Chapter 5

a dream to find that

Yeoja itu sungguh ke atap gedung kantor guru. Untukk apa? Dia berdiri di pinggir pagar, diam memandangi pemandangan di depannya. Langit sore yang mulai jingga.

 

Dengan langkah mengendap Seunghyun menghampiri Minzy, berniat menyentuh pundaknya untuk menyapa. Namun,,, 

 

“Kamu mengikutiku!” seru Minzy. Berbalik tiba-tiba sambil mengacungkan telunjuknya ke muka Seunghyun.

 

“AAAAaaaa!” teriak Seunghyun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kaget.

 

Sebelah alis Minzy terangkat.

 

Seunghyun berhenti berteriak dan menampakkan mukanya dari persembunyian. Telinganya berwarna merah karena dia sangat malu atas kelakuannya sendiri. “Apakah sangat menjijikan seorang namja berteriak seperti tadi?” tanyanya.

 

“Seperti apa?” tanya Minzy dingin.

 

“Seperti ini, ‘AAAAaaaa’,” teriak Seunghyun mengulang teriakkannya dan menghentikan teriakkannya segera setelah menyadari tatapan Minzy kepadanya semakin aneh. “Ah, aku melakukan hal bodoh lagi,” gerutunya kepada dirinya sendiri.

 

“Kenapa mengikutiku?” Minzy kembali bertanya.

 

Seunghyun diam, dia sendiri lupa untuk apa dia mengikuti Minzy. Dia memalingkan mukanya dan mencoba mengingat-ingat.

 

Minzy menggelengkan kepalanya. Sungguh namja yang aneh, ujarnya menilai.

 

“Wae?” tanya Seunghyun melihat itu. Melihat Minzy menggelengkan kepala karenanya, seolah harus ada yang ditoleransi dari sifatnya.

 

Minzy menggeleng. Dia kembali memandangi pemandangan di depannya. Dan, suasana menjadi canggung.

 

Kemudian Seunghyun menanyakan sesuatu. “Bagaimana kamu tahu tempat ini?”

 

“Boa songsaengnim pernah mengajakku bicara di sini,” jawab Minzy tanpa menatap Seunghyun.

 

“Apakah kamu sering datang ke tempat ini?”

 

Minzy menggeleng. “Ani, ini yang kedua kalinya aku datang ke sini,” beritahunya. Lalu, otaknya mencerna pertanyaan baru secara mendadak. “Seunghyun-ah, apa kamu selalu mencium yeoja di sembarang tempat?” tanyanya tanpa berpikir terlebih dahulu pertanyaan itu layak dia lontarkan atau tidak.

 

Seunghyun menaikkan sebelah alisnya. “Maksudnya?” dia balik bertanya.

 

“Apa kamu selalu mencium yeoja di manapun kamu mau, termasuk di kantin sekolah?” nada suara Minzy sedikit menaik.

 

Seunghyun mengeluarkan tawanya yang tidak dimengerti Minzy jenis apa tawa itu. Apakah jenis tawa seorang playboy?

 

“Dicium yeoja di manapun mereka mau menciumku, bukan aku yang mencium mereka” cetus Seunghyun membenarkan kalimat Minzy.

 

“Mwo?!” sentak Minzy dan setengah tertawa.

 

“Harus kuberitahu kamu, perhatikan!” ujar Seunghyun, memaksa Minzy benar-benar memperhatikannya bicara. “Selama ini, para yoeja-yeoja itu yang mencium bibirku sesuka mereka, tak peduli di mana aku berada. Aku bukan playboy, aku hanya menikmati para yeoja itu menyukaiku.”

 

“Jinjayo?” tanya Minzy ragu. “Mereka yang menciummu?”

 

Dengan mantap Seunghyun mengangguk.

 

“Apa kamu menyukai mereka?”

 

“Aish,,, kamu sungguh polos. Mencium seseorang tak harus saling menyukai. Mereka begitu menginginkan bibirku, ya aku berikan saja. Lagipula tak ada ruginya memberikan bibirku untuk mereka.”

 

Kedua pupil Minzy membulat sempurna. “Nappeun saram,” desisnya.

 

“Tidak juga,,,” ujar Seunghyun bersenandung.

 

“Para yeoja itu bisa menciummu sesuka mereka kalau mereka mau?” tanya Minzy sekali lagi agar lebih yakin, Seunghyun mengangguk. “Lalu, apa kamu juga akan meniduri mereka kalau mereka ingin tidur denganmu?”

 

Seunghyun menatap Minzy. “Jawab,,,” pinta Minzy pelan.

 

Seunghyun hanya tersenyum.

 

“Hya,,,” seru Minzy kecewa tidak mendapat jawaban.

 

Beberapa saat keduanya diam.

 

“Itu mengerikan,,,” gumam Minzy. “Namja seusiamu sudah meniduri yeoja. Aigo,,, akan jadi apa dunia ini.” Dia bergumam sendiri.

 

Seunghyun dapat mendengar gumaman Minzy, namun dia membiarkan yeoja itu sibuk menggumamkan tanggapannya mengenai yang dapat Seunghyun lakukan dengan mudah meskipun itu sungguh buruk.

