Chapter 19

Runaway With The Bachelor

sebelum baca chapter ini, saya mau kasih tahu, saya baru aja menggapus bab 11 karena itu nambah-nambahin chapter aja. aslinya saya ngepost double, tapi karena bab 11 di apus, yang tadnya chapter 20-22 jadi 19-21. jadi, bacanya dari 19 ya, biar nggak bingung. :DDD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suasana di dalam pesawat masih sangat menegangkan. Para pembajak masih memperhatikan mereka satu persatu, dan bahkan Chaehyun dan Yamada tidak punya kebebasan berbicara seperti sebelumnya. Chaehyun menergling ke arah televisi didepan, yang mana menunjukkan waktu mereka untuk turun.

Masih tujuh jam lagi. Entah kenapa waktu terasa mengejek Chaehyun—dengan sengaja memperlambat lajunya, membuat Chaehyun semakin nervous memikirkan apa yang harus dia lakukan. Dan yang paling aneh adalah dia tak bisa melupakan kejadian aneh yang sejak tadi terjadi. Bukan berarti dibajak pembajak bukanlah hal yang kurang aneh, tapi kejadian-kejadian lainnya yang lebih kecil.

Misalnya, hilangnya si pria tua.

Darah Pria tua itu masih saja di tempat duduknya. Dia tidak mungkin beranjak. Memang Chaehyun tidak melihatnya, tapi dengan tubuh serenta itu dan baru saja ditembak dia tidak akan bisa bertahan hidup dengan lama, apalagi pergi dari tempat duduknya. Dan tidak ada seorangpun yang sadar, tidak pula dengan anak kecil yang duduk disampingnya. Anak itu terlihat pucat, pantas. Mungkin kalau Chaehyun Tanya padanya kemana pria tua itu anak itu juga akan menjawab tidak tahu. Bukan berarti Chaehyun bisa beranjak dan bertanya tanpa ditembak dengan senapan revolver besar.

Dan lagi soal orang aneh itu. Wanita cantik menyeramkan dengan bulu mink mahal yang salah tempat duduk tadi. Chaehyun baru sadar kalau dialah orang yang di’masukkan’ sesuatu oleh si pembajak. Chaehyun sangat ingat dari belakang Chaehyun benar-benar ingat.

Chaehyun menggelengkan kepala. Dia kenapa sih? Bukan ini yang harus dia lakukan sekarang. Dia harus memikirkan cara untuk kabur! Tapi sekalinya dia memikirkan hal itu, rasanya kepalanya dibebani oleh beban imajiner. Dia tak bisa membagi perhatiannya jadi dua. Intuisinya menyuruhnya untuk mengerjai dan memikirkan hal-hal kecil tadi terjadi. Tapi akal sehatnya memaksanya untuk kembali menyusun strategi yang menyangkut hidupnya kedepan. Rasanya seperti ditarik dua kutub yang berlawanan di masing-masing sisi. Sangat menyakitkan, dan membingungkan.

Salah satu pembajak tengah memainkan tangan disamping Chaehyun, tidak terlihat mengintimidasi sama sekali. Lebih pantas disebut ketakutan, sepertinya. Caranya memegang senapan benar-benar kikuk, dan dia tidak bisa melakukan hal lain selain menggerak-gerakkan kakinya nervous. Yamada pun tidak dapat berbicara karena adanya pembajak tersebut. Kikuk atau tidak, orang itu tetaplah pembajak. Pembajak tidak berbelas kasih menyeramkan.

Chaehyun tiba-tiba mempunyai keinginan untuk buang air kecil. Ragu-ragu dia menatap pembajak disampingnya, dan mencoba menahannya lebih lama. Tapi semakin lama, sepertinya kandung kemihnya sudah semakin penuh, dan semakin dia menahan semakin ingin keluarlah air seninya. “Permisi.” Kata Chaehyun lemah, dan si pembajak menatapnya kaget. “Boleh aku ke kamar mandi?”

