Shadow Warrior Ch 8
Shadow WarriorCatatan kecil :
Readerdeul, chingudeul, tahun 2015 aku mencoba membagi waktu dengan baik (*niat kan boleh, syukur2 kesampaian kkkk) Jadi supaya nggak terlalu berat, ff ku akan aku muat secara kecil2 alias pendek. Scenne ini selesai, update, scene ini selesai, update....semacam itu Mungkin akan terasa kurang krn biasanya kayak SW ch7 kemarin 33 halaman. Tapi aku pikir ini akan lebih ringan buatku, jadi bisa mengerjakan yg lain sekaligus ff nggak terlalu lama jarak antar chapternya.... Oh iya, ada kesalahan fatal untuk Ch 2 jadi aku ralat di AFF dan FFN. Ini baru sadar pas bikin ch 6 tentang segel menyegel. Terima kasih buat pengertiannya dan terima kasih masih setia membaca dan mereview ff ku hehehe Review memang bukan segalanya, tetapi dgn review setidaknya para author jadi semangat krn tahu bgmn tanggapan reader kepada ff nya. Kamsahamnida.
.
Shadow Warrior Chapter 8.
Tangan Kyuhyun membalik tubuh sang penyusup dengan cepat, menekannya dengan keras ke dinding hingga penyusup itu meringis kesakitan. Pedangnya kembali menempel di leher namja yang tidak dikenalnya, yang menatapnya dengan wajah ketakutan.
“Jeoha, aku Donghae. Apa kau tidak mengenaliku?”
Kyuhyun memandang Donghae dengan wajah mengantuk.
“Dong…hae…? Kau… Dong…hae….? Akhirnya kau datang….” Kyuhyun tersenyum tipis.
Donghae terkejut ketika tangan Kyuhyun yang memegang pedang terkulai sehingga pedangnya terlepas. Tekanan terhadap Donghae juga hilang karena tubuh Kyuhyun melayang jatuh. Donghae segera menangkapnya. Dengan cemas, ia membaringkan Kyuhyun di pembaringan, dan menyelimutinya dengan rapat.
“Jeoha, ternyata kau tertidur.” Donghae memajukan mulutnya melihat raut wajah Kyuhyun tampak begitu tenang. “Aku kira kau pingsan. Kau benar-benar membuatku cemas. Bagaimana bisa kau bangun dan menyerang seseorang, lalu kembali tertidur? Bagaimana kalau mereka benar-benar berniat mencelakakanmu?”
“Itu karena Donghae-ya…”
Donghae nyaris terlonjak saat Kyuhyun menjawabnya. Namun kedua mata Kyuhyun tetap terpejam, hanya tubuhnya yang bergerak menghadap ke arah Donghae.
“Karena itu Donghae-ya….”
Senyum terukir lebar di wajah Donghae mendengar kata-kata itu, meski Kyuhyun mengucapkannya sambil tertidur. Melihat selimut yang tersibak, Donghae merapikannya kembali.
"Walaupun Jeoha belum mengingatku, aku akan tetap berada di sini. Karena di sinilah tempatku yang seharusnya; Berada di sisi Jeoha,” bisik Donghae.
Setelah memastikan Kyuhyun benar-benar tertidur, Donghae menyusuri kamar itu. Ia berdecak karena waktu 8 tahun nyaris tidak merubah kamar itu. Sepertinya Kyuhyun tidak pernah membeli apa-apa untuk mengisi kamarnya, setidaknya untuk menandakan bahwa kamar itu miliknya.
Donghae nyaris berteriak kegirangan ketika melihat salah satu isi laci pada lemari kayu. Di sana tersimpan mainan-mainan yang ia berikan untuk Kyuhyun selama satu tahun mereka berteman. Namja itu tersenyum, teringat kenangan saat ia berusia 10 tahun dan Kyuhyun berusia 8 tahun.
