Chapter 2

a dream to find that

Seunghyun melepas seragam Karin dengan gusar dan memegangnya di satu tangan yang sama. Menyeka keringat di dahinya dengan lengan kemeja putihnya, tidak peduli kalau itu membuatnya kotor. Dia sungguh gerah berada di aula utama Karin.

 

Mendengus panjang, Seunghyun menghempaskan pantatnya di salah satu kursi panjang yang ada di kantin.

 

“Tak ada siapa pun di sini,,,” gumamnya suram. Dia satu-satunya siswa yang keluar dari aula sebelum acara penyambutan tahun ajaran baru berakhir.

 

Mata Seunghyun menyapu seluruh sudut kantin, tak ada siswa lain kecuali dia. “Hhhh,, kapan acara itu berakhir?” ujarnya mengeluh.

 

Seunghyun mengacak rambutnya, lalu merebahkan kepalanya di atas meja.

 

30 menit kemudian…

 

“Hyung!!”

 

“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Seunghyun dengan mata membulat sempurna, kaget melihat Sehyun ada di kantin Karin.

 

“Aku siswa baru,” ujar Sehyun santai.

 

Seunghyun menggaruk kepalanya. “Siapa yang menyuruhmu masuk ke sini? Eomma?”

 

“Aku sendiri yang ingin,” jawab Sehyun.

 

“Mwo? Aish,,,,, Kalau tahu kamu ikut audisi dan diterima di sekolah ini aku tidak akan mengambil Semester Spesial,” ujar Seunghyun nyaring. Dia tampak sangat kesal melihat dongsaengnya itu.

 

Karena Seunghyun bicara terlalu bersemangat, alias terlalu nyaring, siswa-siswa yang baru memasuki kantin mendengar suaranya. Mereka memandang Seunghyun penuh tanya. Heran, orang yang mereka yakini bukan seorang artis berani mengambil Semester Spesial.

 

“Semester Spesial?” tanya seoarang siswa bernama Mir kepada Seunghyun.

 

Seunghyun mengangguk.

 

“Wah,,, Kamu sangat percaya diri?!” seru Mir.

 

“Apa kamu tahu, siswa yang mengambil Semester Spesial akan mengulang tahun ajarannya selama tiga tahun kalau dia tidak debut? Kamu bukan artis kan?” ujar Dongrim ikut bicara.

 

“Dia hebat! Aku saja tidak pernah berani mengambil semester itu,” kata Mir, memanyunkan bibirnya.

 

“Itu karena kau bodoh!” cela Dongrim.

 

“Aish,,, Berani menganggapku bodoh, padahal nilaimu cuma satu angka lebih tinggi dari nilaiku,” kata Mir emosi.

 

Seunghyun meringis saja, dia tidak mengerti kenapa dua orang di hadapannya malah berperang mulut. Bukankah, sebelumnya mereka membicarakan dirinya.

 

“Hyung,,,” Sehyun mengalihkan perhatian Seunghyun dari Mir dan Dongrim. “Apa aku harus memberitahu eomma kalau kamu mengambil Semester Spesial di Karin? Dia pasti akan sengat senang.”

 

Seunghyun menatap sangar Sehyun. “Kalau kamu memberitahunya, aku akan membunuhmu.”

 

“Kalau aku tidak boleh memberitahu eomma tentang Semester Spesial itu, apa aku boleh memberitahu eomma kalau kamu menjadi siswa Karin?” tanya Sehyun lagi. Sepertinya tidak peduli dengan ancaman Seunghyun yang ingin membunuhnya.

 

“Kenapa kamu sangat ingin memberitahu eomma?” tanya Seunghyun.

 

“Kamu sudah satu tahun tidak pulang ke rumah. Eomma mencemaskanmu. Aku hanya ingin memberitahu di mana kamu. Paling tidak itu akan menenangkan hatinya.”

 

Benar, semenjak Seunghyun lulus dari sekolah menengahnya dan setelah dia mengetahui kalau dia bukanlah anak kandung dari kedua orang tuanya, dia keluar dari rumah dan memilih hidup di satu rumah kecil bersama member band indie-nya. Dia masih berhubungan baik dengan kedua orang tua tirinya itu, namun dia tak ingin kembali ke rumah.

 

Seunghyun terdiam dan cara pandangannya ke Sehyun terlihat lebih tenang. “Terserahmu,” katanya pelan. Dia berpaling dari Sehyun menghadap para siswa yang masih menatapnya.

