Chapter 16

Runaway With The Bachelor

 

“Room Service?”

 

Pintu tersebut hanya terbuka setengah ketika OB tersebut mengetuk pintu. Tidak terlihat siapapun keluar, hanya sebuah tangan putih pucat keluar, membuat OB malang tersebut tertegun ketakutan. Siapa juga yang tidak ketakutan dipanggil jam setengah dua belas malam ke ujung koridor, memberikan snack makan malam? “Sa-saya akan menaruhnya disini…” OB tersebut menaruh tray makan malam di depan pintu. Dan segera menjauh, menggigil. Memutuskan untuk menceritakan pengalaman seram yang baru dia alami tadi pada kolega-koleganya yang lain.

 

Sementara itu wajah Chaehyun menelusup keluar diam-diam, dan dengan cepat menarik tray tersebut kedalam. Chaehyun menghela nafas, perutnya lapar sekali. Sudah satu hari semenjak kedatangan mereka ke Negara ini—Italia lagi—dan Chaehyun belum keluar setapak pun dari kamar hotel.  Pertama, karena malas. Kedua, karena malas. Dan ketiga…. Sepenuhnya karena malas, sebenarnya. Tapi Chaehyun juga takut anak buah ayahnya sudah mencari-cari ke Negara ini lagi.

 

Chaehyun menjilat bibirnya, perutnya menggerung geram melihat makanan di atas tray tersebut—tray itu ada bagian atas bawah, di bagian atas adalah kue-kue manis seperti muffin, cupcake, doughnut, dan kue-kue lainnya. Dibagian bawah ada wine dingin, ramen, dan air panas, serta seperangkat alat untuk minum teh. Room service yang mewah sekali, pikir Chaehyun puas dan mendorong tray itu ke tengah ruangan, dimana Sehun yang sedang malas-malasan menonton tv. “Mau?” Tanya Chaehyun. Sehun hanya menatap Chaehyun dan diam. Chaehyun mengangkat bahu dan meraih cherry diatas cream cupcake sebagai appetizer.

 

“Jadi,” kata Sehun. “Waktu kita untuk berlari seperti ini terus menerus adalah tiga minggu lima hari lagi.”

 

“Yap,” kata Chaehyun. “Karena menurut asistenmu, waktu sebulan kedepanmu adalah kosong, kita bisa leluasa untuk bepergian ketempat lain,” kata Chaehyun.

 

“Aku bukan orang yang bebas, aku punya banyak aktifitas mendadak.” Kata Sehun sambil menatap televisi yang tengah menayangkan discovery channel. “Tak apa-apa, selama aktifitas-aktifitasmu itu tidak bocor ke ayahku… dengan cepat. Mau ditutupi seperti apapun, ayahku akan tahu kemana saja kita akan pergi.” Kata Chaehyun. “Dan kalau kau tidak menyuruh bodyguard sewaan dibawah sana menjaga kita, mungkin saja kita sudah diringkus oleh cecunguk ayahku sedari tadi.” Kata Chaehyun, mengedikan ibu jarinya ke luar jendela.

 

Sehun memang orang yang sangat berkuasa. Hanya dalam satu jentikkan jari dia bisa mengerahkan beberapa pasukan penuh tentara yang terlatih. Tadipun, Sehun meminta bantuan temannya (yang Chaehyun tidak tahu darimana mereka berkenalan) dan voila, bodyguard berbadan besar sudah berada di luar hotel (karena Chaehyun tidak mau pengunjung-pengunjung lain merasa terganggu) untuk menjaga mobil Sehun dan menjaga mereka dari luar. Sehun juga menyewa satu lantai paling atas di yang notabene adalah ruangan-ruangan berlabel VVIP di hotel tersebut. “Untuk keselamatan,” dalih Sehun ketika Chaehyun memprotes aksi mengeluarkan uang berlebihan tersebut.

