Chapter 12

a dream to find that

Pukul 05.00 pagi, Seunghyun terjaga dari tidurnya karena mendengar bunyi klik dari pintu di kamarnya seakan baru saja ditutup seseorang. “Nugu?” tanyanya setengah sadar. Diliriknya Mir, namja itu masih tertidur pulas di kasurnya. Bukan Mir yang keluar, lalu siapa?

 

“Aku yakin ada orang yang baru saja masuk ke kamar ini,” gumam Seunghyun. Menggaruk kepalanya hanya untuk sekedar mengacak rambutnya lalu berniat tidur kembali. Tapi, ada sepucuk surat beramplop putih di ujung bantalnya. “Apa masih jaman menggunakan ini?” dibukanya surat itu yang ternyata berisi surat pemberitahuan kalau dirinya terpilih sebagai cast musical modern di Jepang.

 

Seunghyun berpikir. “Bukankah pengumuman baru akan diumumkan bulan depan?” bingungnya. Kemudian dia menemukan catatan kecil di ujung surat itu.

 

“Keputusan ini masih dirahasiakan, harap kerjasamanya untuk tidak memberitahu siapapun.  Diharapkan hadir di ruang tari besok sore pukul 06.00”

 

Seunghyun menggigit ujung jempolnya sambil menatap Mir yang asik dengan dunia mimpinya. Aku? Dia bertanya kepada dirinya sendiri. Kemudian dia bergerak mendekati ranjang Mir, mencari surat yang sama seperti yang dia dapat. Surat itu ada di ujung kasur Mir. Seunghyun tersenyum melihatnya dan memindah letak surat itu ke atas dahi Mir agar dia bisa dengan mudah menemukannya. “Chukae!” katanya memberi selamat.

 

Seunghyun bergerak lagi, kali ini dia pergi keluar kamar asramanya. Berharap menemukan orang yang memberikan surat itu, tapi tidak ada seorang pun di koridor. Beberapa detik dia diam di depan pintu, tiba-tiba terbesit ide di kepalanya dan langsung dia lakukan apa yang dia pikirkan. Pergi ke kamar Minzy, itulah pikiran di otaknya. Bukan untuk melakukan yang tidak-tidak, dia sangat ingin tahu apakah yeoja itu terpilih menjadi cast atau tidak.

 

Dengan mudah dia membuka pintu kamar Minzy, masuk ke dalam dan menyalakan lampu agar bisa mencari lebih mudah. Dahi Minzy sedikit berkerut karena cahaya lampu di kamarnya menjadi lebih terang, tapi dia tidak terbangun. Seunghyun melanjutkan aksinya.

 

Satu jam kemudian, ke manapun Seunghyun mencari. Di seluruh sudut kamar, surat itu tetap tidak terlihat oleh kedua matanya. Akhirnya dia menyerah, berdiri dan menatap Minzy yang tertidur sambil berkacak pinggang. “Tidak mungkin,” gumamnya dan dia pun keluar dari sana.

 

Klik! Bunyi klik itu terdengar jelas dan memberitahu Seunghyun benar-benar pergi.

 

“Dia sudah pergi?” tanya Minzy langsung keluar dari selimutnya, menatap pintu menunggu sesuatu. Seunghyun tidak kembali dan Minzy merebahkan tubuhnya. “Apa sebenarnya mau namja itu?” tanyanya serak. Tanpa sadar dia tidur kembali.

 

_DH2_

 

Pukul 07.45 Seunghyun dengan seragam lengkap, keluar dari kamar asramanya sambil memegang surat pemberitahuan. Berjalan cepat menuju gedung sekolah. Dia melewati kelasnya pagi ini, bel tanda masuk kelas sudah berbunyi lima menit yang lalu, Kyuhyun pasti sudah ada di kelas. Dia tidak peduli itu.

 

Ke mana dia?

 

BRUK! Senghyun menutup kasar pintu kantor kepala sekolah dan membanting surat yang dia bawa ke atas meja.

 

“Jaga sikapmu,” kata Leeteuk. “Apa kamu tidak takut dia mengetahui siapa kamu sebenarnya?” Leeteuk melirik Jungmo yang sedang menatap mereka berdua dari sofa di kanan ruangan. Dia juga ada di ruangan itu, Seunghyun tahu itu sayang dia tidak peduli.

 

Seunghyun hanya melirik Jungmo sesaat kemudian menatap Leeteuk kembali. “Aku yakin semua guru di sekolah ini sudah tahu bahwa aku adalah cucumu,” ujarnya tenang.

 

Leeteuk menyandarkan punggungnya di kursinya yang empuk, menunggu Seunghyun bicara.

 

“Leeteuk-ssi.” Seunghyun memulai dalihnya

 

“Kamu sedang marah denganku?” Leeteuk bertanya. Cara seperti itu, ketika Seunghyun menyebutkan nama Leeteuk bukan dengan panggilan yang seharusnya, itu adalah tanda kalau cucunya itu sedang marah kepadanya.

 

Seunghyun mengangguk. “Ige mwoya?” tanyanya menunjuk surat pemberitahuan. “Bukankah aku memintamu untuk tidak ikut campur dalam urusan ini?! Biarkan aku berusaha sendiri untuk meyakinkan seniman itu aku berhak bergabung dalam musicalnya.”

 

“Aku tidak melakukan apapun dengan keputusan seniman itu. Dia melakukannya sendiri,” kata Leeteuk, tetap tenang.

 

“Jinja? Lalu, apa yang membuat seniman itu memilihku?”

 

“Permainan gitarmu mungkin,” cetus Jungmo ikut bicara meskipun tidak ada undangan untuknya bergabung berdebat.

 

Seunghyun terkekeh. “Leeteuk-ssi, kurasa kamu menerima seniman bodoh di sekolah ini. Bagaimana bisa dia menganggapku pemain gitar handal? Dia juga seorang gitaris kan? Seharusnya dia tahu seburuk apa permainan gitarku.”

 

“Itu tidak buruk. Permainanmu sangat bagus untuk pemula,” ujar Jungmo tanpa menatap Seunghyun.

 

“Aku bukan pemain pemula,” bantah Seunghyun.

 

“Oh, ternyata aku salah,” kata Jungmo santai.

