Chapter 13

a dream to find that

Comeo :

- Gigkwang (Beast)

- Go Eun Ah

 

Mereka ada di sini?

Sejak kapan?

Apakah dari awal mereka pergi, di sinilah tujuan mereka?

Untuk apa pergi sejauh ini untuk melupakan kesalahanku?

Apakah ada alasan lain?

Apa mereka sengaja menjauhiku?

 

Pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di benaknya tidak bisa terucap. Terlalu banyak. Dia tidak sanggup mengatakannya satu-persatu.

 

“Seunghyun-ah!!”

 

Dia berpaling ke arah suara itu.

 

“Kajja,,,”

 

Dia hanya menatap. Kakinya sangat berat untuk melangkah.

 

“Seunghyun-ah! Kamu tidak mendengarku?”

 

Kaki kanannya bergeser. Sangat sedikit menghadap suara yang memanggilnya dan mengajaknya pergi.

 

Ke mana aku harus pergi? Dia menjadi bimbang. Ke mana dia harus pergi dan bersama siapa. Di kirinya, ada orang-orang yang sudah berjuang bertahun-tahun bersamanya sebagai band indie. Orang-orang yang selama ini dicarinya untuk dijadikan tempat sandaran yang sebenarnya. Tak apa tidak menemukan orang tua kandungnya asalkan ada mereka.

 

Apakah aku harus pergi kepada mereka? Dia bertanya kembali yang artinya dia masih ragu. Dia menoleh ke kanan. Di sana ada Mir dan Dongrim yang menantinya untuk pergi ke asrama. Mereka hanya teman yang dia kenal sebagai sesama siswa Karin School. Hanya teman biasa. Tapi, saat dia menatap mata Dongrim, dia ingat bahwa dia mempunyai janji. Dia berjanji akan menjadi terkenal agar orang tua kandunganya bisa mengenalinya. Berjanji akan menyelesaikan studinya sebagai Siswa Semester Special.

 

Jadi, mana yang harus kupilih? “Molla,,” desahnya dan memilih menatap sepatunya saja, berharap mendapatkan jawaban yang tepat.

 

“Seunghyun-ah, kita harus ke asrama,” kata Dongrim lembut, membujuk.

 

Seunghyun menoleh ke kanan. Sekali lagi ditatapnya mata Dongrim. Mata itu memohon agar dia ikut pergi bersamanya. Dia yakin arti tatapan itu seperti itu. Lalu, dia pun menoleh ke kiri. Apa kalian tidak membujukku pergi bersama kalian seperti dia? Tanyanya di dalam hati. Memohon kepada Jaejin agar mengerti isyarat matanya.

 

Dia menunggu beberapa detik, tapi dia tidak bisa menunggu lebih lama. Terpaksa dia menyimpulkan semuanya sendiri. Jangan salahkan dia kalau dia salah mengartikan tindakan teman-temannya itu.

 

“Ka,,” gumam Seunghyun kepada Dongrim. Dia memilih mengikuti orang yang memanggilnya saja. Aku akan kembali hyung. Sebentar lagi,,,, Setelah aku menyelesaikan sekolahku.

 

_DH2_

 

Seberapa jauh jarak antara Harajuku dan hotel tempat menginap para siswa terpilih dari Karin School itu? Tiga puluh menit lamanya. Yah, itu yang dikatakan GPS di mobil Dongrim. Tapi, Seunghyun merasa jarak antara kedua tempat itu lebih jauh daripada yang dikatakan oleh mesin itu.

 

“Hhhhh,,,,” Seunghyun mendesah berat karena merasa bosan. Perjalanan yang terlalu jauh menurutnya. Dia merasa pengap. Mungkin menghirup udara di luar mobil akan membuatnya lebih nyaman. Dia pun menurunkan sedikit kaca mobil, membiarkan angin menerpa rambut dan matanya. Menyandarkan kepalanya ke jok mobil. Tangannya terus memegangi HPnya, jemarinya mengelus pinggiran benda itu ingin menyentuk lambang ‘call’ di layarnya. Tertera nama ‘Minzy’ di sana. Dia ingin menelpon yeoja itu, menceritakan semuanya dan juga ingin menangis. Ingin memanggil yeoja itu segera berada di sampingnya. Membantunya mencari jawaban dari semua pertanyaan yang tidak dia mengerti di dalam benaknya. Namun, dia tidak menelpon yeoja itu. Dia tahu dia tidak boleh melakukan itu. Dia sudah berjanji untuk menjadi namja yang kuat dan tidak menangis lagi.

 

Dia tidak menangis.

 

“Ada apa denganmu?” tanya Myung Soo yang duduk di sebelahnya.

 

Seunghyun tidak menjawab. Bicara hanya akan membuat air matanya tumpah. Dia menggeleng saja.

 

“Ada yang aneh dengan rautmu,” ujar Myung Soo.

 

Dongrim yang menyetir di jok depan, menyempatkan matanya untuk melirik Seunghyun dari kaca spion.

 

“Aku lelah,” kata Seunghyun, dia bisa bicara setelah mengumpulkan kekuatan untuk mengontrol air mata dan nada bicaranya.

 

“Tidurlah, aku akan membangunkanmu saat tiba nanti,” ujar Myung Soo.

 

“Hhhhh,,,” Seunghyun kembali mendesah. Dia tidak bisa tidur, bahkan berkedip saja dia tidak berani takut membuat air matanya tumpah.

 

_DH2_

 

Selama berada hari di Jepang, siswa-siswa Karin diberi kenyamanan menginap di hotel. Jarak tempat latihan dan hotel berjarak lima menit. Mereka bisa berjalan kaki saja untuk sampai di sana. Asrama yang sesungguhnya masih dalam persiapan. Saat semuanya sudah selesai, semua cast – dari Korea ataupun Jepang , diwajibkan tinggal di asrama tersebut.

 

_DH2_

 

“Kita hanya diijinkan menginap di hotel semalam saja? Asih,,, aku bosan dengan asrama.” Mir menggerutu sambil menarik kopernya keluar dari lif. Susah payah memasukannya ke dalam bagasi bus.

 

“Kubantu.” Myung Soo membantu Mir memasukkan kopernya.

 

“Waeyo?” tanya Mir sesudahnya. Myung Soo mengerutkan dahinya. “Kenapa bersikap ramah akhir-akhir ini? Apa kamu takut kami akan mencelakaimu, untuk membalas sakit hati Juniel?”

 

Myung Soo membatu.

 

“Tidak perlu khawatir. Juniel melarangku melakukannya. Kamu selamat!” cerocos Mir. Ditepuknya bahu Myung Soo. “Gomawo sudah membantuku.”

 

Mir masuk ke dalam bus terlebih dahulu, sesudahnya Myung Soo menyusul Mir setelah dia memasukkan kopernya ke dalam bagasi bus.

 

Tersisa satu kursi kosong untuknya di sana. Di samping Juniel. Dia mencari kursi kosong yang lainnya, sayangnya yang tersisa hanya kursi itu. Beberapa saat dia menatap kursi kosong itu, ragu untuk menempatinya.

