Chapter 6

a dream to find that

“SALAH SATU ORANGTUA SISWA MENJADI DALANG DARI SEMUA AKSI PROTES ADANYA ‘SEMENSTER SPESIAL’”

 

Atikel dengan judul tersebut menjelaskan kalau aksi-aksi protes terhadap ’Semester Spesia’ di Karin School muncul karena adanya ajakan dari salah satu orang tua siswa yang kukuh mengatakan kalau program itu merugikan anak mereka yang belum debut.

 

Leeteuk mendesah dan melempar koran yang baru selesai dibacanya itu ke atas meja. Berita itu bukan berita buruk seperti berita kejahatan para pejabat yang mampu membuat pembacanya menggelengkan kepala. Meskipun tidak seburuk itu, namun artikel pendek itu mampu membuat kepala Leeteuk membengkak dan menimbulkan rasa nyeri di bagian belakang lehernya.

 

Dia seorang jurnalis yang bekerja di salah satu perusahaan surat kabar terbesar di Korea. Pekerjaan semacam itu menuntutnya untuk selalu menulis artikel berisi kata-kata nakal yang mampu mengundang para pembacanya tertarik dan terpengaruh dengan apa yang dia beritahukan melalui tulisannya. Dia punya kesempatan bagus untuk menjatuhkan seseorang dengan artikelnya. Tapi, tidak seharusnya dia menjadikan hal semacam itu menjadi pisau untuk menusuk harga diri orang lain.

 

Orang tua siswa itu adalah seorang jurnalis. Leeteuk mengenalnya, dan Leeteuk sering menemui orang itu untuk menjelaskan kesalahpahaman terhadap program sekolah. Sudah berulang-ulang kali Leeteuk memberitahunya bahwa yang dia pikirkan salah, tapi orang itu tetap menulis kata-kata sindiran secara terang-terangan di artikelnya. Menghina program yang Leeteuk buat, mengatakan Leeteuk tidak sebijak kepala sekolah terdahulu. Mengatakan Leeteuk tak becus. Orang itu juga mengajak para orang tua lain untuk melenyapkan Semester Spesial melalui artikelnya.

 

“Hhhh,,, Heechul, kalau kamu tidak menyuruhku membuka sekolah ini kembali, aku tidak akan sepusing ini. Aku pasti sedang berlibur ke bulan saat ini menikamati masa tuaku,,,” desah Leeteuk asal.

 

Leeteuk mendongakkan kepalanya menatap seorang siswa di depannya. Siswa itu duduk di balik meja kerjanya, menundukkan kepalanya dan dia sedang menangis.

 

“Uljimma,” ujar Leeteuk kepada siswa itu.

 

“Aku tidak akan berhenti menangis sebelum kamu memaafkanku,,”

 

“Kenapa aku harus memaafkanmu?” tanya Leeteuk dengan dahi berkerut.

 

“Eomma, maafkan eomma-ku songsaengnim,,”

 

“Aku tidak membencinya, hanya saja,, dia selalu membuatku mendesah akhir-akhir ini. Nyawaku akan ikut keluar dari tubuhku kalau aku terus mendesah.”

 

“Mianhamnida songsaengnim,,,,”                                      

 

Leeteuk menatap lekat siswa itu. “Juniel-ah, lakukan sesuatu maka aku akan memaafkan eomma-mu. Yah,,, meskipun sebenarnya tidak ada yang perlu dimaafkan darinya.”

 

“Mwonde?” tanya Juniel langsung mengangkat kepalanya.

 

“Pulanglah,,,”

 

“Songsaengnim ,, apa maksudmu?! Apa kamu mengeluarkanku dari sekolah ini?”

 

“Aku menyuruhmu pulang untuk membantuku. Buatlah eomma-mu mengerti sekolah ini dan hentikan semua aksinya itu. Aku tidak menyukai keributan. Buatlah sekolah tenang.”

 

“Bagaimana caranya?”

 

Leeteuk tersenyum. “Jelaskan semua dan paksa eomma-mu mengerti sekolah ini,” katanya jelas kepada Juniel. “Dan aku melarangmu kembali ke sekolah ini sebelum kamu merubah cara berpikirnya tentang Karin School.”

 

“Eo!” Juniel kebingungan dengan tugas yang diberikan Leeteuk kepadanya.

 

_DH2_

 

@Karin School Radio

“Annyeonghassaeyo!!” eum,,, suara namja? Dua orang? Bukankah suara yang selalu terdengar di radio sekolah setiap pukul 03.14 adalah suara yeoja? DJ permanen radio sekolah terpopuler itu seorang yeoja kan?

 

Ada apa ini?

 

Para siswa Karin tampak heran. Kenapa DJ radio Karin diganti?

 

“Jangan terlalu bingung kenapa suara dua namja yang kalian dengar saat ini. Kami berdua hanya menggantikan Juniel selama dia tidak ada,,”

 

“Ke mana dia?”

 

“Songsaengnim bilang dia ijin pulang untuk menyelesaikan sesuatu,,”

 

“Aaa,,,, Kalau begitu mari kita kenalkan siapa kita!”

 

“Ne,, Kami berdua adalah Mir dan Dongrim. Ingat, kami hanya DJ pengganti, jadi jangan bersedih karena Juniel tidak ada hari ini. Kami akan menjadi DJ yang baik hari ini agar kalian tetap setia mendengarkan Karin radio,,”

 

“Geure,,, kita harus bekerja keras. Juniel akan marah kepada kita kalau pendengarnya berkurang gara-gara kita menjadi DJ pengganti,” celetuk Dongrim.

 

“Juniel benar-benar mengerikan saat marah!” sahut Mir dengan suara bergetar, memberitahu pendengar kalau dia bergidik ngeri membayangkan wajah marah Juniel.

 

“Geumanhe, Juniel benar-benar akan marah kalau kita terus membicarakannya,” ujar Dongrim mengingatkan.

 

Mir mengangguk tanpa diketahui pendengarnya.

 

“Hari ini,,, Selain dua DJ yang tampan, radio Karin akan mempersembahkan sesuatu yang baru,” beritahu Dongrim.

