Chapter 9

a dream to find that

“Ini bukan buku Myung Soo,” ujar Jiyoung.

 

Sunggyu mengangguk. “Memang benar, itu bukan buku Myung Soo. Buku itu milik mantan kekasih Myung Soo. Juniel,” beritahunya.

 

Alis Jiyoung terangkat, dia tampak terkejut atas apa yang didengarnya dari mulut Sunggyu. Ditatapnya buku harian di tangannya. Kusam namun tidak selembar kertas pun ada bekas lipatan di sana, memberitahu kalau buku itu memang tidak pernah disentuh.

 

Jiyoung terdiam, memikirkan makna dari semua tulisan yang ada pada buku harian itu.

 

“Sebelum kamu mengenal Myung Soo, Juniel lebih dulu mengenalnya. Mereka berdua berteman sejak kecil. Duo sejoli yang selalu pergi bersama. Persahabatan masa kecil yang berubah menjadi cinta seiring mereka tumbuh dewasa. Mereka mengakui kalau mereka saling mencintai dan mereka berpacaraan sejak SMP,"

 

“Juniel dan Myung Soo mempunyai dua buku harian. Buku itu menjadi tempat curhat mereka, mempermudah mereka menyampai sesuatu kalau mereka tidak bisa mengatakannya langsung. Juniel selalu membaca  buku harian milik Myung Soo, tapi Myung Soo terlalu sibuk dengan ambisinya untuk menjadi idol sehingga tidak ada waktu untuknya membaca buku harian milik Juniel. Dia hanya menerima buku itu dan menyimpannya beberapa hari, meyakinkan Juniel dia membaca buku itu,"

 

“Di dalam buku harian itu Juniel mengatakan kalau dia rela membatalkan kuliahnya disalah satu universitas terkenal di Jepang demi bisa menemani Myung Soo ikut audisi. Dia menyuruh Myung Soo bersungguh-sungguh karena dia sudah berkorban.”

 

“Tapi, Myung Soo tidak membaca buku harian itu kan, jadi dia tidak tahu apa yang Juniel korbankan untuknya,” potong Jiyoung.

 

“Juniel juga pernah mengatakan kenapa dia tiba-tiba menghilang seperti mencampakkan Myung Soo. Alasan dia pergi karena paksaan orang tuanya. Myung Soo memutuskan untuk berjuang sendiri namun tidak semudah yang dia pikirkan. Dia mudah menyerah saat Juniel tidak ada bersamanya. Kemudian Myung Soo bertemu denganmu Jiyoung-ah, dan kamu tahu bagaimana kisah kalian setelah itu.”

 

Jiyoung diam seribu bahasa agar bisa mendengarkan cerita Sunggyu tanpa melewatkan satu kalimat pun. Namja itu mau menjelaskan semua yang terjadi meskipun dia sudah membaca isi buku harian Juniel. Cerita Sunggyu lebih mudah dimengerti olehnya.

 

“Juniel baru kembali saat Myung Soo terpilih menjadi murid trainee dan saat itu dia sudah bersamamu. Myung Soo tidak memerlukan Juniel lagi karena ada kamu sebagai penggantinya. Myung Soo meminta kepada Juniel untuk memutuskan hubungan mereka karena dia ingin fokus dengan masa traineenya. Juniel berpikir, jika itu yang terbaik bagi Myung Soo, dia rela untuk berpisah,"

 

“Tapi, karena kecerobohan kalian, hubungan kalian diketahui oleh fans dan memaksa kalian untuk mengakuinya. Juniel mengetahui scandal kalian dan melukai hatinya. Dia dibohongi, dia merasa dikhianati. Dia menyerahkan buku harian miliknya kepada Myung Soo, menyuruh Myung Soo membuang buku itu. Myung Soo tidak membuang buku harian itu, dia meletakkannya di atas meja di kamarnya begitu saja. Memberi kesempatan kepada siapa saja untuk membacanya. Aku membaca buku harian Juniel, lalu aku menyuruh Myung Soo meminta maaf kepada Juniel, tapi kalimatku membuatnya sangat marah. Dia menamparku hingga bibirku sobek. Untungnya saat aku dilarikan ke rumah sakit, tidak ada fans melihatnya. Mungkin ada beberapa namun manager hyung sudah membereskannya.”

 

“HHhhhh,,,” Jiyoung mendesah berat. “Apakah semua itu alasan kenapa kalian tidak pernah menjenguk Myung Soo sekalipun ke asrama Karin? Kalian membencinya karena dia seorang namja yang buruk?”

 

“Aku tidak membencinya, Jiyoung-ah. Kami tidak menjenguknya agar dia bisa berpikir dan memperbaiki sikapnya. Kalau emosinya terus tidak terkontrol, itu akan berdampak buruk terhadap group kami,” ujar Sunggyu menjelaskan.

 

“Arasseo oppa,” gumam Jiyoung mengangguk.

 

“Apa yang akan kamu lakukan terhadap Myung Soo setelah ini?” tanya Sunggyu hati-hati.

 

“Memutuskan hubunganku dan Myung Soo? Andwae, aku tidak bisa melakukan itu. Dia namja yang baik bagiku.”

 

Sunggyu diam.

 

“Molla oppa, aku sangat bingung apa yang harus aku lakukan setelah ini. Aku merasa sangat jijik kepada diriku sendiri. Ternyata aku ini perebut kekasih orang. Pabboya,,,” Di benaknya memutar ulang kejadian beberapa malam lalu, dia menemui Juniel dan Myung Soo sedang berjalan di bawah satu payung yang sama. Myung Soo bilang kalau dia bertemu Juniel di depan gerbang, namun sekarang Jiyoung mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mereka tidak bertemu di depan gerbang sekolah, mereka pasti baru kembali dari suatu tempat setelah pergi bersama.

 

Apa Juniel ingin Myung Soo kembali padanya?

 

“Kalau suatu saat nanti Myung Soo ingin kembali kepada Juniel, apa aku harus merelakannya, oppa?” tanya Jiyoung.

 

“Semua keputusan ada padamu, Jiyoung-ah.”

 

“Kurasa aku tidak akan pernah bisa melakukan itu,,”

 

Sunggyu mendekat, dia mengusap punggung yeoja itu, menggumamkan sesuatu menenangkannya.

 

“Aku tahu pasti sangat sulit melepaskan orang yang kita cintai demi cinta pertamanya,” gumam Sunggyu.

 

_DH2_

 

“Akhir-akhir ini Juniel sering absen, aku terpaksa menggantikannya,” gerutu Dongrim di depan microphone. Seharusnya dia mengucapkan salam membuka, tapi Dongrim melupakannya. Dia sangat ingin mengatakan protesannya kepada Juniel hari ini. “Dia tidak menjalankan tugasnya sebagai DJ radio Karin dengan baik. Apa dia mulai bosan? Hya, Juniel-ah kamu tidak bisa melakukan ini. Kalau kamu mendengar ini, cepatlah kembali ke asrama!!”