 

“Aku sering melakukan kesalahan tapi kamu selalu mengatakan bahwa permainan gitarku mengalami kemajuan.”

 

“Siapa yag bodoh, kamu tahu permainan gitarmu salah tapi tidak memperbaikinya,” kata Jungmo.

 

“Apa kamu memujaku karena tahu aku cucu Kepala Sekolah?”

 

“Ani, aku tidak tersanjung sama sekali kalau kamu cucu Leeteuk hyung. Aku tidak memuja seseorang karena dia siapa. Kalau aku orang yang seperti itu, aku pasti akan memilih Dongrim menjadi anak kesayanganku karena ayahnya lebih kaya dari Leeteuk hyung.”

 

Seunghyun mengepal jari-jari tangannya.

 

“Aku sengaja melakukan itu Seunghyun-ah. Membuatmu muak dengan kebohongan. Aku tahu bisa bermain gitar lebih baik dari yang kamu tunjukkan, tapi kamu menyembunyikannya. Sampai kapan terus berpura-pura di sekolah ini?”

 

“Seniman itu memilih kamu dengan kemauannya sendiri,” ujar Leeteuk.

 

“Atas dasar apa? Karena dia bisa mengetahui kepura-puraanku dan mengetahui kalau aku bisa melakukan lebih? Lalu, kenapa Minzy tidak diterima? Apa yang kurang darinya? Apa seniman itu juga orang bodoh, tidak bisa menilai kemampuan seseorang dengan benar?” tanya Seunghyun berapi-api.

 

Leeteuk tertawa. “Jadi, niatmu datang ke sini hanya untuk menanyakan itu? Kenapa Minzy tidak terpilih sedangkan kamu terpilih,” tanyanya, membuat Seunghyun diam. “Hahaha,, Kamu menyukainya?” tanya Leeteuk lagi.

 

“Aku hanya bertanya. Keputusan seniman itu tidak masuk akal,” kata Seunghyun membantah.

 

_DH2_

 

Saat sore tiba, Seunghyun pun patuh pergi ke ruang tari. Beberapa anak berkumpul di ruangan itu. Mir, Dongrim, Myung Soo, Juniel, dirinya dan lima siswa lainnya. Jumlah mereka ada sepuluh dan merekalah siswa yang terpilih itu.

 

Melihat Seunghyun juga ada di kelas itu, Mir buru-buru menghampirinya. Menarik kerah Seunghyun agar lebih dekat dengannya. “Ternyata benar, banyak siswa dari kelas kita yang dipilih seniman itu bahkan sebelum audisi diumumkan,” bisiknya.

 

“Minzy tidak terpilih,” ujar Seunghyun muram.

 

“Eo?” Mir bengong.

 

“Jinja, dia tidak ada di sini sekarang kan?” kata Seunghyun.

 

Latihan pun dimulai. Berawal dari latihan dasar menari dan vocal, olah ekspresi dan sebagainya. Ini akan berlangsung selama sebulan hingga pengumuman audisi itu resmi diberitahukan di website Karin, baru mereka bisa latihan secara terbuka di aula.

 

Seminggu sudah itu berlangsung, Seunghyun tidak bertanya apapun kepada Minzy. Dia takut menyinggung perasaan yeoja itu. Dia juga tidak mendapatkan alasan kenapa Minzy tidak terpilih dari Kyuhyun. Semua guru mengatakan bahwa mereka tidak mengerti jalan pikiran seniman jepang itu. Tapi, usai latihan suatu sore, Seunghyun asal bertanya kepada Boa dan dia mendapatkan jawaban. “Minzy terpilih sebenarnya, namun dia mengundurkan diri. 2ne1 akan debut di Amerika, dia memilih fokus menyiapkan debutnya itu. Dia tidak suka keputusan itu, jadi jangan bertanya apapun kepadanya. Arasseo?”

 

Seunghyun mengangguk paham. “Jadi karena itu,” gumamnya sekarang tahu.

 

_DH2_

 

Semakin hari suasana Karin semakin heboh dengan artikel dan photo perkelahian Myung Soo di internet. Parahnya, di dunia maya sudah tersebar bahwa Myung Soo terpilih menjadi salah satu cast sebuah musical modern di Jepang. Ini seharusnya menjadi berita bagus, namun karena kontraversi yang tersebar terlalu simpang-siur, banyak orang yang tidak setuju dengan keputusan seniman Jepang itu. Mereka mengatakan Myung Soo tidak berhak mendapatkan kesempatan itu hanya karena dia seorang siswa Karin, keperibadiannya tidak bagus. Mereka mengatakan Myung Soo sangatlah tidak cocok berada di Jepang untuk mewakili remaja Korea, itu akan membuat banyak orang malu karena ulahnya.

 

Tidak ada pembelaan dari pihak agency membuat Myung Soo lelah. Banyak anak yang menjauhinya namun dia berpura-pura tidak peduli. Dia beruntung ada Jiyoung di sampingnya dan membuatnya lebih kuat.

 

Kembali ke ruang tari. Sore ini para cast musical itu berlatih menari dan belajar bekerjasama. Boa menggunakan tarian tango dan salsa agar siswanya bisa menjadi akrab. Dua jenis tarian itu harus dilakukan dengan jarak dekat, mereka harus mempunyai camestry agar tarian mereka terlihat serasi. Dan, Boa memaksa siswanya mendapatkan camestry pasangan tari mereka.

 

Pertama, Boa mengajarkan gerakan dasar. Itu perlu.

 

“Tidak hanya dengan satu teman kerja, kalian juga harus mempunyai camestry dengan rekan yang lainnya,” kata Boa tegas. Dia menyuruh siswa-siswa di kelas tari berpasangan dan membentuk lingkaran. Ada sepuluh siswa, itu artinya ada lima pasang penari di sana. Mereka harus menari dengan pasangan mereka, mereka harus berganti pasangan saat Boa menepukkan tangannya.

 

Prok! Ini pertama kalinya Boa menepuk tangannya, dan ini pertama kalinya pasangan menari di sana bertukar pasangan. Pasangan Juniel sekarang adalah Dongrim. Juniel senang mendapatkan patner yang sudah berteman lama dengannya. Dia tersenyum.

