Chapter 15

a dream to find that

Comeo :

- Taemin (SHINee)

- Eunra (Cast FF Dream High)

 

. . . . .

Wartawan tidak tahu bahwa ada taman kecil di belakang gedung aula umum di lingkungan Karin. Di samping gedung asrama yeoja, tepat berada di seberang kamar mandi yang jarang digunakan. Tapi, bagaimana Go Eun Ah mengetahuinya. Dia masuk ke dalam kelas yang benar. Menarik Seunghyun menjauh dari tinju dongsaengnya yang kalau terus dibiarkan akan membunuh namja itu. Menyeret Seunghyun menjauh dari kelasnya dan sampailah mereka di taman itu.

 

Tidak ada yang bicara di antara mereka. Go Eun Ah sibuk memerhatikan Seunghyun yang sibuk mengelus bahunya yang sakit.

 

“Tidak seharusnya kamu membiarkan seseorang menghajarmu meskipun kamu berbuat salah kepadanya,” katanya memecah keheningan.

 

Seunghyun tersenyum. “Apa yang sedang kamu lakukan di sini, noona?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.

 

“Menemuimu, untuk meminta bantuan,” jawab Go Eun Ah. “Mianhae, aku terpaksa melibatkanmu dalam urusan ini.” Tambahnya dengan berat hati. “Aku harus menyelamatkan karirku yang sedang terancam. Dan juga menyelamatkanmu. Kamu mengerti apa maksudku kan?” matanya menunggu jawaban setuju dari Seunghyun.

 

Seunghyun mengangguk paham apa yang dimaksud Go Eun Ah. “Aku akan membantumu,,,,” ujarnya. “Mwo? Menyelamatkanku?” tanyanya lagi setelah menemukan kejanggalan dari kalimat Go Eun Ah.

 

“Menyelamatkanmu agar tidak ditinggalkannya,” ujar Go Eun Ah sambil menahan tawa.

 

“Nugu?” Seunghyun memicingkan kedua matanya.

 

“Minzy-ssi,” jawab Go Eun Ah berdesis di depan wajah Seunghyun. “Dia pasti sedang sakit hati karena ciuman kita.”

 

Seunghyun mendesah panjang. “Aku sudah menyakitinya bahkan sebelum photo ciuman itu tersebar,” ucapnya datar. Matanya menatap lurus ke depan.

 

“Aish,,, nappeun saram. Player,,,”desis Go Eun Ah sungguh kesal.

 

Seunghyun masih sibuk dengan dunianya dan mengacuhkan Go Eun Ah dalam beberapa saat. “Jadi, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?” tanyanya kemudian. Berbicara, namun tatapan matanya masih kosong.

 

“Pergilah ke acara konfereesi pers sore ini bersamaku.”

 

“Apakah harabeoji tahu tentang konfereesi pers itu?” Go Eun Ah menjawabnya dengan anggukan. “Apa tanggapannya?”

 

“Dia setuju. Karin harus tenang saat ujian akhir nanti, maka dari itu kita harus meredakan semua kebisingan di sini.”

 

Seunghyun mengangguk kecil. “Geure. Mari datang ke konfereesi per situ bersama. Aku harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah aku lakukan.”

 

Go Eun Ah menatap Seunghyun dengan mata berkaca-kaca. ”Kamu semakin dewasa Seunghyunie,,,” ujarnya sungguh-sungguh.

 

Seunghyun tersenyum saja menganggapi itu.

 

_DH2_

 

Sorenya, Go Eun Ah dan Seunghyun pergi ke konfereesi pers. Menyampaikan permintaan maaf resmi atas perbuataan tak senonoh mereka. Memintaa maaf setulus-tulusnya dan berjanji tidak akan melakukan hal serupa di masa depan. Mereka juga berjanji untuk memperbaiki sikap mereka.

 

“Mianhamnida,,” ucap Seunghyun tegas di depan puluhan kamera. Menarik tangan Go Eun Ah membimbing yeoja itu membungkuk rendah bersamanya.

 

Para wartawan itu mengajukan pertanyaan lain. Apakah mereka berdua berpacaran. Tidak ada jawaban karena pihak Go Eun Ah atau pun Seunghyun melarang mereka menjawab pertanyaan itu. Konfereesi pun berakhir begitu saja setelah mereka memintaan maaf. Meninggalkan ruangan itu tanpa mengucapkan apapun.

 

“Mereka menganggap kita pacaran karena kita diam saja saat mereka bertanya,” cetus Go Eun Ah, memberitahu apa yang dia baca kepada Seunghyun.

 

“Biarkan saja. Seiring berjalannya waktu, orang-orang akan melupakan scandal hari ini,” gumam Seunghyun, matanya terus menerawang keluar jendela mobil.

 

Go Eun Ah mengangguk setuju. Dia menyimpan Hpnya dan tidak membaca artikel-artikel yang tersebar di internet tentang mereka berdua lagi.

 

“Ah noona!” cetus Seunghyun, tentu saja Go Eun Ah langsung menoleh ke arahnya. “Turunkan aku di depan jalan.”

 

“Wae?” tanya Go Eun Ah bingung.

 

“Aku harus menemui seseorang.”

 

“Baiklah, sampai bertemu lagi,” ucap Go Eun Ah berat hati tidak mengantarkan Seunghyun sampai ke rumahnya.

 

Seunghyun turun dari mobil, menoleh ke dalam mobil dan melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar. “Tolong sampaikan kepada Mir kalau aku benar-benar tidak akan menciummu di tengah jalan kalau aku tahu kamu adalah noonanya.”

 

“Kenapa tidak mengatakannya sendiri?” tanya Go Eun Ah dari dalam mobil.

 

Seunghyun tersenyum penuh arti. “Mungkin aku tidak akan bertemu dengannya lagi,” katanya pelan.

 

“Mwo?”

 

“Jalga!” seru Seunghyun mengakhiri pembicaraan itu, sekali lagi melambaikan tangannya dan berbalik untuk segera menghilang dari pandangan Go Eun Ah.

 

_DH2_

 

Pagi-pagi sekali Myung Soo pergi ke ruang tari untuk menemui Jiyoung yang sedang berlatih sedari dini.

 

“Jiyoung-ah,” ujar Myung Soo memanggil yeojachingunya itu. Berdiri di depan Jiyoung dan tersenyum manis. Menunggu yeoja itu menyadari kehadirannya.

 

“Eo, kamu di sini,” ucap Jiyoung pelan. Melirik Myung Soo sekilas tanpa menghentikan gerakannya. “Kamu sudah sarapan?”