 

“Kamu sangat berisik,” gerutu Seunghyun kepada Dongrim.

 

“Ah, aku lupa memberi salam kan. Ini gara-gara Juniel yang membuatku emosi hingga aku melupakan kalimat salam,” ujarnya masih mengomel dan kali ini lebih rempong(?)

 

Seunghyun tidak memperdulikan omelan Dongrim di sampingnya, dia mengucapkan salam sendirian dan mulai membacakan pesan-pesan dari pendengar setia Karin. Dia ingin menjadi Dj yang baik hari ini, maka dari itu dia berjanji membacakan semua pesan dari para pendengar tanpa ada yang terlewati. Dia tampak sangat bersemangat bicara di depan microphone tanpa harus dilihat banyak orang.

 

“Aigo,,, Uri Seungi terlihat sangat keren hari ini. Dia tampak lebih keren dari Juniel kurasa,” ucap Dongrim di pertengahan jam mengudaranya suara mereka.

 

“Kamu memujiku hanya karena kamu sedang marah kepada Juniel hari ini,” ujar Seunghyun, mencibirkan bibirnya ke arah Dongrim.

 

“Kekeke,,,” Dongrim cengengesan saja, kedok di balik pujiannya itu diketahui oleh Seunghyun. Lalu, dia teringat sesuatu dan menepuk bahu Seunghyun. “Bukankah ada yang ingin kita tunjukkan kepada pendengar kita hari ini?!” dia mengingatkan Seunghyun.

 

“Apa itu?” Rupanya Seunghyun melupakan rencana mereka.

 

“Kamu lupa?” raut emosi Dongrim saat mengomel untuk Juniel kembali terpampang di wajahnya. Dia bangkit dari kursinya, mengambil sebuah gitar dan menyerahkannya kepada Seunghyun. “Apa kamu masih lupa?”

 

Seunghyun tersenyum lebar sebagai permintaan maaf. Dia baru mengingatnya sekarang. Mereka berencana bernyanyi bersama saat mereka menjadi DJ radio Karin. Hari inilah kesempatan itu datang.

 

Seunghyun melakukan pemanasan sebelum memetik gitarnya. Melirik Dongrim yang mengangguk kepadanya tanda dia sudah siap. “Mmmm,,, lagu ini baru kami buat beberapa hari lalu dan aku hanya berlatih beberapa kali, pasti akan banyak terdapat kesalahan. Kalau ada suara gitar yang mengganggu pendengaran kalian, aku memohon maaf,” ucapnya meminta maaf sebelum bernyanyi.

 

“Dan jangan menghina suara kami secara terang-terangan di internet kalau kalian tidak suka. Aku tidak mau punya antis sebelum debut,” sambung Dongrim.

 

“Na do,” celetuk Seunghyun setuju.

 

“Itu mimpi buruk bagiku,” ujar Dongrim sambil memegang kepala.

 

Seunghyun mengangguk setuju. Dia menatap Dongrim, mengajungkan satu jari, dua jari, dan tiga jari memberi tanda hitungan untuk memulai permainan mereka.

 

“...”

 

Tidak ada suara setelah petikan terakhir dari gitar Seunghyun bernyanyi.

 

Kemudian,,,  “Seunghyun menyanyikan lagu ini lebih emosional dibandingkan aku,” kata Dongrim, memecah kecanggungan. Dia melihat ada sisa air mata di ujung mata Seunghyun. Saat Seunghyun menoleh ke arahnya, dia tersenyum manis. “Kamu penyanyi yang hebat,” pujinya tulus. “Bisa menyanyikan sebuah lagu dengan emosi yang tepat.”

 

Seunghyun membalas senyuman itu.

 

Dongrim buru-buru memalingkan mukanya membaca pesan-pesan dari pendengar di monitor. “Ah, ada yang bertanya lagu siapa yang kita nyanyikan?” serunya kaget.

 

“Dongrim yang membuatnya,” ujar Seunghyun pelan.

 

Dongrim tersenyum malu. “Ah, juga ada yang bertanya apa makna lagu yang kita nyanyikan,” serunya membaca pesan yang lain. “Kamu mau menjelaskannya kepada para pendengar?”

 

“Tentu kamu yang harus menjelaskannya,” tolak Seunghyun mentah-mentah.

 

Dongrim mengetuk-ngetuk kecil dagunya dengan jarinya. “Eum,,, Lagu ini tentang perasaan rindu terhadap orang yang tidak pernah ditemui, bahkan namanya pun tidak tahu. Hanya mendengar cerita tentang orang itu dan membuatnya sungguh ingin bertemu,,, Seperti itulah.”

 

“Orang yang malang,” gumam Seunghyun, tersenyum dan mengasiani dirinya sendiri. Makna dari lagu itu adalah tentang dirinya yang sangat ingin bertemu orang tua kandungnya, mempunyai perasaan sangat rindu meskipun tidak pernah bertemu sebelumnya.

 

_DH2_

 

Hari ini bukan suara Juniel yang terdengar saat radio Karin on air. Kemana lagi yeoja itu? Dia lebih sering absen sebagai DJ akhir-akhir ini. Dan, juga bukan suara Dongrim dan Mir yang terdengar hari ini, suara yang biasanya akan terdengar saat Juniel tidak ada. Masih ada suara Dongrim, tapi sepertinya  Dongrim mempunyai pather baru hari ini. Seunghyun.

 

Couple DJ hari ini terdengar lebih berisik dari couple DJ biasanya, karena ada Seunghyun Dongrim semakin banyak bicara. Seunghyun lebih banyak mengikuti ke mana alur pembicaraan Dongrim, tidak seperti Mir yang selalu mengusung tema yang dia mau meskipun Dongrim tidak mengerti (kkkkk~ poor Dongrim)

 

Meskipun berisik, para pendengar menyukai couple DJ baru itu.

 

Itu terbukti, Myung Soo - siswa yang jarang sekali bahkan tidak pernah mendengarkan radio Karin, hari ini dia mendengarkan acara radio sekolah itu hingga usai. Bahkan, dia menggunakan radio di HP nya untuk mendengarkan Seunghyun dan Dongrim bicara.

 

Dengan menutup telinganya dengan headsetnya, dia mendengarkan acara itu. Bagian favoritnya hari ini adalah di bagian Seunghyun dan Dongrim bernyanyi secara live.