 

Tempat itu, atap gedung itu, suasana tenangnya. Langit yang mulat jingga dan semilir angin sore, membuat Seunghyun terdiam memandang lurus tanpa memikirkan apapun untuk beberapa saat. Mengistirahatkan otaknya yang beberapa hari ini sibuk memikirkan kenapa sms-nya tidak pernah dibalas oleh member band-nya.

 

“Kudengar, Jungmo songsaengnim tidak meminta Juniel memutar lagu kalian di radio Karin.” Minzy kembali bicara, secara normal, dan melupakan tentang ciuman dan tentang Seunghyun yang tidur dengan seseorang.

 

Perlu dijelaskan di sini, kenapa lagu band Seunghyun berhubungan dengan Jungmo dan Juniel? Kalian sudah mengetahui kalau Jungmo adalah juri saat band Seunghyun mengikuti satu perlombaan. Jungmolah yang berhak memilih lagu mana yang layak di putar di radio sekolah, terutama radio Karin. Dan juga sudah kalian ketahui, Jungmo tidak akan memutar lagu itu sesuai permintaan asalkan Seunghyun menunjukkan bakatnya di depan banyak orang.

 

Yang kalian tidak tahu, apa hubungannya semua itu dengan Juniel? Peran Juniel di sini hanya seorang DJ radio. Yap! DJ radio Karin School. Jadi, kalau Jungmo tidak memberikan kaset berisi lagu band Seunghyun kepada Juniel maka lagu itu tidak akan diputar oleh Juniel di radio Karin.

 

Kembali ke TKP ^^’

 

Wajah Seunghyun tempang berubah, ekspresinya. “Ne, lagu band-ku tidak akan diputar di radio sekolah ini,” katanya sedih.

 

“Apa kamu menyesal melarang Jungmo songsaengnim memutar lagu itu di radio sekolah?”

 

Seunghyun menggeleng.

 

“Ada apa? Sepertinya ada sesuatu yang buruk telah terjadi karena lagu itu tidak diputar,” ujar minzy.

 

Seunghyun mengangguk. “Mereka sangat marah.”

 

“Itu wajar, sangat wajar kalau mereka marah kepadamu. Mereka berusaha agar lagu itu dipilih oleh juri, tapi kamu mengacaukan segalanya.”

 

“Geure,,, naega ara.” Ujar Seunghyun pelan. “Andai saja aku tidak tertidur di perpustakan gara-gara hukuman Kyuhyun itu, aku tidak akan terburu-buru ke kelas Jungmo. Kalau aku tidak terburu-buru, aku akan tahu kelas Jungmo diliburkan. Aku tidak perlu khawatir kalau Jungmo akan melihatku di acara itu, menghukumku karena aku berada di luar sekolah saat jam pelajaran masih berlangsung. Aku bisa bermain dengan tenang hari itu kalau aku tahu aku tidak bolos pelajaran. Kami bisa mendapatkan juara satu, tak perlu terpilih untuk band yang lagu ciptaannya bisa diputar di radio Karin School. Kalau kami mendapatkan juara, lagu kami akan langsung diperdengarkan kepada produser.”

 

“Tak ada gunanya berandai-andai, Seunghyun-ah. Terus mengatakan ‘kalau’ tidak akan mengembalikan waktu,” ujar Minzy.

 

“Hhhhh,,,, Aku pikir aku hanya perlu waktu beberapa bulan berada di sekolah ini untuk bisa menemukannya.” Seunghyun mendesah.

 

“Apa kamu akan pergi setelah mendapatkan apa yang kamu cari di sekolah ini?”

 

Seunghyun menatap mata Minzy. “Wae? Apa kamu keberatan aku pergi terlalu cepat dari sekolah ini?” tanyanya sangat lembut.

 

Minzy membalas tatapan mata berbinar Seunghyun dengan tatapan-biasa-saja. Dia menyimpulkan, tatapan namja itu sedang merayunya. Membiusnya untuk tidak bergerak sementara wajah namja itu bergerak mendekat dan semakin mendekat.

 

Detik berikutnya, bibir Seunghyun berada satu mili di depan bibir Minzy.

 

“Seunghyun-ah, apa yang kamu katakan benar, kalau yeoja-yeoja itulah yang ingin menciummu?” tanya Minzy di depan mata Seunghyun. Mata Seunghyun bergerah menatap serius tatapan Minzy kepadanya. “Aku meragukan hal itu.”

 

Seunghyun mengedip-ngedipkan matanya.

 

“Aku tidak memintamu menciumku, lalu kenapa kamu ingin menciumku?” tanya Minzy, tenang. Seolah yang Seunghyun lakukan terhadapnya tidak mempengaruhi apapun.

 

“Jinja? Tapi aku merasa kamu memintaku untuk menciummu,”ucap Seunghyun.

 

Minzy menggelengkan kepalanya secara lamban namun pasti. “ A n n i y a!” jawabnya pelan dan tegas.