 

“Sesuatu yang belum pernah ada selama Juniel yang menjadi DJ,” sambung Mir.

 

“Apa itu?!” seru Dongrim riang.

 

“Ini benar-benar yang pertama kalinya ada di radio ini.”

 

“Mwoya?” tanya Dongrim penasaran.

 

“Kita kedatangan tamu spesial hari ini!” seru Mir.

 

“Wah,,, benar-benar yang pertama kalinya!”

 

“Ne,, Sebelumnya radio Karin hanya mendengarkan lagu-lagu yang diminta oleh siswa dan pendengar lainnya,,”

 

“Dan juga membacakan pesan,” celetuk Dongrim.

 

“Ah, tamu kita benar-benar spesial!” ujar Mir

 

“Special guest!” seru Dongrim. “Siapa dia?!”

 

“L.kim-ssi, silahkan bicara!”seru Mir sambil bertepuk tangan.

 

“Annyeong hassaeyo, L.Kim Infinite imnida,,,” ujar Myung Soo memperkenalkan diri.

 

Mir dan Dongrim berseru bersama sambil menepuk tangan mereka.

 

"Senang ada kamu di sini L.kim-ssi," ujar Mir.

 

"Jadi, apa yang akan kamu berikan kepada kami dan pendengar hari ini?" tanya Dongrim.

 

"Aku akan bernyanyi," jawab Myung Soo.

 

Mir dan Dongrim ber'uuu' ria.

 

"Lagu apa yang akan kamu nyanyikan?" tanya Mir.

 

"Lagu seorang teman," ujar Myung Soo. Kemudian dia bersiap-siap menyanyikan lagu itu dengan gitar akustiknya.

 

"Baiklah kalau begitu, mari kita dengarkan,,"

 

"A a aa aa!” Myung Soo melakukan chek sound sebelum bernyanyi.

 

Aku telah membuatmu menangis lagi

Air mata yang jatuh dari mata indahmu

Kita putus lagi

Wajah indahmu

Perlahan-lahan semakin jauh

Aku berpikir itu untuk yang terbaik

Cinta frustasi ini berakhir

Bahkan jika aku bersumpah untuk tidak pernah memikirkanmu lagi

Mengapa kenapa melihat gambarmu hari ini?

 

Ekspresimu dan senyum indahmu

Yang membuatku tersenyum saat ini

kesalahanmu dan suaramu

Bagiku, mereka begitu nyata

Kamu menggerutu dan kebiasaan burukmu

Yang membuatku menangis saat ini

Nada kasarmu dan kesalahan masa lalu

Sekarang aku bisa memahaminya, di mana kamu?

 

Aku bilang aku akan baik-baik saja

Bahwa aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi

Bahkan jika aku bersumpah akan hidup baik-baik saja tanpamu

Mengapa aku berpikir hanya tentangmu hari ini?

 

Mengapa, ketika kamu mencoba cocok denganku

ketika kamu tidak bisa berharap kepada diri sendiri

ketika kamu berada di begitu banyak rasa sakit karena keegoisanku, mengapa aku tidak tahu?

 

Air matamu dan napasmu

Ketika kamu mulai untuk membiarkan aku pergi

Jika kamu bisa datang kepadaku

kamu tidak akan membiarkanku pergi lagi

Gerutuan dan kebiasaan burukmu

Yang membuatku menangis saat ini

Nada kasarmu dan kesalahan masa lalu

Sekarang saya bisa memahaminya, di mana kau?

Kembalilah

BLOCK B - Where are You ?

 

“Wah,,, lagu ini, apa kamu sedang merindukan seseorang?” tanya Dongrim usai Myung Soo bernyanyi.

 

“Tentu dia merindukan seseorang. Orang berinisial J itu sedang berada di Jepang kan,” ujar Mir asal.

 

“Hahaha,,, Aniya!” bantah Myung Soo. Suaranya terdengar renyah.

 

“Aish,,,, Tak perlu malu dengan kami!” seru Dongrim dan Mir bersamaan dan sama-sama melambaikan tangan mereka. Dan, malah mereka yang tersipu malu.

 

“Semua orang tahu kamu sudah ada yang punya,” lanjut Mir, menggoda Myung Soo.

 

“Lagu ini sungguh bukan untuk seseorang berinisial J itu,” ujar Myung Soo, ikut-ikutan menyebut Jiyoung dengan istilah ‘J’.

 

“Lalu untuk siapa?” tanya Dongrim heran.

 

“Molla,,,” jawab Myung Soo jujur. "Lagu yang kunyanyikan adalah lagu milik Zico Block B. Jadi, kalau kalian ingin tahu untuk siapa lagu itu sebaiknya tanyakan langsung kepadanya."

 

"Jinja?" tanya Mir tidak percaya.

 

"Geure!" Myung Soo meyakinkan.

 

"Wah, tapi saat kamu menyanyikan lagu itu terdengar seperti apa yang kamu rasakan," ujar Mir.

 

"Penjiwaan. Itu penjiwaan terhadap lagu, Mir-ah," kata Dongrim mengingatkan.

 

"Aaa~ benar!" seru Mir.

 

_DH2_

 

Setelah Leeteuk menyuruhnya pulang, hari itu juga Juniel meminta ijin pulang ke rumah untuk beberapa hari. Dia mendapatkan ijin khusus, jadi sebenarnya dia bisa libur selama apapun dia mau. Tapi, Juniel tak mau merusak kepercayaan Leeteuk. Tujuannya pulang ke rumah adalah untuk menghentikan kesalahpahaman. Dia pulang tanpa dilihat siapa pun keluar dari asrama dan dia juga ingin saat dia kembali ke asrama nanti tidak seorang pun yang tahu. Dia juga berharap tidak ada yang akan tahu bahwa tujuannya pulang ke rumah untuk menghentikan aksi eomma-nya melenyapkan Semester Spesial. Dia malu, kenapa eomma-nya yang harus menjadi imam untuk keributan saat ini.