 

“Duduklah, aku tidak akan mencelakaimu.”

 

“Ne?” desah Myung Soo, kaget Juniel bicara kepadanya. Dia mengangguk dan duduk di kursi kosong itu dengan canggung. Tidak berani menoleh ke arah Juniel sekalipun.

 

“Hanya memerlukan waktu lima belas menit dari hotel menuju asrama. Sedikit lebih lama dari berjalan kaki karena harus memutar di depan sana. Santailah,,, Aku tidak akan mencelakaimu.” Juniel sedang bicara kepada Myung Soo meskipun matanya sibuk membaca buku.

 

Akhirnya Myung Soo menoleh. Baru satu bulan tidak bertemu, yeoja itu mengubah warna rambutnya menjadi coklat tua. Tapi, bukan karena itu dia lupa untuk memalingkan wajahnya ke posisi semula.

 

“Waeyo?” tanya Juniel tau Myung Soo ingin menanyakan sesuatu kepadanya.

 

“Tidak ada artikel yang muncul di internet saat kamu di Jepang,” kata Myung Soo.

 

Juniel tertawa kecil karena ada kalimat lucu dari buku yang dia baca. “Aku tidak boleh menggunakan HPku,” katanya.

 

“Apakah karena itu tidak ada artikel yang muncul?”

 

Juniel tersenyum, namun kali ini bukan karena ada kalimat lucu dari bukunya.

 

“Apakah kamu melakukan itu untuk menyakitiku?” tanya Myung Soo.

 

“Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?”

 

Myung Soo mengangguk.

 

“Kamu sudah mendapatkan jawabannya sebelum bertanya kepadaku,” ujar Juniel riang. Dia menutup bukunya. “Kita sampai!” serunya. Mendahului Myung Soo turun dari bus.

 

_DH2_

 

Tema musical berikutnya adalah tentang cinta segitiga. Akan ada dua judul yang dipentasnya. Bertema sama, tapi memiliki jalan cerita dan cast yang berbeda.

 

“Apakah pemeran utamanya sudah ditentukan?” tanya Dongrim kepada mentor mereka di sana.

 

“Sudah ditentukan sebelum siswa-siswa Karin tiba di sini,” jawab mentor itu.

 

Judul pertama musical itu, bercerita tentang seorang gadis yang berusaha merebut kekasihnya di masa lalu. Dan judul lainnya, bercerita tentang seniman gitar yang harus mengorbankan toko gitarnya untuk mengobati temannya yang adalah seorang rapper jalanan dan juga merelakan orang yang dia cintai untuk temannya itu.

 

“Kurasa Myung Soo akan dipilih untuk memerankan seniman gitar itu,” ujar Seunghyun. Dia membuka lembaran pertama dari kumpulan naskah yang baru saja dia terima. Namanya tertera di sana sebagai pemeran utama – sebagai seniman gitar. “NAEGA WAE?” cetusnya nyaring.

 

“Tidak terima beradu akting denganku?” tanya Mir, yang adalah pemeran rapper jalanan.

 

“Kamu yang mengatur semua ini?” tanya Seunghyun pada Dongrim.

 

“Aniya, aku tidak melakukan itu. Seniman Jepang itu yang mengaturnya sendiri,” jawab Dongrim, asik dengan naskahnya.

 

“Ck, kapan seniman Jepang itu akan menampakkan dirinya?” tanya Seunghyun jutek.

 

“Mungkin dia adalah alien,” desis siswa Karin yang lain, berbisik di telinga Seunghyun. Membuat Seunghyun tertawa.

 

“Kenapa kamu tidak mengatakan apapun?” tanya Dongrim kepada Juniel.

 

“Aku menjadi pemeran utama kali ini,” ujar Juniel datar.

 

“Kamu tidak suka?” tanya Dongrim lagi.

 

“Perhatikan! Semua pemeran diharapkan masuk ke dalam ruangan latihan di sisi kanan dan kiri aku. Sesuai judul naskah yang kalian dapatkan.” Mentor mereka memerintahkan dengan lantang. Semuanya bisa mendengarnya dan langsung bergerak sesuai perintah.

 

Juniel berdiri dan masuk ke dalam ruang latihan sebelah kiri, dan Myung Soo masuk ke dalam ruangan yang sama. Seunghyun, Dongrim dan Mir saling menatap. Dongrim melihat kembali daftar nama yang ada di dalam naskahnya. Nama Juniel dan Myung Soo berada di dalam satu judul naskah yang sama. Mereka berdua mendapatkan peran utama untuk musical itu.

 

“Daebak!” gumam Dongrim kagum.

 

Seunghyun berdecak saja.

 

“Kebetulan yang menakjubkan!” seru Mir.

 

Seunghyun tidak mengatakan apapun. Dia menarik Mir masuk ke ruang latihan sebelah kanan dan tak lupa melambaikan tangan kepada Dongrim. Sampainya di dalam, dia dan Mir duduk di lantai bersama cast lainnya mendengarkan mentor baru mereka memberi penjelasan.

 

Ada yang menarik di mata Seunghyun tentang mentor barunya. Mentor yang membimbingnya adalah namja. Itu biasa, namun aksen bahasa Jepang orang itu terdengar canggung di beberapa kata. Seunghyun terkekeh. “Dia bukan orang Jepang,” gumamnya yakin.

 

_DH2_

 

“Siapa yang kamu temui di Harajuku?” Dongrim sangat ingin menanyakan itu kepada Seunghyun dan pertanyaan itu baru bisa dia lontarkan hari ini. Di jam senggang saat jam istirahat.

 

“Aku bertemu dengan orang-orang yang membuatku ingin pergi dari Karin.” Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi tentang teman-teman band indienya itu. Dongrim boleh mengetahuinya. Dia memberitahu Dongrim dengan sangat mudah. “Mereka di sini.”

 

“Kamu merindukan mereka kan?”

 

Seunghyun mengangguk. “Mereka lebih berharga dari Park Leeteuk,” katanya riang.

 

“Ingin kembali bersama mereka?” pertanyaan itu membuat Seunghyun menoleh. “Dan mundur dari usahamu selama ini?” ujar Dongrim bertanya.

 

Seunghyun tersenyum sambil menepuk bahu Dongrim. “Aku tidak akan mundur,” jawabnya.

 

Dongrim mencermati wajah riang Seunghyun hari ini. Itu asli atau wajah palsu, dia tidak mengetahuinya. “Apa alasanmu tidak mundur? Karena aku atau karena kamu sangat ingin bertemu kedua orang tuamu?”

 

“Karena kedunya,” jawab Seunghyun. “Aku selalu menepati janjiku. Aku akan menepati janjiku padamu kalau aku akan bersungguh-sungguh.”

 

Dongrim ikut tersenyum bersama Seunghyun. Mianhae,,, gumamnya di dalam hati mengiringi senyumanya itu.

