Chapter 11

a dream to find that

Kriiing,,, Kriiing,,, Pukul 12.00 malam seseorang menghubungi Heechul. Seseorang yang jauh di sana. Membuat suasana malam yang senyap menjadi sangat berisik, membangunkan sang ampun Hp.

 

“Nuguya? Ada perlu apa menelpon di tengah malam seperti ini?!” tanya Heechul membentak dengan mata masih terpejam.

 

“Hyung,,,”

 

Heechul membuka matanya memeriksa siapa yang menelponya. Seseorang yang dia kenal. “Ada apa menelponku?” tanyanya lebih bersahabat.

 

“Apa di sana tengah malam?” tanya orang di telpon.

 

“Hya, sudah berapa lama kamu tinggal di Amerika? Selalu lupa perbedaan waktu tempat kita,” kata Heechul mengingatkan.

 

“Mianhae hyung,,, Aku selalu menganggap putaran jam tempat kita sama.”

 

“Tapi,,, ada perlu apa kamu menelponku? Apakah ada sesuatu yang mendesak?”

 

“Aniya,, Aku hanya ingin berbincang.”

 

“Geure, kalau tidak terlalu penting kututup saja telponmu. Aku tidak akan membiarkanmu menyita waktu tidurku.”

 

“Camkan hyung !”

 

“Mwo?”

 

“Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan. Aish,,, tidak bisakah berbasa-basi terlebih dahulu.”

 

“Cepat tanyakan!”

 

“Hyung, Di mana putra bungsumu sekarang?” tanya orang di telpon dengan suara pelan.

 

“Dia siswa Tingkat Tiga Karin School, saat ini dia pasti sedang tidur di kamar asramanya,” jawab Heechul.

 

“Hyung yakin?”

 

“Apa Dongrim tidak ada di asrama? Bagaimana kamu tahu?” tanya Heechul meninggi.

 

“Apa aku harus mengatakannya?” Orang di telpon itu memancing kesabaran Heechul.

 

“Tentu!!” desak Heechul.

 

“Dongrim-ah, putra bungsumu itu sedang berada di Amerika. Dia datang ke cafeku dan dia bilang dia sedang mencari seseorang. Kamu benar-benar tidak tahu dia di mana? Itu artinya dia pergi secara sembunyi-sembunyi. Apa yang sebenarnya dia cari di sini?”

 

“Amerika? Dongrim di Amerika?” tanya Heechul lebih meninggi. Membangunkan istrinya.

 

“Ne, dia sedang mencari seseorang. Nugu? Apa dia berusaha mencari cinta sejatinya di sini? Hahahaha,,, it’s so cute.”

 

“…..”

 

“Hyung,,,” panggil orang di telpon.

 

“Kamu tahu Dongrim pergi ke Amerika?” tanya Heechul kepada istrinya. Istrinya mengangguk kemudian kembali tidur.

 

“Hyung,,” ulang orang di telpon memanggil Heechul.

 

Tut! Tanpa aba-aba Heechul memutuskan telpon dengan orang itu. Dia buru-buru berubah komunikasinya, mencari nomer seseorang di kontak Hpnya. Menelpon seseorang yang lain. “Jungmo-ah, apa Dongrim ada di sekolah?” Dia menelpon Jungmo, guru Karin.

 

“Putra bungsumu itu?” Jungmo balik bertanya.

 

“Siapa lagi kalau bukan dia?”

 

“Aish,,, Kenapa kamu sangat aneh. Tengah malam menelponku untuk bertanya di mana Dongrim. Bukankah kamu orang tuanya?!” cerocos Jungmo.

 

“Katakan saja di mana dia?!” desak Heechul.

 

“Atau,,, Kamu tidak tahu Dongrim dirawat di rumah sakit sejak seminggu yang lalu? Sakit apa dia?”

 

Tut! Heechul juga memutuskan telpon itu tanpa permisi atau apa. Dia bangkit dari kasurnya, menghampiri lemarinya dan mengganti piyamanya dengan setelan pakaian rapi.

 

“Eoddiga?” tanya istrinya kaget suaminya mau pergi di tengah malam begini.

 

“Amerika.”

 

“Mwo?”

 

“Dongrim sedang di sana, mencari orang tua kandung Seunghyun. Aku harus menghentikannya. Aish…..”

 

_DH2_

 

“Seunghyun-ah, terus tingkatkan kemajuanmu!” kata Jungmo kepada Seunghyun sambil tersenyum puas atas kemajuan siswanya itu.

 

Seunghyun diam saja, matanya mengikuti gurunya itu hingga menghilang. Kelas tambahan yang Seunghyun pilih baru saja selesai.

 

“Apakah ada perkembangan?” tanya Mir, berhambur masuk ke dalam kelas alat musik dan duduk di samping Seunghyun.

 

Seunghyun menggeleng.

 

“Eum,,, bolehkah aku bertanya?” Seunghyun mengangguk. “Kalau benar Dongrim pergi ke Amerika mencari orang tua kandungmu dan dia tidak menemukan mereka, apa yang akan kamu lakukan?”

 

Seunghyun mengelus susunan senar pada gitar yang masih dia pangku. Dia tersenyum aneh kepada Mir yang menatapnya tanpa kedipan menunggu jawaban  pertanyaannya.

 

“Seunghyun-ah,,,” Mir mulai tak sabar.

 

“Aku akan menghentikan semua ini,” ujar Seunghyun.

 

“Menghentikan apa?”

 

“Tidak ada alasan lagi untukku ada di Karin,” ujar Seunghyun, yang semakin tidak dimengerti oleh Mir.

 

“Apa maksudmu, kamu akan keluar dari sekolah ini meskipun tahun ajaran belum berakhir?” tanya Mir, matanya menatap Seunghyun tidak percaya.