 

Chaehyun menyalakan televisi dan memasukkan video secara asal-asalan. “Sedang apa kau?” Tanya Sehun. “Nonton. Aku bosan.” Kata Chaehyun. Chaehyun tiduran di tempat tidur dan menyalakan televise, ketika—

 

“Hmm~ ahh—ah!”

 

Gambar-gambar tak senonoh muncul. Chaehyun melotot dan Sehun hanya menonton televise dengan tampang datar. Klik! Dan Chaehyun langsung mematikan video itu. The f-? apa-apaan tadi itu demi celana merlin yang kebasahan!? Chaehyun tahu hotel ini hotel terkenal untuk bulan madu, tapi apakah pantas menaruh video di sebuah kemasan yang  tidak mencurigakan dan berbaur dengan video lain?? Ini namanya amoral, kerusakan nurani!! Chaehyun menggerutu dengan wajah merah, melempar video itu dalam-dalam kedalam tempat video.

 

“Masih mau nonton?” Tanya Sehun. Chaehyun hanya memelototi Sehun dengan bengis.

 

“sejauh ini dia belum bilang apa-apa soal jadwalku.” Kata Sehun, meraih i-padnya. “dia?” Tanya Chaehyun secepat kilat. “Sekretaris baruku, aku belum bilang? Oh iya, dia akan bertemu dengan kita besok saat makan pagi.” Kata Sehun. “Sekretaris barumu? Apa dia bisa dipercaya?” Tanya Chaehyun. “Entahlah, mungkin.” Kata Sehun, tidak memberikan informasi lain pada Chaehyun. Chaehyun hanya mengerutkan dahi dan mengunyah mont eu blanc dengan cepat.

 

“Kue ini enak sekali,” kata Chaehyun.

 

“Apa yang menurutmu tidak enak, aku Tanya?” kata Sehun, memutar bola mata.

 

“Kau berkata seolah-olah aku memakan semua hal.”

 

“Bukankah kau memang memakan semua hal?”

 

“Hei!”

 

“Apa?”

 

“Apa maksudmu aku gendut?”

 

Sehun menatap Chaehyun lama sampai Chaehyun merasa tak nyaman dan Sehun menyeringai. “Badan seperti itu gendut?” Sehun menaikkan tangan Chaehyun yang sekering ranting dan tertawa jahat. Chaehyun mendelik. “Diam!” geram Chaehyun dan mendorong kue ke mulut Sehun. Sehun terdiam dan mendelik pada Chaehyun namun mengunyah muffin hangat tersebut dengan sebal.  “Aku jadi kehilangan nafsu makan karena kau,” Chaehyun menggerutu dan mendorong tray tersebut. “Jadi? Siapa yang akan memakan makanan ini?” tanya Sehun menaikkan alisnya yang sempurna. “Entahlah, pikir saja sendiri.” Gerutu Chaehyun.

 

Sehun memutar bola mata, membiarkan Chaehyun menyelimuti dirinya sendiri dengan selimut. Sehun hanya mendengus dan menggigit muffin setengah gigit ditangannya. Baru ia sadari kalau dia kelaparan, karena dia belum makan sama sekali sejak kemarin. Sehun menuangkan wine ditangannya dan meneguknya sedikit, pandangan matanya lurus.

 

Entah sejak kapan dia membuka dirinya pada bocah disamping ini.

 

Sehun menghela nafas dan merebahkan tubuhnya disamping Chaehyun.

 

“Boleh aku bertanya sesuatu?”

 

Sehun terdiam pada pertanyaan Chaehyun.

 

“Boleh tidak? Kalau diam aku anggap itu jawaban ‘ya’.”

 

Sehun mendecak, namun tidak membantah.

 

“Kau… apa hubunganmu dengan Hayoon?”

 

Pertanyaan itu sukses membuat Sehun terbatuk. “Apa ada sesuatu terjadi di antara kalian berdua?”