 

Juniel memencet bel rumahnya dengan gusar. Beberapa menit menunggu tak ada jawaban dari dalam rumah. Dia memencet bel itu sekali lagi. Biiip! Tetap tak ada jawaban.

 

“Eomma, apa kamu tahu aku pulang untuk membunuhmu,” gumam Juniel asal, emosinya di luar batas. Dia memencet bel rumah sekali lagi. Biiippp ! masih tak ada jawaban.

 

Dada juniel bergerak cepat karena dia bernafas lebih cepat. Karena emosi, tubuhnya bergetar dan dia mulai menangis di depan pagar rumahnya sendiri, memohon untuk dibukakan pagar. Frustasi,,

 

“Eomma,,,, !!” rengek Juniel di depan pagar, dia menangis seperti anak kecil yang ditinggalkan eomma-nya pergi ke swalayan. “Eomma,,,” dia benar-benar merengek untuk dibukakan pagar. “Eomma,,,,”

 

Orang-orang yang berlalu lalang memandangnya penuh tanda tanya. Kenapa yeoja itu? Apa dia dibuang oleh orang tuanya.

 

“Aku akan terus menangis di sini hingga kamu keluar. Aku tahu kamu di dalam eomma. Apa kamu pikir aku tidak tahu, kamu sengaja diam saja di dalam sana agar aku menyangka kamu tidak ada di rumah,” kata Juniel nyaring. “Eomma,,,,” dia menangis lebih histeris dan nyaring

 

“Apa-apaan kamu ini, hah?!” seorang paruh baya yang masih tampak cantik, berlari berhambur dari dalam rumah. Meraih ganggang pagar dan membuka kuncinya dengan tergesa-gesa. Dia membentak anak gadisnya yang dari tadi merengek di depan rumah, seakan dia seorang eomma yang jahat yang menelantarkan anaknya.

 

“Kamu membuat eomma malu! Para tetangga akan menyebarkan gosip yang tidak-tidak kalau kamu menangis seperti itu di depan rumah,” yeoja paruh baya itu memarahi anaknya setelah memaksa anak itu masuk ke dalam rumah.

 

Juniel masih terisak, duduk dengan kaki terlipat di depan eomma-nya.

 

“Berhenti menangis dan katakan kenapa kamu ada di rumah sekarang? Kamu kabur dari asrama? Wae? Mereka memperlakukanmu dengan buruk?” cerocos eommma Juniel.

 

“Kamulah yang berperilaku buruk, eomma!” isak Juniel.

 

“Hya!” bentak eomma-nya.

 

“Kamu membuatku malu. Aku malu eomma, lebih malu daripada saat putrimu menangis di depan rumah seakan kamu eomma yang menelantarkan anaknya,” kata Juniel.

 

“Hya!”

 

“Namamu tertulis jelas di halaman depan koran pagi ini. SALAH SATU ORANG TUA SISWA MENJADI DALANG DARI SEMUA AKSI PROTES ADANYA ‘SEMENSTER SPESIAL’. Apa-apan itu eomma?! Namamu sangat jelas tertulis di artikel itu yang mengatakan kamu adalah jurnalis yang suka menimbulkan keributan."

 

“Melenyapkan Semester Spesial. Apa-apaan itu?! Kamu seperti anak kecil yang berusaha mengalahkan seseorang dengan cara curang. Sungguh, kamu seperti anak kecil. Hanya melakukan apa yang kamu ingin tanpa mau mendengarkan orang lain."

 

“Eomma, harus berapa orang lagi yang harus menjelaskan kepadamu kalau Semester Spesial tidak merugikan siapa pun! Program itu adil untuk semua siswa. Apakah kamu tahu para siswa Semester Spesial tidaklah mendapat perlakuan khusus dari sekolah. Mereka harus belajar dua kali lipat lamanya dari jam belajar siswa lainnya. Itu untuk mengejar semua materi yang belum pernah mereka pelajari. Dan siswa Semester Spesial juga harus mengambil pelajaran tambahan untuk mendapatkan nilai sempurna."

 

“Eomma, perlu kamu ketahui, yang mereka lakukan tidaklah mudah. Sungguh! Mempelajari materi tiga tahun dalam satu tahun itu sungguh pekerjaan yang sulit. Dan perlu eomma ketahui, mereka tidak akan mendapatkan pengakuan dari sekolah kalau mereka gagal mendapatkan nilai yang sempurna."

 

“Eomma, apa eomma mengerti semua yang aku katakan?” Juniel menatap eomma-nya dengan mata sembabnya, menuntut jawaban. “Aku akan menjelaskannya sekali lagi kalau kamu tetap tidak mengerti. Dan aku akan terus menjelaskan sampai kamu mengerti.”

 

“Lalu, kapan kamu akan kembali ke asrama kalau kamu tetap di sini hanya untuk menjelaskan hal yang tidak penting seperti itu. Aku tetap kukuh pada prinsifku,” ucap eomma Juniel yakin pada perkataannya.

 

“Kukuh pada pendirian eomma yang ingin membuat anaknya malu?” tanya Juniel nyaring. “Eomma, aku tidak akan kembali ke sekolah sebelum kamu mengerti tentang Semester Spesial.”

 

“Mwo? Kamu ingin menjadi apa nantinya kalau tidak kembali ke sana.”

 

“Tidak menjadi apa-apa. Aku tidak ingin malu!!” teriak Juniel dan menangis lagi.

 

Ternyata, eomma Juniel sedang menyalakan radio di dapur sehingga dia tidak langsung membukakan pintu untuk Juniel saat yeoja itu memencet bel. Dia menunggu chanel yang dia tunggu-tunggu, ingin mendengarkan suara anaknya yang adalah DJ radio itu.

 

Radio itu dibiarkan berbunyi nyaring agar para tetangga bisa mendengar suara putrinya dari dalam radio. Tapi ternyata, bukan suara putrinya yang terdengar hari ini. Yang terdengar oleh tetangga adalah suara tangis putrinya secara live.

 

Dan radio itu masih berbunyi saat ini. Terdengar suara petikan gitar dari dalam radio. Kemudian, dia mulai menyatukan suaranya dan suara gitar itu menggunakan bait-bait lagu penuh arti.

