkin Sybil dengan mudah membuat Chanyeol bergaul dengan para calon ayah lain yang tentu saja itu adalah anak kandung mereka.

Dia cemburu.

Jun Myeon mendengus, sebaiknya dia tidak perlu berfikir lagi. Pikiran-pikiran itu sudah berkecamuk di otaknya selama empat bulan terakhir meskipun ia tidak dapat jawabannya. Padahal, Jun Myeon merasa sangat akrab pada Chanyeol awalnya, itu karena Chanyeol terlihat baik dan bertanggung jawab untuk Sybil.Namun, ia segera menyadari, seperti yang ia rasakan, laki-laki dan perempuan tidak bisa memiliki ikatan persahabatan.

Salah satu dari mereka pasti akan mencintai dalam diam. Itulah apa yang terjadi pada Jun Myeon selama hampir 10 tahun hidupnya.Ia mencintai Sybil, tidak sebagai adik, tidak sebagai saudara atau sahabat, ia mencintai Sybil sebagai seorang pria terhadap wanita. Jun Myeon pertama kali menyadarinya ketika Sybil harus pergi ke Korea setelah ayah Sybil membunuh istrinya dan masuk penjara, berjauhan dengan Sybil membuat ia hampir gila setiap hari meskipun mereka bisa berbicara di telepon maupun ngobrol di e-mail. Dan ketika ia bertemu Sybil setelah berpisah hampir dua tahun, Jun Myeon langsung menyadari kalau ia mencintai Sybil ketika melihat gadis kecil dengan rambut panjang sepinggang dan poni pendek keluar dari Terminal A4 mendorong koper tersenyum lebar, berlari memeluknya erat.

Jun Myeon berhati-hati agar tidak menunjukkan pada Sybil betapa ia mencintai sahabatnya tersebut, bahkan ketika ia mengetahui jika Sybil melakukan seks pertamanya dengan si anak China.Ia marah, ingin bertanya dengan penuh teriakan pada Sybil apakah yang anak China itu katakan di sekolah tentang pengalaman seks pertamanya dengan Jung Sybil itu benar atau tidak, namun ia hanya berakhir memukuli anak China tersebut dan mengancamnya untuk tidak mendekati Sybil lagi.

Hanya itu yang dapat ia lakukan, mencintai Sybil dalam diam meskipun rasanya menyakitkan, bahkan sangat menyakitkan ketika suatu hari Sybil mengatakan ia berpacaran dengan seorang pria beristri.

Tak ada yang dapat Jun Myeon lakukan selain berdiri di sisi Sybil meskipun hatinya sakit. Ia tidak ingin menyatakan perasaannya sendiri pada Sybil, ia takut, takut jika Sybil membuat jarak yang tidak dapat ia jangkau.

Kali ini, hatinya tidak dapat lagi menerima ketika Chanyeol mengganti posisinya berada disebelah Sybil, bahkan lebih dekat dan intim melebihi dirinya. Dan, disinilah ia sekarang, New York.. Mencoba untuk memperbaiki hatinya yang remuk karena melihat Chanyeol dan Sybil, namun juga karena ia harus melakukan penelitian untuk tesis terakhir dan mendapatkan gelarnya segera.

Jun Myeon terbatuk.

" Kau baik-baik saja? Wajahmu menakutkan Jun, kantung mata berwarna hitam itu tidak sesuai denganmu.." Sebuah suara mengalihkan pandangan Jun Myeon.

Seorang pria berkulit putih susu, berwajah cantik, dengan rambut hitam dan bibir mengerucut lucu berdiri memasang tampang bingung pada Jun Myeon.

" Aku baik-baik saja, Baek.." Gumam Jun Myeon, menghentikan batuknya yang parah, mengambil salah satu mug dipegangan pria 25 tahun di depannya.

" Batukmu sangat parah, penelitianmu membuatnya lebih parah bukan?" Pria itu kembali bersuara, duduk di sebelah Jun Myeon.

Jun Myeon terkekeh, penelitian tesis tidak memperparahbatuknya, hanya saja perasaan merindukan Sybil yang memperparah sakitnya.

" Jadi, kenapa kau tinggal di tempatku selama seminggu ini?" Baekhyun menyimpan mugnya di atas meja kecil sebelah sofa, memulai obrolan terlebih dahulu.