Pembajak itu terlihat bimbang sejenak, namun melihat wajah tersiksa Chaehyun dia mengangguk ragu dan menyuruhnya berdiri. Chaehyun segera dikawal olehnya ke kamar mandi dibelakang dek. Setekah menyelesaikan tugasnya, Chaehyun keluar dan tidak menemui siapapun yang menjaga toilet. Kemana pembaja yang satu itu? Ketika Chaehyun hendak keluar, suara derakan kaki membuat Chaehyun menutup kamar mandinya refleks.

“Dimana si puteri merah?”

Chaehyun mengangkat alis. Suara itu asing, dan bahasanya juga, tapi Chaehyun mengerti itu apa. Itu bahasa prancis. Brigghitta suka sekali berbicara dalam bahasa ini, karena menurutnya bahasa ini seksi. Chaehyun pribadi tidak terlalu suka bahasa ini. Bahasa ini aneh menurutnya. Masak setiap meja dan kursi punya maisng-masing jenis kelamin untuk disebut?

Dia sudah bersama Loony.”

Loony?

“Operasi ini akan lancar. Pengorbanan akan selesai.”

“Jangan bicara. Kita tidak tahu apakah disini dipasang penyadap atau tidak… kau tidak akan mau kerajaan tempat ia berasal tahu apa rencana kita.”

“Si bodoh Rapier memakan roti itu—“

“Lalu?”

“Untunglah ada anggota kita yang pintar. Dia sudah dipakaikan jubah.”

Jubah?

“Kau yakin dia tidak akan kenapa-napa?” kata salah satu dari mereka, cemas. “Maksudku, dengan kita menyiksanya seperti itu…”

“Kau terlalu baik. Jangan pandang dia sebagai manusia. Dia punya kekuatan yang diinginkan atasan kita.” Kata yang satu kasar.

Setelah itu suara mereka terhenti.

“Kau!” bentak salah satu dari mereka, kembali memakai bahasa inggris. “Sedang apa disini??”

Tidak ada jawaban. “Lebih baik kau segera kembali ke dek depan.” Kata salah satu dari suara tersebut. “T-taapi, aku—“

“Kau mau memakai kamar mandi?” kata salah satu dari mereka berspekulasi. “Baik, terserah. Pastikan kau bersihkan toiletnya nanti.” Ledakan tawa kejam terdengar dan derakan sepatu terdengar lagi. Beberapa saat kemudian pintu terbuka, membuat Chaehyun hampir menjerit ketakutan. Dia akan membunuhku! Seru Chaehyun dalam hati. Aku sudah mendengar apa yang mereka katakan..!

 

Tapi tidak ada yang terjadi. Pembajak itu masih tetap gugup dan menyuruhnya kembali ke tempat duduknya. Chaehyun mengerutkan dahi tidak percaya dengan keberuntungannya. Kenapa dia tidak dihabisi ditempat? Dia jelas-jelas mencuri dengar. Bukankah sudah protokol untuk tidak membiarkan orang luar hidup jika mereka tahu rahasia dari sebuah operasi tanpa diinginkan? “Kenapa kau? Sepertinya kau habis melihat hantu.” Kata Yamada, khawatir melihat wajah Chaehyun. Chaehyun tidak menjawab, kepalanya pusing berputar karena bingung. Bukan berarti dia tidak senang tidak mati, tapi Chaehyun orang yang realis.

Puteri merah, pikir Chaehyun. Itu pasti kode. Code name. bukan nama asli. Seseorang yang berkode Puteri Merah ada ditempat ini, dan dia pasti… diculik. Tidak ada yang lebih masuk akal dari itu. Karena, berdasarkan dari percakapan tadi…

 

“…kau tidak akan mau kerajaan tempat ia berasal tahu apa rencana kita.”