 

“Ani, aku ingin sarapan bersamamu,” ujar Myung Soo.

 

“Chua! Camkaman.” Jiyoungpun berhenti menari dan mematikan musik. Mengambil handuk yang Myung Soo berikan kepadanya dan menyeka semua keringatnya. “Kajja!” Menggandeng tangan Myung Soo. “Baru pulang pagi ini?”

 

“Eummm,,,” Jawab Myung Soo dengan berdeham. Dia membantu Jiyoung memakai jaketnya. “Aku harus menyelesaikan jadwalku bersama member Infinite yang lain sebelum ujian.” Dia menjelaskan kenapa beberapa hari ini dia tidak juga ada di asrama meskipun para siswa terpilih ikut musical di Jepang sudah kembali beberapa hari lalu. “Dan apa yang kamu lakukan pagi-pagi di ruang tari itu?” ujarnya bertanya sambil menunjuk ruangan tari di belakangnya.

 

“Menari,” jawab Jiyoung singkat.

 

“Ara,,, Tapi untuk apa berlatih. Penampilanmu di solo single-mu nanti tidak ada coreografinya kan?”

 

Jiyoung menggigit bibir bawahnya. “Berlatih saja,” jawabnya. Dia tersenyum kepada Myung Soo, dan segera melenyapkan senyuman itu dari wajahnya setelah Myung Soo tak lagi menatapnya. Mengiringi langkah Myung Soo tanpa melepaskan pandangannya dari namja itu. Tangannya yang menggenggam tangan Myung Soo mulai melemah ingin melepaskan. Dia ingin tahu apakah namja di depannya itu akan mempererat genggamannya kalau genggaman tangannya mulai melemah.

 

Myung Soo menarik jemari tangan Jiyoung untuk dia genggam lebih erat. Mereka berbelok ke kanan dan sampailah di Kantin. Memesan menu sarapan yang sama dan duduk di tengah ruangan.

 

“Apakah kamu sangat merindukanku? Aku tahu kamu terus menatapku. Wae?” ujar Myung Soo, kini giliran dia yang menatap Jiyoung.

 

“Jangan pernah meninggalkanku,” ucap Jiyoung sambil menyuap sepotong roti.

 

“Ani, sekarang aku di sini,” ujar Myung Soo, mata sipitnya itu menggoda Jiyoung. “Dan kita akan melakukan ujian akhir bersama. Itu hebat!”

 

“Berjanjilah tidak akan pergi,” pinta Jiyoung, tampangnya berubah lebih serius.

 

Myung Soo menatap Jiyoung. Hanya menatap dan mengangguk kecil. Tidak berani berucap untuk berjanji bahwa dirinya tidak akan pernah pergi meninggalkan Jiyoung.

 

Aku akan merelakanmu kalau memang kamu ingin pergi Myung Soo-ya,,,, Juniel yeoja yang baik. Aku tidak perlu khawatir dia akan menyakitimu. Kamulah yang menyakitinya kan? Jiyoung tersenyum. Myung Soo tidak tahu apa yang telah dia ketahui. Myung Soo tidak tahu kalau dirinya sudah mengetahui hubungan apa yang ada di antara Myung Soo dan Juniel dulunya. Myung Soo tidak tahu kalau dirinya tahu namjachingunya itu sedang mempertimbangkan yeoja mana yang harus dipilih. Myung Soo juga tidak tahu bahwa Juniel mengaku sebagai pelaku penyebaran photo dan artikel perkelahiannya dan Sunggyu itu untuk membuatnya menjauh darinya. Agar Myung Soo tidak meninggalkan Jiyoung demi dirinya.

 

Haruskah aku menyeret namja di depanku ini dan menyerahkannya kepada Juniel? Aku mendapatkannya karena pengorbanan yeoja itu. Myung Soo-ya,,, Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya dan membiarkanmu berlari ke arahnya??

 

Kurasa aku belum siap,,,

 

“Dengarkan lagu ini.” Myung Soo memasangkan headset ke telinga Jiyoung, menyuruh yeoja itu mendengarkan lagu yang dia sukai. “Dan habiskan rotimu,” ujarnya lembut.

 

Myung Soo mencari kesibukan selama Jiyoung asing mendengarkan musik. Mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi kantin berharap menemukan sesuatu yang menarik. Pandangannya berhenti setelah dia tidak menememukan apapun yang menarik. Kembali menikmati sarapannya, menyuap rotinya dan melahapnya. Dan, saat arah pandangannya lurus ke depan, matanya menangkap sosok yang membuatnya terdiam.

 

Harus bagaimana saat bertatapan dengan yeoja itu? Myung Soo bingung.

 

Juniel segera mengalihkan pandangannya menyadari mata Myung Soo memerhatikannya.

 

Myung Soo tidak menyadari kalau orang yang sedari tadi duduk di belakang Jiyoung adalah Juniel dan Dongrim.

 

“Myung Soo kembali ke asrama hari ini, apa kamu bertemu dengannya?” dari pertanyaan itu Myung So kalau Dongrim juga tidak menyadari dirinya dan Jiyoung ada di belakang mereka.

 

Juniel menggeleng.

 

“Apa yang akan kamu lakukan saat bertemu dengannya?” tanya Dongrim lagi.

 

Juniel menggeleng.”Mollayo,” jawabnya pelan. Yeoja itu menunduk tidak pernah mendongak dan menatap Myung Soo. Menggeser duduknya bersembunyi dari pandangan Myung Soo dengan cara duduk di depan Dongrim dan semakin menunduk.

 

“Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaanmu saat Myung Soo meneriakimu saat itu. Tetap saja menganggap kamu penyebar artikel itu. Kalau aku menjadi kamu, disakiti mantanku seperti itu, aku akan membunuhnya. Juniel-ah, apa yang kamu rasakan?”

 

“Appasseo,” jawab Juniel singkat.

 

“Ara,, Hhh,,, Pasti sangat menyakitkan seseorang meneriakimu dengan cara seperti itu.”

 

“Gwenchana,,” ujar Juniel, tersenyum kecut.

 

“Seharusnya aku mengatakan semuanya kepada Myung Soo hari itu. Lihat bagaimana ekspresinya kalau dia tahu yang sebenarnya.”

 

Juniel menggeleng kuat, melarang Dongrim bicara tentang rahasianya. Tapi, Dongrim tidak mengerti isyarat itu.