 

“Aku memang bukan artis. Aku bukan member group terkenal di Korea. Aku juga bukan murid trainee dari perusahaan manapun. Aku ya aku! Apa salahnya kalau aku mengambil Semester Spesial? Aku hanya mencoba dan kalau pun aku gagal. Aku hanya harus mengulang tahun ajaran baru bukan?” kata Seunghyun kepada semuanya di kantin. Dia naik, berdiri di atas kursi. “Jangan mencemoohku!! Setidaknya aku lebih berani untuk mencoba dibandingkan semua siswa Tingkat Tiga di sini!!” katanya nyaring.

 

“Jadi, kamu mengatakan semua siswa Tingkat Tiga di sini pengecut?” tanya Mir emosi.

 

“Ani,” sahut Seunghyun. Dia tersenyum lebar. “Aku hanya mencoba terlihat keren. Haha! Mianhae, hanya bercanda!” serunya. Melompat dari kursi dan merangkul bahu Mir sok akrab. “Jangan marah, aku hanya bercanda!”

 

Semua siswa mendesah dan sebagian berdecak kesal atas tingkah Seunghyun, kemudian membubarkan gerombolan dan mengisi kursi-kursi di kantin. Melakukan apa yang mereka mau di sana.

 

_DH2_

 

"Apakah kamu mendapatkan kamar yang bagus?”

 

“Aku belum melihat kamarku,” jawab Minzy kepada Park Bom yang menelponya.

 

“Apakah di sana harus berbagi kamar dengan siswa lain?”

 

“Molla, tapi kalau pun harus aku tidak keberatan,” ujar Minzy.

 

“Eonni janji akan sering menjengukmu,” janji Park Bom.

 

“Aku memang artis. Aku bukan member group terkenal di Korea. Aku juga bukan murid trainee dari perusahaan manapun. Aku ya aku! Apa salahnya kalau aku mengambil Semester Spesial? Aku hanya mencoba dan kalaupun aku gagal. Aku hanya harus mengulang tahun ajaran baru bukan?”

 

Perhatian Minzy  tertuju kepada seorang siswa yang bicara nyaring di Kantin.

 

“Jangan mencemoohku!! Setidaknya aku orang yang lebih berani untuk mencoba dibandingkan semua siswa Tingkat Tiga di sini!!” katanya nyaring.

 

Semangat dalam nada bicara siswa itu membuat Minzy lupa menjawab kalimat eonninya.

 

“Minzy-ya!” panggil Park Bom.

 

“Eonni, aku bertemu seseorang yang sangat kuat?” gumamnya tiba-tiba.

 

“Apanya yang kuat?”

 

“Auranya,,,”

 

_DH2_

 

Sabtu di Karin School, akhir pekan pertama yang dirasakan para siswa baru di tahun ini. usai pembagian kamar untuk siswa Tingkat Tiga, pagi ini mereka tidak melakukan apa-apa. Para siswa Tingkat Tiga baru akan memulai pelajaran senin depan.

 

“Siswa Semester Spesial,” sapa Juniel kepada Seunghyun sambil membawa nampan berisi roti dan sekotak banana milk.

 

Seunghyun mendongak. “Darimana kamu tahu aku mengambil Semester Spesial?” tanyanya.

 

“Kamu memberitahu semua orang tadi malam, bagaimana mungkin aku tidak tahu itu,” ujar Juniel menjelaskan.

 

Seunghyun mengangguk saja.

 

"Kamu terlihat bosan dengan sekolah ini," kata Juniel memerhatikan raut Seunghyun.

 

"Memang!" seru Seunghyun jujur.

 

Juniel menaikkan sebelah alisnya. "Lalu, untuk apa kamu mengambil Semester Spesial?" tanyanya. "Apa kamu dipaksa oleh orang tuamu?"

 

Seunghyun menghela napas. Duduk tegak. "Jangan membahas tentang orang tua di depanku," katanya dingin.

 

"Mianhae,,," ucap Juniel singkat.

 

Perhatian Seunghyun tertuju kepada beberapa siswa yang dia lihat di kantin. "Siapa dia?" tanyanya menunjuk seorang siswa yang duduk di ujung kanan kantin. Siswa itu diam saja menatap keluar jendela.

 

"Dongrim," jawab Juniel tanpa menengok ke arah Dongrim.

