Chapter 8

Runaway With The Bachelor

 

 

Hari sudah menjelang pagi di korea—seorang wanita tinggi dengan pakaian maid tengah asyik menggoyangkan kepalanya yang berwarna electric blue—dia mewarnainya sendiri—dengan liar. Lagu ‘Jetlagged’ tengah bermain di walkie talkie-nya. Para pelayan junior memandangnya dengan aneh. Yap, pelayan senior yang satu ini memang sangat aneh. Dia tak terlihat polos atau baik, she’s definitely  the rebel type. Dengan wajahnya yang cantik—walau umurnya sudah menjejaki sekitar empat puluhan—pakaian tak rapih, rambut berwarna-warni setiap minggu, merupakan suatu keajaiban dia tak juga dikeluarkan dari mansion Kim yang terkenal. Dia sudah pantas menjadi seorang kepala butler namun dia menolaknya, menurutnya hal itu tidak cocok untuk kepribadiannya yang tak suka dikekang. Tapi, dia tetaplah pelayan nomor satu di mansion ini. Pekerjaannya selalu rapih, masakannya luar biasa enak, dan dia ramah terhadap orang-orang yang dekat dengannya.

 

Brigghitta Scherze. Keturunan jerman asli yang terdampar di korea ketika berumur sembilan belas tahun. Dan saat itupula dia menjadi pelayan dari pemilik rumah—istri pemilik rumah—dikarenakan umur yang dekat dan kehangatan sang istri pemilik rumah.

 

“Brigghitta,” tegur suara lembut namun tegas.

 

Brigghitta berbalik, ketika melihat wajah keriput dan tegas berada dibelakangnya. “Hai, nek.” Katanya dengan santai. Wanita berwajah keriput tersebut menghela nafas, sudah terbiasa dengan kelakuan Brigghitta. “Bukankah aku sudah bilang untuk mewarnai rambutmu kembali seperti semula?” tanya sang nenek—yang mana adalah kepala pelayan mansion—dengan capek. “Aku sudah mewarnainya, nek.” Dia menunjuk rambut birunya. “Kemarin warna rambutku hijau kekuningan. Lebih bagus kemarin.” Katanya dengan wajah kecewa. “Maksudku mewarnainya kembali berwarna hitam!” seru sang kepala pelayan, urat bermunculan dilehernya. “Waduh. Nek, jangan marah begitu dong. Aku akan mewarnainya lagi, deh.” Kata Brigghitta. Sang kepala pelayan menatapnya dengan pandangan penuh harapan. “Sudah kubilang jangan pakai akhiran tidak jelas seperti ‘Deh’ ataupun ‘waduh’,” geram nenek itu.

 

Brigghitta menaikkan bahu.

 

“Dan... soal mewarnai rambutmu ke warna aslinya. Benarkah?” tanyanya, penuh harapan.

 

“...Iya, tapi tunggu semilyar tahun lagi. Saat aku pikir Buah apel akan tumbuh di pohon mangga,” Kata Brigghitta, cepat-cepat kabur dan terkikik mendengar teriakan sang kepala pelayan. Dengan ceroboh memandang ke arah kaca dan merapikan rambutnya, menggoda junior-juniornya yang tengah membersihkan dapur. Dia cukup terkenal diantara para junior. Mungkin karena penampilannya, keramahannya, dan ekspresi wajahnya yang lawak abis. Brigghitta sedang mencoba meminum wine—yang mana membuat para junior ketakutan—ketika handphone-nya bergetar.

 

Nomor tidak diketahui, pikir Brigghitta. “Yeoboseyo?” tanya Brigghitta.

 

“....Boss. this is me, Chaehyun.”

 

Mengenali suaranya, Brigghitta tiba-tiba merasa bahagia karena anak itu selamat.“Tu—“ Brigghitta segera menurunkan suaranya. Dia tak seceroboh itu untuk membiarkan orang-orang tahu dia berhubungan dengan tuan muda—yang mana sedang menjadi topik hangat selama dua minggu ini—dan membantunya kabur dari sini. “Tuan muda, Apa yang kau lakukan? Kau dimana? Dengan siapa?”

 

“...Begini, BOS Brigghitta...”