 

“Dia pasti akan sangat terkejut bahwa dirimu berkorban banyak untuk dirinya. Ckckc,,, Namja itu ingin kubunuh. Jinja! Dia akan menghukum dirinya sediri setelah tahu yang sebenarnya,” cerocos Dongrim, tidak peduli orang lain akan mendengar omongannya.

 

“Dia tidak akan pernah tahu,” ujar Juniel.

 

“Karena kamu yang melarangku memberitahunya,” timpal Dongrim mendelik kesal. “Aku sungguh ingin memberitahunya kalau bukan kamulah yang menyebarkan artikel dan photo itu, tapi eommamu. Eomma kamulah yang ingin menghancurkannya karena telah menyakiti anaknya. Aish,,, Selama ini kamu terus melindungi Myung Soo.”

 

Juniel menatap Myung Soo. Kurahap kamu tidak mendengar apa yang Dongrim katakan, ujarnya dalam hati dan kemudian menunduk kembali.

 

Myung Soo tertegun dan tak sanggup mengedipkan matanya. Yang baru saja dia dengar terlalu mengejutkan.

 

Pabboya,,, ucapnya mencaci dirinya sendiri.

 

_DH2_

 

Sehari sebelum ujian, beberapa anak mendapatkan undangan resmi untuk datang ke showcase comebacknya TEEN TOP. Hiburan sebelum berpusing ria menghadapi ujian, tentu mereka bersedia hadir. Orang yang sangat bersemangat datang ke acara itu adalah Juniel, Dongrim, dan Mir yang berteman lama dengan Changjo. Begitu bersemangatnya sampai-sampai membawa lightstick layaknya fans sesungguhnya.

 

“Apa tidak masalah seorang idol datang ke showcase comebacknya group lain?” tanya Mir kepada Myung Soo dan Jiyoung.

 

“Kenapa harus menjadi masalah? Ini menyenangkan!” jawab jiyoung riang.

 

Mir terima saja jawaban itu.

 

Showcase dimulai dan para siswa Karin yang di undangan mendapat tempat terdekat dari punggung di sebelah kanan. Kursi VIP tidak membuat mereka nyaman. Mir memaksa yang lainnya untuk pindah ke arena standing dan di sana mereka lebih bebas bergerak mengikuti musik. Bergerak liar membaur dengan para fans.

 

Jiyoung menarik tangan Juniel maju mendekati panggung dan menari bersama, melupakan kecanggungannya sesaat. Melupakan Myung Soo yang sekarang berada di belakang mereka. Beberapa menit kemudian musik yang terdengar berubah lebih tenang dan menyentuh.

 

chakka-khae-nnabwah neoreul keunyeowah neoreul talmeun dwiinmoseub ttae-me

( Aku kira salah mengira dia adalah dirimu karena punggungnya tampak seperti dirimu )

 

Tatapan Myung Soo berpindah lebih tertarik menatap pungung dua yeoja di depannya. Dua yeoja itu terlihat serupa dari punggung mereka karena warna rambut yang sama.

 

keunyeoreul ttokkachi neoro mandeu-reo sarang-hamyeon neol ijeul su isseul-kka

( Jika aku membuat dia persis seperti dirimu dan mencintainya, apakah aku dapat melupakanmu? )
 

Pertanyaan bodoh itu tiba-tiba muncul di benaknya. Tapi, tidak sepenuhnya pertanyaan itu bodoh. Dia memikirkannya kembali.

 

“neo-ye-geseo keunyeol chaja nado ireon nae-ga shirh-jiman eocheol suga eop-seo”

(Aku melihatnya di dalam dirimu- Aku benci diriku sendiri karena seperti ini juga, tapi aku tidak bisa menahannya)
 

“nan ajikdo wonhae ni-ga anin geunyeo sarangeun tto byeonhae”

(Aku masih ingin dia dan bukan dirimu- cintaku berubah sekali lagi)

“But ttae-ga ajik anya naran sarameul mannaseo naran sarameul sarang-haeseo”

(Tapi itu belum waktu yang tepat- Kau bertemuku dan kau mencintaiku)

 

Kenapa aku mencintai jiyoung? Myung Soo menatap punggung Jiyoung, mencari jawaban itu. Apakah itu sebuah jawaban?

 

Jiyoung datang di saat dia merasa ditinggalkan oleh Juniel tanpa alasan yang tepat. Bukan alasan yang tak tepat, dia hanya tidak menemukan alasan yang Juniel tinggalkan untuknya. Itu yang sebenarnya bukan? Lalu, kenapa dia jatuh cinta kepada Jiyoung? Mungkin karena perhatian yeoja itu. Jiyoung memerhatikannya sangat erat seperti Juniel memerhatikannya. Memperlakukannya lebih penting dari apapun.

 

Apakah selama  ini dia mencari Juniel di dalam diri Jiyoung?

 

“ni-ga aniraseo keuraeseo deo neoro mandeul-ko shipeo-nnabwah”

(Karena dia bukan dirimu, aku kira aku ingin membuatnya ke dalam dirimu)
 

“ni-ga keuriwoseo keunyeoreul deo neoreul talmke ha-go shipeo-nnabwah”

(Karena aku merindukanmu, aku kira aku ingin membuatnya lebih menyerupai dirimu)

 

Benarkah selama ini yang kulakukan adalah membuat Jiyoung seperti Juniel? Atau aku berusaha menemukan Juniel di dalam diri Jiyoung. Cara mereka menjagaku sungguh sama. Hanya mendengarkan apapun yang aku mau dan tidak mementingkan keinginan mereka.

 

Begitu memusingkan. Myung Soo merasa pengap dan dia pun keluar dari ruangan itu. Duduk di pinggir jalan dan kembali sibuk dengan pikirannya. Berulang-ulang memikirkannya, dia tampak tidak begitu yakin dengan kesimpulan yang dia dapat.

 

“Myung Soo-ya!” teriak Jiyoung memanggil Myung Soo.

 

Jiyoung berlari ke arah Myung Soo dan Juniel bersama Dongrim dan Mir mengikutinya di belakangnya.

 

“Aku pikir aku kehilangan kamu di dalam sana, rupanya kamu di sini. Apakah membosankan berada di dalam?” tanya Jiyoung bercanda. “hahaha,, mungkin kamu hanya kepanasan, iya kan?”

 

Myung Soo menatap Juniel di belakang Jiyoung dengan garis tatapan yang sama saat dia menatap Jiyoung. Siapa yang sebenarnya dia lihat.

 

Juniel segera mengalihkan arah tatapannya tak mau berlama-lama melihat mata Myung Soo.

