Chapter 17

Runaway With The Bachelor

 

 

“Jadi,” Kata Kris. “Udah jadian berapa lama dengan Sehun?”

 

Bruuusssh.

 

Susu putih yang baru sampai permukaan lidah Chaehyun langsung tersembur keluar—tepat ke wajah Sehun. Dengan mata selebar burung hantu Chaehyun melotot kewajah Kris—yang tersenyum terhibur—sementara susu putih masih menetes dari bibirnya.

 

“Neo… YAKK!!!” bentak Sehun murka. Chaheyun bahkan tidak menggubris kemarahan Sehun. Kris menatap mereka berdua, berganti-gantian, dengan geli. “Apa maksudmu, pak mentri?” Tanya Chaehyun, berusaha untuk sopan dan memberikan kesan yang baik. Tapi tetap saja dia terkejut. Pertama, karena seorang perdana mentri terkenal seperti Kris mengenal kosakata anak muda zaman sekarang, kayak ‘jadian’. Untuk pria berumur 34 tahun hal itu mengesankan. Kedua, kesalahpahaman Kris yang cukup menarik tentang hubungan antara Sehun dan Chaehyun. Chaehyun dan Sehun melemparkan pandang (yang satu kebingungan, dan yang satu, well, penuh dengan susu dan kemarahan). Chaehyun sepakat dalam hati bahwa hubungan dia dengan Sehun adalah hubungan pelayan dan majikan, walau tak jelas siapa pelayan ataupun majikannya.

 

Tapi tentu dia tak bisa berkata begitu, karena kau tahu kan, hubungan begitu bisa dianggap kurang normal atau malah abnormal dikehidupan sehari-hari.

 

“Sekitar empat minggu,” kata Chaehyun dengan berat hati. “Empat? Kuharap kalian bisa langgeng,” kata Kris riang dan mengiris kentang rebusnya. “Apakah Sehun baik padamu?” Chaehyun tak tahu harus menjawab apa. Karena, sebenarnya, apakah menendang dan mengata-ngatai ‘kekasih’mu adalah hal yang bisa dikategorikan sebagai ‘baik’? Karena Sehun selalu melakukan hal itu padanya dan dalam frekuensi yang semakin lama semakin naik. Sehun, yang jelas-jelas kepikiran hal itu juga, hanya terbatuk dan menyeruput susunya.

 

“daripada bertanya hal itu,” kata Sehun buru-buru, tidak membiarkan Kris bertanya lebih jauh. “Bagaimana kehidupan mu dengan Hyunsoo?”

 

Dan dengan itu topik ‘hubungan’ Chaehyun dan Sehun terlupakan. Chaehyun tetap diam, dengan sabar menghirup serealnya—dalam hatinya berterima kasih pada Sehun. Kris adalah pria penuh kasih sayang terhadap istrinya, terlihat dari betapa berkilaunya mata Kris ketika dia menyebut nama istrinya. Kris member tahu pada Sehun bahwa Hyunsoo sedang mengandung. Dia menawarkan Sehun dan Chaehyun untuk menjadi ayah baptisnya. Menilik dari betapa tidak dekatnya Oh Sehun terhadap anak –anak (jangankan anak-anak, terkadang dia masih juga tidak bisa beradaptasi dengan manusia-manusia dewasa lainnya) dan kenyataan bahwa Chaehyun adalah wanita, mereka berdua menolak hal tersebut dengan sangat, sangat sopan.

 

“Maaf, apa aku membuatmu menunggu…?”

 

Suara halus itu terdengar, dan Chaehyun berbalik untuk melihat seorang gadis tinggi (tidak setinggi Chaehyun) dan superberisi, terengah-engah, wajahnya berkeringat tapi make-upnya tidak luntur. “Ah, tidak,” kata Sehun tiba-tiba. “Chaehyun, wanita ini orang yang ingin kuperkenalkan denganmu.” Kata Sehun.

 

“Dia, Xi Hayoon. Sekretaris baruku.”

 

 

Chaehyun’s POV

 

“Bukankah kau bilang kau tidak menyukainya?”

 

Kami sudah balik dari makan pagi tersebut. Pak perdana mentri sudah permisi untuk pergi ke acara pertemuan di ruang serbaguna hotel yang mereka tempati, dan cewek itu juga sedang sibuk mengatur jadwal Sehun. Gila kali ya! Apa coba maksud si cowok dengan kulit mayat ini mempekerjakan cewek itu?

