Chapter 12

Runaway With The Bachelor

Pesawat raksasa didepan Sehun sangat besar, Sehun menatapnya dengan penuh  rasa takjub. Baju ala SWAT yang ia rebut dari salah satu anggota SWAT jadi-jadian yang menerobos penthousenya tadi sudah ia tanggalkan. Yama123 yang meminjamkannya. Omong-omong soal Yama123, itu bukan nama aslinya. Nama aslinya adalah Yamada Ryosuke, gamers internasional terkenal. Lawan main Chaehyun yang selalu kalah dari Chaehyun. Mereka cukup dekat dalam beberapa hal, dan mereka klop dengan cepat. Chaehyun, disamping mulut besar dan wajahnya yang selalu minta ditampar, ternyata cukup hebat dalam hal seperti ini.

 

Sekarang Chaehyun duduk disamping Sehun, dan Sehun tidak bisa untuk tidak memandang Chaehyun dengan pandangan menuntut. Chaehyun memandangnya balik.

 

Hening.

 

“Jadi?” tanya Sehun. “Kira-kira kau tahu tidak mengapa ada sebatalyon penuh prajurit terlatih mendobrak masuk ke penthouse ku?” tanya Sehun lagi. Chaehyun meringis karena sarkasme dan bisa yang kuat di setiap perkataan Sehun. Memang salahnya menyeret nama Sehun tadi. Sehun sekarang pasti sudah masuk ke dalam blacklist ayahnya. “Bukannya aku sudah katakan padamu kalau aku dikejar-kejar mafia?” tanya Chaehyun. “Jangan bilang kau percaya aku percaya kebohonganmu yang jelas sekali itu.” kata Sehun datar. Chaehyun memandangan apel di atas mangkuk dan mengangkatnya, memainkannya ke udara.

 

“Jadi, bos.” Kata Chaehyun, tangannya masih bergumul dengan apel merah mengilat “Kau mau dengar dari mana?”

 

“Semuanya.” Kata Sehun, terdengar tidak tertarik, walau sebenarnya dia cukup penasaran juga.

 

“Aku ini anak dari Kim Myunghee.” Kata Chaehyun, dan seketika mata Sehun melebar. “Kim Myunghee?” ulang Sehun. Sehun tidak pernah tahu pemilik perusahaan raksasa saingannya tersebut mempunyai seorang pewaris. Setau ayah Sehun, istri Kim Myunghee meninggal di umur yang cukup muda. Sepuluh tahun yang lalu, wanita manis dan sopan itu (menurut perkataan Ayah Sehun) meninggal tanpa sempat melahirkan. Apa jangan-jangan...? “Nggak, aku bukan anak angkat, juga bukan anak haram.” Kata Chaehyun, seakan-akan mengerti kilatan curiga yang bersinar di mata Sehun. “Aku anak kandung. Sayangnya anak yang nggak di inginkan. Entah apa yang ada dipikiran ayah tolol itu, tapi dia mengurung ku didalam rumah kami selama delapan belas tahun terakhir.” Chaehyun berhenti memainkan apelnya, dan menggenggamnya erat. “Maaf, delapan belas tahun?” tanya Sehun, merasa salah dengar. “Iya, delapan belas tahun.” Kata Chaehyun sambil lalu.

 

Hening.

 

“Dan kau masih waras?” pernyataan Sehun ada benarnya juga. Apa yang akan kita rasakan jika dikurung ditempat yang sama tanpa diperbolehkan keluar selama lebih dari sepuluh tahun? Dikurung tiga bulan saja sudah tidak tahan, apalagi delapan belas tahun. “Ada orang yang dengan baik hatinya membantuku menyeimbangkan kewarasanku.” Kata Chaehyun, pikirannya terbang ke wajah Bree. “Dan kira-kira tiga minggu yang lalu, berdua dengan ayahku, kami mengadakan semacam.... taruhan.”

 

“Taruhan?” tiba-tiba otak Sehun yang jenius tersengat. “Kau.... kau pelarian?”