 

“neon ajing molla nae momeun gajyeodo nae ma-eumkkaji da kajil suga eopt-daneun geol”

(Kau masih tidak tahu - kau dapat memiliki tubuhku tetapi kau tidak bisa memiliki hatiku)

“uri sarang norae-yen a-in't got no soul yeong-honi eop-seo neomu cha-ga-un”

(Lagu cinta kita tidak punya jiwa, itu begitu dingin)

“du soneul nae-mi-reo mianhae sarang-handan ma-reul hal su eom-neun nareurihae-hae”

(Aku menyerah, aku minta maaf, tolong mengerti diriku karena tidak bisa mengatakan aku mencintaimu)
 

“Mereka mengajak kita makan bersama di depan sana. Eotte?” cerocos Jiyoung menawari.

 

Dongrim, Mir dan Juniel menunggu Myung Soo mengambil keputusan.

 

ni-ga bogoshipeul ttae-mada keunyeoreul chaja-gallae I know I'm selfish but what can I do”

(Setiap kali aku merindukanmu, aku ingin menemukannya, aku tahu aku egois, tapi apa yang bisa aku lakukan)

“ni hyanggi-ga keuri-ul ttae-mada keunyeoe-ge angillae I know I'm selfish but what can I do”

(Setiap kali Aku rindu aroma dirimu, aku ingin dipeluk olehnya, aku tahu aku egois, tapi apa yang bisa aku lakukan)

“neowah kateul suneun eopt-ket-ji ni saenggangman jakku na-get-ji”

(Dia tidak bisa sama dengan dirimu karena aku akan terus berpikir tentangmu)

“keuraedo eocheol suga eoptjanha honjaneun neomu himdeul-janha”

(Tapi aku masih tidak bisa menahannya, itu terlalu susah untuk menjadi diriku sendiri)
“neo eom-neun shi-ganeun jugeul keot gateunde”

(Tanpa dirimu, aku ingin mati)

 

Myung Soo menatap Juniel mencoba berbicara kepada yeoja itu, memberitahunya kalau dia sangat merindukannya.

 

“ni-ga aniraseo keuraeseo deo neoro mandeul-ko shipeo-nnabwah”

(Karena dia bukan dirimu, aku kira aku ingin membuatnya ke dalam dirimu)

“ni-ga keuriwoseo keunyeoreul deo neoreul talmke ha-go shipeo-nnabwah”

(Karena aku merindukanmu, aku kira aku ingin membuatnya lebih menyerupai dirimu)

“harusbamman ttag harusbamman geunyeoe-geseo neoreul chajeu-llae”

(Hanya satu malam lagi, hanya satu malam lagi, aku ingin menemukan dirimu dalam dirinya)
“mianhae cheongmal I'm sorry cheongmal keunyeo-ga neoreul daeshinhal su itkireul”

(Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf, aku berharap dia bisa menggantikan dirimu)

 

Kaki Myung Soo bergerak maju, melihat itu Jiyoung berpikir kalau dia bersedia pergi makan bersama Juniel dan lainnya. Namja itu melangkah pelan mendekati yang lainnya. Jiyoung berjalan di sampingnya dengan langkah riang. Dia terus berbicara tentang betapa senangnya bisa makan bersama teman-teman sekolahnya di luar asrama. Tapi, tidak satu kata pun yang Jiyoung katakan didengar oleh Myung Soo.

 

“sarajil keon eom-neunde keureonda-go do-raol keot-do aninde

(Tidak perlu bagimu untuk menghilang tapi lagi pula sepertinya kau juga tidak akan datang kembali)
keunyeo-ga neol daeshinhanda haedo neoreul daeshinhal su i-nneun nu-gunka-ga it-daedo

(Bahkan jika dia bisa menggantikan dirimu, bahkan jika ada seseorang yang bisa menggantikanmu)
keu sarami ni-ga twehl sun eop-seo naman gyesok deo apajilppunya

(Orang itu tidak akan bisa menjadi dirimu dan hanya akan lebih menyakitkan diriku)”
 

Myung Soo berhenti di depan Juniel dan menarik tangan yeoja itu mengajaknya pergi. Berjalan cepat meninggalkan yang lainnya di belakanganya. “Hentikan semuanya di sini,,” katanya pelan.

 

“Lepaskan,,,” jerit Juniel tak ingin mengikuti langkah Myung Soo. Dia menatap ke belakang untuk memeriksa bagaimana ekspresi Jiyoung saat Myung Soo menarik tangannya dan pergi bersamanya. Melihat wajah yeoja itu membuat hatinya semakin sakit. “Berhenti menyakiti hati seseorang Myung Soo-ya,,” pinta Juniel lirih. “Kembalilah sebelum Jiyoung menangis,,” pintanya.


“ni-ga aniraseo keuraeseo deo neoro mandeul-ko shipeo-nnabwah”

(Karena dia bukan dirimu, aku kira aku ingin membuatnya ke dalam dirimu)
ni-ga keuriwoseo keunyeoreul deo neoreul talmke ha-go shipeo-nnabwah

(Karena aku merindukanmu, aku kira aku ingin membuatnya lebih menyerupai dirimu)

harusbamman ttag harusbamman geunyeoe-geseo neoreul chajeu-llae

(Hanya satu malam lagi, hanya satu malam lagi, aku ingin menemukan dirimu dalam dirinya)

mianhae cheongmal I'm sorry cheongmal keunyeo-ga neoreul daeshinhal su itkireul”

(Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf, aku berharap dia bisa menggantikan dirimu)

TEEN TOP – Missing You

 

“Setiap keputusan yang dipilih harus mengorbankan yang lainnya. Aku lelah dengan sesuatu yang buram yang selama ini ada di antara kita."

 

“Aku tidak mengerti Myung Soo-ya. Kumohon lepaskan tanganku dan kembali. Jiyoung akan menangis karena dia pikir kamu mengkhianatinya.” Juniel masih berusaha melepaskan diri.

 

“Aku tidak akan kembali kepadanya,” tandas Myung Soo.

 

“Kamu bisa menyakitinya kalau begitu.”

 

“Lalu bagaimana denganmu?!” tanya Myung Soo nyaring. Tiba-tiba berhenti berlari dan berteriak kepada Juniel.

 

“Na?” Juniel tidak tahu harus menjawab apa.

 

“Kamu bisa menyembuhkan sakitmu sendiri? Apakah kamu masih sanggup menyembuhkan sakitmu sendiri untuk kedua kalinya aku menyakiti kamu?”

 

Juniel tertunduk dan menggeleng.