 

“Kita teman?” tanya Dongrim kepada Juniel. Juniel mengangguk. “Lalu, kenapa menyembunyikan sesuatu dan hanya Changjo yang tahu?” Juniel mengalihkan pandangannya, dia sedikit gugup dan itu membuatnya salah langkah. Dia menginjak kakinya sendiri yang memakai hak tinggi. Dia hampir terjatuh, tapi tangan Dongrim sigap menarik pinggulnya membantunya berdiri. Mereka semakin dekat.

 

“Berhati-hati dengan langkahmu sendiri, Juniel-ah!” Boa memperingati.

 

“Ne,” sahut Juniel. Dongrim tersenyum kepadanya. “Wae?” tanyanya.

 

“Juniel-ah, katakan saja semua yang kamu sembunyikan dariku dan Mir kalau kita memang teman.”

 

Juniel ragu.

 

“Aku akan memberitahu rahasiaku kalau kamu juga bersedia memberitahuku apa rahasiamu selama ini yang hanya diketahui Changjo,” kata Dongrim, merayu. Juniel masih ragu, itu terbaca jelas dari tatapannya. “Tak usah ragu. Dan, jangan takut kamu akan terjatuh kalau kamu menari sambil bicara. Aku penari handal, aku akan membimbingmu.”

 

“Ara, dan aku baru tahu kalau kamu pandai menari,” ujar Juniel.

 

“Salah satu rahasiaku,” kata Dongrim. Dia menarik pinggul Juniel lagi, namun kali ini bukan karena yeoja itu terjatuh. Kali ini dia menarik pinggul Juniel agar yeoja itu bergerak ke arah yang benar. Dia meletakkan kedua tangannya di pinggul Juniel dan tangan Juniel ada di bahunya. Dongrim menekan tangannya di pinggul Juniel, kanan dan kiri secara bergantian. Mengajari Juniel menggerakkan pinggulnya sesuai aturan. Itu terlihat sangat(?) Boa yang melihatnya tidak mengedipkan mata. Mereka seperti sepasang kekasih.

 

“Aku sudah menjadi seorang komposer sebelum diterima di sekolah ini dan itulah alasan aku di terima. Bukan karena siapa orang tuaku.”

 

“Terdengar sangat hebat,” gumam Juniel.

 

“Dan, aku adalah penanggung jawab musik untuk musical ini,” ujar Dongrim, terus mengatakan rahasianya. Dia berhenti sampai di situ, dia tidak mengatakan apapun lagi dan menunggu Juniel mengatakan sesuatu dengan tatapan penuh arti.

 

“Jangan menatapku seperti itu, aku akan mengira kamu menyukaiku,” kata Juniel, gugup.

 

“Tidak akan.” Dongrim menggelengkan kepalanya.

 

Juniel diam sesaat, dia mengatur nafasnya dan mempererat tangannya di bahu Dongrim. “Aku,,, Aku dan Myung Soo adalah mantan kekasih. Kisah kami sedikit rumit. Ceritaku di pajama party waktu itu, apakah kamu mengingatnya?” Dongrim mengangguk. “Namja yang aku maksud dalam cerita itu adalah Myung Soo.”

 

“Jinja?”

 

Juniel mengangguk. “Dan apa kamu ingat saat aku datang bersama Myung Soo menggunakan satu payung. Kita bertemu di depan gerbang.”

 

“Aku ingat itu.”

 

“Kami bukan bertemu di depan gerbang, kami baru saja kembali dari rumahku. Dia memintaku keluar bersamanya. Kami pergi ke tempat yang sering kami lalui dulu. Kami mengenang masalalu dan kami juga bicara. Apa yang membuat kami berpisah ternyata hanya kesalahpahaman. Myung Soo menyesali itu. Dia ingin kembali padaku tapi dia tidak bisa meninggalkan Jiyoung demi aku. Dia mencintai aku dan Jiyoung. Bukankah itu serakah?” Juniel terkekeh.

 

Prok! Boa menepuk tangannya dan itu artinya Juniel dan Dongrim harus bertukar pasangan. Juniel tahu itu, dia bergerak menjauhi Dongrim, tapi Dongrim menariknya kembali.

 

“Kita belum selesai bicara,” katanya.

 

Juniel menjadi bingung, begitu juga siswa yang lain. Boa melambaikan tangannya memberi isyarat kalau mereka tetap dengan pasangan mereka sebelumnya agar latihan tidak kacau.

 

“Selesaikan ceritamu,” tuntut Dongrim.

 

“Penyebab perkelahian Myung Soo dan Sunggyu oppa adalah aku. Myung Soo marah saat Sunggyu oppa mencampuri urusan kami berdua. Waktu itu, Myung Soo percaya akulah yang meninggalkannya, tapi, aku dipaksa pergi oleh eomma. Aku tidak pernah berniat meninggalkannya sendirian. Dia membenciku dan dia bertemu Jiyoung saat itu. Jiyoung datang seperti malaikat yang menghiburnya dari perasaan benci kepadaku.”

 

“Eomma seorang jurnalis, kamu tahu itu. Dia sering menjatuhkan Leeteuk songsaengnim dengan artikelnya. Aku juga menutupi hal itu. Aku malu,,

 

“Selain seorang jurnalis, dia juga menjadi fansite resmi Inifnite. Dia berusaha untuk itu. Dia menyukai Myung Soo karena kami adalah teman sejak kecil. Pacar putrinya. Eommaku tahu kamu putus, namun dia tetap menyukai Myung Soo karena dia pikir kami berpisah benar-benar karena alasan pekerjaan Myung Soo,

 

“Entah tau darimana, eommaku akhirnya mengetahui Myung Soo menyakiti perasaan putrinya. Dia mempunyai bukti perkelahian Myung Soo dan berniat menjatuh Myung Soo dengan itu. Aku akan sangat malu kalau semua orang tahu apa yang sudah dilakukan eommaku,,”

 

Dongrim menarik Juniel ke dalam pelukannya. Yeoja itu menangis dan dia tidak bisa membiarkan semua siswa di sana melihatnya menangis. Dongrim memperlakukan Juniel seakan dia hampir pingsan dan mengatakan kepada Boa kalau Juniel sakit. “Aku akan mengantarkannya ke ruang kesehatan!”

 

Myung Soo berdiri di depan mereka. “Benarkah dia sakit?” tanyanya.