 

“Kurasa Seunghyun bukan anak yang bisa diremehkan. Aku yakin dia bukan anak sembarangan.” Myung Soo tersenyum tipis mengingat suara Seunghyun bernyanyi. “Mungkin dia anak seniman hebat yang menyamar dan berpura-pura bodoh.” Kali ini senyumannya itu tersungging dikarenakan imajinasinya yang lucu tentang Seunghyun.

 

“Hyung!!” Myung Soo bisa mendengar dengan jelas ada suara yang memanggilnya, dia menoleh dan segera melepas headset dari telinganya setelah tahu siapa yang memanggilnya.

 

“Hyung,,,” Sungjong melambaikan tangannya dengan semangat kepada Myung Soo, namun Myung Soo hanya menatap magnae Infinite itu tak percaya kalau dia ada di taman Karin School saat ini bersama Sungyeol, member lain Infinite.

 

“Annyeong Myung Soo-ya,” sapa Sungyeol, juga melambaikan tangan.

 

Sungjong berlari kecil agar lebih cepat sampai di samping hyungnya itu, dia duduk di samping Myung Soo dengan senyuman riang sambil menjinjing tas kain kecil. “Aku membawakan banyak makanan untukmu.”

 

“Makanan untukku?” ujar Myung Soo masih bengong.

 

Sungjong mengangguk. “Kami tidak membuatnya sendiri, tapi makanan ini tetap enak seperti makanan masakan rumah,” ujarnya meyakinkan.

 

“Apa yang membawa kalian ke sini?” tanya Myung Soo pada Sungyeol.

 

Sungyeol duduk di sisi lain kursi terlebih dahulu. “Ingin menjengukmu,” jawabnya kemudian.

 

“Ini bukan rumah sakit jadi buat apa kalian menjengukku,” cetus Myung Soo.

 

“Kamu tidak suka kami datang ke sini?” kata Sungyeol nyaring.

 

“Ani, hanya saja,,, hampir enam bulan aku di asrama, sekalipun kalian tidak pernah menjengukku sebelumnya. Aku sempat berpikir kalian melupakanku. Aku sering kebingungan, para idol yang bersekolah di sekolah ini sering kedatangan tamu member group mereka, tapi aku tidak pernah. Aku yakin kalian melupakanku,,,” cerocos Myung Soo, mengeluarkan kekesalahannya.

 

“Aniya,,,” bantah Sungyeol.

 

“Kalian sangat sibuk?” tanya Myung Soo terkekeh.

 

Sungyeol menatap Myung Soo beberapa saat, kemudian menghembuskan nafas berat. “Mianhae,,,,” ucapnya.

 

Myung Soo menahan emosi di dalam dirinya sekuat yang dia bisa. Dia tahu member Infinite tidak punya jadwal super padat sehingga tidak bisa menjenguknya sekalipun ke asrama. Dia tahu dengan sendirinya mereka sengaja tidak menjenguknya. Itu menyebalkan, dan apa maksud mereka semua bersikap seperti itu terhadapnya? Apa karena kekasaran yang dia lakukan terhadap Sunggyu?

 

“Apa Sunggyu hyung yang melarang kalian ke sini dan dia juga yang menyuruh kalian datang ke sini hari ini?” tanya Myung Soo, mengancam Sungyeol dengan tatapannya agar  namja itu berkata jujur.

 

“Aniya hyung,,,” Sungjong memeluk Myung Soo dari belakang. “Tidak ada yang memaksa kami datang ke sini. Aku merindukanmu jadi aku mengajak Sungyeol hyung saja. Dan, kenapa aku tidak mengajak Sunggyu hyung ke sini? Karena aku tahu itu akan menimbulkan masalah. Kamu masih marah dengannya?”

 

Myung Soo tidak menjawab.

 

“Sebaiknya buang marahmu itu jauh-jauh. Sunggyu hyung tidak pernah marah denganmu,” beritahu Sungjong.

 

“Jeongmal?” ujar Myung Soo.

 

Sungjong melepaskan pelukannya dan mengangguk. “Jeongmalyeo,,,,” tandasnya yakin 100% (?)

 

Myung Soo menatap Sungyeol, kali ini dia yang mengangguk meyakinkan Myung Soo.

 

“Yang terjadi  dengan kalian hanya kesalahpahaman kan?” ujar Sungyeol.

 

Myung Soo menggeleng. “Kalian tahu masalah yang sebenarnya antara kami berdua.”

 

“Tentang buku harian itu?” celetuk Sungjong.

 

Myung Soo mengangguk pelan. “Aku marah karena Sunggyu hyung menyentuh benda pribadiku tanpa ijin dan lebih lagi dia marah kepadaku setelah membaca buku itu. Dia bilang, aku sungguh nappeun namja,,,,”

 

“Eum,,,, Itu benar kan?”  gumam Sungyeol hati-hati.

 

“Ne,, Sangat wajar kenapa Sunggyu hyung marah kepadaku. Dan aku sungguh nappeun namja. Aku baru menyadari kesalahanku sekarang.”

 

“Penyesalan memang selalu datang belakangan, bukan sekarang,” ujar Sungyeol.

 

“Aku bertemu yeoja itu.”

 

“Juniel!!” seru Sungjong dan Songyeol berbarengan.

 

“SStttt,,,” desis Myung Soo menyuruh mereka diam. “Kalian tidak bisa menyebut nama itu di sini,” ujarnya berbisik.

 

“Wae?” tanya Sungjong.

 

Myung Soo menekuk wajahnya. “Dia siswa Tingkat Tiga Karin School. Parahnya, dia juga satu kelas denganku,” beritahunya lesu.

 

“Kalian bertemu? Lalu, apa yang terjadi?” tanya Sungjong penasaran.

 

“Kurasa aku masih menyayanginya, tapi aku tidak bisa meninggalkan Jiyoung begitu saja demi masalaluku. Aku juga menyayangi Jiyoung ,,,,”

 

“Sangat susah memilih,” gumam Songyeol, mengerti kesusahan Myung Soo saat ini.

 

“Ne hyung, aku sangat pusing sekarang. Aku hampir gila karena yeoja,” ujar Myung Soo mengadu.

 

Songyeol menepuk-nepuk bahu Myung Soo sambil mengangguk-angguk kecil. “Aku mengerti posisimu,” katanya.

 

Sungjong menengok ke kanan-kirinya dengan semangat. “Apa noona itu ada di sini sekarang? Aku sangat ingin melihat cinta pertama Myung Soo hyung itu.”

 

“Dia sedang tidak ada di lingkungan sekolah saat ini,” ujar Myung Soo, membuat Songjung kecewa dan cemberut. “Kamu bilang, kamu membawakan makanan untukku, mana? Bagaimana kalau kita makan bersama di sini.”