 

“Kalau kamu katakan tidak sanggup, katakanlah tidak. Berhenti berpura-pura tegar setelah orang sepertiku terlalu menyakitimu. Kenapa terlalu pasrah disakiti olehku?!”

 

“Molla,,” jawab Juniel, sungguh tidak.

 

“Apa karena kamu terlalu mencintaiku?”

 

“Molla,,” jawab Juniel, dengan nada yang lebih panjang namun hanya suara kecil yang keluar dari bibirnya.

 

“Kamu bisa memohon kepadaku untuk percaya kepadamu, tapi kenapa kamu tidak melakukannya? Membiarkan aku salah paham dan membencimu. Membuatku seperti orang bodoh.”

 

“Mianhae,,” ucap Juniel. Kepalanya semakin menunduk.

 

“kenapa meminta maaf?”

 

Juniel tidak bisa membuka mulutnya untuk menjawab setiap pertanyaan Myung Soo. Dirinya terlalu sibuk menangis dan mengeluarkan isakan. Membuat kepalanya sakit karena terlalu banyak mengeluarkan air mata. Dia berjongkok. Memeluk lututnya dan menagis keras. Setengah berteriak di dalam lipatan lututnya agar tidak ada orang lain yang mendengarnya.

 

Hatinya menjerit memohon kepada Myung Soo untuk tidak bertanya apapun lagi kepadanya. Dia tidak ingin menjawabnya. Semua itu sangat membingungkan. Dia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya begitu bodoh, begitu pasrah dan tidak bisa menuntut Myung Soo untuk kembali kepadanya. Untuk mempercayainya dan tidak membiarkan namja itu membencinya semakin dalam.

 

Myung Soo mengangkat tubuh Juniel menyuruhnya berdiri. Mengangkat wajah yeoja itu dan mengapus semua air mata yang mengalir dengan lembut. Hatinya remuk melihat wajah cantik itu menangis begitu deras. “Seharusnya kamu menjelaskan sesuatu yang aku tidak mengerti agar tidak terjadi kesalahpahaman. Menegurku saat aku berbuat salah. Dan, marah kepadaku saat aku menyakitimu.”

 

“Mianhae,,,” gumam Juniel.

 

Myung Soo memeluk Juniel. “Aku berjanji akan menjadi namja yang lebih baik. Sungguh,,, maafkan aku Juniel-ah.”

 

Juniel menganggukkan kepalanya di dalam pelukan Myung Soo.

 

“Dan aku berjanji belajar mendengarkan impianmu, tidak hanya dirimu yang selalu mendengarkan impianku,,,” tambah Myung Soo di dalam janjinya.

 

Juniel kembali menangis dan mempererat pelukannya terhadap namja itu.

 

Tahukah dia, seberapa sering dia menyakitiku, aku tidak akan pernah lelah menunggunya untuk kembali kepadaku meski itu untuk menyakitiku lagi.

 

Myung Soo-ya, saranghae,,,

 

_DH2_

 

“Seorang idol tidak bisa menangis di pinggir jalan seperti ini,,,” ujar Dongrim membantu Mir menenangkan Jiyoung yang menangis di pinggir jalan setelah Myung Soo meninggalkannya bersama Juniel.

 

“Aku tahu semua ini akan terjadi,,” ucap Jiyoung dalam isak tangisnya.

 

“Kamu tahu Myung Soo akan kembali kepada Juniel?” tanya Mir tidak mengerti perasaan seorang yeoja yang baru saja ditinggalkan namjachingunya.

 

Tangis Jiyoung semakin keras. Dia mengangguk untuk pertanyaan Mir.

 

“Kalau kamu sudah tahu dia akan kembali kepada Juniel, untuk apa kamu menangis?” tanya Dongrim serupa dengan pertanyaan Mir. Mereka berdua sungguh tidak punya perasaan.

 

“Pastinya aku sakit hati ditinggalkan orang yang aku cintai. Apa kalian tidak mengerti itu?!” bentak Jiyoung kepada Mir dan memukul kecil bahu Dongrim. Kemudian dia berjalan cepat meninggalkan dua namja itu.

 

_DH2_

 

Sore itu, turun dari mobil Go Eun Ah, Seunghyun pergi ke rumah kontrakkannya untuk mengganti jas yang dia kenakan dengan t-shirt dan jeans yang nyaman. Mengambil beberapa baju dari lemarinya untuk dia bawa pergi dan meninggalkan pesan singkat untuk teman-temannya. Mungkin mereka akan kembali dari Jepang suatu hari nanti dan Seunghyun ingin teman-temannya itu membaca pesannya yang meminta mereka untuk menunggunya sedikit lebih lama lagi.

 

Keluar dari rumah itu dan mengunci rapat pintunya, dia pergi menuju tempat berikutnya. Bukan Jepang, tapi ke bandara dan pergi ke Amerika. Tidak perlu menemui Gikwang terlebih dahulu sebelum mencari orang tuanya. Simpanan uang yang dia miliki tidak cukup membeli banyak tiket pesawat. Lagipula, dia sudah mendapat alamat orang tuanya sebelum dia kembali ke Korea waktu itu. Gikwang menyelipkan alamat itu ke dalam sakunya saat dia dipaksa pergi dari gedung asrama di Jepang.

 

Setelah menaiki bus umum dan melewati beberapa rute, dia pun tiba di bandara. Membeli tiket menuju Amerika. Dan duduk di café di area bandara menunggu jadwal keberangkatannya.

 

“Segelas mocca ice,” katanya saat ditanya ingin memesan apa. Duduk di ujung ruangan, di samping dinding kaca yang membuatnya terlihat dari luar.

 

Bib! Satu sms diterima HPnya.

 

Minzy  ::          Neo eoddi?

 

Seunghyun meletakkan HPnya di atas meja begitu saja. Menyeruput moccanya sedikit demi sedikit.

 

Bib! Minzy mengirim sms yang lain.

 

Minzy  ::          Aku tahu kamu sedang di bandara. Aku menuju ke sana,,,

 

Selesai membaca pesan itu, tiba-tiba Hpnya berdering. Nama Leeteuk tertera di layar Hp itu. “Ne,,” dia menerima telpon itu dan menjawab sapaan Leeteuk dengan sopan. “Aku sedang berada di bandara,” ujarnya menjawab pertanyaan dengan jujur. “Mianhae,,, Aku tidak akan mendengarkanmu kali ini.”

 

“Kembalilah ke rumah dan lakukan ujianmu besok,” pinta Leeteuk kepada Seunghyun.