 

“Aaaaa! Aish,,,, Pabbo!!” Seunghyun segera menjauhkan wajahnya dari wajah Minzy. “Aish,,,, Aku baru saja melakukan hal bodoh. AAaa!” dia setengah berteriak sambil mengacak-ngacak rambutnya. “Aigo,,, Memalukan. Kurasa aku akan gila.”

 

Minzy hanya berdiri di tempatnya semula, memerhatikan Seunghyun yang sibuk menyesali kebodohannya sendiri.

 

“Aku harus pergi,” cepat-cepat Seunghyun meninggalkan tempat itu. BLUM!! Terdengar keras bunyi suara bantingan saat Seunghyun menutup pintu.

 

Apa dia pergi? Minzy memastikan kepergian Seunghyun setelah namja itu menutup pintu. Dia membuka sedikit pintu di sana, menengok ke bawah untuk memastikan Seunghyun benar-benar sudah pergi.

 

Gugup atau jantung berdetak dua kali lebih cepat.

 

Minzy menutup pintu rapat dan bersandar di sana. “HHHHhhhhh,,,” desahnya sangat panjang sambil memegangiku dadanya. “Namja itu sungguh playboy. Sangat beruntung aku bisa mengontrol ekspresiku, kalau tidak, aku yang akan malu. Sungguh akan sangat memalukan kalau mukaku berwarna merah karena dia menciumku.”

 

Minzy mendesah panjang beberapa kali.

 

“Aku harus mendapatkan penghargaan untuk aktingku tadi,” katanya bicara sendiri.

 

_DH2_

 

Tidak terasa tahun ajaran sudah berlangsung selama tiga bulan. Seluruh siswa Karin baru selesai melakukan ujian setengah semester kemarin dan hasil ujian mereka akan diumumkan hari ini web resmi Karin.

 

Semua siswa tampak sibuk dengan Hp mereka masing-masing mencari dan melihat nilai ujian mereka.

 

“Hya,, Seunghyun-ah!” seru Myung Soo membangunkan Seunghyun dari tidur siangnya di dalam kelas. “Seunghyun-ah!” panggilnya sangat nyaring.

 

“Wae?” tanya Seunghyun nyaring, tak senang dibangunkan.

 

“Aku sedang marah kepadamu.”

 

“Ada apa denganku?” tanya Seunghyun bingung.

 

“Kamu bisa tidur di sini sementara aku dimarahi oleh Boa songsaengnim.”

 

“Hya, Myung Soo-ssi, jangan berbelit-belit saat bicara denganku. Apa yang ingin kamu katakan sebenarnya? Katakanlah!” desak Seunghyun.

 

“Apakah kamu sudah melihat hasil nilai ujianmu?” tanya Myung Soo terlebih dahulu. Seunghyun menggeleng. “Aigo,,,” desah Myung Soo.

 

Myung Soo mengeluarkan Hp dari sakunya, menyambungkan internet dan membuka website Karin School. Mencari nama Seunghyun di daftar di sana. ‘Shin Seunghyun’, dia memperbesar nama itu berserta nilainya agar Seunghyun bisa melihatnya.

 

“Lihat di urutan berapa namamu tertulis di daftar ini!”

 

Seunghyun melihatnya, hanya sekilas karena tak penting baginya. Namanya tertulis di urutan paling akhir dari daftar nilai ujian setengah semester untuk seluruh siswa Tingkat Tiga. Namanya berada di bawah nama Mir dan Dongrim.

 

“Nilai jelekku tak ada hubungannya denganmu,” kata Seunghyun santai.

 

“Kamu adalah salah satu siswa Semester Spesial di sekolah ini. Di kelas ini. Apakah kamu sudah tahu lulus dari Semester Spesial tidaklah mudah. Kita harus belajar dua kali lipat dari siswa lain. Dan kita masih punya beban saat kita lulus nanti. Bagi para idol harus terus melaporkan perkembangan individual kepada sekolah yang dibuat oleh manager kita. Dan, bagi kamu yang belum debut, kamu harus debut selama setahun setelah lulus, kalau tidak kamu tidak akan mendapatkan ijazah atau pengakuan berbentuk apapun dari sekolah kalau kamu pernah belajar di sini,

 

“Seunghyun-ah, semua itu seharusnya membuat kita sebagai siswa Semester Spesial berusaha lebih. Bukannya main-main dan mendapatkan nilai terendah. Itu hanya membuat orang-orang meremehkan siswa Semester Spesial!”

 

“Aku sudah tahu tentang semua itu, bahkan saat sekolah ini pertama kali dibuka kembali,” ucap Seunghyun dingin.

 

“Lalu, kalau kamu mengetahuinya, kenapa kamu tidak berusaha?!”

 

“Apa pedulimu terhadap nilaiku?”

 

“Aku tidak peduli Seunghyun-ah, sungguh! Aku bicara seperti ini karena Boa songsaengnim yang memintaku. Aku adalah ketua kelas di kelas ini, jadi aku juga bertanggung jawab untukmu dan nilaimu. Itu yang Boa songsaengnim katakan!” Myung Soo diam beberapa saat untuk menahan emosinya.