 

“Ide yang bagus!” seru Sungjong berubah semangat. Dia mengeluarkan rantang-rantang kecil dari tas yang dia bawa. Ada beberapa macam makanan yang dia bawa untuk Myung Soo. Niatnya dia akan memberikan makanan banyak macam itu hanya untuk Myung Soo dan menyuruhnya menyimpan makanan itu kalau Myung Soo ingin, tapi nyatanya, makanan itu malah mereka habiskan bersama. Menjadikan taman sekolah menjadi taman umum. Bermain dan makan bersama tanpa memperdulikan siswa lain yang berlalu-lalang. Begitu menyenangkan bagi mereka, Myung Soo pun mengabadikan kebahagiaan mereka itu dengan berselca bersama lalu mengaploudnya ke internet.

 

“Inspirit,,, I miss you ^^”

 

_DH2_

 

Hhhh,,,, kesenangan sesaat. Itulah yang dirasakan oleh Myung Soo hari ini, sepulangnya Songyeol dan Sungjong dia kembali merasakan sesuatu yang tidak enak di dalam hatinya, di kepalanya dan juga badannya.

 

Kantin sepi saat senja tiba dan Myung Soo memilih tempat itu agar merasa lebih tenang. Duduk di mana saja terasa nyaman karena tidak ada seorang pun di sana.

 

“Apa kamu tidak lapar?” tanya ibu kantin bicara kepada Myung Soo.

 

Myung Soo menggeleng. Dia seperti mayat yang berbaring tak bernyawa di atas meja.

 

“Ketua kelas,,,,” sapa Seunghyun mengolok-olok pangkat Myung Soo. Tidak ada hal lain yang menarik untuk dia lakukan saat kantin sepi kecuali membuat Myung Soo marah.

 

Tapi, Myung Soo sedang tidak bertenaga untuk marah kepada Seunghyun, dia tetap diam meletakkan kepalanya di atas meja, tidak bergerak dan itu membuat Seunghyun kesal. Dia melakukan aksi lain, yaitu memerhatikan wajah Myung Soo dengan jarak yang sangat dekat untuk mencari titik celah ketidaksempurnaan wajah ulzzang ketua kelasnya itu.

 

“Ah, ketua kelas, ada mata panda di matamu,” cetus Seunghyun, menggerak-gerakkan jarinya melingkari mata garis hitam yang sungguh ada di sekitar matanya.

 

“Geumanhae,” perintah Myung Soo pelan sambil menjauhkan tangan Seunghyun.

 

Seunghyun mencibir. “Membosankan.” Tidak ada yang menyenangkan dari Myung Soo, maka dia beralih ke game yang ada di Hpnya. Mencoba mencari hiburan sendiri.

 

“Seunhyun-ah,,, apa kamu pernah merasa sangat bingung untuk memilih satu di antara dua yeoja?” tiba-tiba Myung Soo bicara.

 

“Untuk dijadikan pacar?” Seunghyun bertanya.

 

Myung Soo mengangguk.

 

“Eum,,,,,” Seunghyun berpikir. “Seingatku, aku tidak pernah berada di dalam situasi seperti itu. Mencintai dua yeoja lalu harus memilih salah satu di antara mereka,” ujarnya.

 

“Tidak pernah?”

 

Seunghyun berpikir, dan, “Eum,, Tidak pernah,” jawabnya mantap. “Meskipun aku playboy, aku tidak pernah menduakan yeoja. Menyakitinya dengan memanfaatkan yeooja lain. Itu kurang menarik.”

 

“Lalu, apa kamu pernah mencintai dua orang sekaligus?” tanya Myung Soo lagi.

 

Seunghyun menggeleng lamban. “Bahkan aku tidak pernah mencintai yeoja yang kupacari selama ini. Hahaha,,, Dan itulah yang membuat mereka sakit hati,” ujarnya punya kebanggaan tersendiri.

 

“Apa bagimu menduakan yeoja itu perbuatan yang kejam?”

 

Seunghyun menatap Myung Soo. “Ada apa sebenarnya? Apa kamu sedang kebingunan karena kamu sedang mencintai dua yeoja sekaligus?” Myung Soo mengangguk.

 

Seunghyun lebih mendekati Myung Soo. “Apa kamu sedang kebingungan memilih Juniel atau Jiyoung?”

 

“Darimana kamu tahu?” Myung Soo mengangkat kepalanya dan menunjukkan tampang kagetnya kepada Seunghyun.

 

Seunghyun tersenyum penuh arti. “Myung Soo-ssi, seorang namja yang tidak punya keberanian untuk memilih itu seorang pecundang sesungguhnya. Siapa yang harus kamu pilih, jawaban itu ada pada diri kamu sendiri. Bagaimana nantinya setelah kamu memilih itu adalah resiko. Saat resiko itu datang, itulah saat di mana keberanian kita diuji.”

 

“Aku harus memilih Juniel atau Jiyoung?”

 

“Hanya satu dari mereka berdua,” ujar Seunghyun.

 

“Meskipun itu bisa membuat salah-satu dari mereka sakit hati?”

 

“Yeoja lebih tidak suka kalau kamu membohongi mereka,” kata Seunghyun berbisik.

 

_DH2_

 

Karin School sangat gaduh hari ini, semua siswa berdesak-desakkan untuk bisa melihat hasil nilai ujian semester mereka yang kali ini diumumkan di papan pengumuman sekolah, bukan di situs resmi Karin. Itu penyebab pertama kenapa Karin sangat berisik hari ini. Alasan lainnya adalah karena nilai Dongrim dan Seunghyun yang naik lima puluh tingkat lebih dari peringkat terbawah menjadi peringkat menengah.

 

Mereka berdua lari mendatangi papan pengumuman setelah mendengar dari yang lainnya kalau nilai mereka berubah lebih bagus. Sangat bagus sekali.

 

Siswa yang lain memberi jalan untuk mereka berdua dan ruang kosong di hadapan papan putih itu agar bisa melihat di urutan keberapa nama mereka berada.

 

51. Seunghyun

52. Dongrim

 

Seunghyun dan Dongrim saling bergandengan bahu dan tersenyum lebar melihat di mana nama mereka berada.

 

“Kita sudah bekerja keras,” ujar Seunghyun ada rasa bangga.

 

“Ini lebih dari cukup,” kata Dongrim, juga bangga kepada dirinya sendiri. Seunghyun mengangguk. “Kita tidak perlu berada di peringkat pertama untuk menjadi hebat,” tambahnya.

 

“Geure,,,” gumam Seunghyun setuju.

 

Dua sekawan itu berbalik dan kaget melihat ada Mir berdiri menatap tajam mereka sambil melipat tangannya di dada.

 

“Wae?” tanya Seunghyun atas tingkah aneh Mir itu.