Saat itu Donghae baru mengetahui siapa dirinya, dan apa yang menjadi tugasnya kelak.
“Karena itu, kau harus berlatih dengan rajin agar bisa menjadi pengawal yang baik untuk Jeoha,” jelas sang appa yang sejak Donghae berusia 5 tahun sudah melatihnya dengan tekun.
“Appa, aku ingin menemuinya… Maksudku, aku ingin bertemu Jeoha.”
“Itu sulit.” Appa Donghae menggeleng. “Saat ini, Jeoha berperan sebagai guardian Jujak.”
“Mengapa begitu? Mengapa appa tidak memberitahu mereka bahwa dia adalah…”
“Donghae-ya!” Wajah Donghae pucat pasi mendengar bentakan sang appa. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan kepadanya sebelum ini. “Jeoha belum sadar siapa dirinya, dan tak seorangpun boleh mengetahui hal itu sampai saatnya tiba.”
“Tidak juga Jeoha sendiri?”
“Tidak juga dirinya sendiri. Jeoha harus tersadar sendiri, atau tidak selamanya…”
Donghae menautkan kening. Hal itu sangat membingungkan untuknya. Namun ia mengangguk, mempercayai sang appa sepenuhnya seperti selama ini.
“Tapi Appa, aku ingin bertemu dengan Jeoha.” Donghae memandang sang appa penuh harap.
“Ada satu cara.” Sang appa tersenyum lebar. “Kau lahir karena Jeoha akan lahir. Kau dipersiapkan sejak awal untuk mengawalnya di dunia ini. Jadi, kau punya kemampuan istimewa yang tidak bisa dihalangi oleh siapapun.”
“Kemampuan apa itu?”
“Kau bisa berada di manapun dia berada.”
Kata-kata sang appa membuat harapan Donghae semakin kuat. Namun karena Kyuhyun belum mengenalinya dan tidak mungkin memanggilnya, mereka harus menyusup ke dalam kediaman Kyuhyun yang dilindungi banyak segel pelindung.
“Appa tidak bisa menembusnya tanpa menarik kecurigaan. Tapi jika kau yang masuk, tak ada yang bisa mendeteksi kedatanganmu kecuali mereka melihatmu. Berhati-hatilah.”
Donghae mengangguk. Meski jantungnya berdegup ketakutan, namun kemungkinan bisa bertemu dengan Jeoha membuatnya menekan rasa takut itu. Berkat latihan yang ia lakukan selama 5 tahun ini, Donghae tidak mengalami kesulitan. Namun ia sedikit kebingungan saat berada di dekat bangunan utama.
“Kau terhubung erat dengannya. Kau pasti tahu di mana Jeoha berada, apalagi jika jarak kalian dekat.”
Pesan sang appa membuat Donghae memejamkan mata, mencoba menenangkan debaran hatinya yang terlalu bersemangat. Ketika perasaannya sudah tenang dan terkendali, Donghae merasa sosok yang dicarinya ada di salah satu sisi rumah. Ia mencoba bergerak ke sana, mencoba bergerak sepelan mungkin berkebalikan dari perasaan tidak sabarnya untuk bertemu. Tetapi suara tangisan di kejauhan, tepat di arah yang ia tuju, membuatnya menautkan kening. Ia mencoba mengikuti arah suara itu, sampai tiba di sebuah ruang di mana seorang anak laki-laki menangis sendirian.
Wajah anak itu begitu lucu di mata Donghae, dengan rambut hitam dan kulit paling putih yang pernah dilihatnya di manapun. Sepasang alis tebal yang berbentuk seperti pedang tidak mampu menurunkan kesan lucu di wajahnya yang chubby dengan kedua pipi memerah akibat selalu tinggal di kediaman yang berada di dekat gunung .
“Jeoha… Mianhamnida, maksudku…. Jeonha.”
Sepasang mata dengan iris paling besar yang pernah dilihat Donghae, memandang keheranan. Sama herannya dengan Donghae yang tidak menyangka sang Jeoha yang dicarinya begitu lucu menyerupai boneka.