 

“Baikalah,,, aku akan berusaha lebih keras!” seru Seunghyun setengah hati.

 

“Seunghyun-ah, aku tak tahu apa tujuanmu masuk ke sekolah ini, namun bisakah kamu serius memerankan peranmu sebagai siswa di sekolah ini dengan benar? Aku tidak tahu siapa kamu di luar sana, tapi saat kamu berada di sekolah ini, kamu adalah seorang siswa.”

 

Seunghyun menatap Myung Soo tajam. “Aku tak suka diceramahi,” katanya datar, dia keluar dari kelas.

 

_DH2_

 

Usai ujian setengah semester, semua siswa akan libur selama seminggu. Kyuhyun mengusulkan agar semua siswa Tingkat Tiga mengadakan pajama party sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Leeteuk dan Boa menyetujui sarannya itu.

 

Tepat di akhir pekan, di malam minggu. Pajama Party di gelar di gedung serba guna Karin School. Semua peralatan di sana disimpan ke gudang, membuat ruangan di sana menjadi lebih luas. Semua siswa Tingkat Tiga akan tidur di sana malam ini.

 

Sebuah api unggun bohongan diletakkan di tengah ruangan. Meski tidak sungguhan, api unggun itu bisa mengeluarkan hangat seperti api sungguhan.

 

Pukul 07.30 para siswa mulai berdatangan sambil membawa kantung tidur mereka dan meletakkanya di tempat yang sama yaitu di ujung ruangan.

 

Mereka semua berkumpul melingkari api unggung bohongan itu untuk menikmati makan malam yang sudah disediakan para guru.

 

“Aku mengadakan acara ini agar kalian merasa senang. Agar tidak terlalu stress,” Kyuhyun bicara kepada seluruh siswa saat acara makan. “Aku tak mau kalian stress kemudian bunuh diri. Itu menakutkan!” ujarnya membuat semua orang tertawa.

 

“Kurasa kamu berlebihan,” ujar Leeteuk ikut tertawa.

 

“Setelah kalian makan malam, bagaimana kalau kita melakukan permainan?” usul Kyuhyun.

 

“Permainan apa?” tanya Mir.

 

“Aku pikirkan dulu,” gumam Kyuhyun. “Nanti akan kuberitahu setelah kalian menyelesaikan makan kalian.”

 

“Tapi, di mana Dongrim?” tanya Mir.

 

“Dia dijemput appanya tadi sore,” sahut seseorang.

 

“Aish,,, dia tidak memberitahuku kalau dia pulang,” gerutu Mir.

 

“Kenapa dia harus memberitahumu. Apakah kalian sepasang kekasih yang harus terus memberi kabar?” celetuk Seunghyun.

 

“Aniyo! Hanya saja,, kalau Dongrim pulang ke rumahnya, aku bisa ikut,” kata Mir diiringi senyuman.

 

“Untuk tidur bersamanya seminggu penuh?” Seunghyun tertawa.

 

“Aish,,, Apa yang kamu bayangkan?” Plak! Mir menampar kepala Seunghyun. “Dongrim benar-benar kaya. Sungguh mengasikkan diam di rumahnya meski hanya beberapa hari.”

 

“Kamu pernah melihat orang tua Dongrim?” tanya teman Mir yang lain.

 

Mir menggeleng. “Saat aku di rumahnya, orangtuanya sedang di luar kota,” katanya. Dia tampak kecewa mengingat hari itu. Keluarga Dongrim benar-benar tertutup.

 

Di sisi lain. Juniel tidak sengaja duduk di samping Myung Soo. Dia tak suka tempat itu, dia berniat pergi setelah menyadari Myung Soo ada di samping.

 

“Apa duduk di sampingku membuatmu tidak nyaman?” ujar Myung Soo menghentikan Juniel. Yeoja itu kembali ke tempatnya semula dan meringis - senyuman yang dipaksa.

 

“Nikmati makanmu,” ujar Juniel.

 

Myung Soo diam saja.

 

“Jiyoung eoddi?” tanya Juniel.

 

“Bagaimana bisa kamu tidak mengetahui di mana teman sekamarmu?” ujar Myung Soo dingin.

 

Juniel memaksa bibirnya tersenyum lagi. “Geure,, seharusnya aku tahu dia di mana,” ujarnya. “Tapi sayang, aku tidak tahu,” lanjutnya berbisik.

 

Myung Soo kembali diam.

 

“Apa kamu juga tidak tahu Jiyoung di mana?” Juniel bertanya lagi.

 

“Kenapa bertanya kepadaku?”

 

“Karena kamu namjachingunya,” ujar Juniel. Deg! Juniel langsung membatu.

 

“Dia punya jadwal bersama KARA,” jawab Myung Soo pelan.

 

“Aa,” gumam Juniel datar.

 

“Akhirnya aku harus tahu apa yang seharusnya kita lakukan malam-malam seperti ini!” seru Kyuhyun setelah semuanya menyelesaikan makannya.

