Chapter 1 - That Woman

PREGNANT AFFAIR
Please Subscribe to read the full chapter

Februari, 2014

Alarm berbunyi nyaring tepat pukul 6.30 pagi di dalam kamar luas yang di hiasi dengan wallpaper peach polos yang lembut. Pengharum ruangan otomatis menyemprotkan wewangian aromatherapy yang menenangkan ketika wanita 25 tahun itu keluar dari dalam selimut tebal berwarna pastelnya, dia menguap lebar, rambut panjang sepinggangnya tergerai bebas, tidak kusut sama sekali, rapi, seperti wanita-wanita di iklan shampoo.

Ia bangun dari tidurnya, duduk di tepian kasur dan menuangkan segelas air dari teko kaca yang berada di nakas sebelah kasur.

Sybil mengangkat gelas dan meminumnya sekali teguk, dia menggeliat dan berjalan menuju gorden berwarna putih polos dan membukanya, pemandangan yang tersedia bukanlah gunung maupun hamparan laut yang menyenangkan.

Hanya ada puluhan gedung-gedung bertingkat yang terlihat dari kamar Apartmentnya, matahari belum menampakkan wujudnya ketika Sybil mengambil kardigan dan sepatu kets untuk menjalani rutinitasnya. Lari pagi.

Wanita ini bernama Sybil Jung, keturunan Korea-Amerika, Lulusan University of the Creative Arts Epsom, London. Sejak kecil Sybil sangat menyukai fashion, dia menyukai warna dan juga kain.

Sybil memilih SMA khusus fashion di Korea ketika dia di tawarkan beberapa SMA swasta dan negeri karena nilai ujiannya yang memuaskan di SMP.

Namun, Sybil menolak semuanya dan memilih sekolah khusus mode, keputusannya tidak sia-sia, karena setelah perjuangannya selama beberapa tahun akhirnya sekarang dia telah bekerja menjadi seorang Konsultan Fashion dan membuka kantornya sendiri yang sudah berdiri selama 3 tahun.

Tidak main-main, kliennya berdatangan dari dalam dan luar negeri, pejabat daerah maupun hanya orang kantoran biasa. Mereka berbondong-bondong dan mau menanti janji temu dengan Sybil hanya untuk sekedar konsul masalah Fashion.

Jun Myeon – sahabat Sybil– pernah berkata,

“ Orang-orang itu bodoh, mereka hanya perlu percaya diri! Untuk apa mengeluarkan uang membayarmu hanya agar mereka diberi saran esok harus memakai baju apa, dengan warna apa..”

Tapi Sybil hanya tersenyum, dia paham betul bagaimana menjadi kliennya.

Ketika di haruskan tampil sempurna dalam sebuah acara, namun mereka tidak percaya diri atas bentuk tubuh mereka maupun pakaian yang mereka punya.

Mungkin terdengar sepele, tapi dari pakaian seseorang, kita bisa setidaknya melihat kepribadian orang tersebut. Misal saja, seorang pelamar kerja, tidak mungkin memakai kaos dan celana jeans, mereka harus memilah baju dengan potongan seperti apa, warna, dan sepatu dengan model bagaimana hingga mereka terlihat professional.

Sybil masuk ke dalam Apartmentnya ketika 30 menit sudah dia berlari mengelilingi taman di depan Apartment tersebut.

Ia meminum segelas air putih lagi dan berjalan menuju kamar mandi, untuk mandi dan bersiap berangkat bekerja.

Sybil sangat mencintai pekerjaannya, dia adalah seorang wanita karir sejati, tidak pernah setengah-setengah dalam mengerjakan sesuatu dan sangat berkomitmen.

Sybil tidak pernah memikirkan pernikahan maupun kehamilan, dia benci bayi, dia benci anak-anak. Baginya, anak-anak hanya merepotkan, penghalang untuk jenjang karir yang telah ia raih dengan susah payah.

Jika di usia 30 dia tidak menikah, mungkin 40 maupun 50 dia baru akan memikirkan pernikahan. Sybil tidak suka di pusingkan dengan hal-hal seperti itu, dia hanya suka dengan kehidupannya yang sekarang.

Sibuk dengan kliennya, mengerjakan pakaian yang di pesan, makan siang bersama kolega dan karyawannya maupun hangout bersama teman-temannya. Semuanya cukup, malah lebih dari cukup. Terutama, setahun terakhir, dia mempunyai pasangan..

“ Good Morning, honey..”  Sebuah panggilan mesra terdengar dari ujung telepon, Sybil sedang memoleskan make up di wajahnya ketika dia mengangkat telepon itu. Seulas senyum mengembang di wajah mulus bak porselen miliknya.

“ Good Morning, oppa.. Sleep well?” Tanya Sybil lembut, dia mengaplikasikan eyelinernya pelan agar terlihat rapi.