Perasaan gembira Donghae meluap ketika Kyuhyun mendekatinya, menariknya, namun sedetik kemudian ia nyaris berteriak saat Kyuhyun memaksanya masuk ke dalam lemari kayu dan menutupnya dengan rapat.
Donghae hendak berteriak meminta tolong ketika suara seseorang selain mereka terdengar samar-samar dari balik pintu. Entah berapa lama suara itu berbicara dengan Kyuhyun. Yang Donghae tahu, ia nyaris kehabisan udara saat Kyuhyun akhirnya membuka pintu lemari.
“Kau tidak apa-apa? Kau masih hidup kan?”
Wajah cemas yang sangat menggemaskan itu membuat Donghae tidak terpikir untuk memarahinya. Tangan mungil Kyuhyun menepuk pipi Donghae terus-menerus, seakan hal itu bisa memulihkan kesadaran Donghae yang nyaris menghilang.
“Jeonha….” Donghae bersyukur ia masih mengingat jelas nasehat sang Appa untuk tidak memanggil Kyuhyun dengan sebutan Jeoha. “Jeonha… Ayo kita bermain….”
Donghae tertawa geli mengingat wajah Kyuhyun yang bingung saat itu, ketika orang asing yang dikiranya pingsan di dalam lemari, tiba-tiba mengajaknya bermain dengan suara lemas karena nyaris kehabisan udara.
Meski mereka harus bersembunyi dari Shindong, tetapi Donghae sangat suka bermain dengan Kyuhyun. Berbeda dengan kesan pertamanya yang mengira Kyuhyun lemah dan lucu, ternyata Jeoha yang akan dilindunginya itu memiliki tekad yang keras dan juga usil. Donghae seringkali menjadi korbannya.
Tidak butuh waktu lama untuk mengetahui hal itu, karena Kyuhyun melakukannya di pertemuan pertama mereka, tak lama setelah Donghae teringat kata-kata sang appa tentang siapa sebenarnya Kyuhyun.
"Tidak boleh melihat mataku?"
Donghae bisa membayangkan Kyuhyun kebingungan dari nadanya bertanya, tetapi ia juga tak berani kembali memandang Kyuhyun lagi begitu ia teringat siapa dirinya dan siapa Kyuhyun sebenarnya. Donghae mengangguk sambil terus menunduk.
"Jeonha, kata appa, aku adalah pelindung Jeonha... Jadi aku tidak boleh memandang wajah Jeonha. Itu tidak sopan."
“Kita baru saja bermain bersama-sama, dan sekarang kau tidak boleh melihatku?”
“Mianhamnida, aku baru ingat hal itu, Jeonha…” jawab Donghae dengan suara tercekat.
"Sama sekali tidak boleh?"
Suara memelas itu membuat Donghae merutuki dirinya, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Donghae kembali mengangguk. Ia mulai membayangkan Kyuhyun akan menangis seperti saat ia datang tadi.
"Sedikit juga tidak boleh?"
Donghae melirik sejenak, merasa lega karena Kyuhyun belum menangis, lalu kembali menunduk. "Sedikit juga tidak boleh."
"Bagaimana kamu melindungiku jika memandang saja tidak boleh?"
Donghae nyaris mengeluh dengan keras, merutuki perbedaan jenjang mereka, namun kembali mengangguk sambil terus menunduk.
"APPO! SAKIIIIIIIIIIIIIT!!!"
Tiba-tiba Kyuhyun berteriak sangat keras sehingga Donghae terkejut. Ia mendekati Kyuhyun sambil berusaha untuk tidak memandang wajahnya.
"Jeonha, ada apa? Mana yang sakit? Cepat beritahu! Aku akan menolongmu!" seru Donghae kebingungan karena tidak mendapati luka apapun pada Kyuhyun.
"Hidungku
Comments