 

“Mianhae,,,” ujar Seunghyun, menolak permintaan Leeteuk.

 

Terdengar nafas berat Leeteuk dari seberang sana. “Apa kamu membenciku setelah tahu akulah yang merencanakan semua ini?” dia bertanya.

 

“Sedikit,” jawab Seunghyun.

 

“Aku tidak pernah bermaksud menjadikanmu boneka seperti yang kamu pikir, Seunghyun-ah.”

 

“Lalu kamu menjadikan aku seperti apa? Bagaimana kamu menyebut diriku? Bukan boneka lalu robot?”

 

“Kamu benar-benar marah kepadaku?”

 

“Eum,,,” deham Seunghyun sambil mengangguk. “Molla,,” ucapnya kemudian berubah pikiran. “Kamu membuatku lelah dengan rencanamu. Aku marah karena itu, tapi aku tahu kamu menyayangiku maka dari itu kamu memperlakukanku seperti boneka.”

 

“Aku takut kamu akan menjadi seniman yang bodoh nantinya kalau kamu tidak menyelesaikan sekolahmu.”

 

“IQku selalu di atas rata-rata,” gumam Seunghyun. “Aku juga selalu mempelajari apa yang kamu perintahkan. Itu membuatku pintar, bagaimana bisa aku menjadi bodoh.”

 

“Sayangku kepadamu berlebihan, itu membuatku bodoh. Mianhae,,,,” ucap Leeteuk terdengar tulus.

 

“Bagaimana dengan Sehyun, apa kamu tidak menyayanginya?” tanya Seunghyun kemudian.

 

“Tentu aku juga menyayanginya. Tapi, aku tahu dia tidak akan berhenti menjadi cucuku karena dia tidak mungkin meninggalkanku. Sedangkan kamu,,,, Seunghyun-ah, Taemin menitipkanmu kepadaku. Sejak hari itu kamu adalah milikku. Aku menganggapmu cucuku, bukan anak titipan. Memikirkanmu sebagai anak titipan membuatku takut kalau suatu hari nanti kamu akan kembali kepada orang yang menitipkanmu,"

 

“Tapi, bangkai tidak bisa disembunyikan karena baunya yang menyengat. Kamu keluar dari rumah setelah tahu kamu adalah anak titipan. Membuatku khawatir apakah kamu tidak akan pernah kembali ke rumah lagi. Aku terpaksa merencakan semua itu agar kamu kembali berada di dekatku. Agar aku bisa memerhatikanmu. Memberiku kesempatan melihatmu tumbuh lebih lama sebelum mengembalikanmu.”

 

“Apakah kamu tidak berpikir aku akan lelah karena rencanamu itu?”

 

“Eum,, Aku tidak pernah memikirkan itu. Mianhae,,,, jeongmal mianhae Seunghyun-ah,,,”

 

Tuuutt,,, ! Seunghyun memutuskan telpon Leeteuk tanpa mengatakan apapun. Mendengar kalimat yang lebih dari orang itu membuat hatinya semakin lemah. Dia akan tidak enak hati dan membuatnya ingin kembali ke asrama.

 

“Andweyo,,” desahnya sambil menyandarkan punggung dan kepalanya di punggung sofa yang dia duduki.

 

Tak lama, café itu memutar lagu yang membuat tubuh Seunghyun mendesir. Meskipun lagu itu membuatnya tidak nyaman, dia tetap mendengarkannya. Mencermati tiap bait lagu itu. Mencoba mengerti karena selama ini dia tidak pernah benar-benar memerhatikan lagu itu.

 

2ne1 – I Love You

 

Seunghyun terkekeh dan meremas dadanya dari luar, kemudian mengelusnya pelan. “Appo,,” gumamnya masih terkekeh.

 

Kenapa baru menyadari betapa dia mencintainya yeoja bernama Minzy itu,,,

 

“Pabbo,,,”

 

Dia menyesal tidak memperlakukan yeoja itu selayaknya dan menunjukkan hatinya. Tapi, sebuah penyesalan akan selalu datang di akhir cerita. Dia hanya tersenyum untuk merayakan hal itu. Dia tidak akan kembali untuk apapun dan untuk siapa pun meskipun itu menyakitkan. Mimpinya ada di depan mata, bukan yang lainnya.

 

_DH2_

 

Hari ujian tiba, Seunghyun benar-benar tidak kembali. Dia melewatkan hari pentingnya sebagai seorang siswa. Minzy melirik bangku Seunghyun yang kosong. Tidak menyangka sama sekali kalau namja itu benar-benar pergi.

 

Minzy terus menyimpan buku tulis Seunghyun di dalam tasnya, membawanya ke manapun dia pergi. Menunggu sang pemilik datang mengambil barangnya.

 

“Kamu sungguh menyukainya?” tanya Dongrim kepada Minzy.

 

“Aku berjanji akan menunggunya” ucap Minzy datar.

 

_DH2_

 

~FlashBack~

“Eunra-ya, aku lelah menunggu saat kamu benar-benar hanya memikirkanku,” tutur Taemin kepada Eunra.

 

“Benarkah?” ujar Eunra tidak peduli. “Banyak yeoja yang menyukaimu, kamu bisa memilih bersama salah satu dari mereka.”

 

“Aku tidak suka mereka.”

 

“Coba saja dulu. Kalau mereka sama membosankannya sepertiku, silahkan kembali kepadaku,” ujar Eunra, terdengar terlalu pasrah menyerahkan namjachingunya kepada orang lain.

 

“Berapa umur kita sekarang?” tanya Taemin tiba-tiba.

 

Eunra tidak perlu waktu lama untuk menjawab. “Hampir tiga puluh tahun.”

 

“Kajja!” ditarik Taemin tangan Eunra menyeretnya keluar dari kantornya itu.

 

“Eoddi?”

 

“Kita menikah sekarang juga!” seru Taemin tanpa melepas tangan Eunra.

 

“Andwe!” tolak Eunra dan langsung menarik tangannya dari Taemin.

 

Taemin berbalik dan tatapannya tampak serius. “Waeyo? Karena Shindong ahjussi belum juga mengakui cita-citamu?” Eunra tertunduk malu. “Aku bilang aku lelah menunggu. Aku bosan dengan hubungan kita yang terhalang kesibukanmu mengejar mimpimu. Apa aku tidak terlalu penting dibandingkan mimpimu itu?”

 

“Aniya, hanya saja,,,” Eunra tidak bisa menjawabnya.

 

“Kalau aku tidak terlalu penting dibandingkan mimpimu itu, baiklah,,, aku akan pergi dan membiarmu mengejar mimpimu itu.”