 

Puteri merah ini diculik dari rumahnya. Dan kemudian karena suatu alasan para penculik sekaligus pembajak ini memaksanya untuk masuk ke dalam pesawat. Ini. Dan… apa yang sudah mereka katakan benar-benar kejam…

 

“Kau yakin dia tidak akan kenapa-napa?”…. “Maksudku, dengan kita menyiksanya seperti itu…”

 

Mereka sudah menyiksanya! Menyiksa seorang puteri bangsawan! Chaehyun melebarkan mata tidak percaya. Apa yang mereka maksud dengan tidak kenapa-napa! Pastilah kenapa-napa… mereka akan ditangkap dan diadili berat sehabis mereka ditangkap! Chaehyun berfikir geram. Aku harus menolong sang puteri. Aku yakin dia harus kueselamatkan. Dan naluri ku berkata, bukan hanya dia yang akan untung jika aku selamatkan.

Aku juga akan untung banyak.

Dia pasti disalah satu di tempat ini…

 

Masalahnya, dimana?

 

Chaehyun tidak leluasa untuk berjalan-jalan sepanjang pesawat, karena dia kan penumpang yang sedang dibajak. Lagipula sedari tadi, dia tidak melihat wajah familiar yang cantik. Seorang puteri sudah pasti cantik, bukan? Tapi mereka tadi bilang kalau mereka sudah dipakaikan jubah… bukankah itu agak aneh? Seseorang kalau dipakaikan jubah malah akan semakin membuatnya mencurigakan dan akan menarik perhatian. Perhatian Chaehyun teralihkan oleh sekali lagi letusan. Seorang anak kecil dan ibu membeku seketika, dan Chaehyun tahu apa alasannya. Seorang pembajak hampir menembak anak kecil tersebut, bisa dilihat dari bekas lubang kecil tepat disebelah tempat duduk si anak kecil. Pembajak tersebut ikut membeku.

“Ada apa ini!?” bentak salah seorang pembajak dari dek depan. Si pembajak yang baru saja menembak tersebut kaget dan melihat atasannya mendekatinya. “Kau!” bentaknya, dan Chaheyun bersumpah baru saja melihat topeng si pembajak memucat putih. “Ikut aku.” Bentak si atasan dan menarik pembajak malang tersebut. Chaehyun melihat senapan tergeletak di lantai, dan anak tersebut menangis tanpa suara di dada ibunya yang juga menangis.

Chaehyun menatap senapan tersebut dengan tatapan panjang…

 

 

 

“Mau kemana kau?” Tanya yamada pada Chaehyun, waktu mereka mendarat hanya tingal lima jam dan dia belum berkata apapun pada Yamada. Chaehyun menatapnya dan menyeringai kecil. “Menyelamatkan puteri kecil.”

“Ha?” Yamada menatap Chaehyun seakan dia gila. “Pembajak.” Kata Chaehyun tanpa getar ketakutan dalam suaranya. Pembajak terdekat, yang sedari tadi diam mematung, menatap kearah Chaehyun dengan cepat. “Aku ingin pergi ke kamar mandi. Sekarang juga.” Kata Chaehyun datar. Pembajak itu terdiam sebentar, mungkin mengenali Chaehyun yang sudah ke kamar mandi tadi. Yamada menatap senapan yang sudah siap di tangan sang pembajak ngeri. Mampus kau, pikir Yamada pasrah. Ini bukan salahku. Ini salah kau. Kalau Brigghitta benci aku dan tak mau mengenalkanku pada cewek itu, aku akan benci kau seumur hidup, Chaehyun. Pikirnya marah.

Tapi anehnya si pembajak membolehkan Chaehyun untuk berdiri, menodongkan ujung pistol ke punggung Chaehyun.

Para penumpang menahan nafas.

Sehun yang melihat hal itu mengerutkan dahi. Mau apa anak ini?