 

Dongrim tersenyum licik. Salahmu yang muncul di depanku saat aku merasa murka dengan wajah manismu itu, katanya dalam hati. Dilepasnya pelukannya kepada Juniel dan, BRUK! Tinjunya menghantam Myung Soo tanpa permisi. “Untuk seorang yang bodoh sepertimu,” katanya kepada Myung Soo, ditariknya tangan Juniel keluar dari kelas.

 

“Hya, Dongrim-ah, kembali!! Kembali ke kelas!!” teriak Boa.

 

Seunghyun hanya menoleh sesaat. Dia sedang tidak peduli dengan kegaduhan itu. Dan dia mendesah.

 

_DH2_

 

“Soni siryeowa sarangui gieogi chajabge dagawa”

  • Kedua tangan gemetar saat aku teringat kenangan cinta dingin

“Aryeounda ijeneun deoisang neoreul bujeonghago shiphji anhneun nareul algo itjiman”

  • Sekarang semakin aneh, saya tidak ingin menolak Anda, tapi aku hanya tahu bahwa

“Gakkai itneun neol saranghal tu eobneungeol algo itgie”

  • Tidak peduli seberapa dekat kita, aku tahu bahwa aku tidak bisa mencintaimu lagi

“Nan barabol su eobneun neol gidarimi neomu himdeureo”

  • Aku tak bisa merindukanmu, menunggumu membuatku lelah

“Ijen gyeondil su eobseo irweojil su eobgie”

  • Tak bisa kutahan lagi dan tak dapat kulepaskan

“Naega saranghaetdeon geu ireum”

  • Nama itu yang ku cintai sekali dalam hidup ini

“Bulleoboryeo nagalsurok neomu meoreojyeotdeon”

  • Telah menjauh dan makin menjauh dariku

“Geu ireum ijen jeokeonohgo na ulmeogyeo”

  • Kutulis namamu di atas sebuah kertas

“Nae ane sumgo shipheojyeo”

  • Dan akan kujaga selamanya dalam hatiku

“Neo saranghal su bakke eobseotdeon”

  • Aku tidak bisa mencintai orang lain selain kamu

“Geu nareul ijen arajweoyo”

  • Aku menyadari itu sekarang

“Irul su eobneun sarangdo saranginikka”

  • Bahkan cinta yang tidak tercapai, masih dikenal sebagai cinta ...

“Honja halsu eobneun sarangiran neukkimeun naege dagawa”

  • Tak bisa ku tangani kenangan cinta ini dan merasakannya sendiri

“Sijak hal su do eobneun geuriundeureun kheojyeoman gago”

  • Aku tak bisa memulainya, aku hanya bisa merindukanmu diam-diam dalam hatiku

ONEW – The Name Of Love

 

Meskipun sudah terpilih sebagai cast, Juniel dan siswa lainnya tetap mendapatkan kawajiban tampil di acara mingguan broadcast Karin. Minggu ini Juniel dan Seunghyun di jadikan patner dan mereka baru saja menyelesaikan tugas itu. Penampilan mereka lebih didominan oleh Juniel, Seunghyun hanya memainkan gitarnya dan menemani suara emas Juniel.

 

“Gomawo,” kata Juniel kepada Seunghyun. Seunghyun tersenyum saja, dia tahu untuk apa kata terimakasih itu. Seunghyun mau saja membawakan lagu pilihan Juniel saat Juniel memberitahunya lagu itu bisa membuatnya lega.

 

“Juniel-ssi.” Seseorang memanggil Juniel. “Bisa ikut kami ke kantor kepala sekolah?”

 

Juniel mengangguk saja dan mengikuti orang itu ke kantor Leeteuk. Dia masuk ke dalam ruangan itu dan kaget Myung Soo ada di sana terlebih dahulu.

 

“Silahkan duduk Juniel-ah,” ujar Boa ramah.

 

Junielpun duduk.

 

“Jangan bicara kasar dengannya,” pinta Boa kepada seorang namja di samping Myung Soo.

 

“Ada apa ini?” tanya Juniel tidak mengerti.

 

Myung Soo hanya menatap keluar jendela.

 

“Bolehkah aku bertanya?” namja di samping Myung Soo bertanya kepada Juniel. “Benarkah kamu mendengar pembicaraan Boa-ssi dan Myung Soo malam itu?”

 

Juniel mengangguk. “Aku tidak ingat kejadian malam itu kalau kamu tidak mengingatkanku,” jawabnya. Dia mengerti ke arah mana pembicaraan ini. Orang itu sedang membahas kejadian beberapa waktu lalu, hari pembukaan tahun ajaran baru Karin School.

 

“Benar kah?” tanya namja itu.

 

Juniel mengangguk. “tapi, siapa kamu?” Dia harus tahu siapa orang itu yang berani bertanya kepadanya.

 

“Aku manager Infinite,” jawab namja itu. “Kami tidak mengatakan apapun untuk menanggapi berita yang selama ini tersebar karena kami tahu itu tidak akan menyelesaikan kesalahpahaman. Kami ingin menghentikan orang yang menyebar berita itu terlebih dahulu.”

 

“Yang kamu maksud aku?” tanya Juniel menunjuk dirinya sendiri. “Kalau kukatakan bukan aku apakah kamu akan percaya?” Juniel bertanya. Namja itu menggelengkan kepalanya dan Juniel mengangguk. “Kamu yakin akulah yang menyebarkan photo dan artikel itu. Apa kamu punya bukti?”

 

“Kami akan menemukannya,” ucap namja itu yakin.

 

“Bukan aku yang melakukannya,” kata Juniel sekali lagi.

 

“Dia bilang bukan dia hyung, seharusnya kamu percaya itu,” ujar Myung Soo akhirnya bicara.

 

“Kami memang tidak punya bukti kalau kamulah pelakunya, tapi kami punya alasan kenapa kami mencurigaimu,” ujar namja itu menghardik Juniel.

 

“Apa itu?”

 

“Kamu penyebab perkelahian Myung Soo dan Sunggyu, kan? Aku tidak tahu ada hubungan apa di antara kalian. Apa kamu membuat mereka memperebutkanmu?”

 

“Hyung, kamu berjanji tidak menanyakan hal ini!” potong Myung Soo tidak suka.

 

“Apa yang kamu maksud?” ujar Juniel.