" Kau kan temanku Baek, aku harus menumpang tinggal pada siapa lagi selain denganmu?"

" Jun, keluargamu hidup disini. Seluruhnya. Itulah yang kau katakan padaku beberapa tahun lalu.."

" Anggap aku tidak pernah mengatakannya, aku hidup sendirian sekarang.." Jun Myeon berkata, menyesap isi mugnya.

Baekhyun menaikkan bahu, menyalin apa yang Jun Myeon sekarang lakukan. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.

" Lalu, apakah pemilik cafe baik hati itu yang membuatmu berada disini?" Tanya Jun Myeon membuka pembicaraan.

" Begitulah.." Baekhyun berkata.

Mereka terdiam sesaat, asik dengan pikiran masing-masing.

" Kau masih berpacaran dengan---em---dia---yang tidak pernah kau sebutkan namanya?" Jun Myeon berkata dan melirik Baekhyun yang sekarang sudah tersenyum kecil di sampingnya.

" Tidak, kurasa kami sudah putus Jun.."

" Dia meninggalkanmu?" Tanya Jun Myeon sekali lagi.

" Aku ditinggalkan dan aku berusaha meninggalkannya di awal, sesuatu terjadi Jun, aku tidak bisa mempertahankan hubunganku dengannya.." Baekhyun menjawab dengan pelan, mengganti posisi duduknya.

" Kau masih mencintainya kan?"

Baekhyun melirik Jun Myeon.

" Tentu saja, aku sangat sangat mencintainya.. Kurasa, suatu hari aku ingin memulai hubunganku lagi dengannya.."

" Kau bisa memulai hubungan denganku kalau mau.."

Baekhyun menatap sinis Jun Myeon yang sekarang sudah tergelak di sampingnya.

" Ngomong-ngomong Jun, kau masih berpacaran dengannya?"

" Hm? Siapa?"

" Gadisyang pernah kau ajak ke Cafe dulu.."

" Yui ?" Jun Myeon menebak namanya. Baekhyun mengangguk seketika.

" Kenapa tiba-tiba kau berbicara tentangnya?"

" Sebenarnya beberapa waktu lalu aku bertemu dengan Yui di Universitasku, Yuibilang jika tahun ini dia melanjutkan study ke New York setelah lama mengambil cuti.. Kudengar, dia sudah memiliki tunangan.."

Jun Myeon tersedak ludahnya sendiri ketika Baekhyun berkata demikian.

" Aku mendengarnya kalau dia ke New York, tapi aku tidak tahu jika dia sudah memiliki tunangan.."

" Kupikir itu kau, mereka bilang tunangannya berdarah Korea. Tapi, ia membatalkan pertunangan tersebut sebelum ke New York.." Baekhyun menjelaskan. Jun Myeon terdiam.

Ia memang pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Yui, namun itu hanya karena ia ingin melupakan Sybil. Yui perempuan yang baik, sayangnya, ia menghilang tanpa jejak ketika Jun Myeon mulai membuka hatinya, bahkan wanita itu mengambil cuti dari kuliah dan Jun Myeon tidak dapat menemukannya. Kisah cinta Jun Myeon begitu menyedihkan.

" Ngomong-ngomong Jun, kurasa tahun depan aku akan melakukan magang pertamaku. Apakah kau tahu salah satu pemilik butik atau Designer untuk menampungku?" Baekhyun bertanya sambil berjalan menuju dapur dengan membawa dua buah mug.

" Kau mengambil Fashion Design?" Jun Myeon balik bertanya, mendekati Baekhyun duduk di meja makan.

" Iya, aku sempat bingung apakah akan melanjutkan kuliah di bidang musik atau tidak, tapi seperti yang kau tahu aku pandai mendesain baju dan juga memainkan warna.. Kurasa, Fashion Design cocok untukku.." Baekhyun menjelaskan panjang lebar.

" Apakah kau akan magang di Korea?"

" Entahlah, kupikir aku akan beruntung jika mendapatkan jadwal magang di Korea. Aku bisa menumpang tinggal di Apartementmu.."

Jun Myeon mendelik.

" Maaf, Apartementku hanya bisa dimasuki gadis cantik.."