 

“Bukan sesuatu yang berbaru evil kan?” tanya Boa curiga.

 

Kyuhyun buru-buru menggeleng.

 

“Apa itu?” tanya Leeteuk.

 

“Aku melakukan ini karena peduli dengan siswaku,” ujar Kyuhyun.

 

“Aish,,, terdengar sangat mencurigakan,” cetus beberapa anak.

 

“Aku ingin kalian menceritakan tentang mimpi kalian. Perjalanan kalian untuk mencapainya hingga sampai ditahap ini. Dan, alasan kalian memilih Karin.”

 

“Ide yang bagus,” ujar Jungmo.

 

“Bagaimana kalau kita mendengarkan para siswa Semester Spesial terlebih dahulu,” ujar Boa menyarankan.

 

“Myung Soo-ya, apa alasanmu memilih Karin?” tanya Leeteuk ke Myung Soo. Membuat semua mata tertuju padanya sekarang.

 

“Ada sebagian alasan yang tidak perlu aku jelaskan di sini. Kamu sudah tahu kan?” ujar Myung Soo melirik Leeteuk. “Karin sangat membantu Idol tetap belajar dan mendapatkan ijazah dengan cepat. Mungkin sebagian orang menganggap ini tidak adil. Itu salah, program itu sangat membantu. Meskipun aku sudah debut, belum tentu aku lebih beruntung karena itu. Terkadang sangat susah mendapatkan waktu senggang, tapi karena sekarang aku berada di Karin, aku bisa menikmatnya. Dulu aku merasa iri dengan siswa yang bisa menyelesaikan sekolahnya, tapi sekarang aku juga bisa menyelesaikan sekolahku. Aku tidak ingin menjadi idol yang bodoh.”

 

“Aku mengerti itu,” ujar Leeteuk. Dia tersenyum.

 

“Dan kamu Minzy?” tunjuk Boa.

 

“Jadwal 2ne1 sangat sibuk beberapa tahun ini. Aku kehilangan waktu bermainku karena jadwal yang benar-benar padat. Terkadang itu membuatku sedih. Terlebih lagi aku sempat beristirahat dari sekolahku. Itu benar-benar tidak bagus. Aku takut orang-orang menganggapku mengebelakangkan pendidikanku,”

 

“Kadang aku juga menganggap idol yang putus sekolah tidak mementingkan pendidikan mereka,” kata salah satu siswa di sana.

 

“Tidak seperti itu,” sahut Minzy ramah. “Terkadang aku ingin menjadi remaja biasa, yang bersekolah dan bermain-main bersama teman sekelasku. Aku mendapatkan kesempatan itu sekarangm karena Karin. Semua member sibuk dengan kegiatan solo mereka. Jadi, aku disarankan untuk masuk ke sekolah ini dan mengambil Semester Spesial. Agar aku bisa tetap berlatih sekaligus menjadi seorang siswa dan menyelesaikan study-nya. Ini menyenangkan.” Minzy mengakhiri ceritanya dengan senyuman.

 

“Anak yang manis,” puji Mir mengusap puncak kepala Minzy. “Good magnae,” ujarnya.

 

“Bagaimana dengan kamu, Juniel-ah?” tanya Mir ke Juniel.

 

“Haruskah aku bercerita kepada kalian?” tanya Juniel. Kyuhyun mengangguk. “Arasseo,” gumamnya paham.

 

Tanpa sepengetahuan Myung Soo, Juniel meliriknya sebelum memulai ceritanya. “Kenapa aku memilih Karin? Jawabannya sudah jelas, karena aku ingin menjadi seorang penyanyi,” Juniel tersenyum manis. “Dan kenapa harus menjadi penyanyi?” Dia kembali terdiam. “Sebenarnya, aku tak pernah bercita-cita menjadi seorang penyanyi. Yang punya mimpi untuk menjadi seorang bintang adalah temanku, teman baikku dari kecil. Dia selalu menceritakan mimpinya yang ingin menjadi penyanyi setiap hari. Itu membuatku sangat ingin mewujudkan mimpinya. Aku menyuruhnya terus berlatih, juga menemaninya berlatih. Dia anak yang berbakat, sungguh,,,. Meskipun beberapa kali gagal saat audisi, namun pada akhirnya dia terpilih dan menjadi salah satu member group terbaik di Korea,

 

“Dia menjadi orang terkenal. Dia sangat sibuk sebelum dia debut atau sesudah debut. Ada sedikit perasaan tak nyaman saat aku dan dia tidak bisa selalu bermain bersama seperti dulu. Tapi, aku juga sangat senang akhirnya dia mencapai mimpinya. Tak jadi masalah jika kami sangat jarang bertemu. Aku tak akan menuntut dia datang ke rumahku untuk mengajakku bermain bersama. Aku akan sangat kalau dia meluangkan waktunya untuk sekedar menelponku,

 