 

“Kamu yeojachingunya Sunggyu yang menggoda Myung Soo. Sunggyu marah karena dia pikir Myung Soolah yang menggodamu. Membuat Sunggyu marah dan terjadilah perkelahian. Mungkin seperti itu,,”

 

“Hyung!” seru Myung Soo.

 

“Kamu baru menebak?” ujar Juniel tersenyum. “Kalau memang yang terjadi seperti itu, lalu atas dasar apa aku menjatuhkan Myung Soo dengan penyebarkan photo dan artikel itu?” Juniel bertanya. Dia senang menimbulkan kebingungan dalam diri namja itu.

 

“Mana aku tahu,” cetus namja itu kehabisan kata-kata.

 

“Kamu sendiri tidak yakin akulah pelakunya kan?” kata Juniel.

 

“Maka dari itu kami akan memastikannya.”

 

“Dengan cara apa?” tanya Boa.

 

“Kami akan menjauhkanmu dari sekolah ini. Kami meminta pihak musical di Jepang untuk menerimamu di asrama lebih awal,,”

 

“Apa maksudmu?”potong Juniel.

 

“Kamu akan pergi ke Jepang besok pagi. Kamu akan pergi ke sana lebih dulu dari jadwal yang  sudah ditentukan. Berlatih di sana bersama siswa Jepang yang lainnya dan melakukan musical pada pementasan perdana, bahkan sebelum siswa Karin ada di sana kamu sudah tampil di demam umum. Berada di sana akan membuatmu sibuk dan sulit untuk memposting artikel atau photo,”

 

“Jadi?” ujar Juniel.

 

“Kalau artikel itu tidak muncul di internet, itu artinya kamulah pelakunya. Tapi, apabila artikel itu tetap ada meskipun kamu berada di Jepang, pasti ada orang lain yang melakukannya.”

 

“Kamu terlalu naif,” ucap Juniel.

 

“Pihak Jepang sudah setuju dengan permintaan kami. Kamu akan pergi besok pagi.”

 

“Benarkah?” Juniel mencoba tersenyum. “Baiklah aku akan mengikuti cara kalian. Pastikan kamu mendapatkan bukti akulah pelakunya.” Juniel berdiri, dia membungkuk kepada manager Infinite itu. “Songsaengnim, aku ingin kembali ke kelas, bolehkah?”

 

Boa mengangguk.

 

_DH2_

 

“Juniel-ah!” teriak Myung Soo berlari mengejar Juniel. “Ttawara, aku akan membantumu meyakinkinkan hyung kalau kamu tidak bersalah.”

 

Juniel menarik tangannya dari tangan Myung Soo.

 

“Wae?” tanya Myung Soo tidak menggerti kenapa Juniel menarik tangannya saat Myung Soo mengajaknya pergi.

 

“Benar akulah yang menyebarkan artikel dan photo itu,” kata Juniel pelan.

 

“Mwo? Aku tidak percaya itu.”

 

“Aku membencimu,” kata Juniel menatap mata Myung Soo. “Aku ingin membuatmu terpuruk. Aku ingin melihatmu hancur secara perlahan. Aku ingin menyakitimu. Aku ingin kamu bersujud kepadaku untuk meminta maaf nantinya.”

 

“Mwo?” tanya Myung Soo setengah percaya. Tapi, cara Juniel menatapnya penuh kebencian. “Kamu sungguh membenciku?” Myung Soo berharap tidak.

 

Juniel tertawa. “Kita lihat saja, apakah kamu akan tetap menjadi cast musical itu atau tidak,” katanya secara tidak langsung mengancam.

 

“Kamu benar-benar akan menghancurkanku?”

 

Dengan mudahnya Juniel mengangguk. “Sudah kukatakan aku ingin menyakitimu, secara perlahan.”

 

“Aku percaya kamu bukanlah orang yang bisa melakukan hal seburuk itu,” ujar Myung Soo lirih.

 

“Silahkan memegang kepercayaanmu itu sampai nanti kamu terpuruk,” ujar Juniel. Dia tersenyum dan pergi meninggalkan Myung Soo.

 

Myung Soo tertunduk.

 

_DH2_

 

Sebulan kemudian,,,

“Apakah kamu percaya Juniellah pelakunya?” tanya Seunghyun kepada Myung Soo, dengan suara pelan dan berbicara di dekat telinga Myung Soo.

 

Myung Soo menoleh. “Kenapa kamu ada di sini?” tanyanya kaget. Sedari tadi hanya dia yang ada di ruang make-up. Minggu ini Myung Soo harus pentas sendiri. Dia tidak mendapatkan patner untuk tugas mingguannya.

 

“Tidak ada artikel baru yang tersebar di internet tentang dirimu,” Seunghyun tetap membicarakan Juniel, berharap Myung Soo meresponnya.

 

Myung Soo mengerti maksud Seunghyun. Dia menatap namja itu. “Sejujurnya, aku mulai percaya dialah yang menyebarkan artikel itu,” ujarnya.

 

Seunghyun berdiri, dia menepuk bahu Myung Soo tanpa mengatakan apapun dan pergi membiarkan Myung Soo sendiri di depan cerminnya.

 

_DH2_

 

“Saranghanda mianhada geurae deoneun andwaegesseo”
(Mencintai, meminta maaf, ya aku tak bisa melakukannya lagi)
“Nan dagagal jagyeok jocha eobseo nal saranghajima”
(Aku bahkan tak punya hak untuk mendekatimu. Jangan mencintaiku)
“Naegen maeumeul naeeojul yeoyudo eobseo”
(Aku tak memiliki kemampuan untuk menyerahkan hatiku)

“Maeireul himgyeopge salgo haruga beogeoweo ulgo”
(Aku berjuang keras setiap hari dan hari begitu memberatkanku hingga menangis)
* “O nan nege jul su inneunge eobseo missing U”
(Oh tak ada yang bisa kuberikan untukmu, kehilanganmu)

“Ttatteuthan maldo mothae I missing U”
(Aku bahkan tak bisa mengatakan kata-kata yang hangat, aku kehilanganmu)
“Gamhi baral sudo eobseo I missing U”
(Aku tak berani mengharapkanmu, aku kehilanganmu)
“Ireohke mareo nae”
(Sehingga aku mendorongmu seperti ini)

INFINITE – Only Tears

 

“Apakah dia menyesal telah menyakiti Juniel?” tanya Mir berbisik pada Dongrim, suaranya terdengar samar-samar beradu dengan gemuruh tepuk tangan di aula.