 

Seunghyun mengangguk.

 

“Minchisseo!” teriak Mir.

 

“Aku akan menghentikan semuanya. Tidak ada yang perlu aku lakukan lagi kalau memang mereka tidak bisa aku temukan. Aku akan kembali menjadi pengamen jalanan bersama teman-teman bandku. Kembali ke kehidupan lama. Itu jauh lebih baik. Aku sangat merindukan mereka.”

 

“Andwe!” ujar Mir sambil menghentakkan kedua tangannya di atas meja dan melototi Seunghyun.

 

“Wae?”

 

“Tidak bisakah kamu menyelesaikan sekolahmu?”

 

“Itu tidak pernah ada dalam rencanaku,” kata Seunghyun.

 

Mir mendesah berat dan menyandarkan tubuhnya di punggung kursi. “Michisseo,” desahnya menjadi stress sendiri.

 

Bip! Seunghyun membukan pesan yang masuk. Pesan dari Dongrim.

 

“Ada apa?” tanya Mir.

 

“Dongrim kembali.” Seunghyun melompati mejanya dan berlari menuju kantin. Isi pesan Dongrim mengatakan kalau Dongrim menunggunya di kantin untuk bicara berdua.

 

Seunghyun berlari, dia berlari sangat kencang seolah-olah tidak banyak waktu yang tersisa. Bahkan, dia mengacuhkan Minzy yang menyapanya. Tapi apa, Dongrim tidak ada di kantin saat dia tiba di sana.

 

“A little Heechul,” desah Seunghyun, dia benar-benar harus menunggu Dongrim.

 

Namja itu datang, Seunghyun menatapnya dingin karena dia benar-benar murka. Namun, dia mencoba tersenyum. Bagaimana kalau Dongrim membawakan berita bagus. Dia pasti akan menyesal telah menampar teman baiknya itu.

 

Dongrim tertawa. “Tahukah kamu, aku sangat gugup bertemu denganmu karena kupikir kamu akan langsung menamparku saat aku kembali,” ujarnya aneh.

 

Tatapan Seunghyun kembali terlihat tajam dan menakutkan. “Aku berencana menamparmu, tapi aku membatalkan niat itu beberapa detik yang lalu.”

 

“Wae?” Dongrim bertanya.

 

“Karena kamu temanku. Kamu tidak akan membuatku kecewa bukan?”

 

“Mianhae Seunghyun-ah,,,” kata Dongrim, dia menggigit bibir bawahnya.

 

“Wae?” tanya Seunghyun tak sabaran. Namja diseberangnya itu berusaha membuat teka-teki lagi dengan tingkahnya.

 

Dongrim merumuskan keputusan terbaik di dalam otaknya.

 

“Aku tidak suka menunggu,” ujar Seunghyun.

 

“Shin Seunghyun,,” Dongrim menyebutkan nama Seunghyun.

 

“Ne?” Seunghyun menunggu.

 

“Sebelum aku mengatakan sesuatu, bolehkah aku memintamu untuk mengabulkan permintaanku?”

 

Seunghyun terkekeh. “Kenapa sangat berbelit-belit?”

 

“Jaebal,,”

 

“Ah, arasseo,” sahut Seunghyun asal.

 

“Berusahalah agar kamu dipilih dalam musical itu.” Ucap Dongrim.

 

“Bukankah aku sudah terpilih?”

 

Dongrim mengangguk. “Geure,, namun seniman itu tidak begitu yakin dengan keputusannya. Dia bisa saja merubah pilihannya kalau kamu tidak membuatnya begitu tertarik dengan bakatmu.”

 

“Ada apa sebenarnya? Kenapa aku harus terpilih?” tanya Seunghyun, dingin.

 

“Untuk menemukan orang tua kandungmu,” ucap Dongrim. Sebelah alis Seunghyun terangkat.

 

“Jadi, kamu tidak menemukan orang tua kandungku?” tanya Seunghyun.

 

“Ne.”

 

Dia benar-benar harus pergi dari Karin dan melupakan ambisinya tentang orang tua kandungnya. Seunghyun berdiri dan berniat pergi.

 

“Camkamannyeo!” tahan Dongrim. “Aku bukannya tidak menemukan mereka. Aku menemukan tempat tinggal mereka Seunghyun-ah.  Tapi, aku terlambat, mereka pindah ke Seoul sebelum aku tiba di Amerika. Mereka di kota ini. Sayangnya aku belum bisa melihat wajah mereka dan itulah masalah kita sekarang.”

 

Seunghyun berbalik. “Lalu, apa hubungannya hal itu dengan aku harus terpilih sebagai cast musical itu?” tanya Seunghyun.

 

“Akan lebih mudah bagi kita mencari mereka di sini. Mereka harus mengenalmu agar mereka tahu kamulah anak mereka.”

 

“Bagaimana caranya?”

 

“Bisakah kamu membuat dirimu dikenal sebagai seorang cucu Leeteuk? Bukan dengan cara mengatakan kepada semua orang kamulah cucu seorang Park Leeteuk. Namun, buatlah orang-orang yang mencaritahu sendiri siapa kamu. Terpilih menjadi cast musical itu akan membuatmu lebih di kenal netizen. Memungkinkan kamu akan dilirik oleh salah satu rumah agency di Korea. Tidak perlu debut sebagai idol. Itu terlalu berlebihan. Hanya perlu membuat dirimu menarik bagi para produser di negara ini. Akan banyak artikel yang menuliskan namamu kalau kamu bisa membuat para produser itu menyebutkan namamu. Memujamu. Siapa Seunghyun? Dia adalah cucu Park Leeteuk,,,”

 

Seunghyun kembali duduk, mendengarkan rencana Dongrim.