 

_DH2_

 

Bersungguh-sungguh, itulah janji yang Seunghyun ikat kepada Dongrim. Dia bilang dia selalu menepati janji dan itu benar. Dia membuktikannya sekarang. Dia berlatih lebih keras dari yang lain. Dia tahu kalau tekhnik vokalnya tak sebagus cast yang lain, maka dari itu dia melakukan latihan sendiri setelah semuanya selesai latihan. Dan, dia bersedia dilatih bermain gitar oleh Jungmo. Tidak ada bantahan atau protesan yang keluar dari mulutnya selama latihan. Dia melakukan apapun yang Jungmo perintahkan meskipun itu tidak masuk akal.

 

Jungmo pernah menyuruhnya merendam jari-jarinya di dalam air hangat. Jungmo bilang, itu akan melenturkan jari-jarinya dan mempermudah tangannya memainkan gitar. Dia tahu itu bohong, tapi tetap saja dia lakukan.

 

“Seunghyun-ah, aku tidak akan memujamu kali ini. Apa yang membuatmu begitu jinak dan bekerja keras tanpa dipaksa?” tanya Jungmo curiga.

 

“Semua teman-temanku sedang bekerja keras sekarang, aku hanya melakukan hal yang sama.” Seunghyun mencoba tekhnik baru pada permainan gitarnya. Dia melakukan kesalahan, membuat senarnya putus dan melukai tangannya. “Aish,,, Kenapa jariku bisa luka hanya karena senar. Aku memerlukan Jonghoon hyung mengajariku.” Dia menggerutu tanpa memperdulikan Jungmo di sana.

 

“Kamu merindukan mereka?” tanya Jungmo kemudian.

 

Seunghyun tersenyum. “Ani. Aku bertemu mereka beberapa hari yang lalu. Kurasa itu cukup mengobati rinduku,” katanya cuek. Dia asik menyeka darah yang keluar dari jarinya. “Aku ingin menutup luka ini. Songsaengnim, apakah boleh latihan malam ini sampai di sini saja?”

 

Jungmo mengangguk. “Pergilah. Cari makan juga!” serunya.

 

Seunghyun melambaikan tangannya dan tersenyum.

 

“Apa yang merubah anak itu?” tanya Jungmo merasa sangat aneh.

 

_DH2_

 

Hari berikutnya, Seunghyun mendapatkan ijin libur latihan karena jarinya terluka. Dia pergi ke ruang latihan  lain. Niatnya ingin melihat dan mendengar suara Dongrim, tapi dia datang tidak diwaktu yang tepat. Bukannya Dongrim, yang dia lihat malah Juniel dan Myung Soo yang sedang berlatih part mereka.

 

“Myung Soo yang penuh tanda tanya,” gumamnya, tampak tidak senang Juniel berlatih bersamanya.

 

“Shin Seunghyun.” Seunghyun menoleh, ternyata orang yang memanggilnya adalah mentornya sendiri. Orang yang dia percayai bukan orang Jepang. Dia membungkuk kepada mentornya itu.

 

“Maukah makan siang bersamaku?”

 

Sebelah alis Seunghyun terangkat. Mentornya itu tidak menggunakan bahasa jepang bicara kepadanya, melainkan Korea.

 

“Di depan sana ada toko roti kecil. Kita juga bisa memesan coklat atau susu hangat. Eotte?”

 

“Ah, ne,,” sahut Seunghyun terbata. Dia mengikuti mentornya itu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

 

Seunghyun memesan apa yang dipesan oleh mentornya. Dia tidak lapar atau sedang tidak ingin memakan apapun. Dia hanya menghormati mentornya itu.

 

Mereka duduk di meja di dekat dinding kaca. Menatap ke luar sebelum saling menatap dan tersenyum. Ini sangat aneh, ini pertama kalinya mereka begitu dekat. Dan, terlalu mendadak kalau mereka menjadi akrab.

 

“Mianhae,,, tapi aku tidak tahu siapa namamu. Saat kamu memperkenalkan dirimu aku tidak berada di ruang latihan.” Seunghyun bertanya dan bicara jujur.

 

“Gikwang,” jawab mentor itu.

 

Seunghyun mengangguk. “Gomawo sudah mengajakku makan bersama,” ujarnya canggung. Dan, lebih canggung karena mentornya itu terus menatapnya. Membuatnya berpikir yang tidak-tidak. “Wa, wae, wa, waeyo?” tanyanya hati-hati.

 

“Kamu sangat mirip seseorang,” ujar Gikwang. Dia menerawang. “Aku tidak mengerti kenapa mereka memberi nama anak ini sama dengan bule setengah-setangah itu,” katanya bicara sendiri.

 

“Ne?” tanya Seunghyun semakin bingung.

 

“Aniya. Cepat habiskan makanmu saja,” cetus Gikwang cepat-cepat.

 

_DH2_

 

Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, Jiyoung sedang makan siang bersama Minzy di kantin. Ini pertama kalinya mereka makan di satu meja yang sama.

 

“Kudengar kamu mengundurkan diri dari musical itu karena ingin debut di Amerika,” ujar Jiyoung, membuka topik pembicaraan untuk mencairkan suasana.

 

Minzy mengangguk. “Baru rencana, aku tidak tahu pasti itu kapan.”

 

“Kamu sangat berusaha akhir-akhir ini.”

 

Minzy tersenyum. “Aku harus melakukannya agar tidak mempermalukan member lain.”

 

“Geure,” sahut Jiyoung sambil tertawa ringan.

 

“Eum,,, Tentunya kamu pernah mendengar kalau Myung Soo sedang dijauhkan dari member Infinite lainnya. Apakah karena pertengkaran itu?” tanya Minzy pelan. Jiyoung menatapnya. “Tidak perlu menjawabnya kalau tidak ingin.”

 

“Aku juga tidak begitu mengerti dengan apa yang terjadi. Aku juga menebak-nebak seperti yang lainnya,” ujar Jiyoung, memaksa bibirnya tersenyum.

 

Minzy tidak bertanya tentang Myung Soo dan Infinite lagi. Dia takut membuat Jiyoung semakin tidak nyaman dengannya.

 

_DH2_

 

Dilain kesempatan mentor bernama Gikwang itu mengajak Seunghyun makan bersama lagi. Kali ini mereka makan malam. Dia memberitahu Seunghyun kalau dulunya dia adalah siswa Karin.

 

“Jeongmal?” seru Seunghyun tidak percaya.

 

“Leeteuk songsaengnim dulunya hanya seorang guru biasa, bukan kepala sekolah,” beritahu Gikwang.

 

Raut wajah Seunghyun langsung berubah. “Orang seperti apa dia?” tanyanya.

 

“Sangat baik. Dia menolong saudari kembarku.”

 

“Apakah kamu tahu aku adalah siapanya Park Leeteuk?” Seunghyun bertanya.

 

Gikwang mengangguk. “Ara. Kamu adalah cucunya, benar kan?” Seunghyun mengangguk. “Bagaimana dia memperlakukanmu?”

 

“Dia menyayangiku sangat berlebihan,” ujar Seunghyun. “Ah, kamu adalah seniman Jepang yang memilihku kan? Wae? Leeteuk-ssi tidak ikut serta dalam pemilihan kan?”