Tanya Chaehyun pada Sehun, membalikkan badan. “Itu pertanyaan yang tidak perlu kujawab,” Sehun menutup mata, enggan menjawab. “Hei,” Chaehyun menusuk punggung Sehun. “Heeeeeei,” Chaehyun menowel punggung Sehun lagi dan lagi. “AARGH! Aku sedang ingin tidur disini!!” Seru Sehun marah. “Beritahu dulu seperti apa hubunganmu dengannya.” Kata Chaehyun.

 

“Kenapa kau tiba-tiba tertarik?” Tanya Sehun sebal.

 

“Karena pertama kali kita bertemu, kau terlihat tidak suka pada Hayoon. Masih ingat kan kalau aku memakai hal itu untuk mengancammu—dulu?” Tanya Chaehyun. Sehun hanya diam, tapi Chaehyun tahu Sehun tidak mau menjawan pertanyaan Chaehyun. “Oke, terserah kau.” Chaehyun mencibir  dan menutup mata.

 

Hening.

 

“Hei.” Sehun menusuk punggung Chaehyun. “Yah, bocah. Kau marah?” Tanya Sehun, dan tidak dijawab apa-apa oleh Chaehyun. “Bocaaah.” Sehun mengelitiki pinggang Chaehyun dan Chaehyun menggeliat kegelian. “Yah! Yah! Berhenti—berhenti—“ Chaehyun mendorong dada Sehun kuat-kuat tapi tetap tak digubris oleh Sehun. Sehun masih mengelitiki Chaehyun. “Oke—oke-oke stop—AHAHAHAHAHAHA—“ Chaehyun akhirnya berhenti mendorong dan tertawa keras-keras karena geli. Sehun menyeringai dan mengelitiki lebih keras, tapi seringaiannya hilang tiba-tiba.

 

“Uh—sialan kau,” nafas Chaehyun terputus-putus karena tawa. Tangan Sehun masih berada di pinggul Chaehyun dan tiba-tiba tangan itu meremas pinggul Chaehyun. Chaehyun kaget dan menepuk tangan Sehun keras. “Apa-apaan kau!?” seru Chaehyun. Sehun hanya menatap matanya, matanya mengerut. “Hei, paman, kau ini kenapa?” Tanya Chaehyun sekali lagi. Sehun menatap Chaehyun datar dan menutup mata. “Lebih baik kita tidur,” kata Sehun. Chaehyun hanya mengerutkan dahi dan menaikkan bahu, kemudian tidur.