 

Tiba-tiba suara diujung sana membentak. “Sudah kubilang jangan bicara dalam bahasa korea!!!” seru suara berat tersebut dalam bahasa inggris. Otak jenius Brigghitta segera nyambung dengan situasi yang ada. Mendengar aksen berat pria diujung sana, Brigghitta menebak bahwa dia berada di suatu negara di eropa. “okay, okay. Don’t be so violent, please? So, boss, i have THESE document that you ask me from OH INC.”

 

Brigghitta terdiam, berusaha menyaring perkataan Tuan muda-nya. “And appearently i’m busted, i can’t say much word now. There’s this bunch of idiot that want to know the truth. I can’t say much word. I CAN’T SAY MUCH WORD.” kata tuan mudanya dari ujung sana. Tiba-tiba Brigghitta mengerti. Tuan mudah baru saja mengirimkan kode untuk mengikuti bimbingannya dan harus mengerti situasinya. Mulai dari saat ini Brigghitta yang harus mengambil alih pembicaraan, karena, seperti yang tuan muda katakan tadi dia tak bisa berbicara lebih banyak, atau kebohongan yang tengah disusun oleh sang tuan muda akan terbongkar. “Ada satpam disana?” tanya Brigghitta cepat. “Yes,” jawab sang tuan muda. “Tiga?” tanya Brigghitta lagi. “Yes.” Brigghitta berfikir lagi.

 

“Apakah aku harus berpura-pura menjadi bosmu? Bos perusahaan?”

 

“Yes.”

 

“Dokumen yang kau katakan disini, apakah dokumen berbahaya?”

 

“No.”

 

“Dokumen biasa?”

 

“No.”

 

“CEPAT!” Seru suara diseberang. Brigghitta tersenyum, dia mengerti apa yang dimaksud oleh sang tuan muda. Tidak ada waktu lagi. Dia harus mengeruk sebanyak mungkin informasi dari tuan muda—karena, tebak Brigghitta, pastilah sehabis ini tiga sekuriti itu akan mengambil alih percakapan dan dia harus berpura-pura untuk mengerti situasinya, secepat mungkin. Dia tak bisa bertanya “Apa yang terjadi?” karena kalau dia bertanya begitu, ketiga sekuriti itu akan tahu yang sebenarnya.

 

“Apa yang kau janjikan pada mereka?” tanya Brigghitta.

 

“....Glorious thing.” Kejayaan, uang, lapangan kerja, rumah, segala-galanya. Dia mengangguk. “BERIKAN PADAKU.”  Seru salah satu sekuriti. “Halo!?” seru sekuriti tersebut. “Jadi yang dia katakan benar? soal dia adalah mata-mata dari perusahaanmu? Mencoba menghancurkan perusahaan atasan kami?” Brigghitta menyeringai. Satpam ini mempermudah semuanya. “Yang dia katakan benar, soal dokumen dan mata-mata.” Kata Brigghitta, memakai nada paling berwibawa yang pernah ia dengar. Dia bisa membayangkan wajah sang Tuan muda—menahan tawa, yang pasti. “kau tidak bohong?” seru yang suaranya lebih cempreng, terdengar lebih ragu. “Kalau kau mau, aku bisa menyebutkan sejumlah gelar dari inggris, koneksi, serta beberapa perusahaan yang aku miliki.” Kata Brigghitta.

 

Sebutkan.”

 

“Aku punya beberapa gelar Earl, knight, serta Sir dari ratu victoria walaupun aku wanita. Satu-satunya wanita yang paling ditakuti di istana inggris disamping ratu itu sendiri. Koneksiku adalah aku berteman dengan pangeran harry, mempunyai pertalian saudara dengan bill gates dan adalah saudara jauh dari Barack Obama. Hillary adalah temanku juga, kalau kau mau tahu. perusahaan yang aku miliki—“

 

“Oke, oke, STOP!” seru mereka.

 

“Jadi?” tanya Brigghitta. Brigghitta punya julukan menarik—Brigghitta si ratu bual. Dia bisa membual hal yang bahkan tidak mungkin menjadi mungkin. “kami akan menyebrang ke sisi gelap.” Kata mereka setelah beberapa saat tak menjawab.

 

Brigghitta tersenyum. “Sekarang, bisakah kau berikan teleponmu pada Chaehyun. Jangan sekali-kali mendengar perkataanku atau Chaehyun, tetap menghadap depan, atau kalian akan merasakan akibatnya jika melawan perintah CEO tertinggi dari perusahaan kilang minyak terkenal. Jangan sekali-kali mencoba mendengar pembicaraan kami. Dan, suruh teman kalian yang bisa berbahasa korea keluar.” PUH.