“ Bagaimana aku bisa tidur nyenyak jika kau tidak disisiku, Sybil-ah..”

Sybil terkekeh, dia sangat menyukai kata-kata manja yang terlontar dari mulut pria di sebrang sana.

“ Then, you have to go home, dear.. Soon.. I miss you..”

“ Aku akan pulang beberapa hari lagi Honey, aku juga merindukanmu, terutama—-” Ada jeda panjang di kalimat tersebut.

“ Suara decitan tempat tidurmu..”

KLIK! Telepon di matikan bersamaan dengan gelak tawa Sybil.

Sybil berpacaran dengan seorang mantan model yang sekarang mengambil alih perusahaan ayahnya. Dia dan pria itu berkenalan empat tahun lalu, di sebuah acara fashion, mereka akrab namun tidak pernah dekat.

Sampai dua tahun sebelumnya mereka bertemu lagi di Seoul, di sebuah café yang tenang dan nyaman, berkali-kali mereka bertemu di tempat sama dan jam yang sama membuat keduanya dekat dan akhirnya berkomitmen untuk pacaran.

Sybil adalah wanita yang tidak pernah jatuh cinta, namun dia benar-benar jatuh cinta pada pria tersebut, buktinya, dia mau saja ketika pria itu memintanya untuk bercinta. Sybil pikir, kehidupan seperti ini tidak akan mengekangnya. Mereka melakukannya hanya atas dasar cinta, suka sama suka. Itu cukup.

Sybil mematut dirinya di cermin, hari ini dia memakai pakaian kantor biasa berwarna kalem dengan rok selutut, dia sedang malas memakai celana, akhir-akhir ini dia banyak mengkonsumsi gula dan selalu memakan cemilan hingga akhirnya naik 2kg. Bibir mungilnya maju ke depan dengan lucu ketika menarik perutnya yang berlemak.

” Ini mengerikan! I’m Big..”

Sybil keluar dari Apartment menuju parkiran, kemudian sekarang dia sudah melesat dengan mobil merahnya menuju kantor Konsultan Fashion.

“ Nona Jung..” Sebuah panggilan hangat menyapa Sybil ketika dia pertama kali membuka pintu kantornya, Su Jin —sekretarisnya— memberikan secangkir kopi hangat dari Starbuck dan sebungkus donat yang dia beli di tempat yang sama, sarapan rutin miliknya.

“ Hari ini ada berapa janji temu?” Tanya Sybil, dia kini sedang duduk di kursi, menyalakan laptop dan komputer bersamaan.

“ Ada 6 janji temu..” Su Jin menjawab dengan wajah tersenyum, dia membantu Sybil membuka bungkus donat.

“ Pukul berapa dengan siapa?” Wanita itu bertanya lagi sambil menyuap sepotong donat ke mulutnya.

Su Jin membuka buku catatan kecilnya.

“ Mrs Han pukul 10, Mrs Jung jam makan siang di café bawah, Ms Alexa pukul 2, Mrs Nam pukul 4 dan..”

“ Tunggu-tunggu.. kau membuatkanku janji temu sampai pukul 4 sore?” Sybil protes dan sekarang dia melotot ke arah Su Jin yang jadi salah tingkah.

“ Sampai pukul 8 malam..” Dan jawaban Su Jin sukses membuat Sybil tersedak.

“ Su Jin! Kau tidak memikirkanku? Aku tidak mau! Aku hanya ingin sampai pukul 2 siang saja!” pekik Sybil dia mengelap bibirnya pelan, menghapus sisa kopi yang tadi menyembur sedikit.

“ Tapi, Nona Direktur, mereka ingin bertemu anda hari ini..”

Sybil memandang Su Jin galak, Su Jin hanya menunduk menyadari kesalahannya.

“ Hari ini aku akan merayakan ulang tahun Xiao Le! Aku tidak mau di ganggu dari pukul 2! Mengerti?!” Sybil setengah membentak Su Jin yang sekarang sedang memasang wajah memelas.

“ Sunbaenim~ apa yang harus ku bilang pada mereka?” Su Jin akhirnya memanggil Sybil seperti yang sering dia ucapkan dulu sebagai adik tingkat Sybil di SMA.

“ Jangan panggil aku Sunbae, itu tidak akan membuatku goyah dalam membuat keputusan, oke? Aku kan sudah bilang padamu, kalo Xiao Le berulang tahun hari ini! Aku tidak mau acara ulang tahun orang yang kucintai jadi rusak gara-gara janji temu sampai pukul 8! Mengerti?!”

Setiap keputusan yang dilontarkan Sybil adalah mutlak, tidak ada penawaran apapun. Jadi, sekarang Su Jin hanya mampu cemberut, keluar dari kantornya dan diam-diam menangis di meja kerjanya.