 

“Orang tuamu ada di sini, cepat atau lambat dia akan mendengar namamu dan nama Leeteuk ahjussi secara bersamaan. Itu akan membuat mereka bertanya, apakah Seunghyun yang dimaksud artikel itu adalah anak mereka? Mereka akan datang sendiri kepadamu. Bukankah yang aku katakan benar. Kamu bisa menemukan mereka. Satu langkah lagi, namun langkah yang harus kamu raih kali ini sedikit lebih berat. Kamu bisa melakukan semua itu.”

 

“Rencana yang sangat bagus Dongrim-ah, tapi aku tidak punya kepercayaan diri sehebat rencanamu.”

 

“Wae?”

 

“Aku bukanlah orang yang punya bakat wah,” aku Seunghyun.

 

“Bakat bisa diasah. Itulah kenapa para idol korea menjalani trainee bertahun-tahun.”

 

“Apa itu artinya aku harus menunggu bertahun-tahun untuk menemukan orang tua kandungku. Sirheo!”

 

“Langkahmu tidak sesulit itu. Kamu tidak sedang berjuang untuk terpilih menjadi murid trainee. Kamu hanya perlu berusaha menyakinkan seniman Jepang itu kalau kamu sangatlah tepat untuk menjadi cast musikalnya.”

 

_DH2_

 

Beberapa hari berlalu dan Seunghyun juga tidak memutuskan pilihannya. Keluar dari Karin dan kembali kepada teman-temannya bandnya atau mengikuti rencana Dongrim.

 

Pilihan yang mudah, namun Seunghyun tetap tidak bisa memilih satu dari dua pilihan. Keinginannya dengan rencana Dongrim terlalu bertentangan.

 

Berpikir, yang dia lakukan adalah perpikir dan terus berpikir.

 

“Apa-apaan ini?! Siswa kelas lain mengatakan kalau banyak siswa di kelas kita yang sudah terpilih bahkan sebelum diumumkannya audisi terbuka itu.” Seru seorang siswa di kelas Seunghyun.

 

Seunghyun, Mir, dan Dongrim saling menatap, tapi mereka hanya diam.

 

“Kupikir hanya Juniel yang terpilih dari kelas kita.” Siswa itu sengaja berbicara nyaring agar yang lainnya bisa mendengarnya.

 

“Bagaimana dengan Myung Soo?” tanya Mir kepada siswa itu.

 

“Suara Myung Soo lebih manis dari suara Seunghyun,” ujar Dongrim, melirik Seunghyun.

 

“Kamu menyindirku?” tanya Seunghyun tanpa suara.

 

Dongrim mencibir dan membuang muka.

 

“Hya, cepat baca artikel ini bersama!!” seru siswa yang lain, masuk ke dalam kelas sambil membawa HP, melambaikan tangannya memanggil yang lain untuk bergabung bersamanya membaca artikel yang baru saja dia temukan.

 

Beberapa saat suasana kelas senyap karena kebanyakan siswa yang ada di kelas sedang sibuk membaca artikel itu bersamaan.

 

“Setelah membaca artikel ini, aku baru menyadari keanehan itu,” gumam seorang siswa.

 

“Myung Soo sedang dijauhkan dari member lainnya,” sambung siswa yang lain.

 

“Wae?” tanya Seunghyun tertarik.

 

“Artikel ini menyebutkan semua bukti Myung Soo sedang dijauhkan dari member Infinte yang lain.”

 

“Itu tidak mungkin,” ujar Seunghyun sambil tertawa.

 

“Myung Soo absen saat Infinite tampil dibeberapa acara. Myung Soo ada di sekolah ini dan tidak ada yang terjadi padanya. Dia bisa saja meminta ijin kan? Jiyoung saja mendapatkan ijin untuk menyelesaikan konser KARA di Jepang.”

 

“Member Infinite tidak ada saat tahun ajaran baru di mulai.”

 

“Tidak sekalipun aku melihat member Infinite mengunjungi Myung Soo di asrama.”

 

“Dan, Myung Soo tidak sekalipun berlibur untuk kembali ke dorm Infinite.”

 

Tawa Seunghyun hilang. Dia meraih Hp teman sekelasnya itu dan membaca artikel itu sendiri dengan matanya. “Ada apa sebenarnya?”

 

Mir mengambil Hp itu dan membaca artikel itu juga.

 

“Ada rumor yang beredar kalau Myung Soo akan dikeluarkan dari Infinite. Juga ada rumor yang mengatakan Sunggyu akan debut solo dan member lainnya akan membentuk group baru.”

 

“Apa Infinite akan bubar?”

 

_DH2_

 

“Myung Soo-ya,,,,” dengan penuh kasih sayang Jiyoung mengusap pundak Myung Soo.

 

“Nan gwenchana,” kata Myung Soo.

 

“Geojimal,” ujar Jiyoung terkekeh. “Orang-orang mulai mengetahui apa yang terjadi pada kalian. Bagaimana bisa kamu baik-baik saja? Bagaimana kalau mereka tahu tentang perkelahianmu dan Sunggyu oppa? Apa kamu akan tetap baik-baik saja?”

 

Myung Soo mengangguk. “Nan gwenchana.”

 

“Apakah ada kalimat lain untuk meyakinkanku kalau kamu baik-baik saja?”

 

“Asalkan ada kamu aku akan baik-baik saja,” kata Myung Soo dan mengeluarkan senyuman tipisnya yang manis itu. “Apakah itu bisa meyakinkanmu?”

 

“Andwe,” jawab Jiyoung, dan entah apa yang membuat mereka terhibur, mereka berdua tertawa bersama.