 

“Kerja bagus, nak. Sekarang kau ada dimana?” tanya Brigghitta, jelas-jelas sangat bangga pada anak didiknya. “Yah, aku sedang berada di Itali. Maaf aku baru menghubungimu, Bree,” kata Tuan muda dengan panggilan sayangnya pada Brigghitta—Bree. “Jadi namamu Chaehyun, huh?” kekeh Brigghitta. Chaehyun memutar bola mata dan menceritakan soal taruhannya bersama ayahnya. “Bree. Aku nggak bakal pulang selama dua bulan dan aku nggak bisa menghubungimu dalam waktu singkat. Aku udah nemuin orang yang bisa menjadi Knight-ku, jadi kau nggak butuh khawatir.”

 

Knight, huh?” tawa Brigghitta. “Semoga ksatriamu tampan dan baik hati kayak di dongeng-dongeng.”

 

“Dia nggak tampan, apalagi mendekati kata baik. nggak sama sekali. Sudahlah, mereka sudah mulai curi-curi dengar. Aku harus tutup telpon. Bye.” Klik. Dengan itu Brigghitta tersenyum lebar.

 

Sepertinya sudah saatnya buah apel tumbuh dari pohon mangga.

 

~~~

 

Chaehyun dengan mudah memanipulasi ketiga orang itu. Dia mendapat pinjaman jas dan tumpangan menuju pesta. Sekarang dia sudah berada di depan ruangan pesta. Menyeringai menatap jasnya. “Apa yang harus kami lakukan?” tanya sekuriti itu, tiba-tiba sopan. Chaehyun menahan diri untuk tak memutar bola mata. “Ah, iya.” Kata Chaehyun menyeringai. “Pesta ini adalah pesta yang berbahaya. Aku harus melakukan segala hal untuk menghancurkannya dan aku membutuhkanmu dalam melakukan hal itu. Ditengah pesta, kau harus melakukan segala hal yang ribut dan hancurkan pesat dari luar.”

 

“Kalau kami ditangkap?”

 

“Nggak mungkin—nama kalian sudah berada dibawah perlindungan perusahaan kami. Sehari sehabis dijeblosin ke penjara, kalian bakal kami tebus kembali.”

 

Ketika Chaehyun keluar, dia merasa sedikit bersalah. “Ng, Apa kalian sudah kawin? Punya keluarga?” tanya Chaehyun. Mereka tertawa. “Kami suka membuat anak, tapi kami tak punya pemikiran buat menikah, bos.” Kata mereka kurang ajar. “Wanita adalah masalah.” Tawa mereka. “Mereka selalu mengomel dan mengomel, bertanya kapan aku akan menghubunginya dan lain-lain. Bah!”

 

That’s it. “Oke, terserah kalian.” Kata Chaehyun dan segera berjalan. Tentu saja apa yang dia katakan tadi tak benar. dia hanya ingin segera menyingkirkan ketiga satpam ini, karena mereka sudah tak lagi dibutuhkan oleh Chaehyun. Jelas sekali melihat pengamanan gedung ini, mereka akan ditangkap dengan mudah, pesta berantakan dan dia bisa menarik Sehun kembali kerumah diam-diam. Mereka akan sangat terkejut ketika mendapatkan tidak ada yang menebus mereka keesokan harinya.

 

Sehun’s POV

 

Membosankan. Membosankan. Membosankan.

 

Para wanita-wanita debutan itu jelas-jelas tak mengerti dan tak lihat aku tak tertarik pada mereka. Bosan. Bosan. Bosan. Aku bahkan belum bertemu dengan Kris-hyung—nah, itu dia. “Dongsaeng-ah!” seru Kris. “Hyung!” dia memelukku dan tersenyum lebar. “Kau hanya datang sendiri? Mana pendampingmu?” goda Kris Hyung. Dia tahu kalau aku gay, dan dia juga tahu aku tak pernah kekurangan lelaki. Tapi malam ini berbeda. Istrinya, Hyunsoo-noona, tersenyum manis dan berdiri disamping Kris. Selain Yuyoong, wanita yang sekarang dekat denganku adalah Hyunsoo-noona. Dia adalah orang yang rendah hati, pantas saja Kris jatuh cinta padanya. “Sehun-ah.” Kata Hyunsoo-noona lembut. Kris melingkarkan tangannya di sekeliling pinggang Hyunsoo-noona dengan lembut. Seakan tak ingin melepasnya. Aku memandang Kris-hyung membisikkan sesuatu di telinga noona dan memandang wajah noona yang memerah, dan bagaimana wajah Kris-hyung ketika Noona menginjak kakinya keras-keras memakai high heels.

 

Aku Iri.

 

“Aku sudah malas berada disini,” kataku sebal. “Kau lihat, hyung, anak-anak tanggung itu membicarakan bokongku sedari tadi.” protesku lagi, membuat Kris-hyung tertawa kecil. “Mereka pasti tak diperingatkan orangtua mereka soal ‘beda’nya dirimu,” kata Kris-hyung, santai. “Tapi tetap saja,” Aku menghela nafas malas, dan tambah malas lagi ketika melihat seseorang di kejauhan. Withlock. “Halo Wufan.” Kata Withlock, menyeringai. “Halo, Withlock.” Kris-hyung mengangsurkan tangannya. “Halo, lady.” Withlock tak repot-repot memandang Kris-hyung lagi dan menggapai tangan Hyunsoo-noona, mengecupnya. Kris menegang sedikit. Tak seperti yang kukira, dia adalah orang yang super-posesif. dan Hyunsoo-noona terlihat panik. “Withlock, ini istriku.” Kata kris-hyung tanpa malu. “Oh, Maafkan aku kalau begitu. Aku bukannya ingin menarget istrimu, kok.” Kata Withlock santai. Matanya menyapu wajahku dan turun, menelanjangi tubuhku secara tak langsung. Jelas yang ia targetkan adalah aku. Aku sangat malas dan tak ingin berhubungan dengan Withlock. “Halo, Oh Sehun.” Katanya, suaranya tiba-tiba rendah dan seksi. Aku berusaha untuk tak memutar bola matanya, tersenyum seadanya.

 