 

Sehun menatapku yang tengah berkacak pinggang. “Aku tak pernah bilang begitu,” kata Sehun, menaikkan bahu. “Oke, kau nggak ngomong gitu. Tapi sikapmu, jelas-jelas meneriakkan hal itu.” Kataku, menyipitkan mata. “Mungkin. Yah. Begitulah.” Sehun terlihat enggan membicarakannya juga, tapi, halo? Ini hidupku yang dia pertaruhkan. Mungkin-mungkin aja kan cewek itu—si istrinya Luhan ini—adalah seorang penyusup yang diberitakan oleh Brigghitta. “Luhan memintaku,” kata Sehun. “Istrinya tidak suka berdiam diri dirumah, dan dia meminta Luhan untuk menjadikan dirinya sebagai asistenku,” kata Sehun. Dia diam seakan menggantung. Aku menunggu dia mengatakan sesuatu, tapi kayaknya hal itu nggak mungkin, ditilik dari wajahnya yang menerawang tanpa bayangan yang persis mirip orang tolol. Biasanya dia suka bengong tapi dia nggak kelihatan tolol.

 

“Hoi,” kataku, tapi dia nggak menoleh padaku. Aku menggeram. “Halo? HALO, OH SEHUN? Bisa nggak kembali sebentar dari exoplanet dan balik ke bumi?  Kau nggak boleh—“ dan baru aku sadar aku nggak boleh memberitahu rahasia yang Brigghitta beritahukan padaku. Sehun masih menjadi salah satu orang yang kucurigai. Iya, aku tahu—aku paranoid, tapi itulah yang membuatku masih bisa hidup bebas dan enak selama sebulan penuh. Dan aku yakin, akan genap menjadi dua bulan kalau aku luwes hidup dengan cara begini.  “Tak boleh apa?” Tanya Sehun menatapku aneh. “—Kau tak boleh dekat-dekat cewek itu, maksudku, kau tahu kan. Kau membencinya.” Kataku, secepat mungkin mengalihkan topiknya.

 

Wajahnya memerah.

 

Sepertinya topik ini topik sensitif, ya.

 

“Dengar, kau tak mengerti apa-apa.” Kata Sehun. “Tak mengerti, jadi kau tak berhak mengatakan apa-apa soal perempuan itu.”

 

“Santai, kawan.” Kataku, berusaha menenagkannya, kemudian realita menghantam wajahku. Aku menatapnya curiga. “Jangan bilang… kau menyukainya?”

 

Sehun tidak menjawab, namun memelototiku. “Itu bukan urusanmu.”

 

Aku memekik. “Kau suka padanya ya!” tuduhku tajam. “Kau sendiri yang tadi malam enggan ngomongin cewek itu dan sekarang—BAM! Kau suka padanya! Brilian!” seruku, menepuk tangan. Sehun masih diam, agaknya berusaha untuk tidak memecahkan kepalaku dengan satu tangan. “Omong kosong apa yang kau katakan ini?” Tanya Sehun dingin. “Dengarkan aku, anak dengan IQ terbalik, apapun yang kau curigai dibalik tempurung otakmu yang berdebu itu, itu semua tidak benar. Kau tak tahu apa alasannya aku mempekerjakannya, dan kau tak akan pernah tahu, seumur hidupmu.” Sehun mengetuk-ngetuk dahiku. Lancang benar dia melakukan hal itu.

 

“Kau nggak berhak mengatakan IQ-ku terbalik!” protesku marah.  Agak nggak sopan kan, mengatai IQ orang lain jeblok sementara IQ nya sendiri nggak diurus? “Oh ya? Buktikan padaku kalau begitu, kalau kau punya IQ diatas seratus… itu juga kalau kau punya IQ,” cibir Sehun. aku sudah bakal menjawab balik ketika tiba-tiba deringan handphone terdengar. “Halo.” Kata Sehun datar. “Hm. Ya. Ya. Oke.” Sehun menaruh handphonenya dengan hati-hati diatas meja setelah memutuskan sambungan dan membuka laptopnya, mengerjakan pekerjaan yang ternyata masih belum selesai. “Ada apa?” Tanyaku. Aku tak bisa untuk tidak menahan pertanyaanku berubah jadi nada menuduh yang berisi kecurigaan. “Siapa?”