 

~~~

 

Keesokan paginya, Chaehyun tidak menemukan siapapun disampingnya—hanya ada kekosongan. Chaehyun menguap dan bangun, kepalanya berputar sedikit namun darah kembali menyebar ke seluruh tubuhnya setelah beberapa saat. Chaehyun masih belum berani keluar kamar, sehingga dia masuk ke dalam kamar mandi dan memutuskan untuk mandi, lalu tidur lagi.

 

Chaehyun membuka toilet dan hendak melakukan ‘urusan’nya ketika dia merasakan sesuatu yang aneh.

 

Dia melihat kebawah dan matanya melebar.

 

“AAAAAAAARGHHHHHHH!!!!!!!!”

 

Beruntung tidak ada Sehun disana—kalau tidak Sehun mungkin bakalan mendorong paksa kamar mandi dan melihat Chaehyun yang tengah shock menatap pahanya, sekedap suara apapun kamar mandi itu—berdarah-darah.

 

Yap, dia akhirnya mendapatkan periodenya.

 

Entah disebabkan karena hormon Chaehyun yang kekurangan estrogen atau lingkungan Chaehyun yang tidak memungkinkan di mengembangkan perasaan kecewekannya, sekalipun dalam seumur hidup Chaehyun tidak pernah menstruasi. Brigghitta sudah mengomel-ngomel dan menceramahi Chaehyun dan bertanya-tanya apakah Chaehyun punya semacam kelainan dalam tubuhnya sehingga diumurnya yang sudah hampir menjejaki kedewasaan dia masih juga belum akhil balig. Brigghitta mengaku bahwa dia sudah dapat ketika dia berumur sepuluh tahun, dan masih belum menopause sampai sekarang. Chaehyun masih shock melihat ke darah yang keluar.

 

Dalam sekejap dia langsung panik.

 

“Ah. Bagaimana ini? Apa-apaan… kenapa harus sekarang, oh tidak, tidak, ini buruk…hittt,” Chaehyun tidak berdiri dari toiletnya, takut mengotori lantai. Hal pertama yang ia pikirkan adalah bagaimana dia harus menyembunyikan darah-darah ini dan hal kedua adalah bagaimana caranya dia menyembunyikan hal ini dari Sehun. Chaehyun masih belum punya rencana untuk memberi tahu Sehun tentang gendernya yang sebetulnya…

 

Brigghitta tidak ada disini, pikir Chaehyun lebih panik. Tidak ada yang bisa membantunya, demi tuhan. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Chaehyun berhati-hati berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah yakin darahnya tak akan keluar lagi, dia mandi sebersih-bersihnya dan keluar dari kamar mandi.

 

Chaehyun menghela nafas dan menarik nafas. “Oke, kau bisa melakukan ini…. Apa yang sulit untukmu? Kau sudah pernah menghack database Negara Rusia dalam waktu setengah menit…” gumam Chaehyun pada dirinya sendiri. Dia berusaha menenangkan dirinya. Akhirnya Chaehyun memutuskan untuk meraih telpon hotel yang menggantung didinding kamar mandi untuk menyuruh salah satu office boy—atau office girl—untuk membawakan dia… uh, roti jepang. Ketika tangannya hendak meraih telepon tersebut, telepon tersebut sudah berdering duluan.

 

Chaehyun terkesiap.

 

Klek, “Halo?”

 

“Hai, nak! Akhirnya aku bisa menelponmu juga… kau tahu bagaimana susahnya melacakmu, sungguh sulit…”

 

“Br-Brigghitta?”

 

“Yap. Satu-satunya brigghitta dengan wajah tercantik sedunia!” kata Brigghitta, dan hal pertama yang ingin Chaehyun lakukan setelah mendengarnya adalah… muntah. “Ueeeeek. Kau itu lagi mengisap mariyuana atau apa sih? Kok kau kedengaran teler berat?” Kata Chaehyun curiga sekaligus kasar. “Nonsense, darling! Satu-satunya yang bakal kuisap sekarang adalah wajah mu yang kayak pantat bayi itu. Kau tahu betapa aku sangat kangen kau!” kata Brigghitta riang. “Aku juga sangat kangen kau Brigghitta, That’s very sweet of