“Kau mau aku membantumu?” bisik Hyunsoo-noona padaku. “Tak usah. Suamimu terlihat sangat cemburu. Lebih baik kau segera pergi.” Kataku datar dalam bahasa korea. Hyunsoo-noona terlihat ragu, namun demi melihat Senyum ku, dia mengangguk dan menarik Kris-hyung ketempat lain. “Apa maumu, Withlock?” tanyaku capek. “Harusnya kau yang paling tahu apa yang kuinginkan, Sehun-sayang.” Katanya, bernafas ditelingaku, “Aku menginginkan-mu.” Aku memutar bola mata. Hari ini sepertinya hormonnya meledak. Dia agak sedikit lebih vulgar dari biasanya. “Untuk terakhir kalinya, Withlock —aku tak tertarik padamu.” Dia menyeringai. “Fernando, sayangku. Kau tahu? aku sangat suka dengan penolakan.” Dia menjilat telingaku, “Membuatku tak sabar untuk membuatnya tunduk dan menjerit diatas ranjang.”

 

“Berhenti mencoba membuatku terangsang dengan kata-kata kotor, Withlock. Itu malah akan membuatku semakin tidak ingin melihatmu.” Kataku dingin. “Your arrogance cause a huge turn on to me, baby. Let’s just here.” Dia berbisik, nafasnya membuat telingaku dingin. “Withlock.” Kataku dengan nada memperingatkan. “Oooh. Terus panggil aku Withlock. I like it when you say my name. Sound so y and .” Dia lagi-lagi membisikkan kata-kata kotor padaku. Dengan berani dia meraba punggungku, dan aku mencoba mendorongnya. “Withlock, disini tempat umum.” Desisku marah. He shrugged. “Kalau kau mau ke tempat yang lebih privat, aku sudah menyiapkan penthouse ku kok.” Dia menjilat bibirnya.  “Just off, Withlock. I hate to see you—ah!” seruku, ketika tiba-tiba dia meremas kedua bokongku. Oke. Ini sudah sangat keterlaluan. Aku mengangkat tangan untuk memukul wajahnya ketika tiba-tiba dia menahannya dengan sangat kuat. “Kau kira sudah berapa lama aku menunggu saat ini, hah?” serunya menahan teriakan. “Aku benar-benar mencintaimu, Oh Sehun! Aku tak bisa untuk tidak menyentuhmu! You have that -tongue and all the -face and... and just look at your body. They’re perfect!!” serunya. Aku mendorongnya, berusaha untuk lepas. “Oh, oh, oh. Tidak bisa, darling. Kau tak akan bisa kabur dariku. Kita akan pergi dari sini—kita akan ke penthouse ku.” Dia tersenyum licik. Aku tidak mungkin menjerit, karena aku tidak suka mengeluarkan suara keras. Ketika tiba-tiba—

 

“BRAK!!! GROMPYANG!!! BRUAGH BRUK BRUK BRUK!!”

 

Suara keras terdengar dari luar. Para tamu terlihat was-was dan bingung. Apa yang sudah terjadi, pikir mereka. Tiba-tiba ada asap yang membutakan membuat para tamu sangat panik dan takut. Teriakan-teriakan dimana-mana. Tiba-tiba sebuah tangan kecil menarikku dari tangan Withlock, keluar dari ruangan. Aku mengerjapkan mataku yang perih karena asap-yang-entahlah-berasal-darimana-itu dan melihat kedepan. Figur seorang pria  familiar terlihat—

 

“Kau?” bisikku kaget. Dia berbalik, and shows his boyish grin. Hello, bos,” katanya santai. “Kau kelihatan sibuk barusan, jadi aku buat aja keributan... By the way, siapa sih cowok kegatelan tadi itu?”

 

“Bukankah kau seharusnya berada di kantor polisi?!” seruku, meningkahi seruan dan jeritan dari dalam gedung. Suara-suara itu makin jauh, aku melihat mobilku sudah terparkir dengan sempurna. “Perubahan rencana, kawan. Aku sudah selamatkan hidupmu tadi.” Kata Chaehyun, si lintah keparat, dengan santai. Aku terdiam, diam-diam merasa lega karena bocah ini menyelamatkanku dari Withlock. Tapi aku tak akan mengakuinya. “Tadi itu cowok yang kegatelan banget, man. Aku bakalan merinding kalau ada manusia kayak dia di dunia ini. Kayaknya dia suka sama cowok.” Katanya bergidik. “Aku salah satu dari manusia itu.” Kataku dingin. Dia menatapku aneh, kemudian menaikkan bahu. “Kau tak terlihat seperti dia kok. Kalau dia punya badan besar dan bulu dimana-mana—jelas-jelas tipe berotak kosong. Kau... kau beda darinya, bos.” Katanya. Aku memandangnya. “Maksudku, kau terlihat oke kok bos. Oke banget malah.” Katanya panik. “Dia memang berotak kosong,” kataku, setuju dengannya. Dia nyengir, lalu duduk dibawah, memandangku.

 

“Jadi, siap dengan pembicaraan kita lagi?”

 