 

Juniel berhenti menangis untuk mendengarkan lagu itu dengan seksama. Eomma-nya juga melakukan hal yang sama. Mendengarkan suara namja itu dengan cermat. Mengingat-ingat milik siapa suara yang terdengar familiar itu.

 

“Ini suara Myung Soo, bukan?” cetus eomma Juniel, dan itu benar. Namja yang sedang bernyanyi di radio Karin adalah Myung Soo. Bagaimana eomma Juniel bisa mengenalnya?

 

“Nugu? Myung Soo?” tanya Juniel. Berharap pendengarannya salah.

 

“Aku sangat yakin ini suara Myung Soo,” tegas eomma Juniel.

 

Juniel diam sambil menyeka air mata di pipinya. Membuka lebar telinganya. “Ini sungguh suara Myung Soo eomma,” gumamnya setuju.

 

“Tentu!” seru eomma-nya bangga.

 

Tiba-tiba Juniel menangis lagi dan kali ini lebih nyaring. Dia berdiri dan lari ke kamarnya. “AKU TIDAK AKAN KEMBALI KE KARIN SCHOOL !!” jeritnya histeris. BLUM! Dibantingnya pintu kamar dan menangis di ruangan itu sambil menutup kedua telinganya. Tidak mau mendengar suara Myung Soo dari radio eomma-nya.

 

_DH2_

 

Apakah kalian ingat adegan di mana Rin berlari menghampiri Seunghyun dan mencium bibir namja itu beberapa hari yang lalu? Tentu kalian ingat, namun apakah kalian tahu apa yang terjadi dengan mereka berdua setelah adegan ciuman itu?

 

Pertama-tama. Seunghyun mendapatkan gitar dari Zelo yang menjadi bahan taruhan. Itu adalah yang Seunghyun inginkan bukan? Yang kedua, ini rezeki lain yang tidak boleh ditolak oleh Seunghyun. Rin mengajaknya berpacaran setelah itu. Dia menerima saja dan saat ini mereka sah menjadi sepasang kekasih. Apa jenis perasaan Seunghyun kepada Rin itu tidak penting. Suasana hatinya sangat tidak baik saat ini karena member band indienya mengacuhkannya. Jadi, bagi Seunghyun, Rin bisa menjadi sesuatu yang bisa menyenangkan hatinya beberapa saat.

 

Mempunyai pacar satu sekolah tak ada susahnya. Seunghyun menikmati itu, karena itu dia punya teman ke manapun dia mau sekarang. Dan yang lebih bagus, dia bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Cukup mengatakannya maka Rin akan mengabulkan. Bukankah peran Rin di sini lebih mirip jin milik Aladin?

 

Ini bukan jenis kejahatan, Rin tidak akan jatuh miskin hanya kerena menuruti apapun permintaan Seunghyun. Rin anak dari keluarga kaya. Dia cantik, pintar dan berbakat. Dia hanya sedikit nakal dan suka pergi ke club malam, itulah penyebab dia bisa mengenal Seunghyun, dan dia juga seorang yeoja pujaan bagi semua namja di kalangan siswa Tingkat Dua di Karin School.

 

Rin menjadi pacar Seunghyun membuat hati siswa-siswa itu remuk berkeping-keping. Tiap kali melihat Seunghyun dan Rin bermesraan di sekolah, itu mampu membutakan mata mereka.

 

“Aku harus memanggilmu apa?” tanya Rin manja kepada Seunghyun, mereka sedang makan bersama di kantin.

 

“Memangnya kamu mau memanggilku apa?” Seunghyun balik bertanya.

 

“Apa kita harus mempunyai nama panggilan baru untuk kita berdua?” Rin masih bertanya meski Seunghyun tak begitu peduli.

 

“Memanggilku dengan sebutan oppa, itu lebih dari cukup,” ujar Seunghyun datar.

 

“Chuahaeyo!” cetus Rin, menyerah begitu saja setelah Seunghyun bicara.

 

Di sisi lain kantin, dari banyak orang yang memerhatikan dua manusia itu makan bersama, Dongrim dan Mir menjadi salah satu dari mereka.

 

“Aigo,,,, Seunghyun begitu mudah mendapatkan pacar di sekolah ini,” gerutu Mir. Dongrim mengangguk setuju.

 

“Apa dia benar-benar seorang playboy?” Minzy masuk ke dalam pembiacaraan dua namja itu tanpa permisi.

 

Mir dan Dongrim menatapnya. Mereka berdua mengangguk bersamaan menjawab pertanyaan Minzy.

 

“Aku dengar dia sangat terkenal playboy di luar sana,” beritahu Mir. “Dia juga sering berpacaran dengan noona.”

 

“Memangnya apa yang mereka suka dari Seunghyun?” ujar Minzy, matanya beralih menatap Seunghyun di depan sana. Mencoba mencari kelebihan namja itu. Mir dan Dongrim melakukan hal yang sama, menatap Seunghyun mencari point lebih.

 

“Dia tidak setampan aku,” ucap Mir.

 

“Dia cute,” ujar Dongrim, menemukan salah satu kelebihan Seunghyun.

 

“Apa noona selalu menyukai namja cute?” tanya Mir jijik.

 

Dongrim mengangguk. “Karena kamu tidak cute, maka dari itu kamu selalu gagal mendapatkan mereka,” ujarnya terlalu jujur.

 

Mir mengadu giginya menatap Dongrim. Tapi, Dongrim mendorong kepala Mir menghadap Seunghyun kembali.

 

“Dia tidak punya kelebihan apapun,” ujar Minzy ikut menilai.

 

“Dia lebih tinggi dariku,” gumam Dongrim.

 

“Namja tinggi tidak menjamin wajahnya juga akan menjadi tampan,” sahut Minzy.

 

“Aku setuju itu,” seru Mir.

 

“Eum,,, kurasa dia hanya punya satu kelebihan,” kata Minzy. Dongrim dan Mir manatapnya. “Kelebihan Seunghyun hanya di mulutnya.”

 

“Untuk mencium yeoja?” tebak Mir.