you. Sekarang katakan, bagaimana kau bisa menghubungi tempat ini? Langsung di kamar hotelku?” Tanya Chaehyun, langsung to the point. “Sangat sulit mencari jejakmu, kau tahu, tapi apa yang tak bisa kulakukan? Setelah tahu kau ada di mana, aku cari tahu kau berhenti dan transit dimana dan… yah, begitulah.” Walau Brigghitta mengatakannya dengan nada lalu, Chaehyun lebih memilih untuk tidak mengetahui apa saja yang Brigghitta lakukan untuk mendapatkan nomor hotel dan nomor telepon pribadi tempat tersebut. Karena, terlepas dari wajah Brigghitta yang innocent dan baby face, Brigghitta punya jiwa yang sama sekali tidak innocent dan tidak se-baby face wajahnya.

 

“Ada sesuatu yang mau aku omongin,” kata Chaehyun, teringat keadaannya. “Oke. Aku tahu. Nada suaramu bilang kau lagi dalam masalah, masalah yang BESAR banget.” Kata Brigghitta ringan. Chaehyun menghela nafas dan menceritakan semuanya. Sedetil-detilnya…

 

Sampai akhirnya Tawa terbahak-bahak terdengar dari telepon tersebut, dan Chaehyun tak bisa menahan dirinya untuk tidak manyun. Mungkin di lain waktu dia bakalan nyengir karena merindukan tawa Brigghitta yang sangat membuat orang ceria itu, tapi sekarang… sepertinya dia tak bisa melakukan hal itu. “Girl, girl, girl. Finally you’ve gotten your period!” Brigghitta berseru, setengah menggoda setengah bahagia—mungkin, kalau Chaehyun tak salah dengar sedikit nada mengejek dibalik hantaman kebahagiaan itu. “Ya ya ya, aku tahu aku tahu. Kau bakalan bangga padaku dan bilang aku bakal jadi wanita sepenuhnya dan—bla bla bla bla—dan sekarang cepat beritahu apa yang harus aku lakukan! Aku nggak bakalan bisa jalan dengan selangkangan penuh dengan darah begini.” seru Chaehyun, tidak menurunkan suaranya karena dia tahu kamar mandi hotel ini kedap suara dari luar. “Chill, babe. Kau terlalu tense. Serahkan semuanya pada diriku yang sudah hidup dua puluh tahun lebih dulu dari kau.” Kata Brigghitta.

 

“Sembilan belas tahun,” gerutu Chaehyun.

 

“Hanya meleset satu tahun,” kata Brigghitta riang. “Sekarang yang perlu kau lakukan adalah tenang—“

 

“Tenang? Tenang?? Kau kira sejak tadi aku sedang apa? Makan sabun kamar mandi dengan hati kalut?” kata Chaehyun. “Dari cara bicaramu saja terdengar sekali kalau kau sedang panik. Hitung dari seratus dan mundur kebelakang, itu bakalan membantumu rileks—“

 

“Oke, oke. Aku sudah tenang. Sekarang. Apa yang harus aku lakukan?”

 

“—jangan potong perkataanku. Sekarang, hitung dari seratus. Sampai aku mendengarmu.”

 

“OKE! ASDGHFJKL. Kalau saja kau bukan sahabatku, kau akan—“

 

“Uh, cepat hitung sajalah.”

 

“…seratus… Sembilan puluh Sembilan… tujuh puluh….—“

 

“Tunggu, kenapa langsung tujuh puluh?”

 

“AKU SUDAH MENGHITUNG TERBALIK! Cepat kau beritahu aku sekarang!” seru Chaehyun sebal. “oke, oke… sekarang kau jalan ke wastafel dikamar mandi, dan ambil dari laci pembalutnya.”

 

“Dari mana kau tahu ada pembalut didalam laci kamar mandi hotel ini?” Tanya Chaehyun bingung. “Sebagai maid, aku selalu ingin tahu bagaimana ‘rumah’ lain menyediakan segala sesuatunya pada tamunya,” kata Brigghitta santai. Chaehyun memutar bola mata, diam-diam penasaran bagaimana Brigghitta bisa mendapat sebegitu banyak informasi sampai-sampai dia tahu letak-letak barang yang bahkan tidak diketahui oleh Chaehyun yang sudah dua hari berada disana. Setelah Chaehyun mengambil pembalutnya, Brigghitta memberikan instruksi-instruksi lain tentang cara merekatkan pembalut tersebut. Setelah hampir tiga puluh menit (ya, kalian tidak salah baca—tiga puluh menit) Brigghitta bilang padanya untuk tidak melupakan tanggal merahnya dan ingat bahwa dia bisa terkena PMS yang parah. Chaehyun hanya mengangguk-angguk, percaya dia masih punya banyak waktu untuk mencari apapun yang Brigghitta maksud tentang PMS.

 