 

“Nah! Itu kau ngerti.” Kata Chaehyun. Sehun menyipitkan mata. “...Jadi kau dikejar-kejar oleh ayahmu? Begitu?” tanya Sehun. “persis.” Kata Chaehyun. “Kau benar-benar tidak waras.” Kata Sehun. Yakin kalau anak didepannya memiliki semacam penyakit mental. Wajah Chaehyun langsung berubah nanar. “Apa maksudmu aku NGGAK waras? Aku waras. Masih waras banget malah.” Kata Chaehyun kasar. “Bukti. Mana buktinya kalau kau adalah anak dari Kim Myunghee? Nama margamu dan dia saja berbeda.” Kata Sehun. Chaehyun facepalming mentally. “Itu cerita lain,” kata Chaehyun. “Yang pasti kau harus membantuku untuk bersembunyi dari kejaran orang-orang gila itu.”

 

“Aku menolak.” Kata Sehun.

 

“Kita masih punya perjanjian,” protes Chaehyun, mlempar apel ke Sehun. Yang ditangkap Sehun dengan mudah. Sehun membuka mulut tenang, “pasal 5, Oh Sehun punya kekuatan absolut dan tidak pernah salah.”

 

“Kau salah—“

 

Pasal 6, Kalau Oh Sehun salah, kembali ke pasal lima.”

 

“Kau licik!!” sembur Chaehyun.

 

“Kalau aku licik, maka kau apa?” tanya Sehun. Chaehyun diam. “Begini saja.” Kata Chaehyun. “Ayahku menjanjikan apapun yang aku inginkan jika aku... bisa memenangkan taruhan kami.” Sehun memandang Chaehyun tidak antusias. “Dengar dulu. Aku dengar kau menginvestasikan uangmu di taman bermain yang bakal di dirikan di Seoul?” tanya Chaehyun. Sehun terdiam. Faktanya adalah apa yang dikatakan oleh Chaehyun adalah benar. “Ayahku juga. Dia menanam seperempat, kau seperempat, dan dan sisanya beberapa perusahaan kecil lainnya. Aku akan meminta seperdelapan investasi ayahku dan memberikannya padamu, dan menjadikanmu sebagai pemegang saham terbesar di pendirian taman bermain itu.”

 

Sehun memandangnya datar. “Dan aku harus percaya ocehanmu?”

 

“Percayalah, aku tak pernah bohong.” Kadang-kadang, tambah Chaehyun dalm hati.

 

 

 

 

 

 

“....And i hope you can make an elegant and superior interior design. Divide it into indoor and outdoor. And please minimize the use of flower for outdoor design, My Kevin couldn’t tolerate flower’s pollen—Rena, do you listen to me?”

 

Yuyoong menatap kliennya—Amy Jenskins, wanita cerewet perfeksionis yang agak-agak menyebalkan—dan berusaha untuk tersenyum kecil. “I’m sorry, Mrs. Jenskins. Could you please repeat what had you say?” Kata Yuyoong sesopan mungkin. Pikirannya hanya sedikit melanglang buana. Andre sedang berada di rumah—dia menitipkannya pada Luhan. Selama Andre masih berada ditangan Luhan Yuyoong yakin dia tak akan kenapa-napa, yang menjadi masalah adalah... istri Luhan yang selalu sukses membuat Andre menangis tak keruan. Hayoon mungkin terlihat lembut dan kalem diluar, tetapi dibagian dalam... Yuyoong menggelengkan kepala, memutuskan untuk tidak berfikir negatif. “Tsk, obviously you didn’t listen to me. Whatever, just make sure my wedding gonna be a perfect night.” Dengan itu dia melambaikan tangan arogan dan berjalan pergi. Yuyoong hanya termangu, kopi didepannya sudah dingin.

 

Old hag,” sebuah suara terdengar sebal. Yuyoong hanya meringis kecil dan menggelengkan kepala. “We aren’t suppose to curse our client, Amber. They’re our source of money afterall.” Kata Yuyoong, mencoba nada datar terbaik yang ia punya, but failing miserably.