 

"Dia tidak bergerak sekali pun," ujar Seunghyun.

 

"Begitulah dia. Aneh!"

 

"Apa bakatnya?"

 

"Kenapa kamu ingin tahu?!" Juniel balik bertanya.

 

Seunghyun hanya mengangkat bahunya.

 

"Na do molla,,," gumam Juniel. "Dia siswa Tingkat Tiga, sama sepertiku. Waktu audisi tak seorang pun yang melihatnya. Dia tiba-tiba bergabung bersama kami di hari pertama tahun ajaran baru dimulai. Banyak yang mengatakan, dia punya hubungan keluarga dengan Leeteuk songsaengnim, maka dari itu dia bisa masuk ke sekolah ini,,,"

 

Seunghyun mengalihkan perhatiannya beberapa detik dari Juniel ke Dongrim.

 

Punya hubungan keluarga dengan Leeteuk? Tapi, dia tak pernah melihat anak itu di acara keluarga atau di mana pun.

 

"Dan perlu kamu ketahui, dia salah satu siswa terbodoh di sekolah ini. Yah,,, dia hanya lebih pintar beberapa poin daripada Mir." Juniel menyelesaikan ceritanya sambil memutar bola matanya.

 

Tak punya bakat? Seunghyun berpikir, anak yang tidak diketahui bakatnya saja bisa bertahan selama dua tahun di sekolah ini. Kalau begitu, aku juga bisa bertahan di sekolah ini tanpa perlu menunjukkan bakatku. Aku tak suka menjadi terlalu mencolok. Aku hanya pelu bertahan di sekolah ini, hingga aku menemukan siapa eommaku. Aku berharap aku bisa menemukannya sebelum tahun ajaran berakhir,,

 

Seunghyun berdiri. Semaunya pergi meninggalkan Juniel. Tidak mengucapkan terimakasih atau tanggapan apapun karena Juniel sudah memberitahunya tentang Dongrim.

 

"Eoddiga?" tanya Juniel.

 

Seunghyun tidak menyahut. Dia memerhatikan siswa yang dia tahu bernama Mir, berlari ke arahnya. Tidak, Mir berlari melaluinya. Mir berlari menghampiri Juniel.

 

Bruk! Terdengar bunyi benturan keras saat Mir duduk di samping Juniel dengan gerakan yang berlebihan. Membuat tumitnya membentur meja.

 

"Aish,,, kamu ini selalu berisik!" gerutu Juniel.

 

"Juniel-ah, ada yang lebih berisik dariku," ujar Mir.

 

"Mwoya?"

 

"Para orang tua sedang berkumpul di depan gerbang Karin," beritahu Mir.

 

"Untuk apa?"

 

"Protes atas adanya Semester Spesial!" seru Mir.

 

"Orang tua? Apa orang tuaku juga?"

 

"Ne,,, orang tuaku juga," kata Mir nyaring. "Palli, kita harus menghentikan mereka. Aish,,, memalukan saja kalau aksi mereka diliput. Mereka akan membuat nama kita tercemar sebelum kita debut."

 

"Geuru,,, Palli ka!" kali ini Juniel yang mendesak Mir. Ditariknya tangan namja itu dan berlari meninggalkan kantin. Namun, Mir tak sengaja menarik tangan Seunghyun mengajaknya ke depan gerbang bersama.

 

_DH2_

 

Setibanya di depan gerbang, beberapa siswa mulai berdiri di balik pagar tinggi, menyaksikan orang tua mereka berdiri di luar batas wilayah Karin sambil membawa spanduk berisik beberapa kata-kata protes terhadap Semester Spesial.

 

Dari bunyi kalimat yang tertulis di sana, disimpulkan kalau para orang tua itu merasa adanya ketidakadilan atas adanya Semester Spesial. Mereka mengatakan program itu hanya membantu para idol lebih mudah mendapatkan ijazah tanpa harus berusaha layaknya para siswa pada umumnya. Bukankah memang itu tujuannya?

 

Para orang tua itu merasa, program itu hanya berpihak kepada idol dan merugikan anak-anak meraka yang belum debut. Bukankah, Semester Spesial boleh dipilih oleh siapa pun asalkan dia sanggup menyetujui beberapa persyaratan yang cukup wajar untuk menerima cara semudah itu untuk lulus dengan cara cepat.