“Tapi,,,, Dia menjadi orang lain saat aku menemuinya. Dia berubah, bukan lagi temanku sejak kecil yang sangat kukenal. Dia masih menjadi orang yang baik, akan tetapi,,, Dia tidak memperlakukanku seperti dulu. Terakhir kali aku bertemunya, dia mengakatakan, ‘kamu jangan berharap kita bisa bermain seperti dulu. Aku sudah berhasil menggapai cita-citaku, Juniel-ah. Sekarang saatnya untukmu menggapai cita-citamu.’,

 

“Kalimat itu membuatku berpikir, apa cita-citaku? Apa harapan yang kuimpikan selama ini? Aku tidak tahu. Aku hanya memikirkan kalimat itu dan berusaha mencari tahu apa mimpiku,

 

“Aku sadar, aku tak pernah punya mimpi karena yang ada di kepalaku adalah impian dia.  Yang aku pikirkan hanya bagaimana dia bisa mencapai impiannya. Dan, yang kulakukan selama ini hanya berjuang agar dia bisa mewujudkan mimpinya,

 

“Aku sadar aku tidak pernah memikirkan diriku sendiri karena dia. Dia tak pernah tahu tentang itu. Aku berjuang untuknya tapi dia meninggalkanku setelah dia berhasil. Aku benci itu,,, Aku harus mengambil keputusan, apa mimpiku dan bagaimana aku mencapainya. Kemudian, aku memilih Karin untuk menggapai impianku itu,

 

“Aku ingin menjadi seorang penyanyi, sama sepertinya. Untuk apa? Agar aku berada di dunia yang sama dengannya. Dan, membuktikan kalau aku bisa sukses bukan karena bantuannya. Tidak seperti dia yang memerlukan aku untuk mengejar mimipnya,,,”

 

Krriiikkk,,, krriiiikkk,,, kkrriiikkk

Mungkin bunyi jangkrik bisa terdengar di aula itu karena suasana sangat senyap seperti kuburan. Tak ada yang bicara, mereka semua mendengarkan cerita Juniel dengan serius.

 

“Dia member group terbaik di Korea?” tanya Jungmo.

 

“Kurasa,” sahut Juniel juga tak yakin.

 

“Nuguya?” tanya Minzy.

 

“Bukan Changjo kan?” tanya Seunghyun nyaring.

 

“Hya! Bukankah sudah aku katakan dia teman baikku,” jelas Juniel menekankan.

 

“Bukankah dalam ceritamu, kamu juga mengatakan orang itu adalah teman baikmu,” ujar Seunghyun, nyolot.

 

“Aish,,, yeoja memang sedikit susah menyebut namja yang dia suka adalah pujaannya. Teman baik itu hanya sebagai perumpamaan. Kenapa playboy sepertimu tidak mengerti itu,” ujar Mir berbisik.

 

Suasa aula berubah. Mendengarkan cerita Juniel membuatnya semuanya merasa seperti mendengarkan cerita dari film cinta yang tragis.

 

“Kalau aku tahu siapa idol itu, aku akan menjadi antisnya,” cetus salah satu siswa.

 

“Aish,,, kamu tidak akan bisa menjadi antis seorang ulzzang,” seru Juniel riang, suasana hatinya sangat cepat berubah.

 

“Ulzzang?!” tanya hampir setengah siswa yang ada di aula berbarengan, kemudian menatap Seunghyun.

 

“Hya?! Kenapa kalian menatap Seunghyun!!” Juniel membentak. “Dia bukan ulzzang!!”

 

Seunghyun merampas cermin dari yeoja di belakangnya, menatap bayangan wajahnya. “Apa aku tampak seperti ulzzang? Eum,,, aku handsome boy, no pretty.”

 

PLAK! Mir menampar kepala Seunghyun dengan keras. “Kyuhyun songsaengnim bilang sekarang giliranmu!” kata Mir nyaring.

 

“Giliran untuk apa?” tanya Seunghyun emosi.

 

“Menceritakan alasanmu memilih Karin,” kata Mir, dia mulai emosi.

 

Mulut Seunghyun sedikit terbuka, dia menoleh ke arah Kyuhyun. “Sirheo!” ujarnya menolak untuk menceritakan tentang dirinya.

 

“Aku akan menghukummu kembali kalau kamu tidak mau melakukanya, Seunghyun-ah,” ujar Kyuhyun mengancam.

 

“Wae?!” bentak Seunghyun.

 

“Lakukan saja,, tidak aka salahnya kan. Ini hanya permainan,” ujar Boa tenang, tak seperti Seunghyun.

 

“Kalian akan menangis mendengar ceritaku. Sirheo!!” tandas Seunghyun. Matanya tak sengaja menangkap gerakan bibir Leeteuk yang menyuruhnya untuk bercerita.

 

Seunghyun menatap seluruh penghuni aula. “Aku benar-benar benci mengatakan ini,” ujarnya.

 

“Jangan berbelit-belit, Seunghyun-ah,,,” ujar Mir.

 

“Aku, bukan orang bodoh yang tak punya bakat lalu bisa masuk ke sekolah ini,,”

 

“Itu benar!” celetuk Jungmo.