 

“Dia malah menyuruhku tidak memilihmu,” ujar Gikwang. “Tapi, aku tidak mendengarkannya. Aku menyukaimu sejak aku melihatmu di broadcast. Kamu mengingatkanku kepada temanku. Entah kenapa aku percaya kamu mempunyai semangat yang sama sepertinya.”

 

“Semangat seperti apa?”

 

“Melakukan apapun demi mendapatkan yang dia mau meskipun dia tidak menyukai hal itu.”

 

“Bagaimana kamu tahu aku mempunyai semangat seperti itu?”

 

“Kamu sedang mencari orang tua kandungmu kan? Kamu meninggalkan bandmu dan bersekolah di Karin.”

 

Seunghyun memalingkan wajahnya. Dia tidak bertanya kenapa Gikwang bisa tahu tentang apa yang sedang dilakukannya saat ini.

 

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Gikwang.

 

“Apakah benar aku mempunyai semangat seperti temanmu itu,” gumam Seunghyun.

 

_DH2_

 

Malam ini Seunghyun keluar asrama tanpa meminta ijin. Kebiasannya di Karin tidak bisa dia hilangkan. Dia hanya jalan-jalan di sekitar asrama dan kembali ke asrama sebelum tengah malam.

 

Koridor asrama sangat sepi. Dia yakin tidak akan ada yang menemukannya sedang melanggar peraturan. Benar tidak ada yang menemukannya, dialah yang menemukan orang lain. Tidak sengaja mendengar pembicaraan orang lain saat dia melewati sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka. Namanya disebut, itu yang membuatnya tertarik untuk mendengarkan.

 

“Seunghyun yang mengatakannya langsung kepadaku, dia bertemu teman-teman band indienya itu.” Itu suara Jungmo, dan benar saja setelah Seunghyun menengok ke dalam ruangan. Ada Leeteuk di dalam sana, Heechul dan mentor yang akhir-akhir ini sering mengajaknya makan bersama.

 

Sedang apa mereka berkumpul di sini?

 

“Kapan kamu akan menghentikan semua ini?” tanya Heecul kepada Leeteuk.

 

“Kenapa aku menghentikannya?” Leeteuk balik bertanya.

 

“Apa yang akan terjadi kalau dia tahu apa yang kamu lakukan?” Heechul bertanya lagi. Seunghyun bisa melihat Leeteuk menatap Heechul.

 

“Apa yang Seunghyun ketahui?”

 

Apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Berbelit-belit,,, gerutu Seunghyun di dalam hati.

 

“Sebulan yang lalu Dongrim pergi ke Amerika. Dia berusaha menemukan orang tua kandung Seunghyun. Anakku dan cucumu berteman sangat baik.” Seunghyun sudah tahu tentang itu. Dia ingin mendengarkan cerita yang lain.

 

“Apakah Dongrim menemukan mereka?” tanya Jungmo lebih tertarik dari Leeteuk.

 

“Dongrim tidak menemukan mereka,” gumam Seunghyun. Sungguh dia tahu tentang semua yang mereka bicarakan. Membosankan, Seunghyun memilih melanjutkan perjalanannya menuju kamar asramanya saja.

 

“Dongrim menemukan mereka. Dia berniat memberitahu Seunghyun saat dia kembali ke Korea. Tapi Taemin menelponku, memberitahuku kalau anakku ada di tempatnya. Aku pergi ke sana, menjemputnya. Aku mengancamnya akan membatalkan kontraknya sebagai komposer musical ini kalau dia memberitahu Seunghyun siapa orang tua kandungnya. Aku melarangnya,,,”

 

Langkah Seunghyun terhenti. Dongrim menemukan mereka,,, dia membatu. Mereka? Apakah itu orang tua kandungku? Dongrim menemukan orang tua kandungku. Dia bertemu dengan mereka. Seharusnya dia memberitahuku saat dia kembali ke Korea. Tapi apa yang dia katakan waktu itu? Seunghyun mencoba mengingatnya.

 

Tiba-tiba saja dia menjadi sedikit pikun tidak bisa mengingat apa yang Dongrim katakan kepadanya waktu. Perlahan dia melangkah kakinya dan tak berhenti mencoba mengingat perkataan Dongrim.

 

“Aku bukannya tidak menemukan mereka. Aku menemukan tempat tinggal mereka Seunghyun-ah.  Tapi, aku terlambat, mereka pindah ke Seoul sebelum aku tiba di Amerika.”

 

Sekarang Seunghyun bisa mengingatnya dengan benar. Itulah yang Dongrim katakan kepadanya. Dia hanya menemukan tempat tinggal orang tuanya yang sudah kosong. Mereka pindah ke Seoul sebelum Dongrim pergi ke Amerika untuk mencari mereka. Mereka tidak sempat bertemu.

 

Seunghyun berhenti. Kali ini untuk mengenali jalan menuju kamar asramanya.

 

“Dongrim menemukan mereka,,,  Aku mengancamnya akan membatalkan kontraknya sebagai komposer musical ini kalau dia memberitahu Seunghyun siapa orang tua kandungnya. Aku melarangnya,,,”

 

Dan, dia juga ingat apa yang baru saja dikatakan Heechul beberapa menit lalu.

 

“Siapa yang harus aku percaya?” tanyanya kepada dirinya sendiri. “Dongrim tidak mungkin membohongiku dan Heechul tidak mungkin membohongi temannya.” Dia menjadi sangat bingung.

 

Dia melangkah lagi. Mencoba menerka dan mencermati dari dua kalimat yang terus berputar di kepalanya. Mana yang harus dia percaya.

 

Saat mendongak, Seunghyun berdiri di depan kamar pintu kamar asrama Dongrim dan Mir. Lama berdiri di sana hanya untuk mengambil keputusan siapa yang harus dia percaya.

 

Kemudian,,, “Bisa saja Dongrim membohongiku. Heechul ahjussi mengancamnya. Tentu kontrak itu lebih penting dariku. Aku dan dia tak lama saling mengenal.” Dia menyimpulkan Dongrim membohonginya. Berbohong untuk kepentingan sendiri. Mendustakan di mana orang tua kandungnya hanya demi sebuah kontrak. Kesimpulan ini membuat Seunghyun gemetar karena amarah. Kedua tangannya mengepal sangat erat.

 

Dia membuka pintu kamar di hadapannya dengan kasar. Setelah pintu itu terbuka lebar, matanya bisa menangkap orang yang telah membohonginya demi sebuah kontrak berdiri di depannya. Langsung saja dia menarik kerah baju orang itu dan mencengkramnya dengan sangat erat. Kedua matanya menatap penuh emosi.

 

“Seunghyun-ah,” desah Dongrim syok.

 

“Apa yang sedang kamu lakukan?” teriak Mir.

 

Cengkraman tangan Seunghyun di baju Dongrim semakin kuat. Dongrim tidak tinggal diam, dia berusaha melepaskan diri. Sedang mencoba namun belum berhasil. Dia ketakutan karena cara Seunghyun menatapnya.

 

“Seunghyun-ah!” teriak Mir.