 

“Aku khawatir, tapi aku mencoba percaya agencyku akan menyelesaikan masalah ini dan melindungiku,” kata Myung Soo kemudian dengan jujur.

 

“Apakah berpikir seperti itu bisa membuatmu lebih baik?” tanya Jiyoung. Myung Soo mengangguk. “Kamu hanya boleh terlihat menderita di hadapanku. Aku akan membuatmu lebih kuat. Arasseo?” Myung Soo mengangguk lagi.

 

Saling menatap dan tidak menghapus senyuman dari wajah mereka, melakukan itu cukup menyenangkan  bagi mereka berdua. Saat ini tidak ada hal lain yang lebih baik untuk dilakukan. Tidak terlalu banyak kata yang Myung Soo miliki untuk dia katakan agar yeoja di hadapannya merasa terhibur. Dia sendiri tidak bisa menghibur dirinya sendiri. Terlalu mengkhawatirkan artikel apa yang akan ditulis seseorang tentang dirinya setelah ini. Perasaan was-was menjadi teman bagi Myung Soo saat ini.

 

“Juniel absen lagi hari ini, Aish,,,,,”

 

Myung Soo menolehkan pandangannya dari Jiyoung. Dia membuka telinganya mendengarkan gerutuan Mir yang lewat di depannya.

 

“Ke mana dia, kenapa sering dan semakin sering absen?”

 

Jiyoung menggenggam tangan Myung Soo, memanggil namja itu untuk kembali menatapnya. “Wae?” tanya berpura-pura tidak mengetahui apa penyebab Myung Soo berpaling darinya.

 

“Aniya,,” jawab Myung Soo berbohong.

 

_DH2_

 

Ke mana Juniel? Dia pergi tanpa ijin dari sekolah dan mengabaikan tugasnya sebagai DJ radio Karin hari ini. Inilah masalah yang dipunyai Karin sekarang.

 

Tidak ada pemberitahuan kalau Juniel akan pergi hari ini, membuat program harian radio sekolah itu tertunda beberapa menit. Tidak ada pemberitahuan dari guru siapa yang ditunjuk untuk menjadi DJ pengganti. Guru-guru juga tidak mendapat pemberitahuan dari Juniel kalau dia akan keluar hari ini. Semua pendengar setia radio Karin pasti sedang bingung.

 

“Ke mana sebenarnya dia?” tanya Boa kepada Mir dan Dongrim.

 

Dongrim dan Mir sama-sama menggelengkan kepala mereka.

 

“Hhhh,,, Juniel sangat berulah akhir-akhir ini,” desah Boa. “Dia berubah.”

 

“Dia juga menghindari kami,” kata Mir.

 

“Jinja?” tanya Boa.

 

Mir mengangguk. “Biasanya dia selalu makan siang bersama kami.”

 

“Apa dia punya masalah?” tanya Boa lagi.

 

“Kalaupun ada, dia selalu menceritakannya kepada kami,” ujar Dongrim.

 

“Changjo, cobalah bertanya kepadanya. Mungkin dia tahu,” seru Boa.

 

“Ne songsaengnim,” sahut Mir.

 

“Geure,,, cepat masuk ke dalam studio,” ujar Boa menyuruh mereka segera mengudarakan radio Karin. Dia mendesah dan menggelengkan kepalanya, tidak percaya yeoja sepolos Juniel bisa membuatnya sakit kepala seperti sekarang.

 

_DH2_

 

Dia belum juga kembali? Pertanyaan itu terus muncul di kepala Myung Soo. Dia tahu Juniel tidak ada di asrama. Dia saling memandang melalui jendela bersama Jiyoung, dia bisa melihat seluruh isi kamar asrama itu meskipun tidak terlalu jelas. Dia bisa melihat Juniel sedang duduk di depan meja belajarnya, tapi tidak malam ini.

 

Ke mana dia pergi? Myung Soo mengatakan kepada Jiyoung dia ingin tidur. Digesernya gorden hingga menutupi semua jendela di kamarnya. Mematikan lampu dan mengambil jaket bukannya pergi tidur seperti yang dia katakan kepada Jiyoung. Dia pergi keluar asrama.

 

Ada apa dengannya? Langkahnya terdengar di koridor. Tak perlu takut diketahui oleh siapapun, tidak perlu mengendap. Gerbang sekolah masih terbuka saat ini. Jam siswa berkeliaran di luar asrama belum habis.

 

Apa yang sedang dia lakukan?

 

“L.Kim-ssi!”

 

Myung Soo mengangkat kepalanya dan menyahut, namanya dipanggil seseorang. “Juniel-ah,” gumamnya kaget. Bukan Juniel yang menyebutkan namanya melainkan Changjo dan yang membuatnya lebih kaget adalah dua orang itu datang bersamaan.

 

“Juniel-ah!” seru seseorang di belakang Myung Soo, dari dalam asrama. Myung Soo menoleh ke asal suara dan ternyata itu suara Dongrim, berlari ke arahnya diiringi Seunghyun dan Mir. Tidak penting dengan tiga namja itu, Myung Soo berbalik untuk melihat wajah Juniel. Yeoja itu begitu pucat. “Neo gwenchana?” tanyanya ingin meraih tangan Juniel, namun yeoja itu menepisnya.

 

“Aku tidak ingin melihatnya.” Myung Soo bisa mendengar bisikan Juniel untuk Changjo.

 

“Wae?” tanyanya.

 

“Tidak penting kenapa dia tidak ingin melihatmu saat ini, Myung Soo-ya,” kata Seunghyun nyaring, mendahului Myung Soo menyentuh tangan Juniel. Seunghyun menggandeng bahu Juniel, mengajaknya pergi. Dia akan mengantarkan yeoja itu ke asrama.

 

“Ada masalah apa?” tanya Myung Soo.