“Satu hal lagi,” kata Brigghitta, suaranya mendadak serius. “Ada penyusup. Ayahmu punya koneksi dari pihakmu. Aku mendengarnya berbicara dengan seseorang kemarin malam.”

 

“Apa? Penyusup?” Tanya Chaehyun. “Berhati-hatilah. Terus awasi sekelilingmu. Aku tak bisa bicara banyak… para junior mulai memperhatikan, salahmu karena memakai terlalu banyak waktu hanya untuk merekatkan satu pembalut.” Chaehyun manyun. “Semoga aku masih bisa melacakmu lain kali. Tak usah khawatir—aku pakai alat anti-sadap… kupinjam dari seseorang, tak usah khawatir. kuharap alat itu tak ternonaktifkan… oke, waktunya untuk mengelap gelas wine. bye!”

 

Pip, pip, pip.

 

Chaehyun menghela nafas, berdiri—sejenak membenci betapa tidak nyamannya perasaan memakai pembalut—dan keluar dari kamar. Sehun masih belum kembali juga, pikir Chaehyun bingung. Chaehyun tidak ingin turun untuk makan pagi—masih paranoid—dan memutuskan memakan muffin yang ada di tray tadi malam. Sambil mengunyah, Chaehyun memikirkan perkataan Brigghitta.

 

Ada penyusup…. Harus berhati-hati…

 

Penyusup? Pikir Chaehyun. Siapa kira-kira orang itu? Pikiran Chaehyun melayang-layang dan tidak menemukan siapapun yang patut di curigai selain Oh Sehun. Ya, walaupun Oh Sehun sendirilah yang secara sukarela menerima permintaan Chaehyun, Sehun juga mempunyai kesempatan untuk mengambil segala harta Chaehyun. Well, CALON harta. Chaehyun meneguk susu dingin, langsung dari kartonnya. Sambil menendang pintu kulkas Chaehyun berjalan menuju seberang ruangan dan kembali merebahkan diri ke atas tempat tidurnya.

 

Kemana Sehun? Chaehyun menghela nafas dan menaruh karton susunya disebelah tempat tidurnya. Tergoda akan tempat tidur yang empuk, kelopak matanya kembali memberat, kalau saja telepon tidak bordering berkali-kali.

 

“Siapa nih?” kata Chaehyun, jengkel sekali. “Selamat pagi juga. Sekarang cepat kau turun. Ada seseorang yang ingin keperkenalkan padamu.” Suara familiar, pikir Chaehyun. “Well, Sehun, kebawah mana tepatnya? Aku berada di puncak gedung dan aku tak tau apa yang kau maksud lantai bawah yang Cuma satu tingkat dibawah kita atau sepuluh tingkat dibawah kita.” Kata Chaehyun. “Kalau kau pakai otak, kau pasti tahu aku menelpon ini dari lobby bawah.  Kau hampir melewatkan sarapan pagi.”

 

“Bagaimana kalau ada yang melihatku?” protes Chaehyun. “Kalau begitu apa gunanya aku menyewa lantai paling atas dan menyewa berpuluh-puluh bodyguard? Lagipula, tidak ada laporan mencurigakan sejauh ini. Semuanya—mungkin—aman-aman saja.” Kata Sehun datar. “Siapa yang mau kita temui?” Tanya Chaehyun. “Bukan urusanmu.” Dengan itu Sehun menutup telepon. Chaehyun mengganti baju dan menutup pintu, sesegera mungkin turun. Dibawah dia bertemu dengan Sehun yang tengah berbicara dengan seseorang—seseorang yang sangat, sangaat tinggi. “Kau sudah datang,” Sehun berkata pada Chaehyun. Pria super tinggi itu menatap Chaehyun penuh minat. “Dia Lim Chaehyun,” kata Sehun. “Hello,” kata pria itu. “Aku Kris.” Katanya, senyumnya lebar.

 

“Kris?” Chaehyun menguak. “Perdana mentri Yifan?”

 