 

Seunghyun mendelik tajam kepadanya. “Aku punya bakat seperti yang kalian punya. Hanya saja aku tak suka menunjukkannya. Sejak kecil aku dididik keras untuk tidak menjadi anak yang sombong,

 

“Ah, aku ingin bertanya, apa yang kalian pikirkan kalau kalian adalah seorang anak yang lahir dalam keluarga kaya, penuh kasih sayang dan perhatian. Apa saja yang kalian mau bisa di dapat, termasuk debut tanpa mengikuti audisi yang menyiksa itu?”

 

“Itu surga dunia,” jawab seorang siswa.

 

Seunghyun tersenyum tipis. “Benarkah itu surga?” dia bertanya lagi. “Apakah benar semua itu surga dunia? Lalu, apakah semua itu tetap menjadi surga dunia saat seseorang memberitahumu keluargamu yang kaya itu bukan keluarga kandungmu? Eomma yang selama ini menyayangimu bukan eommamu. Apakah kalian akan bertanya di mana eomma kandungmu? Dan, kenapa bukan dia yang membesarkanmu?”

 

“Itu pasti sangat tidak nyaman,,” ucap yang lain.

 

“Apakah orang tua kandung kalian sangat miskin sehingga tidak bisa membesarkan kalian? Atau kalian begitu buruk sehingga dititipkan kepada orang lain? Kalian pasti akan memiliki banyak pertanyaan kalau kalian ada diposisi itu.”

 

“Tentu,,” gumam Mir.

 

“Hanya memiliki pertanyaan namun tak ada yang menjawabnya,” sambung Minzy.

 

“Seseorang mengatakan kepada kalian, sesuatu yang buruk akan terjadi kalau kalian bersama orang tua kandung kalian. Dan pertanyaan kembali muncul, apakah sesuatu yang buruk itu? Apakah orang tua kalian seorang pembunuh sehingga tidak diperbolehkan membesarkan kalian agar kalian juga tidak menjadi pembunuh? Atau orang tua kalian adalah orang gila yang bisa melukai kalian kapan saja?,

 

“Apakah memiliki keluarga kaya tetap menjadi surga dunia saat kalian tak tahu di mana orang tua kandung kalian?” sekali lagi Seunghyun bertanya.

 

“Aku baru memikirkan hal itu, kurasa itu neraka karena terlalu banyak pertanyaan yang muncul,” ujar seorang siswa di sana.

 

“Jadi, alasaku masuk Karin adalah untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan itu. Seseorang memberitahuku kalau aku bisa menemukan mereka beserta jawabannya di sekolah ini. Dan, aku tak bisa membuat diriku begitu menonjol karena aku tak mau keluargaku yang kaya itu mengetahui aku di sini dan membawaku keluar dari sini sebelum mengetahui semuanya.”

 

Senyap,,,

 

“Aku, apabila menemukan mereka nantinya, sebenarnya, aku hanya ingin bertanya kepada mereka. Kenapa bukan mereka yang membesarkanku?”

 

Mata Jungmo tampak berkaca-kaca.

 

“Songsaengnim, kamu menangis?” tanya Seunghyun nyaring untuk Jungmo.

 

“Aniyo!” bantah Jungmo.

 

“Aih,,, Cerita yang kuceritakan, itu adalah cerita dari drama yang dulu pernah kutonton. Kenapa bisa membuatmu menangis? Ckckckc” Seunghyun tersenyum licik dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

 

“Jadi, semua cerita tadi bukan cerita kehidupanmu?” tanya Kyuhyun juga tampak kecewa.

 

“Aniyo,” jawab Seunghyun riang.

 

“Aish,,,,,” satu aula mendesah kecewa dibuat Seunghyun.

 

“Hahaha,, Mianhae! Aku masuk sekolah ini ya karena aku mau. Hahaha kenapa ada alasan khusus untuk masuk ke sekolah ini. Hahaha,,, aku membuat kalian terharu?” tanyanya tampak sangat puas.

 

“Aish,,, berhenti memasang muka bahagia itu! Kamu benar-benar membohongi semua orang di aula ini. Ckckc,,” Kyuhyun mengomel.

 

Seunghyun masih tertawa.

 

“Hentikan permainan aneh ini. Sebaiknya kita pergi tidur!” ujar Jungmo.

 

“Ne,,,!!” sahut semuanya.

 

“Hya, aku belum bercerita!” teriak Mir keberatan kalau mereka sudah harus tidur sementara dia belum mendapat giliran untuk bercerita.

 

“Tak penting! Ayo semuanya tidur!” seru Jungmo dan mengabaikan Mir.

 

“Songsaengnim,,,”ujar Mir manyun.

 

“Mari kita tidur!” seru Seunghyun sangat bahagia. Melempar kantung tidur ke muka Mir. “Tidur, ayo tidur!” paksanya.

 

_DH2_

 

Pukul 02.03, saat semua orang sudah terlelap di dalam kantung tidur mereka masing-masing, Seunghyun keluar dari kantong tidurnya. Dia tidak bisa tidur. Dia pun mencari Minzy dan berbaring di samping yeoja itu. Berbaring menghadap Minzy dan menatap wajah tidurnya.