 

“Ani,” Minzy menggeleng. “Untuk membual.”

 

Mir dan Dongrim langsung mengangguk setuju.

 

_DH2_

 

@Boa Class – Dance

Hari ini, setelah semua siswa berkumpul di kelas khusus untuk kelas dance (kelas ini merupakan kelas terbuka tanpa dinding penghalat dari ruangan lain. Kelas ini berada di tingkat dua di dalam gedung serba guna. Kalau biasanya ruangan dance semua dindingnya dipenuhi kaca, ruangan dance Karin School hanya terdapat kaca di bagian depan dindingnya, karena hanya dinding itu yang ada di sana. Ruangan itu tidak ada sebelum Leeteuk yang menjadi Kepala Sekolah)

 

“Myung Soo-ya, Jiyoung masih di Jepang, apa aku boleh menitipkan ini untuknya?” tanya Boa ke Myung Soo sambil menyerahkan amplop coklat. “Dan yang ini punyamu.”

 

“Gamsahamnisa,” ucap Myung Soo menerima amplop coklat itu.

 

Minzy dan beberapa siswa Semester Spesial lainnya juga mendapatkan amplop yang sama, kecuali Seunghyun.

 

“Kurasa, cuma aku yang tidak mendapatkan amplop itu,” kata Seunghyun nyaring agar Boa mendengarnya.

 

“Tidak ada untukmu, Seunghyun-ah,” kata Boa, membelakangi Seunghyun.

 

“Waeyo?” tanya Seunghyun.

 

Boa berbalik menghadap Seunghyun dan tersenyum. “Rupanya Seunghyun tidak tahu apa isi amplop itu. Jadi, apakah ada yang mau memberitahunya?” tanyanya kepada siswa-siswa di kelasnya. Matanya melirik Myung Soo, memberi isyarat kepadanya untuk menjelaskan kepada Seunghyun.

 

Myung Soo menahan kesal, lagi-lagi dia dibuat repot oleh Seunghyun. “Kamu sungguh tidak tahu ini apa?” tanya Myung Soo tak percaya. Seunghyun menggeleng. “Boa songsaengnim memberitahu kita semua beberapa hari lalu. Ini adalah jadwal pelajaran baru untuk siswa Semester Spesial. Kita diberi pilihan untuk mengambil beberapa jenis pelajaran yang ingin kita pelajari lebih lanjut. Itu akan menambah nilai kita dan sekolah akan membantu kita mengatur jadwal. Inilah jadwal itu! Seunghyun-ah, siswa Tingkat Tiga lainnya juga tahu ini.”

 

“Lalu kenapa aku tidak memilikinya?” tanya Seunghyun.

 

“Karena kamu tidak melaporkan pilihanmu kepada guru,” sambung Boa membantu Myung Soo bicara. “Kamu bebas untuk tidak memilih, Seunghyun-ah.”

 

Senyum Seunghyun mengembang. “Benarkah?” katanya.

 

Boa mengangguk. “Itu benar, tapi kurasa nilaimu akan semakin jauh tertinggal dari yang lainnya,” beritahunya. “Kusarankan kamu mengambil satu jenis pelajaran saja.”

 

“Apa itu?” tanya Seunghyun.

 

“Jungmo akan cocok denganmu. Dia bisa membantu kemampuan bermain gitarmu lebih bagus. Jadi, kusarankan kamu mengambil kelasnya saja.”

 

“Jugmo songsaengnim?” pekik Seunghyun aneh. “Hahahaha,,,,,” dia tertawa dan tiba-tiba menghentikannya. “Aku tidak akan melihatnya lebih dari enam jam selama seminggu.” Itu artinya dia menolak bertemu Jungmo lebih lama kalau dia mengambil kelas tambahan alat musik.

 

Tok! Tok! Tok! “Songsaengnim, bolehkah aku meminjam Seunghyun sebentar saja?” tanya seorang siswa yang tadi mengetuk pintu.

 

“Sehyun!” pekik Seunghyun nyaring dan melototi siswa itu.

 

“Ada perlu apa kamu dengannya?” tanya Boa.

 

Mir menyikut perut Dongrim dan berbisik. “Bukankah dia siswa Tingkat Pertama?” Dongrim mengangguk. “Dia cucu Leeteuk Songsaengnim kan?”

 

“Darimana kamu tahu itu?” tanya Dongrim bersemangat.

 

“Sssttt,, Jangan beritahu siapa pun tentang itu!” ujar Mir sambil menempelkan jari di bibirnya.

 

“Ada perlu apa kamu dengannya?” tanya Boa sekali lagi.

 

“Leeteuk songsaengnim memanggilnya,” cetus siswa itu.

 

Mendengar nama Leeteuk, mau tak mau Boa memperbolehkan Seunghyun keluar dari kelasnya lebih dulu. Dengan tidak ikhlas, dia masih ingin menceramahi anak itu agar mau memilih kelas alat musik sebagai pelajaran tambahan. Jungmo yang meminta Boa merayu Seunghyun.

 

Seunghyun pun melangkah keluar kelas mengikuti siswa itu setelah mendapatkan ijin dari Boa.

 

“HYA SEHYUN-AH, BERANI KAMU MEMANGGIL NAMAKU?!”

 

Semua siswa berlari ke arah pintu, mencaritahu apa yang terjadi. Suara Seunghyun begitu nyaring dan sedikit menakutkan. Di luar sana, semua teman sekelasnya melihat Seunghyun  mengejar siswa itu.

 

“Apa hubungan Seunghyun dengannya? Tampak begitu akrab,” gumam Mir di samping Dongrim.

 

“Molla,” sahut Dongrim.

 

_DH2_

 

“Mwo? Kamu memanggilku hanya untuk mengajakku pergi ke pesta ulang tahun kakek tua itu?” tanya Seunghyun nyaring saat mereka berada di taman di belakang aula utama. “Sirheo!”