 

"Anakku dan cucumu berteman sangat baik’

 

Tiba-tba ada kalimat lain yang muncul di kepala Seunghyun. Teman baik? Bagaimana bisa Heechul memberitahu Leeteuk kalau dia dan Dongrim adalah teman baik. Apakah Dongrim memberitahu appa-nya kalau mereka teman baik?

 

Seunghyun menatap lurus ke dalam mata Dongrim. Mencari jawaban. Tidak! Dia menuntut pertolongan agar mata itu membantunya memilih sesuatu yang benar.

 

“Seunghyun-ah,” desah Dongrim memanggil Seunghyun.

 

“Hhahahaha,,,, Aku hanya bercanda! Aish,,, kenapa sangat serius.” Seunghyun tertawa dan mendorong tubuh Dongrim menjauh darinya. “Aku mengerjai kalian dan sepertinya berhasil. Hahaha,,, tampang kalian sangat lucu. Aku menyesal tidak sempat merekamnya.”

 

Dongrim dan Mir masih menatap Seunghyun, tidak percaya kalau Seunghyun hanya sekedar bercanda ingin menampar Dongrim.

 

“Santailah,,, Malam ini aku ingin tidur di sini bersama kalian. Tidur sekamar dengan Myung Soo sangaaaaattt membosankan.

 

_DH2_

 

Sudah terlanjur berbohong, Seunghyun pun terpaksa tidur di kamar Dongrim dan Mir malam ini. Dua kasur didekatkan agar Seunghyun bisa di antara Dongrim dan Mir.

 

“Apa yang membuatmu ingin menampar Dongrim?” tanya Mir, dia tahu Seunghyun tidak tidur. Dia berani bertanya saat dia yakin Dongrim benar-benar terlelap.

 

Seunghyun membuka matanya. “Dia menemukan orang tuaku, tapi dia membohongiku. Appanya mengancamnya untuk tidak memberitahuku,” katanya pelan.

 

“Wae?”

 

“Apa yang kenapa?”

 

“Dia pantas dihajar kan, tapi kamu tidak melakukannya. Wae?”

 

Seunghyun menghembaskan nafas berat. “Bagaimana pun dia temanku,” jawabnya tak perlu lama-lama memikirkan jawaban. Memejamkan matanya kembali dan kali ini benar-benar tertidur.

 

_DH2_

 

 Ada perubahan rencana. 2ne1 mengundurkan jadwal debut mereka di Amerika. Tidak seperti yang dikabarkan, teaser yang tersebar di internet adalah teaser album korea mereka. Itu artinya, mereka hanya melakukan comeback di negara sendiri.

 

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Boa menghampiri Minzy yang duduk di taman sendirian. Siswanya itu tampak tidak bahagia. “Apakah kamu kecewa karena debut groupmu di Amerika ditunda?”

 

Minzy menggeleng.

 

“Lalu, apa yang membuatmu tampak murung?”

 

“Dia tidak membalas semua pesan yang kukirim padanya. Aku tahu, dia diperbolehkan menggunakan HPnya saat dia di asrama. Dia bisa menggunakan internet, aku yakin dia tahu aku akan melakukan comeback besok sore. Tapi, dia tidak juga membalas pesanku.”

 

“Nugu?”

 

“Seseorang yang aku suka,” jawab Minzy jujur.

 

Boa mencoba menebak. “Shin Seunghyun?” cetusnya.

 

Minzy mengangguk dan tersenyum.

 

Boa tertawa, tidak percaya. Kemudian dia menatap Minzy. “Apakah kamu tahu dia adalah cucu kepala sekolah?”

 

Minzy mengangguk. “Tapi, bukan karena itu aku menyukainya.”

 

_DH2_

 

Hari ini, broadcast Karin School akan merekam kegiatan latihan para cast musical modern di jepang dan akan disiarkan secara live.

 

“Seunghyun-ah, saatnya latihan!” teriak Gikwang.

 

Langkah Seunghyun terhenti saat dirasakannya HP di sakunya bergetar. Dia berdiri di samping pintu dan membuka sms yang baru saja dia terima secara sembunyi-sembunyi.

 

Minzy : Aku menonton broadcast hari ini sebelum pergi rekaman comeback stageku,,

 

Tidak ada ekspresi di wajah Seunghyun membaca pesan itu, dia memasukkan Hpnya kembali ke dalam sakunya dan berlatih dengan serius di depan kamera.

 

_DH2_

 

“Minzy-ya, bukankah seharusnya kamu pergi rekaman hari ini?” seru Jiyoung kaget melihat Minzy ada di ruangan serba guna, ikut menonton broadcast Karin School bersama siswa yang lainnya.

 

“Aku ingin menonton sebelum rekaman,” jawab Minzy riang.

 

Jiyoung terima saja alasan itu. Mereka pun duduk berdampingan menonton broadcast. Menit demi menit berlalu, Jiyoung merasa aneh dengan sikap Minzy. Diperhatikannya yeoja di sampingnya, yeoja itu tidak mengedipkan matanya saat Seunghyun bernyanyi di layar di depan mereka. Dan, bibirnya sedikit miring, senyuman yang sangat tipis.

 

“Kamu menyukai Seunghyun?” tanya Jiyoung pelan agar tidak terdengar siswa yang lain.

 

Minzy menoleh. “Aku, suka Seunghyun?” katanya kaget dengan pertanyaan Jiyoung.

 

“Aniya,,”

 

“Geure, aku menyukainya,” ujar Minzy malu-malu. “Tapi,kurasa Seunghyun menyukai Juniel,” tambahnya kemudian disertai senyuman aneh.

 

Raut Jiyoungpun berubah mendengar nama itu. “Juniel disukai banyak orang,” gumamnya.

 

Minzy mengangguk setuju. “Dia manis dan teman yang baik.”

 

“Sejujurnya, aku merasa iri dengannya,” ujar Jiyoung. Dia tertawa pelan, malu sendiri dengan perkataannya. “Aku juga iri, dia dicintai oleh orang yang aku cintai.”

 

“Mwo?” tanya Minzy, meminta Jiyoung mengulang kalimat terakhirnya. Dia mendengarnya, namun dia tidak begitu yakin.

 

_DH2_

 

“Juniel, Myung Soo,, Ulang adegan ini,,, Lebih dekat,,, Cari feelnya,, Bla, bla, bla,,,” kata Gikwang tegas mengatur para pemeran musical dengan judul yang berbeda. “Bukankah kalian teman sekelas di Karin? Kenapa secanggung ini?!” dia sedang memarahi Juniel dan Myung Soo.

 

Juniel dan Myung Soo membungkuk dalam dan meminta maaf bersamaan.

 

“Ulangi!” seru Gikwang.

 

Myung Soo mencoba mengontrol emosinya – rasa gugup. Dia harus membimbing akting ini untuk menyelesaikan latihan hari ini. Itu yang dituntut kepadanya. Dia maju dan berdiri di depan Juniel. Merubah mimik wajahnya saat Gikwang berseru menyuruhnya memulai latihan dari awal.