——————————————————————————————————————————

PREGNANT AFFAIR

——————————————————————————————————————————

Sybil memarkir mobilnya. Memandang salah satu Apartment mewah di sekitaran Gangnam, hasil jerih payahnya belum sanggup membeli satu buah Apartment disana.

Dia turun dengan membawa sebuah bingkisan agak besar dari dalam mobil, tersenyum dengan bahagia. Hari ini, dia akan bertemu dengan Xiao Le yang dia sayangi.

Sybil menunggu Lift terbuka ketika dari arah Lobby Apartment seorang wanita seusia sama dengannya tengah berjalan dengan cepat namun berhati-hati, dia membawa kotak besar di kedua tangannya.

“ Oh, Hyera.. Why you here?” Tanya Sybil, refleks membantu Hyera –sahabatnya sejak SMP- untuk membawa kotak tersebut, keduanya terburu-buru masuk ke dalam lift begitu Lift itu terbuka.

“ Aku lupa mengambil kue ulang tahun untuk Xiao Le..” Ujarnya dengan nafas yang saling memburu.

“ What? Pestanya mulai jam berapa sih?” Tanya Soo Ae.

“ Pukul 4, bodoh”

Sybil melirik jam tangan mungil di pergelangan tangannya, pukul 4.15.

“ Ini sudah lebih 15 menit, stupid!” Ujarnya.

“ Makanya, aku terburu-buru dungu!” Hyera berkata sambil keluar dari Lift di susul Sybil, mereka berhenti di pintu Apartment bernomor 1450, dan ketika pintu di buka, sebuah pesta terlihat begitu ramai dan heboh.

“ Noona!!” Sebuah panggilan membuat Sybil menoleh dan tersenyum.

“ Oh Tuhan, kesayanganku, selamat ulang tahun..” Sybil berjongkok.

Memeluk anak laki-laki berwajah oriental, dengan bibir mungil, alis tebal, dan dagu lancip, berusia 5 tahun itu, dia menciumi wajah Xiao Le.

“ Ibu! Mana kueku?!” Pekik Xiao Le, Hyera mengangguk dan bergegas menyiapkan kue ulang tahun bertuliskan ‘ SAENGIL CHUKKAE WU XIAO LE’.

Sybil menyerahkan bingkisannya pada Xiao Le yang tersenyum lebar, memandangnya dan tersenyum. Sybil memang tidak menyukai anak kecil, namun terkecuali Xiao Le.

Xiao Le adalah anak laki-laki sahabatnya sejak SMP, ia mengecualikan Xiao Le dalam daftar anak yang dia benci.

Itu karena ketika Hyera hamil 5 bulan mereka tinggal bersama sampai sahabatnya melahirkan dan usia Xiao Le 1 tahun.

Hyera menikah dengan seorang pengusaha muda sukses keturunan china-kanada berusia 27 tahun dan tak jarang di tinggal untuk urusan bisnis.

Selama itu pula, dia tinggal bersama Sybil. Sybil melihat perkembangan Xiao Le, makanya, mau tidak mau dia menyayangi bocah laki-laki tersebut.

“ Kau selalu tersenyum ketika memandang Xiao Le..” Hyera datang dengan segelas orange juice di tangan, menyerahkannya pada Sybil yang sedang berdiri di dekat pagar di balkon Apartment, pesta di dalam terlalu bising, terlalu banyak anak-anak, membuatnya tidak betah berlama-lama.

“ Kau tahu kan, Xiao Le adalah laki-laki yang kucintai..”

Sybil dan Hyera tertaw

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Mutianoftri #1
Chapter 17: greget bgt mrka harus nahan perasaan selama itu?, knp harus ktika anak2nya sudah remaja baru baikan ?
Lizzz_14 #2
Chapter 17 : Jujur awalnya aku agak kecewa sama endingnya yg chapter 15, tapi setelah baca ini aku jadi seneng. Sumpah ini ff yg paling paling dahh keren bangett.. Author, I am your fan <3
Sweetstrangerrr #3
Sukaaaa
Vivirakim_94 #4
Chapter 17: Ini gag ada lanjutan nya lagi ya ??????
Vivirakim_94 #5
Chapter 9: Gue jijik .. astaga chanyeol gue dan baekhi.... o.m.g ??????? ampunlahhhh
Vivirakim_94 #6
Chapter 3: Hahhahaa gue ngakak.. andaikan gue sybil yg gampangkan segala urusan. Dy bahkan nurut aku bisa ambil keputusan ceoat pas tau hamil tanpa harus pusing2... ahhh senangnya hdp sprti itu
Vivirakim_94 #7
Baru2 ini gue suka banget sama ceye. Alhasil cari2 ff ceye ☺☺☺
pnltari #8
Chapter 2: Siapa sih ayah bayinya sybil
pnltari #9
Chapter 1: Gak sabar baca next chapter^^
pnltari #10
Ijin baca^^