 

“Hyung, eomma tidak tahu kalau kamu ada di sekolah ini. Dia memintaku mencarimu dan mengajakmu pergi ke pesta itu. Dia memohon, sungguh! Eomma tidak bertanya di mana kamu kepada harabeoji karena dia tahu harabeoji Tidak akan memberitahunya di mana kamu. Maka dari itu dia memintaku untuk mengajakmu pulang. Kali ini saja hyung,,, jaebal! Aku akan mengantarkanmu kembali ke asrama usai pesta.” Sehyun bicara cepat memohon kepada hyung-nya.

 

Seunghyun melirik Sehyun dan memikirkan perkataan dongsaengnya itu.

 

“Jam tujuh aku akan menjemputmu,” ujar Sehyun seakan Seunghyun sudah setuju ikut dengannya pergi ke pesta malam ini.

 

“Aku tidak punya pakaian resmi,” kata Seunghyun. Alasannya untuk tidak pergi terlalu lemah.

 

“Jangan khawatirkan hal itu! Eomma sudah memesan jas untukmu dan aku menyuruh orang butik mengantarkannya ke asramamu.”

 

Matilah aku! Umpat Seunghyun dalam hati, kesal sendiri. Dia terpaksa mengangguk menyetujui kalau dia akan pergi ke pesta bersama Sehyun malam ini.

 

_DH2_

 

“Eoddigayo?” tanya Mir kepada Seunghyun saat dia baru kembali ke asrama. “Pakaianmu sangat  rapi.”

 

Seunghyun mencibir. “Aku benci ini,” ucapnya penuh dendam, memandang bayangannya sendiri di cermin yang sedang mengenakan setelan jas lengkap.

 

“Lalu kenapa kamu memakainya?” tanya Mir dengan dahi berkerut.

 

“Tidak bisa dijelaskan!” kata Seunghyun sambil mengibaskan tangannya. Dia melirik jam dinding. “Aku harus pergi,” pamitnya kepada Mir.

 

“Ne, jalga!” seru Mir melambaikan tangan.

 

Seunghyun keluar dari asramanya dengan mengendap. Dia tidak akan keluar dari kamar itu apabila ada seseorang di koridor. Dia tidak ingin teman-temannya melihatnya memakai setelan jas yang mirip pakaian resepsi pernikahan itu. Tak ada satu pun siswa yang terlihat di sana, Seunghyun pun melangkah hati-hati menuju pintu keluar asrama namja. Dia berhasil tiba di sana tanpa bertemu siapa pun.

 

“HYUNG!” teriak Sehyun di depannya.

 

“Hya, kamu menjemputku dengan motor?” teriak Seunghyun kaget sambil menunjuk motor gede dongsaengnya itu. “Bukankah kamu sudah mempunyai sim untuk mengendarai mobil? Apakah appa melarangmu? Aigo,, Bagaimana bisa dengan setelan jas seperti ini aku pergi ke pesta dengan menaiki motor itu.” Seunghyun mencibirkan bibirnya.

 

“Sudahlah, naik saja! Kita akan terlihat sangat keren,” ujar Sehyun, berlagak seperti hyungnya.

 

“Tapi, apakah kamu sadar kebanggaanmu terhadap motormu itu berlebihan?” tanya Seunghyun, matanya masih memandang jijik motor itu.

 

“Aku tidak mengerti.”

 

“Hya pabboya, apakah kamu tidak tahu mobil atau motor tidak diperbolehkan masuk kawasan ini? Apakah kamu tidak sadar kamu mengendarai motormu itu hingga ke pintu asrama namja? Hah! Pabbo!” Seunghyun menampar kepala Sehyun tanpa belas kasihan.

 

“He,,,” Seuhyun nyengir saja.

 

“Aish,,,, benar-benar terlihat sangat bodoh,” ujar Seunghyun melihat cengiran dongsaengnya. “Palli ka!” ajaknya, dan wajahnya itu tetap manyun tak terima dijemput dengan motor saja.

 

_DH2_

 

“Dia datang,,,”

 

“Anak yang cukup tampan.”

 

Seunghyun turun dari motor dongsaengnya itu. Tampang manyunnya berubah drastis. Dia seorang playboy handal yang pandai mengendalikan ekspresinya. Tak mungkin di acara ulang tahun seorang pemilik agency terbesar di Korea ini dia bersikap kekanak-kanakkan hanya karena kesal dijemput dengan motor. Pasti banyak yeoja di acara itu, dia tidak ingin terlihat jelek.

 

Benar saja, seorang playboy tetap saja playboy. Pertama kali dia melangkahkan kakinya turuh dari motor, karismanya sudah terlihat. Beberapa yeoja melayangkan senyum untuknya meski mereka tidak saling mengenal.

 

Setelan jas hitam modern ditemani kemeja putih dan jelana panjang lurus melukis kaki panjangnya membuatnya seperti namja sempurna dengan tinggi badan di atas rata-rata. Dan rambut hitamnya terlihat bersinar sama seperti pentofel yang dia pilih malam ini. Sebenarnya, semua yang dia kenakan malam ini adalah pilihan eomma-nya.

 

Seunghyun mengedarkan pandangannya mencari keluarganya.

 

“Eomma duduk di sana,” beritahu Sehyun dan membimbing hyungnya itu.

 

Bahkan saat menarik kursinya sendiri untuk duduk di samping eomma-nya, Seunghyun bergerak dengan apik agak terlihat keren. Senyumannya, mampu melumpuhkan siapa saja. Karena senyuman itu, dia mendapatkan belaian penuh sayang dari eomma-nya.

 

“Apakah kamu hidup dengan baik?” tanya eomma-nya.

 

Seunghyun mengangguk.

 

“Aku tidak tahu apa yang kamu makan selama kamu tidak di rumah.” Eomma Seunghyun mengeluarkan kotak bekal dari tasnya. “Makanlah ini, eomma tahu kamu akan datang.”

 

Seunghyun mengulum senyumnya dan menerima kota bekal itu. Ada tiga nasi gulung isi ayam di dalam kota itu. Seunghyun akhirnya benar-benar tersenyum. Dia mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulutnya, mengunyahnya dengan hati-hati mencari di mana potongan ayam. “Rasa nasi gulung ini masih sama,” ujarnya.