 

Mir mendekat sambil terus memicingkan matanya. Dia berpindah, berdiri di antara Seunghyun dan Dongrim dan menatap keduanya bergantian.

 

“Ada apa dengan kalian? Tiba-tiba saja kalian berubah menjadi siswa yang sangat rajin dan nilai kalian maju pesat,” katanya penuh curiga.

 

“Kami memang ingin melakukan perubahan,” jawab Seunghyun.

 

“Bosanlah terus menjadi siswa bodoh,” cetus Dongrim.

 

“Kami hanya berusaha, Mir-ah, untuk menjadi lebih baik. Bukan menjadi yang terbaik,” kata Seunghyun lebih berwibawa.

 

Mir masih menatap kedua temannya itu dengan tatapan curiga. “Kuperhatikan, akhir-akhir ini kalian juga lebih sering bersama.”

 

“Itu,, Dongrim membantuku mencaritahu di mana orang tua kandungku,” jawab Seunghyun jujur. Dongrim membulatkan matanya kepada Seunghyun, namun Seunghyun tersenyum saja, member tanda kepada Dongrim kalau tidak masalah Mir mengetahui apa yang mereka lakukan, toh Mir tetap tidak akan tahu apa hubungan Seunghyun dengan orang nomer satu di sekolah ini.

 

“Dengan cara?” tanya Mir.

 

Dongrim pun menjelaskan bagaimana dia dan Seunghyun mengumpulkan nama siswa-siswa bermarga Shin yang kemudian akan mereka cari kehidupan orang itu saat ini melalui internet. Dia menjelaskan hal itu sambil berjalan kembali ke asrama.

 

“Jadi, benar ceritamu saat di pajama party, kalau kamu masuk ke sekolah ini untuk mencari orangtua kandungmu?” tanya Mir pada Seunghyun. Seunghyun diam saja. “Bukankah saat itu kamu hanya bercanda?”

 

“Mir-ah, tidak mungkin aku mengatakan hal itu kepada semua orang dengan tampang serius. Akan lebih baik kalau orang-orang menganggap ceritaku itu lelucon saja,” ujar Seunghyun menjelaskan.

 

“Lalu, kenapa tidak memberitahuku dari awal? Kita kan teman sekamar, kalau kamu memintaku untuk menolongmu maka aku akan membantu mencari siswa bermarga Shin itu,” Mir menawarkan bantuannya.

 

“Jinja?” tanya Seunghyun. Mir mengangguk mantap. Seunghyun memeluk Mir dengan sangat erat secara tiba-tiba. “Gomawo,,,,” ucapnya.

 

“Dan,,,, Mir-ah, kenapa kamu tidak ingin menjadi seperti kami, menjadi lebih baik? Tingkatkan nilaimu sedikit saja. Apa kamu tidak bosan berada di peringkat terendah?” kali ini Dongrim yang bicara pada Mir.

 

Mir langsung melepaskan pelukan Seunghyun. “Aku tidak akan pernah membuat diriku mencolok di sekolah ini,” katanya.

 

“Wae?” tanya Seunghyun dan Dongrim.

 

“Aku dipandang bodoh di sekolah ini lebih baik daripada orang tau siapa aku,” kata Mir dengan nada aneh.

 

Seunghyun dan Dongrim saling menatap.

 

“Apa identias semua siswa di sekolah ini sudah dipalsukan?” tanya Seunghyun. “Sepertinya semua siswa menyembunyikan siapa mereka sebenarnya.”

 

Dongrim diam saja dan buang muka, sementara Mir hanya mengangkat bahunya tak mau menjawab.

 

_DH2_

 

Usai ujian semester, terbitlah holiday. Setelah berpusing-pusing ria menghadapi soal ujian dan prakter, para siswa Karin mendapatkan hadiah yaitu liburan pendek. Hanya seminggu, liburan yang seungguhnya akan mereka dapatkan saat musim panas tiba nanti. Beberapa siswa Tingkat Tiga dan siswa Semester Spesial memilih tetap di asrama menghabiskan waktu liburan mereka untuk menyelesaikan tugas yang menumpuk.

 

Juniel tetap di asrama bukan hanya karena alasan tugas, juga karena tugasnya sebagai seorang DJ radio Karin School tidak mendapatkan libur. Dia juga harus berlatih untuk pertunjukkannya minggu depan. Broadcast Karin School masih berlanjut hingga sekarang karena respon dari para penonton sangatlah bagus. Dan begitu juga dengan alasan Mir tetap di asrama, dia menolak ajakan Dongrim liburan bersama di rumahnya, dia harus latihan untuk pertunjukkannya minggu depan. Mir termasuk salah-satu siswa yang dipilih untuk tampil.

 

Dan, Jiyoung, dia juga tetap di asrama untuk berlatih. Eum,,, itu sebuah alibi yang dia buat. Alasannya tetap di asrama bukan benar-benar karena ingin berlatih. Dia bisa saja berlatih di dormnya, tapi dia tetap di asrama karena tidak berani membiarkan Myung Soo sendiri tanpa dirinya di asrama. Dia tak mau memberi ruang untuk Juniel bisa lebih sering bersama dengan namjachingunya. Apa saja bisa terjadi kan?

 

Myung Soo tetap di asrama tidak harus memiliki alasan apapun. Dia tidak mungkin kembali ke asrama Infinite saat ini. Belum, belum saatnya. Itulah yang dia pikirkan.

 

Seunghyun? Dia jauh berbeda dari Myung Soo. Suasana Karin sama sekali tidak membuatnya merasa tenang, damai atau apa pun. Tempat itu terasa sangat amat membosanan baginya. Saat ada waktu bisa keluar dari lingkungan itu cukup lama, dia memanfaatkannya untuk menyetting ulang otaknya. Dia perlu hiburan, dan hiburan yang sesungguhnya yang dia perlukan adalah Jonghoon, Jaejin, Hongki dan Minhwan. Dia pun pergi ke rumah kontrakkannya, tapi teman-temannya itu belum kembali juga.

 

“Apa yang kalian lakukan pergi selama ini?” gumam Seunghyun, nanar menatap pintu rumah kontrakkannya.

 

Dia meninggalkan rumah kontrakkanya itu dan tidak tahu mau ke mana sekarang. Berdiri di halte bus. Diam memerhatikan banyak bus yang berlalu-lalang. Tidak menaiki satu bus pun dari banyaknya bus yang berhenti di halte tempatnya berdiri sekarang. Matanya mulai memerah, entah dikarenakan polusi udara atau karena dirinya sendiri. Mungkin saat ini dia menyadari betapa kesepiannya dia.