 

“Kamulah masalahnya saat ini,” kata Changjo dingin, matanya menghardik Myung Soo.

 

Dongrim dan Mir bertukar pandang tidak mengerti.

 

Dan, ke mana Seunghyun membawa Juniel? Benarkah ke asrama yeoja? Tidak bisa, bukankah namja dilarang masuk ke sana? Apa yang sedang dilakukan namja itu.

 

“Seunghyun-ah,” gumam Juniel, berusaha menyadarkan Seunghyun kalau dia melewati batas.

 

“Eum,,” deham Seunghyun.

 

“Cukup sampai di sini, aku bisa berjalan sendiri ke kamarku.”

 

Seunghyun merubah posisi tangannya dari bahu ke tangan Juniel, dia menggenggam tangan yeoja itu, menariknya masuk ke dalam asrama yeoja lebih jauh.

 

“Kamu baru saja melewati kamarku,” beritahu Juniel.

 

“Ara,,” sahut Seunghyun santai. Dia membawa Juniel ke kamar Minzy. Merogoh celananya dan mengeluarkan kunci untuk membuka kamar Minzy. Masuk ke dalam tanpa permisi dan masih menggandeng tangan Juniel, mengajaknya masuk seperti kamarnya sendiri. Dia baru melepaskan tangan Juniel saat membangunkan Minzy dari tidurnya.

 

“Minzy-ya,,,”

 

“Bagimana kamu bisa masuk?” tanya Minzy sangat amat kaget.

 

Seunghyun hanya tersenyum sambil memperlihatkan kunci yang dia punya.

 

Mata Minzy beralih ke Juniel. “Kamu juga ada di sini?” tanya sinis. Bukan karena dia benci, dia terlalu kaget.

 

Juniel tidak bisa mengatakan apa-apa.

 

“Biarkan dia tidur di sini malam ini,” pinta Seunghyun kepada Minzy. “Aku akan menjelaskannya nanti. Oke? Gomawo.” Katanya bertanya dan menjawab sendiri, membuat Minzy tidak bisa berkata-kata.

 

Minzy terpaksa mengangguk dan menyuruh Juniel segara tidur bersamanya, hanya ada satu ranjang di kamar Minzy.

 

Canggung,,,,, Juniel dan Minzy memang tidak begitu akrab meskipun mereka sekelas.

 

“Minzy-ya, kamu tidak tidur?” Juniel bertanya.

 

“Bolehkah aku bertanya?” kata Minzy mendahului Juniel.

 

“Mwoya?”

 

“Bagaimana bisa kamu dan Seunghyun datang bersama ke kamarku?” tanya Minzy.

 

“Eung,,,,” Juniel tidak bisa menjawab.

 

“Apa kalian baru saja pergi bersama?”

 

“Aniya!” jawab Juniel. “Aku kembali bersama Changjo,,, Ada sesuatu dan Seunghyun mengantarkanku ke asrama,,, ,,,, Mianhae, aku tidak bisa memberitahumu apa yang terjadi.”

 

“Arasseo,” sahut Minzy.

 

“Jangan salah paham! Sungguh aku dan Seunghyun tidak memiliki hubungan apapun selain teman,” celetuk Juniel nyaring.

 

Minzy tertawa. “Kenapa harus salah paham?” ujarnya.

 

“Minzy-ya,,”

 

“Ne.”

 

“Kenapa bisa Seunghyun mempunyai kunci kamarmu?”

 

“Eo?” Minzy terdiam.

 

“Apa dia sering ke kamarmu,,, dengan kunci itu?” tanya Juniel pelan.

 

“Mwo? Aniya! Ini pertama kalinya dia masuk ke kamarku,” bantah Minzy nyaring.

 

“Arasseo,” kata Juniel. Suasana berubah berkali-kali lipat menjadi canggung sekarang.

 

“Lebih baik kita berdua tidur saja,” ujar Minzy menyarankan.

 

Juniel setuju dengan itu.

 

_DH2_

 

“Jelaskan padaku tentang apa yang terjadi tadi malam, kalau tidak aku akan salah paham denganmu,” kata Minzy kepada Seunghyun, dia sedang mengancam.

 

Seunghyun melambaikan tangannya. “Kita tidak boleh ikut campur, itu urusan mereka,” ujarnya.

 

“Mereka siapa?”

 

“CK, sudahlah,,,”

 

Minzy menatap Seunghyun, masih mengharapkan penjelasan.

 

“Aku tidak bisa memberitahumu. Aku membantu mereka saja. Kupikir sebaiknya Juniel tidak bertemu Jiyoung, jadi lebih baik dia tidur di kamarmu. Aku tidak mungkin mengajaknya tidur di kamarku.”

 

“Mereka bertengkar?”

 

“Aniya, kurasa lebih parah dari itu.”

 

“Lalu,,, sejak kapan kamu menyimpan kunci kamar asramaku?”

 

Mata Seunghyun terbuka lebih lebar.

 

“Apa kamu masuk ke kamarku setiap malam? Tanpa sepengetahuanku.’’

 

“Ani!”

 

“Jawaban yang terlalu singkat,” ujar Minzy.

 

“Aku mempunyai semua kunci ruangan di Karin,” ujar Seunghyun, dia memandang ke arah lain.

 

“Itu artinya kamu bisa pergi ke kamarku setiap malam tanpa sepengetahuanku,” ujar Minzy menyimpulkan.

 

“Ani,” bantah Seunghyun kalem.

 

“Apa yang kamu lakukan setiap malam di kamarku?” tanya Minzy lagi.

 

Seunghyun berdecak. “Aku tidak melakukan apapun.”

 

“Jeongmal?”

 

Seunghyun mengangguk.