 

"Eomma!" teriak Juniel kepada eommanya yang berdiri di barusan terdepan. "Kamu propokator semua ini?!" tandasnya.

 

Eomma Juniel tampak salah tingkah.

 

"Kenapa kamu melakukan semua ini?!" teriak Juniel.

 

"Kenapa kamu berteriak kepada eommamu? Aku mencoba melindungimu. Berusaha menegakkan keadilan di sekolah ini." Kalimat eomma Juniel ditanggapi dengan anggukan oleh para orang tua yang lainnya.

 

"Eomma! Kamu membuatku malu, jadi berhenti melakukan ini!" teriak Juniel.

 

Bukannya menuruti permintaan anaknya, eomma Juniel malam berseru agar para pengikutnya mulai berteriak meminta keadilan untuk anak-anaknya.

 

"Jangan halangi eomma, sebaiknya kamu panggil saja Leeteuk itu ke sini dan berhadapan dengan kami semua," ujar eomma Juniel.

 

"Sirheo! Sirheo! Sirheo!" teriak Juneil mulai stres.

 

_DH2_

 

"Juniel-ah, masuk ke dalam!" perintah Boa tenang.

 

Juniel dan siswa lainnya menatap Boa bingung. Mereka tak tahu sejak kapan wakil kepala sekolah itu berada di sana. Mereka bahkan tidak mendengar suara langkahnya.

 

"Dan kalian semua, segera kembali ke dalam gedung sekolah!" serunya pelan. "Cukup aku saja yang berbicara kepada orang tua kalian."

 

"Ne, songsaengnim,,,!" sahut semua siswa yang ada di sana patuh.

 

Dan juga Seunghyun, dia mengikuti siswa lainnya kembali ke dalam gedung sekolah. Dan, disaat melewati Boa, Seunghyun mengangkat tangannya tanpa menoleh untuk menyapa wakil kepala sekolah itu.

 

"Jaga sikapmu Park Seunghyun," tegur Boa, tegas namun suaranya cukup pelan. Dia menatap Seunghyun dengan tatapan sedikit tak suka.

 

"Harabeoji melarangku menggunakan marga Park di lingkungan sekolah, songsaengnim," ujar Seunghyun dingin. Tidak berpaling menghadap Boa. Dia bertingkah angkuh dan tak sopan terhadap orang penting di sekolah.

 

Boa menahan amarahnya. Menghembuskan nafas berat dan memaksa bibirnya tersenyum. "Aku akan lebih bersabar menghadapimu, Shin Seunghyun," gumam Boa bicara sendiri. Dia memejamkan matanya dan membukanya kembali beberapa detik kemudian. Maju menghampiri para orang tua di depan gerbang. Menghadapi mereka dengan senyuman dan berusaha menjelaskan kesalahpahaman mewakili Leeteuk.

 

_DH2_

 

Ada sedikit perubahan teman sekamar sebelum besok datang, yang artinya tahun ajaran baru akan dimulai. Itu hal wajar. Setelah seminggu pembagian kamar sudah dilakukan dan para siswa tinggal di kamar bersama patnernya, beberapa hari kemudian dipasti akan terjadi beberapa perubahan karena ada siswa yang protes terhadap teman sekamarnya.

 

Malam ini. Minzy ditinggalkan teman sekamarnya yang merasa tak suka sekamar dengan Idol. Dan Juniel benar-benar kesal karena Jiyoung pindah ke kamarnya. Tak ada yang salah dengan magnae KARA itu, tapi alasan Jiyoung pindah itu sungguh memuakkan baginya. Kenapa? Jiyoung ingin pindah sekamar dengannya karena jendela kamarnya bisa melihat jendela kamar asrama L.kim aka Kim Myung Soo.

 

Seunghyun terpaksa pindah kamar. Myung Soo meminta pihak sekolah memberikannya satu kamar penuh hanya untuknya. Alias tak berbagi dan hasilnya, Seunghyun harus pindah ke kamar Mir setelah Dongrim juga pindah ke kamar lain. Tak tahu kenapa Dongrim berpindah dari kamarnya bersama Mir ke kamar lain.

 

"Aku tak suka teman sekamarku,,," Juniel mengeluh saat makan malam di kantin bersama siswa lainnya. Dia satu meja bersama Seunghyun dan Mir.

 

"Wae?" tanya Seunghyun dan Mir berbarengan.