 

“Barangkali orang yang paling tidak ingin kau dengar,” kata Sehun tanpa menolehkan kepalanya dari laptop. “Xi Hayoon?” jengitku. Sehun tak menjawab, tapi tak perlu seorang cenayang hanya untuk mengetahui jawabannya. “Apa yang dia mau?” tanyaku kasar. “Dia Cuma memberitahuku jadwal-jadwal.” Kata Sehun.

 

 “Oh, begitu ya!?” kataku, yang kemudian agak kaget dengan nada bicaraku yang sinis. Sehun memandangku aneh, dan aku sendiri nggak bisa memelototinya balik. Aku juga menganggap diriku aneh kalau jadi dia. “Terserah kau. Aku akan pergi sekarang, dan jangan sekali-kali kau pergi kemana-mana.” Sehun berdiri dan memakai jasnya lagi. Dia berhenti lalu berkata, “Lebih baik kau hati-hati agar kau tak bosan… atau kau bakalan berakhir dengan video-video itu.” Aku mencibir dan menjatuhkan tubuhku keatas tempat tidur. Tidak usah diberitahu juga aku nggak bakalan keluar. aku berbalik dan menemukan kemeja Sehun yang barusan dipakai tertindih olehku. Aku mencium bau kemeja tersebut dan suka dengan apa yang kutemui. Aku nggak tahu kalau bau Sehun bisa semenenangkan ini. Bukan bau cologne atau apa, bau ini bau alami. Seperti… bau air segar dengan selingan kayu basah. Aku mencium bajuku sendiri dan memutuskan untuk mandi secepat mungkin. Tapi sebelum itu aku menonton TV terlebih dahulu, ada banyak video jadul yang asik ditonton.

 

Setelah mandi, aku segera keluar masih dengan tubuh super basah—dan telanjang. Aku nggak repot-repot ngambil handuk di manapun handuk itu berada, karena toh aku bakalan memakai perban. Setelah melilitkan perban itu kedadaku, aku menepuk-nepuk dadaku dan merasa agak sesak. Ku naikkan bahuku tak peduli dan memakai kaus dalam—untuk menyamarkan lebih lagi—dan keluar hanya dengan kaus dalam dan boxer. Aku malas membuka koperku, jadi kuputuskan aku memakai kemeja Sehun yang ada di atas tempat tidur. Toh tidak ada jejak keringat yang bau sedikitpun di kemeja itu. Aku mengancingkan kemeja tersebut dan mengerutkan dahi ketika melihat kemeja itu ternyata terlalu besar untukku. Ketika aku tengah menaikkan lengan kemeja—yang terus menerus melorot melulu—sebuah ketukan terdengar di pintu depan.

 

Dia bukan Sehun. Sehun tidak pernah mengetuk pintu. Aku mengerutkan dahi dan mengintip ke pengintip satu arah di pintu.

 

Tidak ada siapapun. Aku langsung waspada. Aku sudah dikepung, tentu saja—dengan tidak adanya Sehun di lantai ini membuat mereka berani untuk masuk ke pengamanan. Seharusnya aku tahu mereka tidak dapat di hentikan oleh siapapun—bahkan dengan agen secret service yang sudah di sewa Sehun. Yang mereka takutkan hanyalah Oh Sehun, dan hanya dia, bukan kaki tangannya.

 

“Room service,” kata suara dibalik pintu. Aku terima saja permainan mereka. Aku sudah tahu siapa saja yang datang ke ruangan ini dan tak pernah mendengar suara seperti itu. “Oh, iya. Sebentar.” Kataku. Jendela tidak mungkin jadi pilihan untuk aku kabur, karena ini kan lantai empat, demi celana merlin yang kedodoran. Toilet apalagi, mengingat tidak ada pintu janitor tempat aku bisa lewat. Aku juga nggak mungkin melaksanakan misi bunuh diri dengan cara menendang pintu dan menyerobot keluar, dengan sepasukan penuh kaki tangan ayahku dibalik pintu ini, barangkali memakai baju Office Boy atau Resepsionis.

 

Kemudian aku melihat sebuah ide. Ide yang riskan, tapi MUNGKIN akan berhasil.