 

“Chua! Kurasa aku perlu mengganti kunci kamarku,” ucap Minzy.

 

“Andwe!” seru Seunghyung.

 

“Kunci klasik akan terlihat lucu.”

 

“Aish,,,,” desah Seunghyun. Dia menaruh tangannya di kepala Minzy, menekan kepala Minzy. “Jangan mengganti kunci kamar asramamu,” katanya dan pergi.

 

Minzy mendesah, namja itu masih saja sesukanya.

 

_DH2_

 

Sudah berapa lama waktu berlalu? Seunghyun tidak menghitungnya, juga tidak berpikir dan mengambil satu keputusan. Menguji kesabaran Dongrim yang menunggu jawaban darinya.

 

“Sudahlah, jangan terlalu lama berpikir. Kamu harus menghargai usahaku mencari orang tuamu. Appa-ku hampir saja membatalkan kontrakku dengan seniman itu karena aku membuat surat ijin dokter palsu dan membohonginya. Berhentilah menjadi bodoh dan pengecut! Kamu sudah terlanjur masuk ke dalam permainan yang kamu buat sendiri, jadi selesaikanlah permainan itu. Belum saatnya menyerah Seunghyun-ah, kamu harus menemukan mereka.”

 

“Dengan mengikuti semua rencana yang kamu buat?”

 

“Apa kamu punya cara lain? Kalau ada, biarkan aku mendengarnya. Kalau tidak, mau tidak mau kamu harus mencoba rencanaku.”

 

Siang ini, Dongrim berbicara nyaring kepada Seunghyun di hadapan semua siswa yang ada di perpustakaan. Dongrim hampir membentak dan dia terlihat sangat murka dengan Seunghyun. Mereka bertengkar? Entahlah,, tapi tindakan Dongrim yang sedikit lebih tegas membuat Seunghyun memikirkan perkataannya. Dia duduk di kursi di depan kamar mandi asrama yeoja dan merenungkan semua itu.

 

Apakah dia akan mengambil keputusan?

 

Tidak! Hatinya lebih tertarik untuk kembali kepada teman-temannya saat ini.

 

“Aku merindukan mereka,” gumam Seunghyun saat Minzy datang kepadanya, dia memanggil Minzy untuk menemuinya di tempat pertemuan rahasia mereka itu.

 

Plak! Minzy langsung menampar pipi Seunghyun.

 

“Apa kamu sedang mabuk?!” bentak Seunghyun.

 

“Apa kamu sudah gila?!” Minzy juga membentak.

 

Seunghyun menahan emosinya, dia hampir saja tidak bisa mengontrol tangannya dan membalas tamparan Minzy.

 

Minzy mengeluarkan HP, menekan nomer seseorang dan menyodorkan HPnya kepada Seunghyun. “Katakan kepadanya kalau kamu akan berusaha agar seniman itu yakin dia tidak salah memilihmu sebagai cast musikalnya!”

 

Seunghyun mengenal nomer itu. Nomer Leeteuk. Seunghyun segera mengambil HP Minzy dan memutuskan panggilan sebelum ada jawaban dari Leeteuk. “Darimana kamu tahu nomer itu? Dan kenapa menyuruhku mengatakan itu?” tanyanya. “Camkan, bagaimana bisa kamu tahu tentang itu,,,”

 

“Dongrim yang memberitahuku.”

 

“Aish,, Dia ingin berkelahi denganku?! Kenapa harus menggunakan kamu untuk membujukku.” Seunghyun berdiri, dia akan masuk ke dalam kamar asrama Dongrim dan menghantam namja itu dengan tinjunya. Menghajarnya sekuat tenaga sampai dia puas. Tapi, sebelum dia melakukan semua itu, Minzy terlebih dahulu menghentikannya.

 

Minzy menarik baju Seunghyun dari belakang dan memaksa namja itu kembali duduk. “Itu wajar! Sangat wajar kalau Dongrim menggunakanku untuk membujukmu. Aku eomma kamu bukan!”

 

“Kamu mengatakan kepada semua orang kalau aku menganggapmu eommaku?” tanya Seunghyun.

 

“ANIYA! Itu hanya perumpamaan. Kenapa kamu sangat bodoh dan susah mengerti sesuatu!”

 

“Aku tidak suka dianggap bodoh,” ujar Seunghyun tajam.

 

“Kalau begitu berhentilah menjadi orang bodoh! Apakah kamu tidak mengerti betapa inginnya Dongrim membantumu. Dia memikirkan semua rencana itu tapi kamu mengabaikannya,,”

 

“Aku masih memikirkannya,” sela Seunghyun.

 

“Sampai kapan kamu akan terus berpikir tanpa melakukan sesuatu?”

 

Seunghyun terdiam.

 

“Kalau Dongrim bisa menjalankan rencananya itu untuk menemukan orang tuamu, dia akan melakukannya. Tapi sayangnya, dia tidak bisa! Tokoh utama dalam cerita ini kamu. Kalau dia menggantikanmu sebagai pemeran utama, orang tuamu akan menemukan Dongrim, bukan kamu. Apakah kamu paham itu?!”

 

“Dan, kenapa kamu menamparku?”

 

“Agar kamu sadar. Mungkin saja saraf di otakmu mengalami kerusakan dan tamparanku bisa memperbaikinya,” kata Minzy, penuh emosi.

 

“Sayangnya, tidak semudah itu membuatku mengambil keputusan,” kata Seunghyun pelan.

 

Minzy menatap Seunghyun tanpa kedipan. Matanya mulai terlihat memantulkan cahaya karena ada genangan airmata di sana.

 

“Wae?” tanya Seunghyun.