 

Amber Liu, wanita tomboy keturunan kanada-taiwan itu selalu dapat membuatnya tertawa. Dia melemparkan komentar-komentar lucu dan konyol, tapi dia merupakan bawahan yang baik dan cepat tanggap. “Tapi apa kau tak lihat? Dia mengawini pria tua itu Cuma buat uang,” kata Amber, memutar bola matanya. “Apa kau tak lihat betapa hijaunya mata wanita itu, Rena? And I don’t even talk about her eyes litterally.” Amber hanya mendengus, namun tetap membuka komputer dan melihat apakah ada wedding profesionals dan service provider yang bisa membantu mereka dalam memuluskan keperfeksionisan Mrs. Jenskins. “Jangan pedulikan Amber,” kata Luna dari ujung koridor. “Dia hanya baru putus dari cowok yang dia kira keren kemarin malam.”

 

“Sok tahu,” dengus Amber. Luna hanya nyengir. Tidak seperti Amber, adalah keturunan asli korea. Nekat datang ke Amerika tanpa bekal bahasa inggris yang baik, tapi toh bertemu dengan Yuyoong dan mereka berdua sepakat mendirikan sebuah wedding organizer bersama. Akhirnya setelah tiga tahun, mereka berhasil merekrut sekitar delapan orang, dan semuanya merupakan kualitas nomor satu dalam masing-masing bidang. Luna adalah pekerja keras, jadi dia paling tidak sudah bisa mengerti dan berbicara dalam bahasa inggris dengan fasih sekarang. “Omong-omong soal cowok, bukankah Vic-eomma punya gandengan baru??” seru Amber, suaranya sengaja dikeras-keraskan. Yuyoong mendengar suara barang besar jatuh dan rutukan Victoria—yang merupakan atasannya sekarang—Beberapa detik kemudian Victoria berseru pada Amber dalam bahasa China. Amber hanya terkikik dan menyerukan sesuatu seperti ‘I love you too!’ dalam bahasa China. Yuyoong menggelengkan kepala. “Daripada ngobrolin itu—“ suara bariton terdengar kepayahan, “Mendingan kalian bantu aku deh. Kardus-kardus ini isinya apa sih? Batu beton?” protes pria itu—Morimoto Ryutaro. Satu-satunya lelaki diantara para wanita itu. Konon, wajahnya yang mulus dan tampan memudahkan para wanita jatuh cinta padanya sehingga tidak banyak yang bisa berkonsentrasi jika bekerja bersamanya. Karena itu dia mudah dipecat dari setiap pekerjaannya. Beruntung Yuyoong dan kawan-kawan tidak tertarik pada bocah ingusan dan kekanakan satu ini, jadi lelaki ini tak perlu khawatir dia akan cepat ditendang dari pekerjaan yang sudah terlanjur ia cintai—menjadi seorang negosiator service provider.

 

“Bukan, itu isinya gucci milik Tao,” kata Victoria, menyebut nama adiknya. “Dia bilang pacarnya tak suka dia punya banyak koleksi Gucci, jadi tas-tas itu dia berikan padaku. Aku masih belum punya waktu menaruh kardus itu ke rumahku.”

 

“Jadi kau sedang memanfaatkanku?” protes Ryutaro. “Mou~ kardus ini berat sekaliiii!” rengek Ryutaro. Lihat kan? Bagaimana noona-noona didepannya bisa jatuh cinta padanya kalau dia berlaku seperti ini terus menerus? “Berhenti merengek! Cewek ya?” ejek Amber, tapi ketika dia mengangkat kardus itu dia terjungkal. “UGH. VIC-EOMMA! LAIN KALI BERITAHU TAO, TAK USAH BUANG-BUANG UANG CUMA BUAT BELI GUCCI!”