 

 

 

Ternyata apa yang sudah diperkirakan oleh Chaehyun adalah benar—bahwa dibalik pintu tersebut ada Office Boy mencurigakan yang menempel erat ke dinding. Wajah mereka beringas dan tegang, menunggu pintu terbuka. Mereka tak bisa langsung menerjang masuk, karena kalau seperti itu, orang yang mereka incar malah akan semakin mudah lolos. Ketika mendengar dia ditinggal sendirian oleh Oh Sehun—bersama dengan sekretaris barunya—mereka langsung mengambil gerak cepat dan mengepung.

 

“Mrs?” salah satu yang berperan sebagai office boy bertanya dengan suara super tenang. “Apa anda tidak akan—“

 

“Tun—tunggu sebentar!”

 

“Aku tak peduli—“

 

Suara-suara dibalik pintu membaut mereka berpandang-pandangan, dan kemudian mengetuk pintu lagi. “Mrs--?”

 

JEDUG! JEDUG! JEDUG! Pintu itu tiba-tiba terdorong-dorong seakan-akan ada orang yang mendorongnya—atau ada orang yang terdorong dan menabrak pintu. Serentak waspada mereka mendengarkan lebih lanjut. Dan betapa kagetnya ketika mereka mendengar suara-suara aneh yang tidak senonoh. Mereka berpandang-pandangan aneh, saling melempar kebingungan. Kok…? Tapi mereka tetap mendengar lebih dekat, malah sepertinya kuping mereka menempel di pintu.

 

“HEI! APA YANG KALIAN LAKUKAN!? Menguping didepan pintu orang, hah!?” suara lelaki yang marah terdengar. Mereka berpandang-pandangan gelagapan, dan kemudian berdeham. “Permisi, tuan, tapi kami hendak—“

 

“Tidak, tidak! Aku tidak memberikan apapun pada kalian, pengemis jalang!!” bentak pria itu lagi. Mereka berpandang-pandangan tersinggung. “Kami tidak—“

 

“KALIAN PERGI ATAU AKU HARUS BERITAHU ATASAN KALIAN SEKARANG JUGA?! AKU BISA MENELEPON DIA SEKARANG!”

 

Mereka hendak mendobrak pintu tapi kemudian tertegun. Mereka tak bisa mengambil resiko tersebut. Akhirnya dengan enggan salah satu dari mereka berkata, “Kami minta maaf karena sudah, eh, mengganggu kalian—“

 

“Kalau begitu, pergi!!” geram pria pemilik kamar tersebut. “Jangan kembali!!”

 

Dengan itu mereka terbirit-birit, sementara Sehun—yang diam-diam ternyata mendengar sejak—hanya melongo. Jelas-jelas itu kamarnya. Kenapa ada orang yang melakukan ‘itu’ dikamarnya? Kemarahan memenuhi kepala Sehun ketika memikirkan Chaehyun mengundang pria lain kedalam kamarnya. The f-?

 

“YAH! BUKA!” Bentak Sehun. Ketika pintu terbuka, dia sudah hendak marah-marah luar biasa pada Chaehyun dan Pria tidak dikenal tersebut. Tapi pemandangan didepannya lebih membuatnya speechless daripada pria tidak dikenal yang disangka Sehun akan muncul. Chaehyun dengan kemejanya yang kebesaran. “SSSSH.” Kata Chaehyun dan menarik tangan Sehun segera masuk. “Kita masih bakalan diawasin, dude. Jangan keluar-keluar dulu.” Kata Chaehyun. Sehun masih shock. “Jenius banget. Besok bilang sama sekretarismu kita kabur lagi ke hotel lain.” Kata Chaehyun. Sehun masih diam. Sadar dia sednag ngomong sendiri, Chaehyun mengangkat dagunya bengis ke Sehun. “Kau dengar tidak sih?!” bentak Chaehyun.

 

“Kau ini—“ sedak Sehun, “Kau ini ngapain?”

 

“Jelas kan?” Tanya Chaehyun tidak mengerti. “Memberi tahu rencana kita yang selanjutnya.”

 

“Maksudku suara-suara itu,” kata Sehun. “Mana prianya?”