 

“Apa hanya dengan menyanyikan lagi itu, kita bisa percaya bahwa dia menyesal?” cetus Dongrim emosi.

 

PLAK! “Pelankan suaramu!” geram Mir dan menampar kepala Dongrim. Jiyoung yang duduk di deretan depan bangku penonton menoleh, membuat keduanya langsung terdiam.

 

“Apa dia mendengar?” tanya Dongrim berbisik, lebih pelan.

 

“Sepertinya,” sahut Mir sambil menggaruk  kepala.

 

_DH2_

 

Klik! Akhirnya dia datang. Minzy melompat ke kasurnya dan masuk ke dalam selimutnya. “Camkan, ini kamarku. Kenapa aku harus bersembunyi di kamarku sendiri,” katanya menyadari kebodohannya. Diapun keluar dari persembunyiannya. Dan,, “Neo!!” tunjuknya meneriaki Seunghyun yang sudah berada di dalam kamarnya. “Benar kan kamu datang ke kamarku saat aku tertidur. Penguntit!” semprotnya.

 

Seunghyun berdecak dan meraup telunjuk Minzy, menjauhkan dari wajahnya. Dia duduk di kursi di depan ranjang Minzy.

 

“Hya! Penguntit!!” teriak Minzy.

 

Duk! Seunghyun melempar bantal kecil ke wajah Minzy, menyuruhnya diam.

 

“Seunghyun-ah!!!” teriak Minzy lebih keras.

 

“Berisik,” gerutu Seunghyun. Kelakuannya seperti pemilik kamar itu, padahal dia adalah tamu. Tamu yang terlalu sesukanya.

 

“Apa yang kamu lakukan selama ini di kamarku. Seunghyun-ah jawab! Malam itu, aku juga tahu kamu masuk ke kamarku dan mencari sesuatu. Apa yang kamu cari,,, Seunghyun-ah jawab! Apa kamu saico?”

 

Seunghyun berdecak, tapi dia tidak mengatakan apapun. Dia bergerak memangku gitar yang tadi dia bawa dan mulai memainkannya.

 

“Beautiful girl nae gyeoteseo,

Utgo inneun niga neomu joha,

Nuni busin geol,

Areumdaun neol,

Humchil su itge neoreul wonhae,

Cause you are my,,,”

  • Beautiful girlI really like you smiling by my side
  • You’re sparkling
  • To be able steal the beautiful you
  • I want you
  • Cause you are my

“(ooh) Special, (ooh) special,,

(ooh) Special, special, special girl,,

(ooh) Special, (ooh) special,,

(ooh) Special, special, special girl,,”

 

Seunghyun memetik gitarnya dan terlena dengan permainannya sendiri sehingga tidak menyadari Minzy terdiam karena takjub. Yeoja itu menghentikan cerocosannya.

 

“Neoreul bol su inneun chanseu, wolhwasumokgeum”

(Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday)

“Naega wonhaneun geoneun jumariraneun boneoseu”

(The thing I want is the bonus that is the weekend)

“Nareul mannareo oneun neoreul bol suman itdamyeon”

(If I could just see you coming to see me)

“Nae modeungeol da julge geu daegaga mwodeun”

(I would give my everything)

“Geureogi wihaeseon neoege eopil”

(Whatever the price is)

“Hal su inneun namanui maeryeogi pillyohae”

(To do so, I need my unique charm that can appeal to you)

“Waenyamyeon neoui gyeoten neul namjadeuri jureul seoitgo”

(Because the men are always lining up in front of you)

“I gotta K.O him“

“Baby naege gidae pyeonhage”

(Baby lean on me comfortably)

“Umjigiji anheulge manyak neoga nae pum ane”

(I won’t move. If you just come into my arms)

“Angyeo jundamyeon i will give you everything,,,”

 

Seunghyun mengakhiri aktivitasnya setelah menyadari ada orang yang terus memandanginya tanpa kedipan.

 

“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Minzy, masih menatap Seunghyun.

 

“Bernyanyi,” jawab Seunghyun, meletakkan gitarnya dengan hati-hati dan mulai berwisata di dalam kamar Minzy. Memerhatikan barang-barang yang ada di sana dengan teliti.

 

“Apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanya Minzy.

 

Seunghyun menatapnya. “Aku akan pergi ke Jepang besok pagi, sangat pagi,” katanya. Itu bukan jawaban dari pertanyaan Minzy. “Sebulan ini kita tidak banyak bicara.”

 

“Kamu yang menjauhiku,” kata Minzy tajam.

 

“Yah,,, Memang,” ujar Seunghyun sambil menggaruk ujung keningnya.

 

“Waeyo?” tanya Minzy meneliti. Seunghyun terlalu sibuk menggaruk keningnya sehingga tidak ada waktu untuknya bicara. Membiarkan Minzy menebak kembali. “Apa karena kamu terlalu sibuk berlatih musical itu?”

 

“Mianhae,,, Aku sengaja menjauhimu. Aku tidak tahu harus bagaimana. Pasti tidak menyenangkan mundur dari sesuatu yang menyenangkan.” Yang Seunghyun maksud adalah musical itu. Minzy mengundurkan diri demi karir 2ne1.

 

Minzy tersenyum simpul. “Gwenchana,” ujarnya.

 

Waktupun berlalu, Seunghyun tetap berada di kamar Minzy. Menjelajahi setiap inci kamar itu mengamati setiap benda yang dia lihat. Dia benar-benar melakukan penelitian di sana, berharap mendapatkan fosil atau apa. Dan Minzy, dia tidak terlalu keberatan Seunghyun ada di kamarnya. Cukup menganggap namja itu tidak ada di sana, dia bisa melanjutkan pekerjaan rumahnya dengan tenang.

 

Bosan dengan perabotan di kamar itu, Seunghyun kembali duduk di kursi di dekat ranjang Minzy. Memainkan gitarnya kembali dan melanjutkan nyanyiannya yang tadi sempat terpotong. Namun, nyanyian yang keluar dari mulutnya kali ini hanya terdengan gumaman saja.