" Aku cantik, walaupun bukan seorang gadis.."

Jun Myeon terkekeh.

" Aku mempunyai kenalan seorang Konsultan Fashion, kurasa kau bisa bekerja dengannya Baek.."

" Benarkah? Siapa namanya?"

" Jung Sybil.."

Dan Baekhyun membeku di tempat.

...

Seorang perempuan berambut sebahu menatap jalanan New York yang tertutup salju putih. Bibirnya sedikit membiru dan pipinya memerah mengingat ia sudah hampir satu jam berada diluar, meskipun jaket bulunya tebal serta terlihat hangat tetap saja angin-angin musim dingin yang menerpa wajahnya menusuk setiap inci pori-pori kulit.

Orang-orang berlalu lalang di hadapannya, berduaan, bergandengan, perempuan itu melirik mereka yang berjalan dan mendengus. Ini malam natal dan ia merasa sendirian.Menatap kertas dihadapannya sekali lagi, ia menghela. Hasil laboratoriumnya telah keluar dan sangat menyedihkan melihat hasil yang ia tunggu-tunggu, padahal ia berharap keajaiban terjadi di malam natal.

" Yui.."

Perempuan itu menoleh ketika namanya disebut, sesosok pria dengan mantel hitam berdiri dari balik pintu sebuah cafe. Matanya yang sayu menatap tajam ke arahnya, Yui ---nama si perempuan--- menunduk seketika.

" Kemari, bagaimana hasil tesnya?" Lelaki itu bertanya dengan wajah hampir tidak mengeluarkan ekspresi, suaranya tegas dan terkesan dingin.

" PCOs positif.." Suara perempuan itu nyaris tak terdengar kalau saja si pria tidak mendekatkan telinganya pada bibir mungil tersebut.

Zhang Yixing menatap Yui dengan tatapan yang sulit di artikan maksudnya.

" Masuklah ke mobil, kita pulang, aku akan bicara kepada orangtuaku.."

Yui menahan nafasnya, ia menyentuh punggung tangan Yixing.

" Kumohon.. Aku mohon tidak katakan apapun pada orangtuamu, Yixing.."

Yixing melirik Yui. Tanpa bicara sepatah katapun pria itu melepaskan pegangan Yui dan berlalu masuk ke dalam cafe.

——————————————————————————————————————————

PREGNANT AFFAIR

——————————————————————————————————————————

Hyera sedang sibuk di dalam ruang kantor Sybil, ini sudah bulan keenamdia bekerja menggantikan wanita itu di kantor Konsultan Fashionnya. Sybil meminta Hyera untuk sedikit lebih lama mengambil tugasnya sampai Park Yeoreum berusia 6 bulan, Sybil masih tidak tega untuk meninggalkan bayinya di tempat Penitipan Anak.

Hyera menghela nafas, cukup repot ternyata menjadi seorang Jung Sybil di tambah ia harus mengurusi Xiao Le juga.Lagipula, pantas saja Sybil selalu marah dan menolak keras permintaan Su Jin tentang pertemuan klien. Gadis itu seperti tidak memikirkan apakah Hyera sedang ingin buru-buru pulang ke rumah atau tidak atau apakah kondisi Hyera sedang baik atau tidak, setiap hari ia akan disuguhi oleh hampir delapan janji temu berbeda tempat untuk sebuah konsultasi. Awalnya, Hyera iya-iya saja dengan jadwal yang Su Jin buatkan, lama kelamaan ia gerah juga dan seperti Sybil ia mulai membentak Su Jin galak dan gadis itu berakhir menangis.Sebenarnya, itu bukan kepribadian Hyera.

Hanya saja, akhir-akhir ini, dia sedikit mengalami krisis kepercayaan diri, stress dan kecewa.Menatap layar ponsel yang menampilkan foto keluarga kecilnya, perasaan itu kembali menjalar, sedihdan juga merasa tidak dicintai.