 

Eomma Seunghyun mengangguk.

 

“Saranghae eomma,” ucap Seunghyun tulus, dia sedikit beranjak dari kursinya untuk mencondongkan tubuhnya mendekati eomma-nya dan mencium sekilas bibir eomma-nya itu. Jangan kaget, itu cara keluarganya menyampaikan sayang. Ciuman antara eomma dan putranya. Sehyun pun juga melakukan itu kepada eomma-nya, namun Sehyun dan Seunghyun tidak melakukan ciuman sebagai bahasa sayang -_-a

 

“Lama tidak bertemu, kamu semakin tampan,” ujar eomma-nya.

 

“Setampan apa cucu Park Jungsu itu?”

 

Seunghyun menoleh, seseorang telah mengganggu acara melepas rindunya bersama eomma-nya. Dia mencermati wajah orang itu. “Nuguya?” tanyanya bicara unformal.

 

“Dia pemeran utama di pesta ini,” beritahu eommanya.

 

Seunghyun tidak bergerak, masih memerhatikan orang itu.

 

“Hahaha,,, dia sangat mirip seseorang!” ujar orang itu.

 

Seunghyun berdiri, dan dia membungkuk rendah. “Saengil chukaeyo,” ucapnya memberikan ucapan selamat ulang tahun.

 

Heechul tersenyum. “Gomawo.”

 

Leeteuk berdiri di samping Heechul. “Dialah yang memaksaku membuka Karin School kembali,” katanya memberitahu Seunghyun.

 

Mata Seunghyun beralir menatap Heechul. “Seberapa besar kamu mengenal Karin School?” tanyanya.

 

“Aku tidak tahu apa-apa. Dari dulu aku hanya tertarik kepada siswa-siswa di sana,” ujar Heechul.

 

“Dari dulu?”

 

Heechul terdiam.

 

“Apa kamu mengenal siswa Karin sebelum Karin dibuka kembali?” tanya Seunghyun ingin mendapatkan jawaban lebih.

 

“Tentunya aku mengenal artisku yang dulunya sekolah di Karin,” ujar Heechul.

 

Seunghyun menatap lekat Heechul. Meskipun nada bicara Heechul terdengar begitu tenang, tapi dia merasa Heechul tahu sesuatu lebih banyak dari yang dia ucapkan.

 

“Dongrim hyung!” seru Sehyun tiba-tiba berteriak memanggil seseorang di belakang Heechul dan Leeteuk.

 

Dongrim? Seunghyun menoleh mengikuti arah pandangan Sehyun. Dongrim? Katanya dalam hati. Namja itu berjalan menghampiri mereka dan berhenti di samping Heechul. Matanya dan mata namja itu saling menatap.

 

“Seunghyun-ah!” cetus Dongrim dengan pupil melebar.

 

“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Seunghyun, sama was-wasnya seperti yang Dongrim rasakan saat ini.

 

“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Dongrim ke Seunghyun.

 

Leeteuk maju berdiri di antara keduanya. Tangannya menyentuh bahu Seunghyun dan Dongrim. “Mari bicara dengan posisi yang enak.” Dia mengajak cucunya dan anak temannya itu duduk bersama di dalam satu lingkaran meja yang sama.

 

“Seunghyun-ah, perlu kamu ketahui kalau Dongrim adalah anak Kim Heechul. Putra bungsunya,” ujar Leeteuk langsung ke point permasalahan. “Karena kamu tidak pernah ikut ke acara keluarga, maka kamu tidak pernah bertemu Dongrim sebelumnya.”

 

“Tapi, siapa sebenarnya Seunghyun?” tanya Dongrim ke Leeteuk.

 

“Dia anakku!” cetus eomma Seunghyun.

 

“Anak?” seru Dongrim.

 

“Dia hyung yang sering kuceritakan kepadamu, hyung,” ujar Seuhyun ikut bicara.

 

Dahi Dongrim berkerut. Hyung Sehyun? Dia bicara di dalam benaknya.

 

Dongrim dan Sehyun sering bertemu di acara keluarga dan itu membuat keduanya berteman. Tidak! Mereka akrab seperti saudara bahkan melebihi hubungan Seuhyun dan Seunghyun. Sehyun sering menceritakan Seunghyun kepada Dongrim tanpa menyebutkan nama Seunghyun. Semua cerita itu masih diingat Dongrim dengan sangat baik.

 

Dia bukan hyung kandungku. Seseorang menitipkannya kepada harabeoji dan harabeoji meminta eomma membesarkannya dengan baik. Eomma menyayangi seperti anak kandung. Aku juga menyayanginya, namun dia pergi dari rumah setelah tahu kalau dia bukan darah daging dari keluarga kami. Dongrim masih ingat cerita itu.

 

“Apakah dia sungguh cucumu?” tanya Dongrim ke Leeteuk, namun matanya menatap lurus ke arah Seunghyun. Seunghyun membalas tatapan itu dengan tatapan tak suka.

 

Leeteuk mengerti ke arah mana pembicaraan ini. Dia harus bicara tenang dan memperhatikan perkataanya. Seunghyun akan marah kalau dia mengatakan kepada orang lain kalau dia adalah seorang cucu tiri.

 

“Dia sungguh cucuku, Dongrim-ah,” jawab Leeteuk meyakinkan.

 

Kamu membohongiku, ucap Dongrim di dalam hatinya. Dia tersenyum aneh.

 

Seunghyun menajamkan tatapannya. Dia benci kalau seseorang tersenyum tanpa alasan yang jelas, seakan meremehkannya.

 

“Apa kalian saling mengenal?” tanya eomma Seunghyun.

 

Mata Sehyun member isyarat kepada Seunghyun kalau dia harus berbohong. Seunghyun mengerti itu.

 

“Kami bertemu di jalan, dan berteman setelah itu,” jawab Seunghyun santai. Sehyun sungguh berterimakasih.

 

Seunghyun-ah, apa sebenarnya tujuanmu menjadi siswa Karin? Dongrim masih berbicara di dalam hatinya. Dia menatap Seunghyun sekilas saat namja itu berbicara kepada eomma-nya.