 

Juniel hanya menatap dua namja dihadapannya sambil menggigit bibir bawah. Tak mengatakan apapun, dia malah menghembuskan nafas berat. Memakan makan malamnya dengan gusar.

 

"Kamu sekamar dengan Jiyoung?" tanya Seunghyun. Juniel mengangguk lambat. "Itu bagus! Bukankah Jiyoung yeoja yang menarik."

 

Juniel kembali mengangguk. "Tak ada yang salah dengan dirinya, hanya saja,,,,," dia kembali menggigit bibir bawahnya. "Sudahlah jangan bertanya lagi," kata Juniel kesal sendiri.

 

Seunghyun dan Mir saling menatap.

 

"Apakah dia selalu seperti itu?" tanya Seunghyun ke Mir.

 

Mir mengangguk. "Camkan, apakah kamu tak suka sekamar dengan Jiyoung karena dia yeojachingunya L.kim. Aka Kim Myung Soo," ujar Mir menebak dengan jelas mengatakan kalau Jiyoung yeojachingunya Myung Soo.

 

Juniel langsung menusukkan sendoknya ke atas piring dan melototi Mir.

 

"Aku hanya menebak," kata Mir kemudian dengan suara pelan.

 

"Jadi benar berita tentang mereka berdua?" ujar Seunghyun. "Myung Soo dan Jiyoung pacaran."

 

"Semua orang tahu berita itu benar, Seunghyun-ah," kata Mir memberitahu sambil menepuk pelan bahu Seunghyun.

 

"Bisakah kalian berhenti membicarakan member infinite itu?" pinta Juniel geram.

 

"Ah, apakah kamu sudah mendengar kenapa Myung Soo masuk ke Karin dan mengambil Semester Spesial?" tanya Mir. Seunghyun menggeleng. "Kudengar dia berkelahi dengan member lain. Dia dipisahkan dari member lain dan dipaksa masuk ke sekolah ini. Kudengar itu dilakukan agar pers tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Infinite."

 

Juniel menghempaskan sendoknya ke atas meja, membuat suara gemerincing. Beberapa siswa menoleh ke arahnya, termasuk Myung Soo, sementara Seunghyun dan Mir saling berpegangan menatapnya bingung sekaligus takut.

 

"A, a aada apa de denganmu?" tanya Mir.

 

"Itu tidak benar. Yang kamu katakan itu tidak benar!" seru Juniel nyaring. Dia mencibir kepada Mir lalu pergi.

 

"Ada apa dengannya?" kata Mir lagi.

 

Seunghyun menggeleng. "Sangat menakutkan," katanya pelan.

 

Drrrtttt,,,,, Ddrrrtttt,,,, Tiba-tiba HP di saku celana Seunghyun begetar.  "Leeteuk-ssi" Nama itu tertera di layar HPnya.

 

"Mir-ah, kamu kembali ke kamar sendiri," ujar Seunghyun beranjak dari kursi.

 

"Eoddiga? Kamu tak bisa keluar asrama malam begini," kata Mir.

 

Seunghyun mengangkat tangannya memberitahu Mir kalau dia tahu tentang itu. Dia menunjuk HPnya kalau dia ingin pergi keluar dari kantin untuk menjawab telpon.

 

"Arasseo," ujar Mir akhirnya mengerti.

 

_DH2_

 

"Ada apa?"

 

"Berbicaralah sedikit manis kepadaku saat aku menelponmu."

 

"Aku selalu begini, tak ada yang perlu diubah."

 

"Hhhh,,," terdengar suara nafas berat Leeteuk dari seberang sana.

 

"Aku tidak melakukan kesalahan, jadi jangan menghela nafas seperti itu."

 

"Neo eoddi?" tanya Leeteuk.

 

Seunghyun menghentikan kakinya. Dia menengok nama papan kelas di atas kepalanya. "Di depan kamar mandi yeoja," ujarnya memberitahu Leeteuk.

 

"Mwo? Apa yang kamu lakukan di sana?!" tanya Leeteuk dengan suara meninggi.

 

"Aku sedang dalam perjalanan kembali ke kamarku. Dan saat kamu bertanya, aku ada di depan kamar mandi," jelas Seunghyun, setengah membentak. Tak terima Leeteuk berbicara keras kepadanya.

 

"Mianhae,,,," ucap Leeteuk mengalah. Kalau dia terbawa emosi, hubungan mereka akan semakin memburuk.