 

“Tuh kan? Apa kubilang!” kata Ryutaro sebal. “Aku mau Gucci-nya, kok! Berikan saja padaku!” seru Sulli dengan riang. “Eh, aku juga mau deh!” seru Krystal tiba-tiba. “Boleh tidak, Vic-eomma?” tanya Luna.”Ambil saja, toh aku sudah punya banyak dirumah!” seru Victoria sambil lalu. Beberapa detik kemudian wanita-wanita cantik tersebut sudah mengerumuni kardus superb yang berisi gucci penuh-penuh. “Kau tak mau satu?” goda Amber. “Buat apa?” tanya Ryutaro. “Cewek itu sukanya sama yang kayak gini, tahu?” kata Amber, mulai sok menggurui. “A-a-apa maksudmu?!” Ryutaro memerah. “Jangan kau kira aku ini bodoh, ya. Aku tahu kau sedang jatuh cinta!” tuduh Amber semena-mena. “Yang benar? maknae kita? JA-TUH-CIN-TA?” Luna memonyongkan mulut dan mengeluarkan suara-suara ciuman.

 

Ryutaro hanya mencibir dan kembali masuk ke dalam. Yuyoong tertawa kecil, namun kepalanya melayang ke suatu nama.

 

Luhan.

 

Forget him, forget him, forget him. Yuyoong memukul kepalanya kecil dan kembali mengguratkan pensilnya diatas kertas. Ebonit  hitam membuat sebuah garis lurus yang tipis, bersambung-sambungan, dan kemudian membentuk sebuah ruang tiga dimensi. Yuyoong tanpa berfikir lagi mengisi ruangan tersebut—interior dari ruangan Mrs. Jenskins. Handphone miliknya bergetar.

 

Luhan. Caller ID nya menunjukkan nama tersebut. Dia menghela nafas lalu mencoba untuk meraih handphone-nya dan menunjukkan suara terbaiknya. “Luhan-ah? Nde.... Se-sehun? Uhm. Dia datang..? baik, baik. Oke. secepat mungkin. Bye.” Klik. Dua puluh tiga detik yang menegangkan, pikir Yuyoong. Sehun datang ke Amerika. Apa mungkin Chaehyun datang bersama Sehun? Chaehyun menggigit bibirnya dan kemudian memandang kepada para sahabatnya—yang omong-omong sangat berisik—“Aku pergi makan siang!”