Chaehyun masih dengan poker facenya mengangkat tangan dan pergi ke dek belakang, menghilang dari pandangan. Sejauh ini, hanya dialah yang berani berurusan dengan dua pembajak sekaligus, dan tidak mati karenanya. Para penumpang yang melihatnya hanya bisa berdoa semoga dia bisa kembali dengan kepala utuh. Yamada semakin menenggelamkan tubuhnya. Keputusannya untuk menunggu Chaehyun sepertinya salah. Chaehyun tidak menunjukkan tanda-tanda ingin kabur dari tempat ini. Ternyata sia-sia dia datang jauh-jauh hanya untuk menyusul keparat kecil satu ini. “Maafkan aku Brigghitta.” Yamada menggerutu. Sudah capek, keluar uang, dan dia terlibat ke dalam pembajakan illegal, dan amanah yang disampaikan Brigghitta gagal. Brilian. Sangat brilian.

Satu kartu menyelip dari tempat duduk depan.

Dia kemana?

Yamada yakin yang bertanya adalah cowok tampan berurat nadi keras yang selalu dengan Chaehyun, karena itu dengan hati-hati dia menjawab : toilet.

Dua kali dalam jangka waktu empat puluh menit?

Kau menghitung?

Tidak, tentu saja. Apa yang kau lakukan disini?

Perubahan topic yang drastic, pikir Yamada. Tidak aman kuceritakan sekarang. Kalau kita hidup aku akan jelaskan nanti.

Dia tidak menjawab.

Dengan tegang Yamada menunduk, menunggu Chaehyun. Beberapa saat yang menurut Yamada cukup lama si pembajak muncul duluan dengan pistol terangkat, dan Chaehyun menunduk. Dia cepat-cepat duduk disamping Yamada. “Hei, kau—“

Yamada terdiam, sadar akan lelucon bahaya yang sedang dikerjakan Chaehyun.

 

 

Chaehyun menyengir puas. Keputusannya memanggil Pembajak yang itu memang benar.

Dia sekarang sedang memakai baju pembajak tersebut, dan berpura-pura berpatroli. Iya, yang duduk dengan Yamada sekarang bukanlah Chaehyun, tapi si pembajak yang memakai baju Chaehyun. Nama pembajak itu adalah Harry Jackson. Dia setinggi Chaehyun, dan yang pasti, dia adalah salah satu dari pembajak jadi-jadian seperti yang sudah ditebak Chaehyun.

Apa maksud dari pembajak ‘jadi-jadian’?

Saya harap para pembaca membaca dengan konstrasi penuh sekarang.

Chaehyun menyadari ada yang tidak beres ketika insiden penembakan tadi. Si pembajak yang menembak terlihat kaget dan kikuk, dan jelas dia tidak sengaja melakukan hal itu. Bukan, bukan karena ketidak sengajaan si pembajak tersebut yang membuat Chaehyun curiga kalau dia adalah pembajak jadi-jadian, melainkan caranya memegang senapan.

Senapan ini, adalah senapan yang tidak biasa. Pelatuk mereka tidak di desain untuk menghempaskan peluru, melainkan mengisi revolver dengan otomatis. Jenis senapan modifikasi yang amat berguna, memang. Selain mengecoh musuh, senapan ini tidak akan diketahui cara pakainya oleh penyusup. Senapan ini tidak memakai tombol, atau pelatuk special di tubuhnya untuk menghempaskan peluru.

Chaehyun juga menyadari bahwa para pembajak dari dek depan dan belakang memegang senapannya dengan cara yang aneh—yaitu memegang moncong senapan dan bukan pegangannya. Dalam waktu yang istimewa tadi, Chaehyun dapat melihat bagaimana si pembajak menghempaskan peluru—dengan cara memencet pegangan senapan tersebut. Otomatis peluru keluar dengan halus, namun tetap berisik.

Pembajak yang tadi jelas tidak tau cara pakai senapan ini, dan tidak sengaja memencet pegangannya—mengakibatkan dia melepas peluru pada orang yang salah. Dicocokkan dengan sikapnya yang gugup, jelas sudah, dia bukanlah salah satu dari kawanan celaka pembajak pesawat ini. Walau dia amatir, paling tidak dia harus diberi tahu cara pakai senapan oleh atasannya supaya tidak merenggut nyawa yang tidak diinginkan. Kesimpulan Chaehyun adalah, bahwa pembajak yang bertugas mengawasi di bagian penumpang, hampir semuanya bukanlah bagian dari pembajak tersebut.