 

Tak ada pilihan lain selain kembali ke asrama, tapi itu pilihan yang tidak akan Seunghyun pilih hari ini. Dia akhirnya menaiki sebuah bus yang akan mengantarkannya ke rumahnya. Ke rumah orang tua yan selama ini membesarkannya. Keluarga tiri.

 

“Apa yang membawamu pulang?” tanya eomma Seunghyun menyambut anaknya di depan pintu dan memberikan kecupan kecil di bibir Seunghyun.

 

“I miss you mom,,,” ucap Seunghyun dengan tampang cute dan manja.

 

“Apa asrama Karin sangat membosankan?”

 

Sebelah alis Seunghyun terangkat.

 

“Jangan katakan itu kepada Sehyun, kalau tidak nanti dia tidak mau tinggal di asrama saat dia menjadi siswa Tingkat Tiga,” lanjut eomma Seunghyun.

 

Seunghyun menatap heran eommanya dan mengikutinya hingga ke dapur. Berdiri di samping eommnya itu dan menunjukkan tampang kebingungannya.

 

“Eomma sudah lama mengetahuinya, appa melarangku memberitahumu,” ujar eomma Seunghyun menjawab pertanyaan anaknya yang tidak terucap. “Kamu menjadi siswa Karin untuk mencari orang tua kandungmu kan?” katanya dengan senyuman.

 

Senyuman yang membuat perasaan bersalah di dalam diri Seunghyun mengembang, tumbuh semakin besar dan Seunghyun menyesal atas eommanya yang mengetahui alasan kenapa dia menjadi siswa Karin sekarang. Dia tahu eommanya itu pasti merasa sedih karena dia tetap mencari orang tua kandungnya meskipun sudah memiliki eomma yang sangaaat baik hati. “Are you oke?” tanya Seunghyun seraya memeluk eommanya. “Mianhae eomma aku menyembunyikan semua ini,” ujarnya menyesal.

 

Ada setitik air hangat terasa menetes di bahu Seunghyun, eommanya menangis dan yeoja itu mengusap hangat punggung anaknya. “Kamu hidup dengan baikkah? Kurasa tidak. Aku tidak percaya appa memperlakukanmu dengan baik di lingkungan Karin. Katakan kepadaku kalau dia terlalu keras kepadamu.” Appa yang disebut-sebut eomma Seunghyun adalah Leeteuk, kepala Sekolah Karin School dan juga kakek Seunghyun.

 

“Aniya eomma, dia memperlakukanku dengan sangat baik. Kami juga masih saling menelpon,” kata Seunghyun membuat perasaan eommnya lebih baik.

 

“Apakah kamu mau menghabiskan liburanmu di sini?” tanya eomma Seunghyun, masih memeluk Seunghyun.

 

“Ne eomma,,” sahut Seunghyun langsung mengiyakan.

 

Tidak ada tujuan lain kan? Di sini, di rumahnya, di tempatnya tumbuh akan terasa lebih nyaman dibandingkan asrama Karin. Di sini dia diperlakukan seperti pengeran bersama dongsaengnya Sehyun. Liburan pasti akan lebih tenang saat dia ada di rumah.

 

_DH2_

 

Sepertiku yang hanya memikirkanmu sepanjang hari

Satu arus airmata mengalir sendiri

Langkah demi langkah, aku melihatmu

Jadi bahkan ketika aku bekerja, air mata ~mengalir tanpa aku sadari

 

Bahkan ketika saya bernyanyi

Bahkan ketika saya berjalan di jalanan

Aku dipenuhi dengan pikiran tentangmu

Aku ingin tahu apakah kamu tersakiti seperti aku

Aku ingin tahu apakah kamu menangis seperti aku

Aku ingin tahu apakah kamu sepanjang hari kamu ada di kenangan seperti aku

 

Ada banyak tawa yang di paksa

Seperti boneka angin, seperti itulah pekerjaanku, aku tertawa

 

Bahkan saat aku menonton tivi

Bahkan saat aku bertemu temanku

aku dipenuhi pikiran tentangmu

 

karena aku tersenyum setiap hari, karena aku menunjukkan senyumku. Mereka pikir aku bahagia

Tapi, bagaimana bisa aku tersenyum, bagaimana aku bisa tersenyum tanpamu

Aku tersenyum dan aku tersenyum tetapi air mata jatuh lagi

2am-I wonder if you hurt like me

 

Jiyoung menggenggam erat tangan Myung Soo, takut namjachingunya itu akan lepas saat dia lengah. Takut Myung Soo akan pergi dari sisinya dan tidak akan pernah kembali. Mata Myung Soo yang terus menatap lurus menatap Juniel tanpa berkedip sekali pun, membuat Jiyoung ketakutan. Jantungnya bekerja semakin keras untuknya, mencari udara agar dia tetap bisa bernafas.

 

“Waeyo?” tanya Myung Soo lembut, matanya masih lurus ke depan menatap Juniel yang sedang membungkuk di atas panggung sana.

 

Jiyoung tidak menjawab, dia terlalu sibuk mengurung Myung Soo dengan tatapannya agar namja itu tidak bisa pergi.

 

Myung Soo menoleh untuk menatap Jiyoung, dan senyuman bibir tipisnya itu tersungging. “Ada apa denganmu?” tanyanya lagi.

 

“Gajimma,” ucap Jiyoung gemetar.

 

“Kamu sakit?” tanya Myung Soo dan tampang manisnya yang bisa melelehkan siapa saja. “Kamu tidak bisa terus menggenggam tanganku, Jiyoungie. Kamu harus tampil bersama Mir setelah ini kan. Lepaskan tanganmu, eo.” Katanya seperti membujuk.

 

“Apa kamu akan tetap di sini, menontonku?”

 

Myung Soo menjawabnya dengan anggukkan lembut.

 

“Arasseo,” gumam Jiyoung merasa lebih tenang sekarang. Dia bangkit dari samping Myung Soo dan berjalan membuntuti Mir pergi bersama ke belakang panggung, menyiapkan penampilan mereka sebelum giliran mereka tiba.

 

Jiyoung tak ada, Myung Soo bergerak cepat meninggalkan kursinya. Keluar dari aula utama, berlari menyusuri aula itu menuju koridor ke arah ruang kesehatan. Mencari seseorang,,,

 

Dia harus menemui orang itu sebelum Jiyoung berada di atas panggung dan mengetahui dirinya tidak ada di bangku penonton.

 

“Apa kamu mencariku Myung Soo-ya?”

 

Myung Soo berbalik, ternyata orang yang dia cari ada di dekatnya dan datang sendiri kepadanya. “Kita perlu bicara,” tuntutnya.

 

Juniel mengangguk. “Aku memang ingin bicara denganmu.” Dia menunjuk kursi yang ada di dekatnya menyuruh Myung Soo duduk bersama dengannya.

 

“Bicara tentang apa?” tanya Myung Soo.