Ini hampir Natal dan juga bulan ketiga suaminya Wu Yi Fan tidak pulang ke rumah mereka di Korea. Menggunakan alasan proyek yang masih saja belum rampung di China, pria itu entah berada dimana.Namun, Hyera selalu mencoba mempercayai Yi Fan, apa yang selalu pria itu katakan ia akan mempercayainya meskipun mungkin itu kebohongan.Hyera bertahan dengan sikap kedua orangtua Yi Fan padanya, berpura-pura pernikahan mereka baik-baik saja di depan semua orang hanya demi bersama Wu Yi Fan.

Hyera terlalu mencintai Yi Fan, pria itu adalah cinta pertamanya. Seperti di dalam sebuah novel kisah cinta klasik, mereka bertemu pertama kali di sebuah halte bus, sekolah mereka berbeda namun rumah mereka satu arah. Yi Fan pria yang membuat jantung Hyera berdetak lebih cepat, membuat darahnya mendidih hingga pipi putih miliknya harus berakhir semerah tomat jika pandangan mereka bertemu di halte bus tersebut.

Yi Fan menyapanya terlebih dahulu, berbasa-basi dengan soal bahasa Korea dalam buku teks sekolahnya. Yi Fan bilang ia berasal dari China dan baru dua tahun berada di Korea, jadi, ia meminta Hyera untuk mengajarinya sedikit demi sedikit bahasa Korea.Hampir setiap hari --kecuali hari minggu-- mereka berbincang di halte bus, dari mulai membahas matematika hingga membahas hujan yang turun di pagi hari.

Setelah hampir empat bulan bersama, Yi Fan menyatakan cintanya dan Hyera tentu saja tidak menolak. Perjalanan cinta mereka semanis gulali yang selalu Xiao Le beli, namun ketika Hyera dipertemukan dengan keluarga Yi Fan ia harus menelan pil pahit karena mereka menentang pernikahan yang Yi Fan usulkan pada kedua orangtuanya.

Jika kalian ingin tahu, keluarga Wu termasuk keluarga super kaya di China, keluarga mereka terpandang serta disegani. Dan, Na Hyera? Dia hanyalah anak tunggal seorang Florist, ibunya memiliki toko bunga kecil di sudut jalan perkomplekan mewah --tempat tinggal Yi Fan-- dan rumahnya adalah rumah paling buruk di antara yang lainnya. Perbedaan itu membuat keluarga Wu menolak ia menjadi menantu. Hyera kecewa, namun Yi Fan meyakinkannya, dengan kebodohan bocah SMA mereka menikah diam-diam.

Ketika Hyera hamil, Yi Fan mulai membawanya masuk dalam keluarga Wu, menggelar pesta pernikahan mewah dan bersorak sorai karena bayi yang dikandung istrinya adalah bayi laki-laki. Namun, itu tidak berdampak apapun pada ibu Yi Fan, wanita paruh baya itu masih membenci Hyera meskipun Xiao Le telah hadir.

Yi Fan mulai sibuk bekerja ketika Hyera hamil, bahkan Hyera harus tinggal di rumah Sybil selama suaminya bekerja, ia tidak ingin tinggal di rumah keluarga Wu hanya untuk di olok dan di permalukan setiap harinya.

Hyera selalu bertahan, berusaha baik-baik saja asalkan ia bersama Wu Yi Fan. Namun sekarang, Wu Yi Fan tidak lagi bersamanya, laki-laki itu sudah menjauh dan tidak terjangkau bahkan oleh hatinya. Hyera menitikkan airmata, ini bahkan menyakitkan, lebih menyakitkan ketika ia tidak di akui dalam keluarga Wu.


 

- Tuan Wu tidak berada di China, Nyonya. Ini sudah sebulan sejak ia terakhir memantau proyek kami. -


 

Hyera menatap ponselnya, membaca isi pesan tersebut. Menekan nomor suaminya dan mencoba menghubungi. Voice mail.

" Apakah kita harus berpisah, Yi Fan?" Bisiknya pelan.

...

Hyera menatap Yeoreum yang tengah memiringkan-miringkan tubuhnya disamping Xiao Le, bayi yang akhirnya memiliki berat normal itu tengah berusaha untuk berguling ke arah kanan. Xiao Le menciumi pipi bulat Yeoreum dan mengajak bayi itu bermain 'peek a boo' permainan kesukaan Yeoreum.