 

~~~

 

Jadi kau mau menginap satu malam di hotel? GREAT!! Aku punya rumah disini dan kau bahkan tak ingin menginap disini!!”

 

Sehun memutar bola mata karena kelakuan Luhan yang kekanakan. “Hyung, aku hanya tak ingin mengganggumu. Everyone need privacy. Besok aku akan check out dan menginap dirumahmu.” Sehun berkata sambil memandang Chaehyun yang tengah susah payah membawakan dua koper besar milik Sehun. “Tidak ada yang butuh privasi! Omong kosong. Kita berdua sudah pernah merogohkan tangan ke celana satu sama lain, jadi—“

 

“Hyung,” Sehun memotong omongan Luhan dengan nada datar, mengetahui betapa vulgar perkataan Luhan kedepannya. “Mungkin lebih baik aku menginap di hotel saja. Setelah itu baru aku bisa datang ke rumahmu.” Kata Sehun. “Paling tidak biarkan aku menjemputmu,” kata Luhan lemah. Sehun menghela nafas. “Baiklah, Hyung. Tapi tak ada mengantarkan aku ke rumahku. Kau akan mengantarkanku ke hotel terdekat.” Kata sehun defensif. Luhan pasti sudah membuka mulut untuk protes, ketika Sehun memotong pembicaraan bahwa dia capek dan ingin istirahat. Secepat mungkin memutuskan hubungan. Sehun menghela nafas. Bukan berarti dia tak ingin bersama Luhan hyung. Luhan adalah salah satu hyung yang paling ia sukai. Tapi.... dia harus mempersiapkan hatinya untuk menghadapi istri luhan.

 

Hayoon. Kim Hayoon.... XI Hayoon.

 

“Siapa?—ugh, this bag driving me nuts!!!” Chaehyun menggerutu namun tetap menarik koper Sehun. “Kerabatku. Yang kemarin menikah.” Kata Sehun datar. “Hayoon?” Chaehyun menatap perubahan wajah Sehun ketika ia mengatakan nama wanita tersebut. “Kenapa kau meringis?” tanya Chaehyun. “Bukan urusanmu.” Kata Sehun. Dia mengambil kacamata dan memakaikannya ke Chaehyun. Kasar.

 

“What the heck—“

 

“Pakai, paling tidak untuk jaga-jaga... kalau ayahmu datang dan menyerang kita dengan sepasukan pengawal profesional.” Kata Sehun. Menyalakan iphone. Chaehyun diam, dalam hati membenarkan perkataan Sehun. “Jadi... kau setuju?” tanya Chaehyun hati-hati.

 

Sehun memandang Chaehyun. “Aku belum bilang aku setuju.”

 

Chaehyun hanya mendengus dan segera menarik dua koper tersebut. Sehun masih memainkan iphone miliknya dengan serius. Relasi bisnis, pikir Chaehyun. Tidak mungkin orang seperti Sehun memakai gadget selain untuk hal yang menguntungkan... “Hyungku akan mengantar kita ke hotel terdekat.” Kata Sehun. “Muh? Hyung?” tanya Chaehyun. Sehun memutar bola mata. “Luhan-hyung.” Chaehyun menggaruk kepalanya gatal. Sehun tiba-tiba berjengit. “Apa.... apa itu tadi?” tanya Sehun. “Apanya yang apa?” tanya Chaehyun polos. Sehun memandang wajah Chaehyun seakan kepala Chaehyun tumbuh lima dan menyentuh ujung rambut Chaehyun dengan menjepitnya. “ini.” Kata Sehun masih dengan nada aneh yang nyelekit. “Ada benda asing berwarna abu-abu keluar dari rambut ini. Kapan terakhir kali kau keramas?” Chaehyun hanya menjawab dengan taikan bahu. “Tau deh. Mungkin sudah lebih dari tiga minggu, atau sebulan—“

 

“Mwoh?” Sehun membuka mulut tak percaya. “Kau tahan memakai rambut begini tanpa dikeramas selama sebulan?” Sehun menjunjung tinggi kehigienisan dan kerapihan. Berbanding terbalik dengan Chaehyun. “Memang kenapa? Apa kita bakal ‘cabut’ hanya karena nggak keramas selama sebulan?” tanya Chaehyun. Sehun memandang Chaehyun aneh. Mencari-cari sarkasme dan kejahilan didalam bola mata Chaehyun seperti yang biasa ia temukan, tapi yang Sehun temukan hanyalah kepolosan dan keingintahuan—serta sedikit rasa takut.

 

Aneh, Sesuatu bergetar dari dalam dada Sehun—membuat tangan Sehun tanpa disengaja melayang ke kepala Chaehyun dan mengacaknya kasar.

 

“YA!” bentak Chaehyun marah. “Jawab aku! Apa nanti aku bakal mati karena nggak keramas selama sebulan? Bree bilang aku bakal ‘cabut’ kalau nggak keramas selama sebulan!” tuntut Chaehyun. Selama ini Chaehyun hanya menganggap perkataan Bree ancaman kosong belaka—bahwa dia akan mati mengenaskan kalau tidak mencelupkan kepalanya kedalam sebaskom penuh air shampoo—tapi melihat reaksi Sehun tadi, dia mulai sedikit ragu dengan keyakinan yang ia pegang hampir delapan belas tahun tersebut. Sehun tidak dapat menyembunyikan seringaiannya, namun mengacak rambut Chaehyun dan menahan kepala Chaehyun kebawah agar Chaehyun tak dapat melihat senyumnya yang terlihat aneh.

 