 

Minzy maju dan memeluk Seunghyun. “Dongrim juga memberitahuku kalau kamu ingin keluar dari Karin tidak peduli tahun ajaran belum berakhir. Kenapa sangat ingin pergi dari sekolah ini? Apakah sangat membosankan? Apakah tidak cukup menyenangkan ada aku di sini?”

 

“Minzy-ya,,,” tangan Seunghyun bergerak dan menyentuh pundak Minzy.

 

“Gajimma, jaebal,,,,”

 

SSsshhh,,, deru angin yang berhembus menimbulkan suara pelan dan terdengar di telinga Seunghyun. Semilir angin bertiup menerbangkan rambut Minzy hingga mengenai wajahnya. Ada suara lain di sana selain suara angin. Suara tangis Minzy yang begitu jelas di telinganya. Dua suara itu berpadu menjadi satu dan menimbulkan suatu kekuatan yang menggetarkan seluruh tubuhnya.

 

Bahunya menjadi basah karena air mata. Dia bisa merasakan hangatnya air mata meresap di kulitnya. Menjalar semakin jauh masuk ke dalam tubuhnya, menetes ke suatu organ. Mengalir seperti racun melalui nadi-nadi.

 

Dia seperti mendapat penerangan sekarang. Tangisan Minzy membuatnya mengerti sesuatu secara cepat.

 

“Minzy-ya, kamu takut aku meninggalkanmu?” tanyanya.

 

Minzy menggeleng. “Aku takut kamu akan semakin bodoh di luar sana karena aku tidak bisa menjagamu,” ujarnya.

 

“Eomma,,,” Seunghyun membalas pelukkan Minzy. “Mianhae,,, Aku selalu membuatmu menangis karena ulahku.”

 

“Tunjukkan rasa penyesalanmu,” kata Minzy, diiringi isakan.

 

“Aku akan menelpon harabeoji dan memberitahunya kalau aku akan berlatih keras. Akan kubuktikan aku akan dipilih seniman itu tanpa ada campur tangan darinya,” Seunghyun berjanji.

 

“Gajimma,,” gumam Minzy.

 

“Ne eomma,” sahut Seunghyun patuh.

 

_DH2_

 

Minzy berhasil membuat Seunghyun mengambil keputusan? Ya… keesokan harinya, pagi-pagi sekali dia masuk ke kantor Leeteuk tanpa permisi terlebih dahulu. Mengatakan keputusannya dan apa yang akan dilakukannya. Dia tidak memperdulikan adanya Jungmo di tempat itu, toh orang itu pasti sudah tahu kalau dia adalah cucu kepala sekolah Karin. Dan juga, Seunghyun meminta Leeteuk untuk tidak membantunya meyakinkan seniman itu tanpa sepengetahuannya.

 

Dia berusaha sangat keras setelah mencetuskan keputusannya. Menghabiskan waktu malamnya untuk berlatih bersama gitarnya. Hampir setiap malam dia ada di ruang kelas alat musik untuk melakukan latihan. Terus memetik gitar tidak perduli saat jari-jarinya mulai penat. Sekarang, ada bayangan merah di ujung jari-jarinya karena usahanya yang keras.

 

“Aku tidak akan menggenggam tangan ini lagi kalau nanti menjadi sangat kasar. Kamu seorang pemain gitar, bukan seorang pencuci piring. Tak perlu membuat tanganmu lecet seperti ini.”

 

Minzy membalut semua ujung jari Seunghyun karena jari-jari itu mulai sakit, tapi Seunghyun langsung melepasnya setelah Minzy pergi. Benda itu menyusahkan jarinya memetik senar gitar.

 

Seunghyun juga mengambil kelas tambahan lain bersama Kyuhyun. Dia meminta Kyuhyun mengajarinya tekhnik bernyanyi dari dasar dan itu membuat Kyuhyun syok. Meskipun mereka berdua masih selalu beradu mulut saat jam pelajaran berlangsung, sekarang Seunghyun akan mematuhi Kyuhyun setelah puas beradu mulut dengan gurunya itu.

 

“Dia semakin mirip dengan ibunya. Melakukan apapun dan tidak memperdulikan dirinya sendiri hingga dia berhasil.” Kyuhyun mengatakan pikirannya tentang Seunghyun kepada Leeteuk di suatu sore saat dia dan Leeteuk minum kopi bersama di atap gedung sekolah.

 

Sesekali Seunghyun juga melakukan latihan menari bersama Mir di tengah malam. Dia benar-benar berubah dengan cepat. Berubah menjadi seseorang yang lebih serius melakukan sesuatu saat ini. Demi menemukan orang tuanya.

 

_DH2_

 

@Kelas Dance

“Myung Soo-ya, aku harus pergi sebentar, jadi bisakah kamu menggantikanku mengawasi teman-temanmu?” Boa mengucapkan titahnya untuk ketua Kelas itu.

 

Myung Soo mengangguk saja, dia duduk di samping Jiyoung. Tidak ada yang perlu di khawatirkan, teman-temannya pasti akan tetap di ruangan tari. Sedikit ribut, namun itu tidak akan menimbulkan masalah dan membuatnya repot.

 

“Jiyoung-ah, maukah menemani aku ke kamar mandi?” tanya seseorang kepada Jiyoung.

 

Jiyoung bersedia dan meninggalkan Myung Soo untuk pergi bersama temannya itu.

 

Tidak adanya Jiyoung di dekatnya membuat Myung Soo bisa mendekati Juniel dan menanyakan sesuatu yang sangat ingin dia tanyakan. Yeoja itu sedang duduk di samping jendela dan memandang keluar sana. Myung Soo berpindah secara pelan-pelan agar temannya yang lain tidak menyadari gerakannya. Dia duduk di kursi di seberang Juniel, masih di samping jendela.