 

“Kenapa sangat terburu-buru?” Juniel tersenyum. “Kamu takut Jiyoung melihat kita berdua di sini? Takut dia akan meninggalkanmu? Bukankah itu bagus? Kita akan kembali bersama kalau dia bukan yeojachingumu lagi.”

 

Myung Soo menatap Juniel. “Ada apa denganmu?” tanyanya. “Cara bicaramu seperti bukan kamu.”

 

“Apakah kamu belum bisa memutuskan siapa yang akan kamu pilih, Myung Soo-ya?”

 

“Juniel-ah, itu bukan hal yang mudah,” aku Myung Soo.

 

“Pasti sangat berat bagimu memilih yeoja mana yang akan kamu sakiti. Jiyoung atau aku?” gumam Junie, tepatnya dia bicara sendiri. “Jiyoung pasti akan sangat sakit hati kalau kamu meninggalkannya demi aku. Bukankah itu akan menjadi pengalaman pertamanya disakiti oleh kamu?”

 

Myung Soo berusaha menemukan bukti kalau yeoja di depannya bukanlah Juniel. Melainkan orang lain.

 

“Tapi, kalau kamu memilih Jiyoung dan meninggalkankanku. Itu bukan masalah besar lagi untukku. Aku pernah disakiti olehmu sebelumnya. Aku akan baik-baik saja.”

 

“Apa maksudmu sebaiknya aku tetap bersama Jiyoung?”

 

Juniel mengangguk. “Lupakan masalalu. Anggap saja kita tak pernah mengenal sebelum kita menjadi teman sekelas.”

 

Myung Soo menatap Juniel lebih lekat. “Ini benar-benar seperti bukan kamu,” desisnya.

 

“Manusia perlu perubahan,” potong Juniel.

 

“Perubahan untuk menjadi ahli dalam hal berpura-pura?”

 

“Yah,, Aku belajar untuk itu. Aku belajar untuk terlihat baik-baik saja saat kamu meninggalkanku. Saat aku mengetahui betapa bodohnya aku yang sangat mencintaimu. Bodohnya aku mencintai orang yang sebenarnya tidak pernah mengerti aku.” Nada bicara Juniel masil tenang, namun terdengar sedikit getaran. Dia berusaha keras menahan emosinya agar tidak mencuat. “Akan lebih baik kalau aku berpura-pura. Itu membuat aku terbiasa hingga akhirnya aku benar-benar lupa. Lupa kalau aku sangat menginginkan kamu kembali kepadaku meskipun itu untuk kamu sakiti lagi.”

 

“Juniel-ah,” Myung Soo menggumamkan nama Juniel.

 

“Wae?” kali ini nada Juniel terdengar mulai tidak terkontrol.

 

“Kamu menyuruhku memilih Jiyoung dibandingkan kembali padamu?” tanya Myung Soo.

 

“Eumm,, Kemudian aku akan melupakan segalanya. Melupakan semua perkataanmu malam itu kalau kamu menyesal dan kamu bilang kamu masih mencintaiku,” lanjut Juniel menyambung kalimat Myung Soo.

 

Myung Soo terkekeh. “Apakah berpura-pura membuatmu nyaman?”

 

Juniel menggeleng. “Aniya,,,, Sesungguhnya, yang benar-benar aku inginkan adalah membuatmu sakit hati sama sepertiku. Aku ingin membuatmu sungguh menyesal memperlakukanku dengan sangat buruk Myung Soo-ya.”

 

“Tapi?”

 

“Tapi, kalau aku menyakitimu, sama artinya aku menjadi kamu. Aku tidak ingin menjadi orang yang menyakiti hati orang lain.”

 

“Jadi, apa yang akan kamu lakukan?”

 

“Kenapa aku yang harus memutuskan? Kamulah kunci dari masalah ini Myung Soo-ya.”

 

“Jawabanku masih sama, aku mencintai Jiyoung dan tidak mungkin bisa menyakitinya. Dan,, Aku tidak bisa berpura-pura kalau aku tidak pernah mengenalmu sebelum ini,” ujar Myung Soo.

 

Juniel berdiri dan meninggalkan Myung Soo sendiri di sana. Sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi dengan namja itu. Dia tetap tidak mempunyai keputusan yang pasti. Juniel melangkah satu demi satu dan memantapkan hatinya untuk benar-benar melupakan cintanya kepada Myung Soo. Dia tidak akan menunggu siapa yang dipilih oleh namja itu. Dia hanya menganggap, Jiyounglah yang terpilih dan dialah yang harus melupakan.

 

_DH2_

 

Kembali ke aula utama, masih di dalam cerita di deretan bangku penonton, saat semua mata tertuju ke depan menikmati penampilan Jiyoung dan Mir dan kemampuan rap Mir yang bagus, Seunghyun dan Minzy malah asik dengan dunia mereka sendiri. Seunghyun menutup pendengaran Minzy dengan headsetnya, mengajak yeoja itu mendengarkan lagu yang sedang dia dengarkan.

 

“I don’t won’t this moment to ever end

Where everything’s nothing without you.

I wait here forever just to, to see your smile.

‘cause it’s. I’m nothing without you,,”

 

Minzy menoleh dan membuka sedikit mulutnya. Kenapa Seunghyun mendengarkan lagu seperti itu kepadanya? Seunghyun tersenyum saja tak peduli raut bingung Minzy.

 

“throuht it all I’ve my mistake

I stumble and fall but I mean these words”

 

“I want you to know with everything I won’t let this go.

This words are my heart and soul.

I’ll hold on to this moment you know.

As I bleed my heart out to show and I won’t let it go,”

SUM41WITH ME

 

Seunghyun menarik tangan Minzy mengajaknya keluar dari aula utama. Dia mengajak yeoja itu pergi ke koridor di belakang gedung asrama yeoja, tempat Seunghyun selalu bertemu Minzy saat dia ingin keluar dari asrama melalui pintu rahasia.

 

“Ada apa?” tanya Minzy sesampainya mereka di tempat itu.

 

“Bogoshippo eomma,,” ucap Seunghyun sangat cute.

 

Minzy terkekeh. Ternyata dia benar-benar dianggap seorang eomma oleh namja itu. “Seminggu penuh di rumah, apa eommamu tidak memperlakukanmu dengan baik?” tanyanya.

 

“Wae? Eommaku sangat memanjakanku,” ujar Seunghyun.

 

“Lalu kenapa kamu rindu padaku? Aku yakin eommamu jauh lebih baik dariku meskipun kami berdua sama-sama bukan orang tua kandungmu,” cerocos Minzy.

 

Seunghyun nyengir. “You are my everything!” serunya seperti iklan susu bayi (hahaha)

 

“Mworago?!” seru Minzy diiringi tawa. Malu sendiri karena tingkah Seunghyun.