~~~

 

“Bukankah aku sudah bilang untuk tidak mengikutiku kemanapun aku pergi?”

 

“Kau bosku, bos. Sekarang toh udah saatnya makan malam. Kau tega membiarkan stafmu mati kelaparan?”

 

“Kau bisa makan dimana pun yang kau mau asal jangan didepanku.”

 

“Well, captain obvious, kau kan nggak membiarkanku berada dimanapun kecuali kamar, kamar mandi dan dapur. Dan, harus kuingatkan, kalau kau sedang berada didapur.”

 

Chaehyun memutar bola matanya, sebal. Spaghetti dipancinya sudah mendingin, dia segera melumurinya dengan saus daging. Sementara Sehun memakan wortel mentah dengan santai. “Apa enaknya makan wortel?” tanya Chaehyun, setengah enek setengah kagum. “Rasanya kayak makan tanah keras.”

 

Sehun masih diam, mengunyah wortelnya. Chaehyun manyun dan memakan makanannya. Tanpa sadar ingatannya kembali ke perdebatan mereka yang saking serunya tidak di hadirkan dalam fanfic ini (Sehun mengancam author untuk tidak menyebarnya kemana-mana, karena pembicaraan tadi top secret. selain itu perdebatan itu memakan hampir berjam-jam. Berhubung tangan author nggak sedewa tangan ade ray atau siapapun yang punya otot bisep segede kayu, jadi mari kita serahkan ke pemikiran masing-masing pembaca :DDDD)

 

By any chance Sehun accepted the offer half-heartedly. Dia akan membantu Chaehyun. Tapi dengan syarat :

 

1.       hanya dalam jangka waktu dua bulan, lebih dari itu maka perjanjian dibatalkan dan Sehun berhak menuntut Chaehyun balik diatas meja hijau.