 

Bosan dengan gitarnya, Seunghyun kembali bergerak. Kali ini dia memilih kasur Minzy untuk tempat beristirahat. Berbaring di sana dengan kaki lurus dan tangan terantang. Menatap langit-langit kamar asrama Minzy, tidak ada yang menarik pada hamparan cat biru di depan matanya, diapun menoleh menatap Minzy. “Kamu tidak tidur?” tanyanya.

 

“Sedikit lagi,” sahut Minzy.

 

“Apa kamu akan tidur setelah menyelesaikan tugas itu?” tanya Seunghyun lagi.

 

“Wae?” tanya Minzy tanpa menoleh.

 

“Berbaringlah di sini. Sebentar lagi aku akan pergi. Sebaiknya kita berbincang-bincang saja. Selesaikan tugasmu besok pagi,” pinta Seunghyun.

 

“Kamu berniat tidak tidur?”

 

“Aku bisa tidur di pesawat,” jawab Seunghyun.

 

Minzy menutup bukunya. Dia merangkah ke samping Seunghyun dan berbaring dengan gaya yang sama seperti namja itu. Mereka berdua menatap langit-langit kamar.

 

“Seunghyun-ah, ijinkan aku bertanya,,” ujar Minzy memecah keheningan.

 

“Silahkan.”

 

“Apakah aku hanya kamu anggap sebagai eomma?”

 

Seunghyun tidak menyahut.

 

“Apa kamu tidak tertarik denganku?”

 

Seunghyun tersenyum saja.

 

“Sekalipun tidak?”

 

Seunghyun masih diam.

 

“Bolehkah aku jujur? Lirik lagu yang sering kamu dengarkan kepadaku selalu mengatakan kalau kamu menyukaiku. Apakah pemikiranku itu tidak berlebihan?”

 

Seunghyun memiringkan posisinya menghadap Minzy. Minzy menatapnya dan diapun tersenyum. Dengan samar Minzy bisa melihat Seunhyun menganggukkan kepalanya. Dia yakin Seunghyun benar-benar menganggukkan kepala.

 

“Apa kamu tertarik dengan playboy sepertiku? Aku pasti akan menyakitimu karena aku penjahat cinta. Hahaha,,,”

 

Apakah ada yang lucu? Kalau tidak kenapa dia tertawa? Apakah dia benar seorang penjahat cinta? Apakah dia selalu menganggap remeh perasaan orang lain yang menyukainya?

 

Minzy hanya menatap Seunghyun. Mengajak namja itu untuk lebih serius. Bukan saatnya bercanda.

 

“Aku tidak bisa menyukaimu,” ucap Seunghyun. Senyuman dan tawa renyah menghilang dari wajahnya.

 

“Wae?”

 

“Aku selalu ingin menyakiti seseorang. Aku tidak ingin menyakitimu. Yah,,, mungkin seperti itu,” ujar Seunghyun. Dia merubah posisinya lagi. Kali ini berbaring lurus dan kembali menatap langit-langit kamar. “Biarkan aku menemukan orangtuaku terlebih dahulu. Setelah itu aku akan memikirkan, apakah sebaiknya aku berhenti menjadi playboy dan hanya menyukaimu.”

 

Sekarang giliran Minzy memiringkan posisinya menghadap Seunghyun. “Apakah aku harus menunggu?” tanyanya. “Aku akan menunggumu kalau kamu meminta.”

 

“Jangan menungguku,” ujar Seunghyun.

 

“Aku akan tetap menunggumu,” cetus Minzy.

 

“Yeoja selalu seperti itu.”

 

“Aku benar-benar akan menunggumu!” kata Minzy nyaring.

 

“Aish,,, Aku bisa mendengarnya. Jangan berteriak di dekatku,” ujar Seunghyun tak kalah nyaring.

 

Tak lama setelah suasan sunyi di antara mereka muncul, Minzy menggerakkan tangannnya menarik tangan Seunghyun meminta kepada namja itu  untuk menghadap ke arahnya. Seunghyunpun meruba posisinya. “Wae?” Dia bertanya.

 

Minzy menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Seunghyun. Disentuhnya pipi namja itu, dielus penuh kasih sayang. “Berlatihlah dengan serius saat kamu di Jepang. Di sana, kamu tidak bisa memelukku saat kamu sedih. Belajar lebih kuat. Kamu bisa menyakiti banyak yeoja, tapi kenapa tidak mampu menjadi namja yang tegar. Jangan terlalu sering menangis, itu akan membuatmu semakin jelek. Berjanjilah kamu akan berubah menjadi namja yang kuat saat kita bertemu lagi.”

 

“Ne, arasseo eomma,” sahut Seunghyum kalem.

 

“Jangan terus membuat eommamu ini sakit hati karena melihatmu menangis.”

 

“Aku berjanji tidak akan menangis lagi.” Seunghyun berjanji.

 

Minzy tersenyum dan menarik mundur tangannya dari pipi Seunghyun. “Ijinkan aku menatap wajahmu hingga kamu tertidur.”

 

“Apa yang kamu lakukan saat aku tertidur?” tanya Seunghyun.

 

“Aku akan mengingat wajah tidurmu,” ujar Minzy.

 

“Baiklah, aku akan memejamkan mataku dan tertidur. Bangunkan aku besok pagi.”

 

Minzy mengangguk.

 

“Saranghae eomma,” kata Seunghyun dan memejamkan matanya, tertidur seperti anak manis di samping eommanya.

 

Dan, Minzy terus menatapnya tanpa rasa lelah.

 

_DH2_

 

Keesokan paginya, alarm Minzy berbunyi dan memaksanya segera bangun. Minzy bangkit dari tidurnya dan duduk tegap. Matanya melirik jam yang tadi membangunkannya. Pukul 08.00 pagi. Seunghyun dan siswa terpilih lainnya sudah terbang ke Jepang sejam yang lalu. Dia tertidur. Dia tidak sempat mengantarkan Seunghyun ke bandara. Ini sudah sangat terlambat.

 

“AAAAAaaaa,,,,, Pabboya!!” teriaknya mengatai dirinya sendiri sambil mengacak-ngacak rambutnya.