 

“Kamu tidak mengerti aku!” kata Eunra mencoba membela diri.

 

“Aku tidak mengerti kamu?” Taemin bertanya dan menatap Eunra dalam artian kamu-bercanda-mengatakan-aku-tidak-mengerti-kamu. “Bagaimana bisa aku tidak mengerti kamu yang bersamaku lebih dari setengah umurku.”

 

Eunra menutup wajahnya dengan kedua tangannya. “Mollaya Taemin-ah. Jangan paksa aku berpikir lebih banyak. Aku sudah terlalu lelah,,,”

 

“Aku tahu itu. Kamu pasti sangat lelah dengan usahamu. Maka dari itu hentikan semua ini. Menyakitkan melihatmu terus berusaha sepanjang hidupmu. Aku lelah melihatmu seperti ini,” ujar Taemin lebih pelan. “Menikahlah denganku,,, Shinee World tidak akan membunuhku karena aku menikahi orang yang aku cintai. Mereka tidak akan meninggalkan SHinee hanya aku sudah menikah.”

 

“Haruskah kita menikah?”

 

Taemin mengangguk. “Aku takut namja lain akan mendahuluiku kalau aku tidak menikahimu sekarang.”

 

Mereka menikah dan tiga tahun menjalin hubungan sebagai suami-istri, Taemin mengajak Eunra menetap di Amerika. Memberi pekerjaan kepada Eunra untuk menjadi dosen dari universitas broadcast di sana. Membangun sebuah café kecil dan hidup sebagai keluarga kecil yang bahagia di sana.

 

Hari demi hari, bahkan tahun demi tahun mereka lewati. Akhirnya Eunra mengandung anak pertamanya dengan Taemin. Sesuatu yang menyenangkan tapi itu tidak bertahan lama.

 

“Dia adalah appaku, darahnya mengalir di dalam tubuhku. Meskipun aku dan dia sangat berbeda, besar kemungkinan aku mempunyai sikap yang sama dengannya,,”

 

“Apa yang sedang kamu bicarakan Eunra-ya?” tanya Taemin bingung.

 

“Aku tidak ingin melahirkan anak ini.”

 

“WAE?” perkataan Eunra membuat Taemin membentaknya.

 

“Aku takut aku bersikap sama seperti appaku. Aku takut aku menyiksa anak kita dengan keinginanku. Aku tidak ingin itu,,,,”

 

Perubahaan sikap Eunra saat dia hamil membuat Taemin bingung. Dia memeriksa istrinya ke rumah sakit, dokter bilang dia mengalami stress berat karena kehamilannya ditambah trauma kejadian dimasa lalu.

 

“Kamu tidak pernah bahagia Eunra-ya, wae?” gumam Taemin lirih saat Eunra tertidur karena obat bius yang baru saja disuntikkan ke tubuhnya. Eunra baru saja berusaha menusuk perutnya dan membunuh dirinya. Dia lupa kalau dirinya terbunuh maka anak di dalam kandungannya juga akan terbunuh bersamanya.

 

Taemin tidak berani meninggalkan Eunra sendirian di rumah sejak hari itu.

 

“Aku tidak ingin membesarkannya. Aku hanya akan menyakitinya. Tolonglah dia,,, kumohon. Berikan dia kepada seseoang yang kamu percaya,,” Eunra memohon.

 

“Baiklah,,” Taemin mengabulkan permintaan Eunra menitipkan anak mereka kepada orang lain, dengan terpaksa. Dia terpaksa melakukan itu. Harus terpisah dari putranya yang baru beberapa hari lahir di dunia ini. Taemin memohon kepada Leeteuk untuk mengasuh anaknya.

 

Sejak hari itu sedikit demi sedikit sikap Eunra mulai membaik, dia jauh menjadi normal bahkan kembali mengajar karena dia seorang dosen. Dia tidak pernah bertanya kepada Taemin kepada siapa anaknya dititipkan. Dia tak perlu tahu karena kalau dia tahu dia akan mencari anak itu. Dia tak boleh melakukannya.

 

~Flashback End~

 

_DH2_

 

Tidak sulit mencari alamat yang Gikwang berikan kepadanya. Cukup menunjukkan alamat itu kepada supir taksi, dia bisa tiba di tempat yang dimaksud. Seunghyun memencet bel rumah dengan nomer yang tepat sesuai alamat yang tertera. Dia memencet lagi dan lagi sampai seseorang membukakan pintu untuknya.

 

“Where’s miss Eunra?” tanya Seunghyun dari balik pagar. Dia yakin wanita yang dia lihat bukanlah Eunra.

 

Benar saja, wanita itu hanya pembantu. Dia memberitahu Seunghyun kalau Eunra dan Taemin pergi ke taman bersama beberapa menit yang lalu. Karena tidak tahu taman mana yang wanita itu maksud, dia meminta petunjuk jalan menuju taman kepada wanita itu. Dengan berjalan kaki, taman itu bisa ditempuh hanya dengan lima menit. Wanita itu menemani Seunghyun pergi ke taman dan memberitahu yang mana wanita bernama Eunra.

 

Dia duduk sendirian di kursi panjang di bawah pohon rindang dan tampak asik dengan buku di tangannya. Seunghyun hanya bisa melihat punggung wanita bernama Eunra itu.

 

Benarkah itu eommanya?

 

Seunghyun mengucapkan terimakasih kepada pembantu tadi, dan mendekati sosok yang adalah eommanya.

 

“Shin Eunra-ssi,” ucapnya, membuat sang ampun nama berpaling menghadapnya.

 

Mata mereka bertemu. Seunghyun tersenyum samar berhasil mengetahui bagaimana tampang eommanya.

 

“Say welcome to me,” ujar Seunghyun membuat Eunra bingung.

 

Beberapa saat Seunghyun membiarkan Eunra menatapnya, dia pun membiarkan dirinya menatap eommanya itu. Menatap setiap inci wajah Eunra. Wajah orang yang selalu dia inginkan.

 

“Eomma,” ujar Seunghyun memanggil Eunra dengan sebutan ‘eomma’ untuk pertama kalinya. Terasa sangat mengharukan.

 

Eunra berdiri, sepenuhnya menghadap Seunghyun.

 

“Apakah kamu tahu aku ini siapa?”

 

Eunra menggeleng.

 

“Apakah hatimu tidak bergetar melihatku di depanmu?”

 

Eunra bingung harus melukisakan ketidaktahuannya dengan bagaimana.