Kris tersenyum. “Semacam itulah.” Katanya ramah. Chaehyun menatap Kris. Selama ini dia hanya pernah melihat Kris—atau, Wu Yifan—di televisi, tengah mendebatkan anggaran pemerintahan Italia atau kongres-kongres penting ekonomi dunia. Wajahnya selalu datar dan sangar ketika menghujamkan perkataan maupun pernyataan anggota DPR, dan Chaehyun cukup bisa dibilang cukup terkesan dengan gaya bicaranya yang berwibawa. Awalnya, Chaehyun mengira Kris adalah pria yang biasa memakai pakaian seperti bapak-bapak berumur empat puluh tahun dan rambut super klimis, serta sepatu yang sama berkilatnya dengan stiletto yang disemir. Tapi melihat Wu Yifan dengan kaus putih v-neck dan celana khaki, Chaehyun tidak dapat untuk tidak berfikir, uh, ganteng juga ya perdana mentri satu ini.

 

“Ini orang yang ingin kau kenalkan padaku?” bisik Chaehyun. “Selanjutnya apa? Presiden Amerika yang baru?”

 

“Itu masih sedang dalam proses.” Kata Sehun. Chaehyun tak yakin apakah hal tersebut merupakan candaan atau pernyataan serius. “Tapi, bukan hanya Kris-hyung yang hendak aku perkenalkan.” Kata Sehun. Sebelum dia sempat berbisik lagi, Kris berkata, “Bagaimana kalau kita segera makan pagi? Aku sudah kelaparan.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Yay! Updatupdateupdate~ I’m sorry if I take too long to update now! High school life sure is hard!

 

...uhm, what are you doing here, reading my stupid footnote—CLICK THE NEXT BUTTON!! QUICK QUICK QUICK~~~~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
morinomnom
subsribers runaway with the bachelor, upvote please?

Comments

You must be logged in to comment
Wjpark #1
Maaf, aku mau nanya sebelumnya. Ini ff hasil remake atau bukan? Soalnya, dulu banget aku kayak pernah baca ff ini. Tapi ff nya make bahasa inggris dan main cast nya itu HunHan. Terimakasih, dan maaf kalau aku salah kira hehe
Eunji07 #2
Chapter 31: satu kalimat yang aku ucapkan saat membaca baris terakhir di cerita ini, "yaaah kok udah tamat"

Jujur sebenarnya aku kurang suka ff yang menggunakan tulisan tidak baku. Tapi untuk cerita ini, pengecualian hahahaha. Aku SUKA SEKALIII. Terimakasih sudah membuat cerita yang keren, menarik, membuat penasaran, dan tentunya mengalir dengan indah dan menyenangkan sampai akhir cerita.
vinthisworld #3
Pengin baca ulang: "
Desirened
#4
Chapter 8: Keke, syarat ke 5-6 kek pengkaderan osis aja xD
sevenineLu #5
Jhoa Jhoa Jhoa
fukkdown #6
Chapter 31: 진짜 진짜 진짜 대박이다
alexellyn #7
Chapter 31: good job for the author. kenapa aku berharap ff ini ada sequelnya ya? rate-m pula. ckck. semangat untuk buat karya2 berikutnya~
luhaena241
#8
Chapter 31: Aku telat baru tau kalau 2 chapter akhirnya udah publish kkk.
Two thumbs up u/kamu!!
Suka banget bacanya dr awal, yt pertama" ngira ini ff hahhahah ga taunya bukan, hanya ada tokohnya saja yg seperti itu.
Alurnya panjang, keren, n detail tp tentu gak ngebosenin. Imajinasi kami tinggi n daebak bgt! Bagaimana kata demi kata kamu susun sehingga membentuk kalimat" yg apik terkemas didalam ff ini~
Ah, I can't talk anymore, just "two thumbs up" for you!! (y) (y)

Keep writing n fighting ne!!^^
Oiya, ngelawaknya jg dapet, terkocok" sangat ini perut kkkk
luhaena241
#9
Chapter 29: Akhirnya ff ini publish kembali!! Senangnya~ :*
Mnieunra #10
Chapter 31: >< FFnya bagusss banget haha..
Ampe greget bacany, awalny bingung mana chaehyun mana sehun ._. Tp lamalama udh nggak kok :)
keep writing '-')9