 

“Ha?” kata Chaehyun tidak mengerti. “Pria? Pria apa?” Tanya Chaehyun tidak mengerti. Detik kemudian Chaehyun melebarkan mata dan menjerit. “! DUDE! Kau pasti nggak mikir aku begituan sama cowok kan!? Aku masih normal, oke?!” bentak Chaehyun. Sehun masih memandangnya dengan tolol. “Suara-suarau itu kurekam kilat dari video biru yang ada disini, bego.” Kata Chaehyun kasar. “Apapun yang kaupikirkan, om-om dengan IQ terbalik, dibalik tempurung otakmu yang super berdebu itu, adalah hal yang tidak benar.”

 

“Aku bukan om-om,” geram Sehun setelah sadar dengan apa yang dikatakan Chaehyun. “Oh ya?” kata Chaehyun berjalan menjauh. Chaehyun masih memikirkan soal pengkhianat di antara dia dan Sehun dan beberapa orang lain. Dia masih belum tahu siapa orangnya, atau dimana dia, tapi dia akan tahu sebentar lagi setelah dia pergi lagi.

 

Sementara Sehun masih memandang Chaehyun dari belakang. Entahlah, dia merasa aneh melihat Chaehyun memakai kemejanya. Dengan kulit putih dan kaki yang panjang, Chaehyun kelihatan… kelihatan…

 

“Hei,” kata Sehun serak. “Itu kemejaku. Kembalikan kemejaku!”

 

“Apa?” kata Chaehyun tidak sadar. “Oh. Ini? Aku pinjam sebentar. Omong-omong baumu enak sekali.”

 

Sehun melotot ketika Chaehyun berkata dengan ringan dan meloncat kedalam kamar mandi. Baunya enak? Baunya enak??

 

WHAT THE F-? KENAPA JANTUNGNYA BERTALU-TALU?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
morinomnom
subsribers runaway with the bachelor, upvote please?

Comments

You must be logged in to comment
Wjpark #1
Maaf, aku mau nanya sebelumnya. Ini ff hasil remake atau bukan? Soalnya, dulu banget aku kayak pernah baca ff ini. Tapi ff nya make bahasa inggris dan main cast nya itu HunHan. Terimakasih, dan maaf kalau aku salah kira hehe
Eunji07 #2
Chapter 31: satu kalimat yang aku ucapkan saat membaca baris terakhir di cerita ini, "yaaah kok udah tamat"

Jujur sebenarnya aku kurang suka ff yang menggunakan tulisan tidak baku. Tapi untuk cerita ini, pengecualian hahahaha. Aku SUKA SEKALIII. Terimakasih sudah membuat cerita yang keren, menarik, membuat penasaran, dan tentunya mengalir dengan indah dan menyenangkan sampai akhir cerita.
vinthisworld #3
Pengin baca ulang: "
Desirened
#4
Chapter 8: Keke, syarat ke 5-6 kek pengkaderan osis aja xD
sevenineLu #5
Jhoa Jhoa Jhoa
fukkdown #6
Chapter 31: 진짜 진짜 진짜 대박이다
alexellyn #7
Chapter 31: good job for the author. kenapa aku berharap ff ini ada sequelnya ya? rate-m pula. ckck. semangat untuk buat karya2 berikutnya~
luhaena241
#8
Chapter 31: Aku telat baru tau kalau 2 chapter akhirnya udah publish kkk.
Two thumbs up u/kamu!!
Suka banget bacanya dr awal, yt pertama" ngira ini ff hahhahah ga taunya bukan, hanya ada tokohnya saja yg seperti itu.
Alurnya panjang, keren, n detail tp tentu gak ngebosenin. Imajinasi kami tinggi n daebak bgt! Bagaimana kata demi kata kamu susun sehingga membentuk kalimat" yg apik terkemas didalam ff ini~
Ah, I can't talk anymore, just "two thumbs up" for you!! (y) (y)

Keep writing n fighting ne!!^^
Oiya, ngelawaknya jg dapet, terkocok" sangat ini perut kkkk
luhaena241
#9
Chapter 29: Akhirnya ff ini publish kembali!! Senangnya~ :*
Mnieunra #10
Chapter 31: >< FFnya bagusss banget haha..
Ampe greget bacany, awalny bingung mana chaehyun mana sehun ._. Tp lamalama udh nggak kok :)
keep writing '-')9