 

Seunghyun memilih duduk sejenak di kursi panjang yang ada di depan kamar mandi itu. Di sana gelap, lagipula sangat jarang siswa menggunakan jalan itu menuju asrama. Dia merasa nyaman berada di sana untuk berbicara dengan Leeteuk meski hanya melalui telpon.

 

"Harabeoji, apa kamu bisa mengatasi para orang tua itu?" tanya Seunghyun pelan. "Apa kamu tidak terganggu terhadap protesan mereka?"

 

"Aniyo, Boa sudah mengatasinya," jawab Leeteuk.

 

"Kamu tak menyelesaikannya sendiri?"

 

"Tidak. Aku tidak mengurusi urusan seperti itu selagi Boa bisa mengatasinya."

 

"......," Seunghyun diam saja.

 

"Apa kamu menganggapku tak becus karena aku tak menyelesaikannya sendiri?" tanya Leeteuk.

 

"Aniya... Aku hanya tak tahu apa yang mau kubicarakan denganmu," ujar Seunghyun.

 

"Katakanlah apa yang ingin kamu katakan," ujar Leeteuk.

 

"Bagaimana kabar eomma? Apa dia tahu aku ada di sekolah ini?" tanya Seunghyun, mendapatkan topik pembicaraan.

 

"Sehyun hampir memberitahunya, tapi aku melarangnya."

 

"Wae?"

 

"Kalau eommamu tahu kamu masuk Karin School, dia akan mencaritahu untuk apa kamu masuk ke sana. Dan, kalau dia tahu tujuanmu masuk ke Karin untuk mencari eomma kandungmu, dia akan sakit hati," ujar Leeteuk menjelaskan.

 

"Kamu melarang Sehyun memberitahu eomma karena kamu tak mau eomma sakit hati?" tanya Seunghyun. "Jelas kamu tak mau anakmu sakit hati," tambahnya pelan.

 

"Tidak seperti itu, Seunghyun-ah,"

 

"Leeteuk-ssi, jangan memanggilku ke kantormu saat jam pelajaran berlangsung. Juga jangan menelponku. Aku tak mau membuat orang-orang di sekitarku curiga dan mencaritahu ada hubungan apa antara aku dan kamu," ujar Seunghyun memotong perkataan Leeteuk. "Aku tidak mau orang-orang mengetahui kalau aku adalah cucumu sebelum menemukan apa yang aku cari, Leeteuk-ssi."

 

Bib! Seunghyun memutuskan telponnya. Tak perlu mendengar jawaban Leeteuk. Dia sudah risih dengan topik pembicaraan mereka berdua.

 

Seunghyun mengembalikkan HPnya ke saku celanannya. Berdiri dan siap kembali ke kamarnya. Tapi, matanya membulat ,,,

 

"Apa kamu mendengar pembicaraanku tadi?" tanyanya gugup.

 

Orang itu mengangguk

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Asuka_J12 #1
Chapter 16: Hey hey nasib band lamanya Seung gimana?? Debut (?) lg doong~ >,< *lebih peduli sm ftislandnya ternyata haha*
Oh ya, annyeong hasseyo. Newbie reader here! ^^
Overall saya suka ceritanya, complicated bingit xD tp ada tuh kata2 typo yg sdkit mengganggu. Ada kata 'ampun' di beberapa kalimat di part2 sebelumnya yg padahal kl diperhatikan maksudnya itu kan 'pemilik' ya? Tp gpp, di lain ff bisa diperbaiki :)
miminzy
#2
Chapter 16: satu hal yang aku paling sukai di ff ini, seunghyun dan minzy itu ultimate biasku >.< kyaaaaa!!!! nice story!
jiwonku #3
Chapter 14: Wowww, you are good writer, authornim. This is really complicated but I like this. Next chapter authornim...
yourylau #4
Chapter 14: next chapter authornim.
yourylau #5
Chapter 13: aku udah nunggu lama banget kelanjutan ff ini.
Good job thor.
jj_jw_sh #6
Chapter 10: Plot-nya menarik dan bikin penasaran bangeet...
Ditunggu update selanjutnya, author-nim...^^
ame112
#7
Huwaa...senengnya ada fanfiction minzy dari indonesia..
Gumawo chinggu aahh..
Eiitss bolehkan kalau manggil authornya chinggu..
Walaupun belum baca 1 chapter pun.
Tapi bakalan ku baca sampai chapter 10 malam ini juga...
<3