Kalau bukan bagian dari pembajak tersebut, lalu apa..?

Jawabannya adalah : para penumpang.

Iya, para pembajak ini seharusnya sedang duduk meringkuk di kursi masing-masing di pesawat ini. Chaehyun baru menyadari ini ketika dia ingat adanya kesalahan tempat duduk yang dilakukan wanita bulu mink dan pria tinggi pada wanita mungil tadi.

 

“…Aku yang booking disini.” Kata cowok disamping Chaehyun, sopan. wanita itu mengerling sangar.

“Aku jelas duduk disini. Disini pasti I23 kan?”

“Bukan, disini M23.” Kata Chaehyun.

 

“Hei! Ini tempat duduk aku, tahu!”

Suara pekikan itu terdengar sebal. Terlihat seorang pria dan wanita berebut tempat duduk. “Apa kau tak salah, nona?” kata pria itu sebal. “Disini jelas H12—“

“Ini J13!” bentak wanita mungil tersebut, sebal.

 

Chaehyun masih belum tahu apa motif mereka membaur dan pura-pura jadi penumpang. Tapi mereka jelas anggota dari kawanan pembajak. Mereka salah tempat duduk, padahal seharusnya mereka sudah di beri tahu oleh pramugari dimana tempat duduknya. Mereka tidak membawa barang-barang apapun.

Kemungkinannya hanya dua, barang milik mereka sudah ditaruh di pesawat barang, atau ditaruh di atas bagasi pesawat ini. Tapi pastilah mereka membawa barang kecil, atau sesuatu. tas misalnya? Apalagi salah seorang dari mereka adalah wanita yang glamor, terlihat dari caranya berpakaian. Karena dia tidak menjinjing apapun, sudah pasti dia menaruh tas kecilnya di bagasi atau tempat duduk. Itu berarti dia seharusnya sudah tahu tempat duduknya, kan? Sedangkan untuk kasus si Lelaki, pasti dia salah tempat duduk karena dia memang tidak tahu dimana tempat duduk si penumpang yang dia rebut tempat duduknya.

 Ada lagi, soal si kakek tua. Dia memang menghilang tepat setelah ditembak. Itu membuktikan bahwa dia bukan menghilang, tapi dibantu menghilang. Ya, dia juga anggota dari kawanan tersebut, tapi tidak jelas apa perannya dalam perkumpulan pembaja tersebut. Dia sudah tua dan tidak kuat, pikir Chaehyun. Matanya menyisir tempat-tempat duduk. Chaehyun dengan sengaja memelototi si wanita bulu mink dari balik topengnya, dan si wanita bulu mink memandanganya aneh.

Bukan dia. Si puteri merah bukan cewek pelacur ini, pikir Chaehyun sebal.

Ayolah,… dimana? Ada dimana? Seharusnya kan terlihat… seorang wanita, tentu saja, dengan jubah dikepalanya. Pasti sangat mengundang perhatian! Tapi setelah tiga kali berbolak-balik, Chaehyun tidak juga melihat kejanggalan.

Ayolah, Chaehyun. Pasti ada suata kesalahan… pasti ada yang kau lewatkan.

Waktu hanya tinggal tiga setengah jam sampai di Incheon. Dia sudah bersama Loony. Operasi ini akan lancar… .Jangan bicara. Kita tidak tahu apakah disini dipasang penyadap atau tidak… kau tidak akan mau kerajaan tempat ia berasal tahu apa rencana kita. Si bodoh Rapier memakan roti itu…Untunglah ada anggota kita yang pintar. Dia sudah dipakaikan jubah. Jubah apa? Pikir Chaehyun frustasi. Chaehyun memutar ulang apa yang ia ingat dari dalam toilet tersebut.