 

_DH2_

 

@Narita Airport

Sepuluh, bukan- Sembilan siswa Karin yang terpilih sebagai cast musical modern Jepang telah tiba di bandara internasional jepang. Bahagia? Jelas, namun tidak sepenuhnya bahagia karena beberapa anak sibuk memikirkan sesuatu yang memenuhi kepala mereka. Myung Soo contohnya, dia punya perasaan gugup akan bertemu Juniel di asrama nantinya.

 

“Huuuaaaahhh!! JAPAN!!” teriak Mir dan Dongrim berbarengan sambil merentang kedua tangan mereka. Melepaskan penat yang terkumpul saat mereka di pesawat.

 

“Ini pertama kalinya aku pergi ke Jepang,” ujar Mir.

 

“Na do,” sahut Dongrim.

 

“Jinja?” Mir bertanya dan Dongrim mengangguk. Mereka tersenyum lebar, saling mengandeng bahu dan berjalan beriringan.

 

Seunghyun? Tentu dia juga merasa bahagia, tapi dia tidak bisa tersenyum penuh setibanya di jepang. Pertama kali menginjakkan kaki di Negara itu, dia merasakan pirasat buruk. Entah apa itu, hatinya hanya merasa tidak nyaman.

 

“Sebelum pergi ke asrama, bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu? Eotte? Aku yang akan menyetir,” kata Dongrim menawari. Mereka semua saling menatap. “Percayalah, aku sudah punya sim.”

 

“Bagaimana dengan jalanan di Jepang. Apa kamu hapal jalanan di sini?” tanya Mir.

 

“Gampang, kan ada GPS,” serunya meyakinkan. Teman-temannya saling menatap lagi.

 

“Ide yang bagus,” cetus Myung Soo. Teman-temannya menoleh ke arahnya. “Kita tidak akan diperbolehkan jalan-jalan kalau kita sudah di asrama. Jadi, sebaiknya lakukan itu sekarang”

 

“Kurang apalagi, ketua kelas kita sudah memperbolehkan kita. Kita seharusnya pergi saja. Dia akan bertanggung jawab atas semua kenakalan kita hari ini,” ujar Dongrim, mendelik jahil.

 

Teman-temannya mengangguk sekarang. Mereka masuk ke dua mobil berbeda, sebagian masuk ke dalam mobil yang akan di kendarai oleh Dongrim.

 

“Hya, aku tidak mengatakan kalau aku akan bertanggung jawab!” teriak Myung Soo.

 

“Cepat masuk saja!” suruh Seunghyun kepada Myung Soo dari jendela mobil.

 

Myung Soo berdecak.

 

_DH2_

 

@Harajuku

Sesampainya di tempat yang mereka sepakati untuk mereka datangi, mereka semua – siswa terpilih, turun dari mobil dan berpencar. Berjanji akan berkumpul di mobil sejam kemudian. Mereka memperbolehkan diri mereka sendiri untuk berkeliaran di sana.

 

Seunghyun pergi bertiga bersama Mir dan Dongrim. Melangkah entah kemana sesuka mereka. Berpindah memasuki toko yang satu ke toko yang lain. Tidak membeli apapun, mereka hanya melihat-lihat dan sesekali mencoba benda yang menarik di mata mereka. Mereka menikmati itu.

 

Beberapa menit berlalu, tiba-tiba saja telinga Seunghyun terarik akan  suara yang terdengar familiar olehnya. Dia menoleh, berhenti berjalan dan itu membuatnya tertinggal dari Dongrim dan Mir yang berada jauh di depannya. Dia mempertajam pendengarannya dan berusaha mengikuti ke arah mana suara yang dia dengar berasal. Kakinya berjalan secara hati-hati.

 

Ada kerumunan kecil di ujung jalan setelah dia mengikuti asal suara itu. Dia yakin suara itu berasal dari sesuatu yang berada di tengah-tengah kerumunan itu.

 

Benar saja, semakin dia masuk lebih jauh ke dalam kerumunan, suara itu semakin jelas.

 

Dia sampai di tengah kerumunan. Sekarang dia bisa melihat ada apa di sana. Empat orang seniman jalanan yang sedang memainkan musik mereka, salah satu dari seniman jalanan itu bernyanyi – tentu orang yang bernyanyi adalah seorang vokalis.

 

Seunghyun berdiri di sana menatap para seniman jalanan itu, menunggu mereka menyelesaikan lagu mereka. Terdengar menyejukkan dan liriknya juga indah.

 

“Hyung, bukankah ini lagu yang kubuat?” tanya Seunghyun kepada para seniman jalanan itu.

 

“Seunghyun-ah!” sentak mereka – para seniman itu. “Kamu di sini?” tanya salah-satu dari mereka. “Bagaimana bisa?” tanya yang lainnya.

 

Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kalian ada di sini?” tanya Seunghyun.

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Asuka_J12 #1
Chapter 16: Hey hey nasib band lamanya Seung gimana?? Debut (?) lg doong~ >,< *lebih peduli sm ftislandnya ternyata haha*
Oh ya, annyeong hasseyo. Newbie reader here! ^^
Overall saya suka ceritanya, complicated bingit xD tp ada tuh kata2 typo yg sdkit mengganggu. Ada kata 'ampun' di beberapa kalimat di part2 sebelumnya yg padahal kl diperhatikan maksudnya itu kan 'pemilik' ya? Tp gpp, di lain ff bisa diperbaiki :)
miminzy
#2
Chapter 16: satu hal yang aku paling sukai di ff ini, seunghyun dan minzy itu ultimate biasku >.< kyaaaaa!!!! nice story!
jiwonku #3
Chapter 14: Wowww, you are good writer, authornim. This is really complicated but I like this. Next chapter authornim...
yourylau #4
Chapter 14: next chapter authornim.
yourylau #5
Chapter 13: aku udah nunggu lama banget kelanjutan ff ini.
Good job thor.
jj_jw_sh #6
Chapter 10: Plot-nya menarik dan bikin penasaran bangeet...
Ditunggu update selanjutnya, author-nim...^^
ame112
#7
Huwaa...senengnya ada fanfiction minzy dari indonesia..
Gumawo chinggu aahh..
Eiitss bolehkan kalau manggil authornya chinggu..
Walaupun belum baca 1 chapter pun.
Tapi bakalan ku baca sampai chapter 10 malam ini juga...
<3