 

Mereka harus saling menatap, kemudian Juniel maju menyentuh bahu Myung Soo. Tidak melepaskan tatapan mereka, Juniel bergerak mengajak Myung Soo menari dan menuntut namja itu mengikuti gerakannya. Ini bagian dari skenario. Cerita di dalam naskah itu memang berisi tentang yeoja yang sangat menginginkan kekasih orang lain yang adalah mantan kekasihnya.

 

“Tidak ada nyanyian, penonton harus merasakan kalian dari gerakan. Cara kalian menatap!” ujar Gikwang tegas, membantu keduanya berbuat yang benar.

 

“Bisakah kita seperti malam itu?” tanya Myung Soo sangat pelan. Membuat mata Juniel bergerak liar dan sedikit kehilangan keseimbangan. Saat ini, tidak seharusnya Myung Soo mengajaknya bicara. “Diam dan merasa seakan kembali ke masa lalu. Hanya kita berdua.”

 

“Untuk melakukan apa? Mengingat kalau dulu kita saling menyukai?” ujar Juniel.

 

“Aku ingin mengingat seperti apa kamu yang dulu.”

 

Juniel tersenyum aneh.

 

“Aku mencintaimu. Aku percaya, kamu tidak akan sanggup melakukan itu untuk menyakitiku.”

 

“Kamu mencintaiku. Apakah itu artinya kamu akan memilihku? Kembali padaku?” tanya Juniel, lepas kendali.

 

“Aku pernah meninggalkanmu. Kamu membuktikan kepadaku kalau kamu mampu menyembuhkan lukamu sendiri. Tapi, aku belum pernah menyakiti Jiyoung. Aku tidak tahu apakah dia bisa bertahan seperti kamu. Aku takut dia tidak sekuat dirimu saat aku meninggalkannya demi kamu.”

 

BRUK!! Juniel ambruk. Semua orang menghampirinya dan membantunya berdiri. Dia mengibas tangan-tangan itu menolak untuk dibantu. Mendorong mereka menjauh dari depan matanya. Dia ingin melihat Myung Soo, apa yang dilakukan namja itu saat dia terjatuh seperti ini. Dia benar-benar tidak mampu berdiri.

 

Namja itu – Myung Soo, dia menjauh dari kerumunan yang mencoba membantu Juniel.

 

Kenapa tidak menolongku? Aku tidak sekuat yang kamu pikir,,, tubuh Juniel berguncang hebat melihat Myung Soo semakin menjauhinya. Dia menangis. Tidak peduli tatapan aneh semua orang di sana. Sudah tidak tahan membendungnya. Dia lelah berpura-pura tersenyum.

 

Dia menangis semakin deras, deras, dan semakin deras, tapi itu tidak membuat Myung Soo mendekatinya. Hatinya hancur, untuk yang kedua kalinya. Benar-benar menyakitkan karena luka yang dulu pernah ditoreh namja itu terbuka kembali.

 

_DH2_

 

Dua pesan masuk ke Hpnya, dia terpaksa keluar dari ruang latihan secara diam-diam. Tidak ada yang boleh melihatnya memegang Hp kalau dia ingin Hpnya itu terus berada di sakunya.

 

Minzy  : apakah kamu menonton MV-ku? Aku tidak mewarnai rambutku dengan warna yang    mencolok. Apakah kamu suka? Balas pesanku sekali saja Seunghyun-ah,,,

 

xxxx : noona ada di jepang, bisakah temani aku minum malam ini?

 

Seunghyun punya alasan kenapa dia mengacuhkan pesan-pesan Minzy selama ini. Dia lebih tertarik dengan pesan tanpa nama itu. Dia tahu itu siapa. Dia tahu kalau dia menemui orang itu, dia bisa bersenang-senang. Orang yang mengiriman pesan itu adalah mantan pacarnya. Seorang aktris terkenal yang suka mabuk kalau ada masalah. Dan, hanya Seunghyun yang mengetahui kebiasaannya itu.

 

Seunghyun hanya ingin bersenang-senang. Meminum beberapa gelas minuman keras tidak akan membuatnya lupa jalan pulang menuju asrama. Dia akan membuat yeoja itu mabuk. Itulah yang menyenangkan baginya. Melihat tingkah orang yang sedang mabuk itu adalah hiburan baginya.

 

Saat malam tiba, diam-diam Seunghyun keluar dari asrama. Dia menunggu di depan gedung asrama. Orang itu berjanji menjemputnya tepat pukul 09.00 malam. Tak lama menunggu, sebuah mobil berhenti di depannya. Dia tahu itu mobil yang ditumpangi oleh orang yang dia tunggu.

 

“Noona,,” seru Seunghyun gembira.

 

Orang itu turun dari mobil dan tersenyum manis. “Bogoshippo,,,” rengeknya manja dan berlari ke samping Seunghyun. Melingkarkan tangannya di tangan Seunghyun.

 

“Kamu masih saja agresif, Go Eun Ah.” Seunghyun membuat tampang imutnya di depan wajah yeoja itu.

 

“Semua yeoja yang jatuh cinta padamu semuanya bersikap agresif,” ujar Eun Ah, Go Eun Ah.

 

“Waeyo?”

 

“Kamu membuat aku dan mereka begitu ingin memilikimu,” jawab Eun Ah sambil mendelik kesal.

 

“Hya, berhenti merayuku! Mau ke mana kita?” tanya Seunghyun mengalihkan pembicaraan.

 

“Jalan kaki.” Ajak Eun Ah menarik tangan Seunghyun mengikutinya.

 

Seunghyun tersenyum melihat tingkah Go Eun Ah. Yeoja itu lebih tua darinya, namun sikapnya membuatnya seperti yeoja yang lebih muda dari Seunghyun. Membuat Seunghyun selalu menganggap yeoja itu lebih pantas memanggilnya ‘oppa’.

 

“Kapan terakhir kita bertemu?” tanya Eun Ah, berjalan di depan Seunghyun. Kini tangannya tak lagi menggandeng tangan namja itu.

 

“Setahun yang lalu,” jawab Seunghyun yang berjalan di belakang Eun Ah, mengikuti ke manapun yeoja itu. Separuh perhatiannya terganggu oleh getaran dari HP di sakunya. Minzy terus menelponnya dari tadi sore.

 

“Geure! Kupikir kamu lupa.” Eun Ah berbalik untuk tersenyum kepada Seunghyun. “Aku mencarimu. Aku bertanya kepada Hongki, dia bilang kamu menjadi siswa Karin. Awalnya aku tidak percaya. Haha,,, Aku masih ingat waktu itu kamu mengatakan tidak mau melanjutkan sekolahmu. Wae? Apakah berada di dekat kakekmu lebih nyaman.”

 

“Darimana kamu tahu aku di Jepang?” Seunghyun tidak menjawab. Dia mengajukan pertanyaan lain.

 

“Aku bisa melihatmu di tivi sekarang. Tentu mencarimu menjadi lebih mudah.”

 

“Sengaja datang ke sini untuk bertemu denganku?” ujar Seunghyun.