 

_DH2_

 

“Goodbye hyung!” Sehyun melambaikan tangannya kepada Seunghyun yang berjalan melewati gerbang sekolah. Penjaga gerbang menunggu Seunghyun untuk menutup gerbang. Leeteuk memerintahkan untuk menunggu Seunghyun tiba di sekolah, baru si penjaga sekolah boleh mengunci gerbang.

 

Seunghyun membalas lambaian tangan Seuhyun dengan lesu dan dia juga berjalan ke arah asrama namja dengan langkah gontai.

 

Matilah aku kalau besok Dongrim memberitahu semua orang kalau aku cucu harabeoji,,,

 

Seunghyun mendesah panjang. “Eotteoke,?” rengeknya. “Aku akan semakin susah menemukan orang tua kandungnya. Hingga akhir tahun aku tidak akan mendapatkan apa-apa dan Jonghoon hyung akan semakin marah denganku.”

 

Dan, dari ujung jalan menuju aula utama, di sana Minzy tidak sengaja melihat Seunghyun. Dia ingin menyapa namja itu. Mereka tidak saling bicara sejak Seunghyun memeluk Minzy di tengah malam dan menangis keras seperti bayi kehilangan ibunya.

 

Minzy ingin bertanya darimana namja itu yang mengenakan setelan jas rapi, namun tampangnya begitu kusut. Dia berjalan menghampiri Seunghyun dengan langkah riang, namun seseorang memeluk Seunghyun lebih dulu dan terpaksa Minzy berhenti.

 

“Oppa!” Minzy mendengar suara manja Rin memanggil Seunghyun. Yeoja itu melingkarkan tangannya di leher Seunghyun memaksa Seunghyun untuk menatapnya. Dan gerakannya begitu cepat untuk mencium bibir Seunghyun meski hanya sekilas.

 

Minzy muak melihat pemandangan itu. Dia pun pergi dan membatalkan niatnya menyapa Seunghyun.

 

“Pulanglah, kamu akan dihukum kalau penjaga sekolah melihatmu,” ujar Seunghyun lesu.

 

“Aku ingin bertemu denganmu,” kata Rin manja.

 

“Kita bisa bertemu besok pagi,” kata Seunghyun. Tangannya menjauhkan tangan Rin dari lehernya. “Pulanglah,, Aku sedang tidak bersemangat melakukan kenakalan.”

 

Rin manyun, tapi Seunghyun tidak peduli itu. Dia meninggalkan yeoja itu dan masuk ke dalam asrama namja.

 

_DH2_

 

“Seunghyun bukan cucu kandung Leeteuk-ssi kan appa?” tanya Dongrim, duduk di samping Heechul yang duduk sendiri di balkon rumah mereka. Malam ini Dongrim tidak tidur di asrama.

 

Heechul berdeham.

 

“Kudengar, Seunghyun masuk ke Karin School untuk mencari orang tua kandungnya. Apakah benar mereka ada di sana?”

 

“Mereka ada di Amerika,” ujar Heechul.

 

“Lalu?”

 

“Seunghyun hanya bisa mendapatkan bukti kalau dulu kedua orang tuanya adalah siswa Karin School. Kalau dia bisa mendapatkan bukti itu, maka dia juga akan tahu di mana kedua orang tuanya.”

 

“Kamu tahu siapa orang tua kandungnya?”

 

Heechul mengangguk. “Bahkan aku sangat akrab dengan mereka,” ujarnya.

 

“Beritahu aku siapa mereka,” pinta Dongrim.

 

“Andweyo.”

 

“Aku tidak mengerti appa, kenapa Leeteuk-ssi tidak memberitahu Seunghyun siapa orang tua kandungnya. Bukankah itu hal mudah.”

 

“Leeteuk sangat menyayangi Seunghyun. Dia punya rencananya sendiri dan kita tidak boleh ikut campur.”

 

“Rencana? Apakah aku boleh tahu?” Dongrim berharap appa-nya itu akan memberitahunya.

 

Heechul pun memberitahu semuanya kepada Dongrim, kecuali siapa sebenarnya orang tua kandung Seunghyun.

 

Dahi Dongrim berkerut. “Leeteuk-ssi tidak boleh memperlakukan Seunghyun seperti itu meskipun dia sangat menyayangi Seunghyun,” kata Dongrim penuh amarah. “Aku tidak menyukai caranya.”

 

“Aku tahu itu, tapi kita tidak boleh ikut campur. Ingat itu!” Heechul mengingkatkan anaknya tentang urusan orang lain yang tak boleh diikut campuri.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Asuka_J12 #1
Chapter 16: Hey hey nasib band lamanya Seung gimana?? Debut (?) lg doong~ >,< *lebih peduli sm ftislandnya ternyata haha*
Oh ya, annyeong hasseyo. Newbie reader here! ^^
Overall saya suka ceritanya, complicated bingit xD tp ada tuh kata2 typo yg sdkit mengganggu. Ada kata 'ampun' di beberapa kalimat di part2 sebelumnya yg padahal kl diperhatikan maksudnya itu kan 'pemilik' ya? Tp gpp, di lain ff bisa diperbaiki :)
miminzy
#2
Chapter 16: satu hal yang aku paling sukai di ff ini, seunghyun dan minzy itu ultimate biasku >.< kyaaaaa!!!! nice story!
jiwonku #3
Chapter 14: Wowww, you are good writer, authornim. This is really complicated but I like this. Next chapter authornim...
yourylau #4
Chapter 14: next chapter authornim.
yourylau #5
Chapter 13: aku udah nunggu lama banget kelanjutan ff ini.
Good job thor.
jj_jw_sh #6
Chapter 10: Plot-nya menarik dan bikin penasaran bangeet...
Ditunggu update selanjutnya, author-nim...^^
ame112
#7
Huwaa...senengnya ada fanfiction minzy dari indonesia..
Gumawo chinggu aahh..
Eiitss bolehkan kalau manggil authornya chinggu..
Walaupun belum baca 1 chapter pun.
Tapi bakalan ku baca sampai chapter 10 malam ini juga...
<3