 

“Tapi, aku benar-benar rindu kamu. Mir dan Dongrim juga,” kata Seunghyun membela diri. Tiba-tiba dia terdiam. “Aku tidak melihat Dongrim hari ini. Apa dia masih di rumahnya?”

 

“Apakah kamu tidak tahu, meskipun Dongrim tidak tidur di asrama, setiap hari dia datang ke perpustakan mencari siswa bermargsa ‘Shin’ itu. Aku dan Mir juga membantunya.”

 

“Jinjayo?” Seunghyun benar-benar tidak tahu.

 

Minzy mengangguk. “Dan kami semua sudah mengumpulkan semua siswa bermarga Shin dari semua buku tahunan di perpustakan.”

 

“Daebak!” cetus Seunghyun. “Di mana Dongrim? Aku ingin berterima kasih.”

 

“Sepertinya dia memperpanjang hari liburnya sendiri. Aku yakin dia masih di rumahnya,” gumam Minzy.

 

_DH2_

 

Kediaman keluar Kim Heechul. Rumah pemilik management besar itu tidak sebesar rumah member super junior lainnya. Beberapa bulan lalu Kim Heechul mengganti rumah istannya dengan rumah biasa berukuran lebih kecil. Dia perlu rumah yang lebih kecil karena dia tidak mau merasa kesepian di dalam rumah yang sangat besar sementara penghuninya hanya dia, istrinya dan Dongrim, satu-satunya anaknya yang belum menikah.

 

Di dalam kamarnya, Dongrim duduk menatap monitor mencari informasi semua nama bermarga shin yang sudah dia kumpulkan bersama yang lainnya. Terlalu banyak nama membuatnya berjam-jam berada di depan monitor.

 

“Dongrim-ah, apakah kamu lupa kamu harus kembali ke asrama hari ini?!” teriak eomma Dongrim dari luar kamar.

 

Dongrim menatap jam di dinding, pukul 12.33 siang. “Sudah sangat terlambat eomma. Aku akan kembali ke sana besok saja,” jawabnya dengan santainya (yang punya sekolah bapanya ya suka-suka dia)

 

“Kalau begitu cepat keluar dari kamarmu dan makanlah!” seru eommanya.

 

“Ne,,,” sahut Dongrim. Dia termasuk anak yang patuh. Ditinggalkannya semua pekerjaanya begitu saja untuk makan siang bersama.

 

Sebelum pergi ke ruang makan, Dongrim menghampiri kulkas terlebih dahulu mengambil sebotol minuman dingin. Dia baru ingat terakhir dia meneguk air beberapa jam yang lalu. Dia sangat haus.

 

“Seunghyun,,,” samar-samar Dongrim mendengar suara Heechul menyebutkan nama temannya itu. Dia berdiri di balik pintu kulkas, membuatnya tidak terlihat dan bisa mendengarkan dengan leluasa.

 

“Aku hanya beberapa kali bertemu dengan putramu itu, dia seumuran dengan putraku dan mereka teman sekelas. Dia tidak mirip dengan kalian berdua,,, Jadi, bagaimana kabarmu di Amerika? Ouh ya,,,, Apakah kamu masih menjadi penyanyi café meskipun gajih sebagai dosen sangat besar? Hahaha,,, Kamu bilang pendapatan seorang sutradara lebih besar dari dosen calon sutradara? Lalu, kenapa kamu tidak segera berhenti menjadi dosen?,,,”

 

Dongrim terus mendengarkan dengan teliti. Kalau dia tidak salah dengar, suara yang terdengar dari dalam telpon adalah suara yeoja. Apakah itu eomma kandung Seunghyun? Amerika,,, Dosen calon sutradara? Dongrim bergegas mengeluarkan HP di sakunya, mencari apa saja nama universitas film di Amerika beserta alamatnya. Dan menyimpan semua nama dosen dari univesitas itu.

 

“Punya pekerjaan sampingan yaitu penyanyi café,” gumamnya sambil mencatat yang dia tahu di HPnya.

 

“Apa yang kamu lakukan di sini, Dongrim-ah?”

 

Dongrim menoleh dan dia mendapati appa-nya berdiri di hadapannya. Segera dia simpan Hpnya dan tersenyum lebar. “Aniya appa,” jawabnya. Buru-buru menutup kulkas dan pergi ke dapur untuk makan siang.

 

_DH2_

 

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Dongrim siap pergi ke Karin School sambil menyeret satu koper penuh dan memasukkannya ke dalam taksi. Supirnya sedang sakit jadi terpaksa dia pergi ke Karin menggunakan taksi saja. Tidak masalah sama sekali, itulah yang Dongrim harapkan.

 

“Kenapa membawa baju ke Karin?” tanya heechul, mencegat Dongrim masuk ke taksi.

 

“Aku sudah bosan dengan baju-bajuku yang ada di sana,” jawab Dongrim cerdas berbohong. “Annyeong appa. Eomma,,,” serunya dan duduk manis di dalam taksi. Dia menutup kaca pintu mobil. “Antarkan aku ke bandara!” serunya kepada supir taksi. “Penerbangan internasional.”

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Asuka_J12 #1
Chapter 16: Hey hey nasib band lamanya Seung gimana?? Debut (?) lg doong~ >,< *lebih peduli sm ftislandnya ternyata haha*
Oh ya, annyeong hasseyo. Newbie reader here! ^^
Overall saya suka ceritanya, complicated bingit xD tp ada tuh kata2 typo yg sdkit mengganggu. Ada kata 'ampun' di beberapa kalimat di part2 sebelumnya yg padahal kl diperhatikan maksudnya itu kan 'pemilik' ya? Tp gpp, di lain ff bisa diperbaiki :)
miminzy
#2
Chapter 16: satu hal yang aku paling sukai di ff ini, seunghyun dan minzy itu ultimate biasku >.< kyaaaaa!!!! nice story!
jiwonku #3
Chapter 14: Wowww, you are good writer, authornim. This is really complicated but I like this. Next chapter authornim...
yourylau #4
Chapter 14: next chapter authornim.
yourylau #5
Chapter 13: aku udah nunggu lama banget kelanjutan ff ini.
Good job thor.
jj_jw_sh #6
Chapter 10: Plot-nya menarik dan bikin penasaran bangeet...
Ditunggu update selanjutnya, author-nim...^^
ame112
#7
Huwaa...senengnya ada fanfiction minzy dari indonesia..
Gumawo chinggu aahh..
Eiitss bolehkan kalau manggil authornya chinggu..
Walaupun belum baca 1 chapter pun.
Tapi bakalan ku baca sampai chapter 10 malam ini juga...
<3