 

“Minzy-ya.”

 

Hanya satu panggilan, Seunghyun bisa membangunkan Minzy.

 

“Aku tidak membenci mereka,” kata Seunghyun pelan.

 

Meskipun lampu di aula sudah di matikan, Minzy bisa melihat kilauan air mata di pipi Seunghyun.

 

“Aku tidak membenci orang tua kandungku. Aku hanya ingin bertemu mereka dan bertanya hal buruk apa yang akan terjadi kalau mereka membesarkanku. Aku bukan monster. Aku anak yang patuh,,”

 

Minzy mengeluarkan tangannya dari kantung tidur untuk menghapus air mata Seunghyun. “Uljimma jaebal,” pintanya bergetar.

 

“Aku ingin memeluk mereka. Hanya itu,,”

 

Minzy bergerak menarik Seunghyun ke dalam pelukannya. Dia mendekap namja itu untuk menenangannya.

 

“Memelukku seperti ini,” ujar Seunghyun terdengar saat Minzy memeluknya penuh kasih.

 

“Aku memelukmu, berhenti menangis,,”

 

“Minzy-ya,,” isak Seunghyun.

 

“Nan yeogi, uljima,” ujarnya meyakinkan.

 

_DH2_

 

~Flasback~

Juniel tidak tahan lagi menyembunyikan air matanya, dia pun pergi ke kamar mandi untuk menangis dan melakukan kesalahan yaitu meninggalkan Hp-nya di sisi Myung Soo.

 

Myung Soo melirik Hp Juniel yang layarnya masih bercahaya sewaktu Juniel meninggalkannya. Ada satu sms masuk yang belum Juniel baca dan tertera nama ‘Changjo’ di sana. Itu membuatnya ingin mengetahui isi Hp itu lebih detail.

 

Dia memerhatikan sekitar, saat ini semua orang hanya memerhatikan cerita Seunghyun, dia pikir tidak akan ada yang tahu kalau dia melihat-lihat isi Hp itu.

 

Pertama-tama, dia membuka sms itu yang ternyata hanya berisi icon senyum. Dia sedikit kecewa karena tak ada hal menarik dari sms itu. Diapun menjadi lebih berani untuk melihat-lihat isi Hp Juniel lebih dalam. Berawal dari gallery, di sana hanya penuh photo selca Juniel, Changjo, Mir dan Dongrim. Kemudian dia beralir ke inbox di Hp itu. Matanya membulat karena hanya nama Changjo yang ada di sana.

 

“Apa dia sungguh berpacaran dengan namja ini?” gerutu Myung Soo.

 

Matanya dengan jeli membaca setiap sms di sana. Sms ini penuh dengan kata-kata Changjo yang penuh kasih dan perhatian kepada Juniel.

 

“Itu bukan punyamu dan kamu tidak berhak menyentuhnya tanpa ijin,” ujar Juniel, langsung merampas Hp-nya dari Myung Soo. Dan dia menyembunyikannya.

 

“Apakah kamu selalu bercerita kepadanya?” tanya Myung Soo.

 

“Changjo?” ujar Chuniel.

 

“Tampaknya dia sangat baik denganmu.”

 

“Setidaknya dia mau mendengarkanku meskipun dia sangat sibuk,” kata Juniel.

 

“Hajimma,” ucap Myung Soo membuat Juniel menatapnya. “Berhenti mengeluh kepada namja manapun selain aku.”

 

“Hanya katakan semua yang kamu rasakan kepadaku,” ujar Myung Soo, menatap lekat Juniel.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Asuka_J12 #1
Chapter 16: Hey hey nasib band lamanya Seung gimana?? Debut (?) lg doong~ >,< *lebih peduli sm ftislandnya ternyata haha*
Oh ya, annyeong hasseyo. Newbie reader here! ^^
Overall saya suka ceritanya, complicated bingit xD tp ada tuh kata2 typo yg sdkit mengganggu. Ada kata 'ampun' di beberapa kalimat di part2 sebelumnya yg padahal kl diperhatikan maksudnya itu kan 'pemilik' ya? Tp gpp, di lain ff bisa diperbaiki :)
miminzy
#2
Chapter 16: satu hal yang aku paling sukai di ff ini, seunghyun dan minzy itu ultimate biasku >.< kyaaaaa!!!! nice story!
jiwonku #3
Chapter 14: Wowww, you are good writer, authornim. This is really complicated but I like this. Next chapter authornim...
yourylau #4
Chapter 14: next chapter authornim.
yourylau #5
Chapter 13: aku udah nunggu lama banget kelanjutan ff ini.
Good job thor.
jj_jw_sh #6
Chapter 10: Plot-nya menarik dan bikin penasaran bangeet...
Ditunggu update selanjutnya, author-nim...^^
ame112
#7
Huwaa...senengnya ada fanfiction minzy dari indonesia..
Gumawo chinggu aahh..
Eiitss bolehkan kalau manggil authornya chinggu..
Walaupun belum baca 1 chapter pun.
Tapi bakalan ku baca sampai chapter 10 malam ini juga...
<3