 

“Kau yakin dia tidak akan kenapa-napa?” kata salah satu dari mereka, cemas. “Maksudku, dengan kita menyiksanya seperti itu…”

“Kau terlalu baik. Jangan pandang dia sebagai manusia. Dia punya kekuatan yang diinginkan atasan kita.”

 

Kekuatan?

Kekuatan apa, yang sangat besar, sehingga membuat mereka bisa mengotori tangan mereka sedemikian rupa?

“Hei kau.”

Chaehyun mengangkat kepalanya dan melihat seorang pembajak memanggilnya. “Kemari.”

Chaehyun pura-pura takut, karena dia tahu dia harus berakting begitu. Dia segera masuk ke dalam dek depan.

Pilot dan ko-pilot terlihat sangat tegang ketika mengendarai pesawat, sepertinya Yamada benar. Mereka pasti diancam. “Dia?” Tanya salah seorang pembajak. “Iya, dia.”kata pembajak lainnya. Dia kemudian mengeluarkan sesuatu yang mencurigakan dari kantongnya.

Deg

Deg!

Dada Chaehyun berdebar keras. Habislah, pikir Chaehyun. Kalau ternyata yang dia keluarkan itu pistol…

Tapi yang keluar bukanlah pistol.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tapi roti.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JJANG! DOUBLE UPDATE!!

P.S : kalau tidak mengerti, silahkan bertanya di komen xDDDDD

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
morinomnom
subsribers runaway with the bachelor, upvote please?

Comments

You must be logged in to comment
Wjpark #1
Maaf, aku mau nanya sebelumnya. Ini ff hasil remake atau bukan? Soalnya, dulu banget aku kayak pernah baca ff ini. Tapi ff nya make bahasa inggris dan main cast nya itu HunHan. Terimakasih, dan maaf kalau aku salah kira hehe
Eunji07 #2
Chapter 31: satu kalimat yang aku ucapkan saat membaca baris terakhir di cerita ini, "yaaah kok udah tamat"

Jujur sebenarnya aku kurang suka ff yang menggunakan tulisan tidak baku. Tapi untuk cerita ini, pengecualian hahahaha. Aku SUKA SEKALIII. Terimakasih sudah membuat cerita yang keren, menarik, membuat penasaran, dan tentunya mengalir dengan indah dan menyenangkan sampai akhir cerita.
vinthisworld #3
Pengin baca ulang: "
Desirened
#4
Chapter 8: Keke, syarat ke 5-6 kek pengkaderan osis aja xD
sevenineLu #5
Jhoa Jhoa Jhoa
fukkdown #6
Chapter 31: 진짜 진짜 진짜 대박이다
alexellyn #7
Chapter 31: good job for the author. kenapa aku berharap ff ini ada sequelnya ya? rate-m pula. ckck. semangat untuk buat karya2 berikutnya~
luhaena241
#8
Chapter 31: Aku telat baru tau kalau 2 chapter akhirnya udah publish kkk.
Two thumbs up u/kamu!!
Suka banget bacanya dr awal, yt pertama" ngira ini ff hahhahah ga taunya bukan, hanya ada tokohnya saja yg seperti itu.
Alurnya panjang, keren, n detail tp tentu gak ngebosenin. Imajinasi kami tinggi n daebak bgt! Bagaimana kata demi kata kamu susun sehingga membentuk kalimat" yg apik terkemas didalam ff ini~
Ah, I can't talk anymore, just "two thumbs up" for you!! (y) (y)

Keep writing n fighting ne!!^^
Oiya, ngelawaknya jg dapet, terkocok" sangat ini perut kkkk
luhaena241
#9
Chapter 29: Akhirnya ff ini publish kembali!! Senangnya~ :*
Mnieunra #10
Chapter 31: >< FFnya bagusss banget haha..
Ampe greget bacany, awalny bingung mana chaehyun mana sehun ._. Tp lamalama udh nggak kok :)
keep writing '-')9