 

“Lihatlah lurus ke dalam mataku,,” ujar Seunghyun memerintah.

 

Eunra meluruskan tatapan matanya ke dalam mata Seunghyun.

 

“Apakah kamu bisa melihat cerita menyedihkan di sana?”

 

Kelopak mata Eunra berkedip pelan.

 

“Ada cerita anak yang terpisah dengan orang tuanya di dalam mata ini,” ujar Seunghyun memberitahu sambil menyentuh kelopak matanya. “Masih tidak bisa melihatnya meskipun sudah kuberitahu?” Seunghyun mendekati Eunra, meraih tangan wanita itu dan meletakkannya di dadanya. “Kalau kamu tidak bisa melihat maka rasakanlah,,, Betapa lamanya jantung ini berdetak sendirian tanpa orang tua kandungnya.” Seunghyun mencermati ekspresi Eunra. Sudahkah wanita itu mengerti? Sepertinya tidak. Dia ingin mendesah berat tapi menahannya. Tidak boleh menyerah di sini untuk membuat wanita itu mengerti.

 

Seunghyun memindahkan tangan Eunra di dadanya menuju puncak kepalanya. Menggerakkan tangan itu mengelus rambutnya. Matanya mulai berkaca karena itu. Sekian banyak orang yang pernah mengusap puncak kepalanya, baru ini dia merasakan sesuatu yang kuat yang bisa membuat sekujur tubuhnya mendesir. “Kalau masih belum bisa,, aku tidak tahu harus bagaimana lagi,,”

 

Seunghyun menjauhkan tangan Eunra dari kepalanya dengan pelan.

 

Eunra menatap Seunghyun lebih lekat. Tangannya kembali menyentuh puncak kepala Seunghyun, berpindah mengusap wajah namja itu. Turun menyentuh kedua pundak, kemudian menarik tangan Seunghyun dan mengusapnya penuh kasih sayang.

 

“Apakah kamu putraku?” tanyanya bergumam.

 

Seunghyun tidak kuat lagi menahan air matanya. Dia mengangguk dan membiarkan matanya menangis lebih deras. “Ne, aku adalah putramu,,” jawabnya sambil terisak.

 

“Siapa namamu?” pertanyaan yang aneh, bagaimana seorang ibu tidak tahu siapa nama anaknya.

 

“Shin Seunghyun,,” jawab Seunghyun, sedikit terbata karena tangisnya semakin deras.

 

“Seunghyun?” tanya Eunra.

 

Seunghyun mengangguk. Mengusap air matanya dengan ujung hoodienya.

 

“Siapa yang memberi nama itu kepadamu?”

 

Tangis Seunghyun semakin keras. Ada perasaan sakit di hatinya, Eunra sungguh tidak tahu menahu tentang dirinya semenjak dia dilahirkan dan dititipkan kepada orang lain. Rasanya ingin membenci Eunra, tapi tidak boleh karena dia tahu kenapa Eunra seperti itu terhadapnya.

 

“Taemin-ssi,,, Dia memberi nama yang sama seperti nama sahabatmu kepadaku,,” kata Seunghyun, berusaha keras menggerakkan mulutnya untuk bicara.

 

“Hhhhh,,,” terdengar Eunra menghembuskan nafas berat dan melepas tangan Seunghyun dari tangannya. “Aku tidak tahu apakah aku pantas menjadi orang tuamu. Membuangmu selama dua puluh tahun dan tidak sekalipun mencaritahu tentangmu.”

 

“Aku tidak peduli. Hanya jangan menitipkan diriku kepada orang lain lagi. Sirheo! Neomu sirheo! Kumohon rawatlah aku mulai detik ini. Aku tidak ingin bersama orang lain lagi selain orang tua kandungku,,,” Seunghyun kembali menarik tangan Eunra yang tadi sempat menyentuh tangannya. “Jaebal,,,,”

 

Dua puluh tahun berpisah, rindu seperti apa yang sedang dirasakan anak dan ibu itu. Sukar untuk dijabarkan. Yang ada di dalam hati Eunra hanya sesak. Senang bercampur penyesalan membuatnya meneteskan air mata. Tangan lembutnya itu membimbing Seunghyun masuk ke dalam pelukannya dan mengusap lembut rambutnya itu. Mencium harus shampoo dari ujung kepala anak itu. Harum yang baru kali ini dikenal karena sebelumnya dia tidak tahu sama sekali bagaimana harum anaknya.

 

Dan Seunghyun, ini benar-benar mimpinya. Sesuatu yang sangat ingin dia capai. Senang? Lebih dari senang untuk menjelaskan semua ini. Tidak perduli apakah dia menyelesaikan ujiannya atau tidak. Tidak peduli bahwa dia adalah siswa bodoh yang tidak mempunyai ijazah. Yang dipedulikan sekarang hanyalah tentang dirinya yang akhirnya bertemu orang tuanya. Dan dia melupakan sedikit perasaan sedih karena harus meninggalkan seseorang untuk hari ini.

 

Just wait next ending part ^^,

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Asuka_J12 #1
Chapter 16: Hey hey nasib band lamanya Seung gimana?? Debut (?) lg doong~ >,< *lebih peduli sm ftislandnya ternyata haha*
Oh ya, annyeong hasseyo. Newbie reader here! ^^
Overall saya suka ceritanya, complicated bingit xD tp ada tuh kata2 typo yg sdkit mengganggu. Ada kata 'ampun' di beberapa kalimat di part2 sebelumnya yg padahal kl diperhatikan maksudnya itu kan 'pemilik' ya? Tp gpp, di lain ff bisa diperbaiki :)
miminzy
#2
Chapter 16: satu hal yang aku paling sukai di ff ini, seunghyun dan minzy itu ultimate biasku >.< kyaaaaa!!!! nice story!
jiwonku #3
Chapter 14: Wowww, you are good writer, authornim. This is really complicated but I like this. Next chapter authornim...
yourylau #4
Chapter 14: next chapter authornim.
yourylau #5
Chapter 13: aku udah nunggu lama banget kelanjutan ff ini.
Good job thor.
jj_jw_sh #6
Chapter 10: Plot-nya menarik dan bikin penasaran bangeet...
Ditunggu update selanjutnya, author-nim...^^
ame112
#7
Huwaa...senengnya ada fanfiction minzy dari indonesia..
Gumawo chinggu aahh..
Eiitss bolehkan kalau manggil authornya chinggu..
Walaupun belum baca 1 chapter pun.
Tapi bakalan ku baca sampai chapter 10 malam ini juga...
<3