 

Eun Ah menggeleng. “Aku akan melakukan fanmeet besok. Tujuanku ke Jepang bukan karena kamu,” katanya tegas.

 

“Ingin minum bersamaku?” tanya Seunghyun tiba-tiba. Yeoja itu tidak mungkin menolak setiap kali dia mengajaknya pergi minum.

 

Benar saja, Eun Ah segera mengangguk dan meminta Seunghyun mengajaknya pergi minum. Seunghyun menemukan bar kecil yang nyaman di sekitar asrama. Tempat itu tidak terlalu ramai. Orang yang datang hanya beberapa. Dia pikir akan aman untuknya pergi bersama aktris terkenal ke tempat seperti itu. Dia yakin tidak ada yang mengenali Eun Ah di sana.

 

Dua botol sudah Eun Ah meneguk minuman keras. Belum sepenuhnya mabuk, namun kepalanya sedikit melayang sekarang.

 

“Berapa banyaak yeoja yang kamu pacari setelah putus denganku?” tanya Eun Ah.

 

Seunghyun menggerak-gerakkan jarinya dan berhitung. “Aku lupa ada berapa,” katanya, membuat bibir kecil Eun Ah manyun.

 

“Belum ingin berhenti menjadi playboy? Apa tidak ada satu yeoja pun yang bisa membuatmu bertekuk lutut?”

 

Seunghyun tertawa. “Aku dilahirkan bukan untuk itu,,” katanya sombong.

 

Pukul 11.24

Seunghyun menarik Eun Ah keluar dari bar. Yeoja itu sudah sepenuhnya mabuk. Badan yeoja itu menjadi berkali-kali lipat lebih berat saat dia menyeretnya pergi dari sana. Yeoja itu bergelantungan di bahu Seunghyun di sepanjang jalan menuju asrama. Mobil yang Eun Ah tumpangi masih menunggu di sana.

 

Seunghyun tidak keberatan meskipun bahunya menjadi penat. Dia menyukai tingkah orang yang sedang mabuk. Dia rasa cukup adil bahunya yang penat dengan hiburan yang dia dapat. Dia terus tertawa karena Eun Ah tidak berhenti mengucapkan lelucon.

 

“Seunghyun-ah,,” Eun Ah berhenti dan menghadapkan Seunghyun. “Dengarkan aku.” Seunghyun mengangguk, siap mendengarkan apa yang akan dikatakan yeoja itu.  “Jadilah namja yang baik. Berhenti membuat yeoja tergila-gila padamu dan berhenti menjadi playboy. Belajarlah mencintai seseorang. Aku tahu kamu tidak pernah mencintai siapa pun selama ini.”

 

“Kenapa aku harus melakukannya?” Seunghyun bertanya.

 

Eun Ah tersenyum ala orang mabuk. “Aku membuka HPmu saat kamu pergi ke kamar kecil.” Dia tersenyum lagi. “Dia benar-benar menyukaimu. Kamu tahu dia mencintaimu atau berpura-pura tidak tahu?” Eun Ah tertawa. “Atau, kamu tidak tertarik dengannya?”

 

Seunghyun terdiam. Rautnya menjadi lebih serius.

 

“Jangan marah,,,, Aku tidak akan memberitahu siapa pun kalau seorang Minzy jatuh cinta kepadamu. Kamu seharusnya bangga!” Eun Ah menepuk bahu Seunghyun.

 

Seunghyun menahan tangan Eun Ah saat tangan itu ingin menepuk bahunya untuk kedua kalinya. “Kamu cemburu?” tanyanya.

 

Eun Ah mengangguk. “Aku akan gila kalau kamu juga mencintainya,,”

 

“Aku, mencintai Minzy?”

 

“Ne,,, Apakah kamu juga mencintainya ?”

 

“Molla,,,,” jawab Seunghyun, tersenyum aneh. “Belum waktunya untukku serius mencintai seseorang.”

 

“Waeyo?”

 

“Aku punya alasan, tapi aku tidak bisa menjelaskan alasan itu,” ujarnya memberitahu.

 

Eun Ah mengangkat ujung kakinya, memejamkan matanya dan menarik wajah Seunghyun untuk mencium bibir namja itu. Melepasnya segera. “Ini adalah ciuman terakhirku kalau kamu mencintainya. Aku tidak akan bisa melakukannya lagi nanti.” Eun Ah memaksa bibirnya tersenyum. “Saranghae Seunghyun-ah,,,”

 

“Ne noona,,” gumam Seunghyun lembut sebelum mencium bibir Eun Ah, juga untuk terakhir kalinya.

 

_DH2_

 

“GIKWANG MEMILIH SEUNGHYUN BUKAN KARENA DIA ADALAH CUCU LEETEUK”

 

Gikwang, yang adalah produser sekaligus mentor untuk musical itu, telah menjawab banyaknya pertanyaan dari wartawan. Kenapa dia memilih Seunghyun? Dia menjawab dengan santai, “Aku tertarik dengannya sejak pertama kali melihatnya bermain gitar sambil bernyanyi. Aku memilihnya bukan karena dia adalah cucu Leeteuk.”

 

Para wartawan tidak menanyakan tentang siapakah Seunghyun. Gikwang memberitahu semua orang siapa Seunghyun sebenarnya atas kemauannya sendiri.

 

“Kamu cucu Leeteuk songsaengnim?” tanya siswa terpilih dari Karin saat semuanya makan bersama di kantin.

 

Seunghyun yang ingin menyuap nasi di sendoknya, kembali meletakkan sendok itu di atas piring. Dia menatap Dongrim. Dia tidak mengerti kenapa Dongrim mengepalkan tangannya mendengar pertanyaan itu.

 

Seunghyun menoleh pada Mir, Mir memperlihatkan artikel wawancara Gikwang di salah satu majalah. Seunghyun mendesah.

 

“Kamu tidak memberitahuku kalau kamu adalah cucunya,” ujar Mir pelan. “Wae?”

 

“Karena aku tidak bangga sama sekali dengan status itu,” jawab Seunghyun menahan marah.

 

Dongrim bangkit dan meninggalkan kantin.

 

“Eoddiga?” teriak Seunghyun.

 

Dongrim tidak mendengarkan teriakkan temannya itu. Dia terus melangkah. Mengepalkan tangannya dan nafasnya terdengar memburu. Dia sedang marah, marah kepada Gikwang. Orang itu seenaknya membeberkan rahasia yang selama ini ditutup-tutupi.

 

Dongrim menutup-nutupi status Seunghyun atas perintah Heechul dan atas permintaan Leeteuk kepadanya. Kebenaran itu harus tetap menjadi rahasia sampai nanti Seunghyun menyelesaikan studinya. Ini semua sudah direncanakan. Leeteuk ingin Seunghyun lulus dengan nilai yang memuaskan. Ingin orang-orang di luar sana menyukai Seunghyun karena dirinya sendiri, bukan karena cucu siapa dia itu. Dan, Leeteuk akan memberitahu siapa orang tua kandung Seunghyun setelah dia lulus nanti.