" Bagaimana kau membuat Yeoreum kembali pada berat badan normal?" Hyera bertanya sambil membalikkan dengan perlahan tubuh Yeoreum dan membuat bayi itu sekarang tengkurap lucu di atas kasur lantai ruang tamu Apartement Sybil yang sedang sibuk di dapur.

" Itu sebuah perjuangan keras Hyera-ah, sebaiknya kau tidak perlu bertanya karena kau akan sangat tercengang ketika tahu bagaimana aku dan Chanyeol harus berkonsultasi ke setiap ahli gizi anak di Rumah Sakit Seoul.."

" Beratnya sekarang berapa?"

" Tujuh kilogram, ideal.."

" Bagaimana kau tahu itu ideal?"

" (N+9) dibagi dua, N adalah usia si bayi.."

Hyera terdiam mendengar penjelasan Sybil, itu cukup menganggumkan jika kau tahu bagaimana seorang Jung Sybil ibu dari bayi laki-laki bernama Park Yeoreum yang dulu tidak mempercayai pernikahan dan membenci anak kecil dapat hafal bagaimana cara menghitung berat badan ideal untuk anak-anak.

" Kau menganggumkan.." Gumam Hyera kemudian, membiarkan Xiao Le dan Yeoreum bermain.

" Mengagumkan?" Sybil membawa dua cangkir berisi teh dan susu coklat ---untuk Xiao Le--- ke meja di depan TV, duduk disebelah Hyera.

Hyera mengangguk, " Bagaimana? Menjadi seorang ibu itu menyenangkan bukan?"

Sybil menatap Yeoreum yang tengah menggapai-gapai mainan yang Xiao Le perlihatkan padanya.

" Lumayan.. Kukira memiliki seorang anak adalah hal terburuk di dunia, namun setelah memiliki Yeoreum kurasa ibuku salah.." Ujung bibir Sybil terangkat ketika bayinya tertawa geli melihat Xiao Le memaju mundurkan bibirnya dengan lucu.

" Memiliki Yeoreum benar-benar kebahagiaan buatku, meskipun aku harus terlihat seperti seorang bibi penjual tteokbokki.."

Hyera dan Sybil tertawa, ketika sebuah suara dering ponsel terdengar mereka berhenti. Sybil tersenyum ketika nama Chanyeol muncul disana, ia menekan tombol hijau dan tampilan Video Call terlihat.

" Sysi-ah, aku sedang makan siang.." Ujar Chanyeol, mulutnya mengunyah sesuatu.

" Kau ingin melihat Yeoreum kan?" Sybil berkata, Chanyeol mengangguk secepat kilat dengan senyum lebar mengembang.

Sybil mengarahkan ponsel tersebut pada Yeoreum, bayi itu menatap lekat-lekat layar ponsel dan ketika suara Chanyeol terdengar senyumnya mengembang.

" Yeoreum-ah, peek-a-boo~" ucap Chanyeol, Yeoreum tertawa kembali, mengacungkan kedua

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Mutianoftri #1
Chapter 17: greget bgt mrka harus nahan perasaan selama itu?, knp harus ktika anak2nya sudah remaja baru baikan ?
Lizzz_14 #2
Chapter 17 : Jujur awalnya aku agak kecewa sama endingnya yg chapter 15, tapi setelah baca ini aku jadi seneng. Sumpah ini ff yg paling paling dahh keren bangett.. Author, I am your fan <3
Sweetstrangerrr #3
Sukaaaa
Vivirakim_94 #4
Chapter 17: Ini gag ada lanjutan nya lagi ya ??????
Vivirakim_94 #5
Chapter 9: Gue jijik .. astaga chanyeol gue dan baekhi.... o.m.g ??????? ampunlahhhh
Vivirakim_94 #6
Chapter 3: Hahhahaa gue ngakak.. andaikan gue sybil yg gampangkan segala urusan. Dy bahkan nurut aku bisa ambil keputusan ceoat pas tau hamil tanpa harus pusing2... ahhh senangnya hdp sprti itu
Vivirakim_94 #7
Baru2 ini gue suka banget sama ceye. Alhasil cari2 ff ceye ☺☺☺
pnltari #8
Chapter 2: Siapa sih ayah bayinya sybil
pnltari #9
Chapter 1: Gak sabar baca next chapter^^
pnltari #10
Ijin baca^^