“Mungkin kau akan mati.” Kata Sehun akhirnya. “MWO!? JJINJA?!” seru Chaehyun. Sehun menaikkan bahu dan memakai mimik nya yang paling serius. “Temanku pernah mengalaminya. Dia dirawat karena tidak keramas selama sebulan.”

 

It’s true, though. Sehun tidak berbohong, well, not at all. Teman Sehun—Kai, yang terkenal karena keplayboyannya—pernah bersumpah tidak akan mencuci rambutnya selama sebulan kalau dia mendapat sepuluh gadis hingga akhir pekan. Walau pada akhirnya dia berhasil mendapat sepuluh gadis yang dalam waktu bersamaan ia kencani. Dia dengan gentleman-nya memenuhi janjinya—tidak mencuci rambutnya selama sebulan. Unfortunately, dia akhir minggu keempat, entah siapa yang berani mengadu domba ia dan kesepuluh wanitanya, Kai didatangi kesepuluh wanita yang marah dan berakhir dengan geger otak ringan serta patah tulang parah (dua dari sepuluh wanita milik Kai belajar Aikido dan Wushu), menyebabkan dia diharuskan opname didalam rumah sakit.

 

“OMFG.” Chaehyun left flabbergasted. Sehun menaikkan bahu, berbalik untuk menyembunyikan tawa nya yang tak kentara. Terasa sangat enak ternyata—dia dulu yang lebih sering dikerjai dan sekarang dia yang mengerjai.

 

“Sehun,” Chaehyun menarik tangan Sehun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Apakah.... masih ada shampoo milikmu di koper?”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

XDDDDDDDDDDD YEAAAAAAAAAAAAAAAHHHH FINALLY UPDATE ;____________; ILU guyzzzzzzzzz oh my god ;____________;

Uhm, Yeorobun. I’ve made a new fic.

Yes.

A

New

Fic.

I posted it on my cellphone as i waited my laptop <333333 please check it out~

 

Starring TVXQ, Super Junior, SNSD, SHINee, f(x), and EXO~

 

INNOCENT THINGS

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
morinomnom
subsribers runaway with the bachelor, upvote please?

Comments

You must be logged in to comment
Wjpark #1
Maaf, aku mau nanya sebelumnya. Ini ff hasil remake atau bukan? Soalnya, dulu banget aku kayak pernah baca ff ini. Tapi ff nya make bahasa inggris dan main cast nya itu HunHan. Terimakasih, dan maaf kalau aku salah kira hehe
Eunji07 #2
Chapter 31: satu kalimat yang aku ucapkan saat membaca baris terakhir di cerita ini, "yaaah kok udah tamat"

Jujur sebenarnya aku kurang suka ff yang menggunakan tulisan tidak baku. Tapi untuk cerita ini, pengecualian hahahaha. Aku SUKA SEKALIII. Terimakasih sudah membuat cerita yang keren, menarik, membuat penasaran, dan tentunya mengalir dengan indah dan menyenangkan sampai akhir cerita.
vinthisworld #3
Pengin baca ulang: "
Desirened
#4
Chapter 8: Keke, syarat ke 5-6 kek pengkaderan osis aja xD
sevenineLu #5
Jhoa Jhoa Jhoa
fukkdown #6
Chapter 31: 진짜 진짜 진짜 대박이다
alexellyn #7
Chapter 31: good job for the author. kenapa aku berharap ff ini ada sequelnya ya? rate-m pula. ckck. semangat untuk buat karya2 berikutnya~
luhaena241
#8
Chapter 31: Aku telat baru tau kalau 2 chapter akhirnya udah publish kkk.
Two thumbs up u/kamu!!
Suka banget bacanya dr awal, yt pertama" ngira ini ff hahhahah ga taunya bukan, hanya ada tokohnya saja yg seperti itu.
Alurnya panjang, keren, n detail tp tentu gak ngebosenin. Imajinasi kami tinggi n daebak bgt! Bagaimana kata demi kata kamu susun sehingga membentuk kalimat" yg apik terkemas didalam ff ini~
Ah, I can't talk anymore, just "two thumbs up" for you!! (y) (y)

Keep writing n fighting ne!!^^
Oiya, ngelawaknya jg dapet, terkocok" sangat ini perut kkkk
luhaena241
#9
Chapter 29: Akhirnya ff ini publish kembali!! Senangnya~ :*
Mnieunra #10
Chapter 31: >< FFnya bagusss banget haha..
Ampe greget bacany, awalny bingung mana chaehyun mana sehun ._. Tp lamalama udh nggak kok :)
keep writing '-')9