 

“Ke mana kamu pergi? Bersama Changjo. Kencan?” tanya Myung Soo buru-buru.

 

Juniel diam saja.

 

“Ada apa denganmu?”

 

Juniel tetap diam.

 

“Apa aku yang membuatmu seperti ini? Mianhae, aku belum juga memutuskan siapa yang aku pilih,,,,,”

 

“Seberapa banyak yang diketahui penggemarmu tentang pertengkaranmu dan Sunggyu oppa?” tanya Juniel memotong kalimat Myung Soo.

 

“Seseorang mengaploud photo Sunggyu hyung saat dia dibawa ke rumah sakit. Orang itu memberitahukan kepada semua orang kalau luka di bibir Sunggyu hyung karena tamparanku.” Myung Soo mengatakan itu dengan santai.

 

“Kapan photo itu diaploud?” tanya Juniel.

 

“Beberapa menit yang lalu.”

 

Juniel memejakan matanya sesaat, tangannya gemetaran. “Orang-orang akan membencimu setelah membaca artikel itu.”

 

Myung Soo mengangguk dan tersenyum. “Ne,,” katanya pelan.

 

Tiba-tiba ruangan tari sangatlah berisik. Para penghuninya meributkan tentang artikel yang baru saja masuk ke HP mereka.

 

“Myung Soo-ya, kamu benar-benar menampar Sunggyu oppa?” tanya seseorang.

 

Rupanya artikel yang baru saja Myung Soo katakan kepada Juniel telah diketahui teman-teman sekelasnya. Mungkin seluruh siswa Karin sedang membaca artikel yang sama.

 

“Wae?” tanya yang lain.

 

“Pasti tamparan yang sangat kuat sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Kamu membuat bibir Sunggyu oppa dijahit!”

 

“Kamu pantas dikeluarkan dari Infinite karena itu!”

 

Myung Soo tersenyum saja mendengarkan cemoohan mereka.

 

Jiyoung mendengar omongan teman-teman sekelasnya tentang Myung Soo, membuatnya marah dan tanpa berpikir panjang dia mengambil botol minuman milik Mir dan menumpahkan isinya ke wajah siswa yang terus mengatakan sesuatu yang  tidak baik kepada Myung Soo.

 

“Kamu akan dibenci karena ini. Ada kamera di ruangan ini dan kamu sedang direkam saat ini,” ujar orang itu.

 

“Lalu, apa aku harus takut karena itu?” tanya Jiyoung nyaring.

 

“Semua orang akan melihat rekaman itu.”

 

“Aku tidak takut,” tantang Jiyoung. “Lagipula, rekaman itu akan diedit terlebih dahulu sebelum dipertontonkan kepada semua orang. Mereka tidak akan memperlihatkan hal buruk kepada orang tua kita.”

 

Myung Soo mendekati Jiyoung dan menyuruhnya tenang.

 

“Kamu, seharusnya berpikir sebelum mengatakan sesuatu. Apakah artikel itu benar? Photo itu bisa saja sengaja dibuat-buat untuk mempersulit Myung Soo,” kata Jiyoung nyaring.

 

“Cukup Jiyoung-ah!” bujuk Myung Soo.

 

“Bukankah Myung Soo adalah teman sekelasmu saat ini?! Seharusnya kamu melindunginya bukan membuatnya semakin susah dengan perkataanmu. Orang-orang bisa saja semakin salah paham karena mulutmu itu.”

 

“Kayeo,” ajak Myung Soo. Dia membujuk Jiyoung dengan tatapan lembutnya dan membawa yeoja itu keluar dari sana.

 

Suasana kelas menjadi tegang. Beberapa orang takut Jiyoung benar-benar berkelahi dengan orang itu. Mereka menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

 

Seunghyun tidak sengaja menoleh ke arah Juniel, matanya tertuju ke tangan Juniel yang bergetar. Dia mendekati yeoja itu dan menggenggam tangan yang bergetar itu. Berdiri menutupi Juniel dari penglihatan siapa pun.

 

“Seunghyun-ah,,, eommaku yang menyebarkan artikel itu,,,” kata Juniel jujur kepada Seunghyun.

 

Seunghyun langsung berbalik dan menatap Juniel tidak percaya.

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Asuka_J12 #1
Chapter 16: Hey hey nasib band lamanya Seung gimana?? Debut (?) lg doong~ >,< *lebih peduli sm ftislandnya ternyata haha*
Oh ya, annyeong hasseyo. Newbie reader here! ^^
Overall saya suka ceritanya, complicated bingit xD tp ada tuh kata2 typo yg sdkit mengganggu. Ada kata 'ampun' di beberapa kalimat di part2 sebelumnya yg padahal kl diperhatikan maksudnya itu kan 'pemilik' ya? Tp gpp, di lain ff bisa diperbaiki :)
miminzy
#2
Chapter 16: satu hal yang aku paling sukai di ff ini, seunghyun dan minzy itu ultimate biasku >.< kyaaaaa!!!! nice story!
jiwonku #3
Chapter 14: Wowww, you are good writer, authornim. This is really complicated but I like this. Next chapter authornim...
yourylau #4
Chapter 14: next chapter authornim.
yourylau #5
Chapter 13: aku udah nunggu lama banget kelanjutan ff ini.
Good job thor.
jj_jw_sh #6
Chapter 10: Plot-nya menarik dan bikin penasaran bangeet...
Ditunggu update selanjutnya, author-nim...^^
ame112
#7
Huwaa...senengnya ada fanfiction minzy dari indonesia..
Gumawo chinggu aahh..
Eiitss bolehkan kalau manggil authornya chinggu..
Walaupun belum baca 1 chapter pun.
Tapi bakalan ku baca sampai chapter 10 malam ini juga...
<3