 

Leeteuk berjanji maka Dongrim mempercayainya. Dia percaya Leeteuk tidak akan membuat Seunghyun melakukan yang dia inginkan lebih jauh. Leeteuk berjanji kepadanya akan membebaskan Seunghyun setelah semua rencananya berjalan lancar.

 

Tapi orang itu,,,

 

Dongrim masuk ke kantor Gikwang tanpa permisi. “Apa yang sedang kamu lakukan? Bukankah kamu tahu, kalau kamu memberitahu semua orang siapa Seunghyun, itu akan mengacaukan rencana Leeteuk?” katanya nyaring, setengah membentak.

 

Seunghyun mengikuti Dongrim. Dia mendengarkan mereka dari balik pintu.

 

“Kamu mengetahui siapa dia, itu akan membuatnya berpikir kamu juga mengetetahui siapa orang tua kandungnya. Dia akan bertanya kepadamu dan memaksamu memberitahunya. Kamu tidak akan sanggup menolak untuk memberitahunya. Saat dia mendapatkan jawaban, dia akan pergi dari asrama ini dan tidak akan pernah menyelesaikan studinya,,”

 

Nafas Dongrim semakin tidak terkendali.

 

“Kenapa memberitahu semua orang siapa dia?” tanya Dongrim lebih pelan.

 

“Dia harus terkenal agar orang tuanya tahu dia di mana kan?” kata Gikwang tenang kepada Dongrim.

 

“Tapi, cara yang aku tawarkan kepadanya hanya taktik agar dia bersungguh-sungguh menjadi siswa Karin,” kata Dongrim.

 

“Dan caramu berhasil,” cetus Gikwang.

 

“Tapi, kamu mengacaukannya,” geram Dongrim. “Dia sengaja menyuruh teman-teman Seunghyun pergi Jepang. Menjauhi Seunghyun, agar Seunghyun berkonsentrasi dengan studinya. Leeteuk songsaengnim tidak memaksamu memilih Seunghyun menjadi cast musicalmu, tapi kamu memilihnya. Membuatnya bertemu dengan teman-temannya di sini. Dia akan tahu itu. Dia akan tahu Leeteuklah yang memisahkan mereka.”

 

“HHHhhhh,,, Kenapa kamu mengikuti permainan Leeteuk hyung?” tanya Gikwang kemudian.

 

“Dia akan bertemu dengan orang tua kandunganya kalau dia mengikuti semua rencana yang Leeteuk susun.”

 

Sekali lagi Gikwang mendesah. “Aku sengaja mengacaukan rencana yang Leeteuk hyung susun,” akunya membuat mata Dongrim membulat. “Leeteuk hyung terlalu menyayangi Seunghyun dan menganggap dirinya Tuhan yang memegang takdir Seunghyun. Anak itu punya rencananya sendiri. Aku tidak ingin dia bernasib sama seperti Eunra.”

 

“Leeteuk songsaengnim akan sangat marah kepadamu,” ujar Dongrim mengancam.

 

“Aku tahu itu, tapi aku benar-benar tidak ingin melihat Seunghyun bernasib sama seperti Eunra. Melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan.”

 

Beberapa saat suasana senyap, tidak ada yang bicara.

 

“Aku akan memberitahu Seunghyun siapa orang tuanya kalau Leeteuk hyung tidak melakukannya,” kata Gikwang .

 

_DH2_

 

Banyak dan semakin banyak pertanyaan bermunculan seperti bibit kecambah di dalam kepala Seunghyun. Tidak satu pun dia mengerti. Terlalu rumit. Membuat kepalanya sakit karena terlalu penuh.

 

“Apa yang dia mau dariku?”

 

Apa tujuan Leeteuk melakukan semua ini terhadapnya? Merencakan semua itu dan melibatkan orang-orang di dekatnya. Apakah orang tua itu berencana menjadikannya sebagai boneka?

 

Molla,,,,

 

Tidak satu pun pertanyaan yang terjawab.

 

“Sehyun-ah, eomma eoddi?” Dia menghubungi nomer eommanya. Eomma tiri yang memperlakukannya lebih dari anak kandung. Sehyun yang menjawab telponnya, memberitahunya untuk menunggu. Dia akan menyambungkan telpon itu kepada orang yang dia cari.

 

“Ne, Seunghyunie,,” ujar eommanya di seberang sana.

 

“Eomma,,,” suara Seunghyun terdengar serak. Dia sedang menangis.

 

“Kamu menangis?” tanya eommanya sungguh mengenali suara anakanya.

 

“Eomma,,, Kenapa semua orang membohongiku? Ini menyakitkan, sungguh.”

 

“Apa yang sedang kamu bicarakan?”

 

“Apakah kamu juga berencana ingin membuatku menjadi bonekamu?” tanyanya.

 

“Apa yang sedang kamu bicarakan, aku sungguh tidak mengerti.”

 

“Eomma,,, hatiku benar-benar sakit. Sangat,,,,, sakit.”

 

“Siapa yang menyakitimu?”

 

“Kamu. Sehyun. Semua orang sedang menyakitiku….”

 

Seunghyun menjatuhkan HP dari tangannya. Membiarkannya terhempas di lantai dan hancur. Dia tidak peduli. Hatinya juga sedang hancur saat ini. Lebih dari hancurnya HP itu. Perasaan sakit yang teramat sakit sedang dia rasakan untuk pertama kalinya?

 

Kenapa semua orang membohonginya. Memperalatnya. Memaksanya melakukan sesuatu seperti boneka?

 

Kenapa,,,,

 

TBC

 

Eunra adalah cast di FF 'Dream High' (aku)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Asuka_J12 #1
Chapter 16: Hey hey nasib band lamanya Seung gimana?? Debut (?) lg doong~ >,< *lebih peduli sm ftislandnya ternyata haha*
Oh ya, annyeong hasseyo. Newbie reader here! ^^
Overall saya suka ceritanya, complicated bingit xD tp ada tuh kata2 typo yg sdkit mengganggu. Ada kata 'ampun' di beberapa kalimat di part2 sebelumnya yg padahal kl diperhatikan maksudnya itu kan 'pemilik' ya? Tp gpp, di lain ff bisa diperbaiki :)
miminzy
#2
Chapter 16: satu hal yang aku paling sukai di ff ini, seunghyun dan minzy itu ultimate biasku >.< kyaaaaa!!!! nice story!
jiwonku #3
Chapter 14: Wowww, you are good writer, authornim. This is really complicated but I like this. Next chapter authornim...
yourylau #4
Chapter 14: next chapter authornim.
yourylau #5
Chapter 13: aku udah nunggu lama banget kelanjutan ff ini.
Good job thor.
jj_jw_sh #6
Chapter 10: Plot-nya menarik dan bikin penasaran bangeet...
Ditunggu update selanjutnya, author-nim...^^
ame112
#7
Huwaa...senengnya ada fanfiction minzy dari indonesia..
Gumawo chinggu aahh..
Eiitss bolehkan kalau manggil authornya chinggu..
Walaupun belum baca 1 chapter pun.
Tapi bakalan ku baca sampai chapter 10 malam ini juga...
<3