2.       Chaehyun harus mengikuti Sehun kemanapun dia pergi, bekerja sebagai staf asisten (kecuali kamar mandi)

3.       Teritori Chaehyun di rumah manapun mereka berada hanyalah dapur, kamar mandi dan kamarnya sendiri

4.       Sehun memiliki seluruh rumah termasuk daerah teritori Chaehyun

5.       Sehun punya kekuatan absolut dan tidak pernah salah.

6.       Jika Sehun salah, kembali ke pasal 5.

7.       Chaehyun tidak diberi berhak apapun selain bernafas dan makan.

8.       Setelah dua bulan, mereka akan kembali menjadi orang yang saling tidak kenal.

9.       Jika pasal diatas dilarang satu kali saja, perjanjian musnah.

 

Dan yang paling terakhir adalah...

 

10.   Chaehyun tidak punya berhak untuk menyebarkan, membocorkan, memberi tahu kebenaran tentang rahasia Sehun selama Sehun berada di sisi Chaehyun.

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

HUALOOOOO XDDDD

 

Apakah disini ada yang menyangka perjanjian terakhir adalah ‘Lim Chaehyun tidak boleh jatuh cinta atau mempunyai hubungan emosional lebih dalam dengan Oh Sehun’? xDDD tadinya sih aku mau nulis itu, but i think it won’t make any sense, karena disini Sehun benci banget sama Chaehyun.___. Dan hubungan mereka sama sekali nggak jauh dari hubungan ‘pekerjaan’. Tapi tenang aja.... romance will go down slowly, following the flow~~

 

Dan tentu aja action juga.

 

WEIRDOREN AND NORA05~~ THANK YOUUUUUUU *SHOUTED

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
morinomnom
subsribers runaway with the bachelor, upvote please?

Comments

You must be logged in to comment
Wjpark #1
Maaf, aku mau nanya sebelumnya. Ini ff hasil remake atau bukan? Soalnya, dulu banget aku kayak pernah baca ff ini. Tapi ff nya make bahasa inggris dan main cast nya itu HunHan. Terimakasih, dan maaf kalau aku salah kira hehe
Eunji07 #2
Chapter 31: satu kalimat yang aku ucapkan saat membaca baris terakhir di cerita ini, "yaaah kok udah tamat"

Jujur sebenarnya aku kurang suka ff yang menggunakan tulisan tidak baku. Tapi untuk cerita ini, pengecualian hahahaha. Aku SUKA SEKALIII. Terimakasih sudah membuat cerita yang keren, menarik, membuat penasaran, dan tentunya mengalir dengan indah dan menyenangkan sampai akhir cerita.
vinthisworld #3
Pengin baca ulang: "
Desirened
#4
Chapter 8: Keke, syarat ke 5-6 kek pengkaderan osis aja xD
sevenineLu #5
Jhoa Jhoa Jhoa
fukkdown #6
Chapter 31: 진짜 진짜 진짜 대박이다
alexellyn #7
Chapter 31: good job for the author. kenapa aku berharap ff ini ada sequelnya ya? rate-m pula. ckck. semangat untuk buat karya2 berikutnya~
luhaena241
#8
Chapter 31: Aku telat baru tau kalau 2 chapter akhirnya udah publish kkk.
Two thumbs up u/kamu!!
Suka banget bacanya dr awal, yt pertama" ngira ini ff hahhahah ga taunya bukan, hanya ada tokohnya saja yg seperti itu.
Alurnya panjang, keren, n detail tp tentu gak ngebosenin. Imajinasi kami tinggi n daebak bgt! Bagaimana kata demi kata kamu susun sehingga membentuk kalimat" yg apik terkemas didalam ff ini~
Ah, I can't talk anymore, just "two thumbs up" for you!! (y) (y)

Keep writing n fighting ne!!^^
Oiya, ngelawaknya jg dapet, terkocok" sangat ini perut kkkk
luhaena241
#9
Chapter 29: Akhirnya ff ini publish kembali!! Senangnya~ :*
Mnieunra #10
Chapter 31: >< FFnya bagusss banget haha..
Ampe greget bacany, awalny bingung mana chaehyun mana sehun ._. Tp lamalama udh nggak kok :)
keep writing '-')9