Chapter 18

Runaway With The Bachelor

Sudah beberapa hari kedepan Sehun terus menghindari Chaehyun. Tidak ada yang tahu kenapa—bahkan Kris, yang terlihat terus mengekori mereka. Chaehyun tidak mengeluh sih, karena kalau Sehun tidak menghindarinya seperti itu, Chaehyun tidak yakin dia bisa terus diam-diam keluar masuk kamar mandi untuk—ehem—melakukan pekerjaan cewek yang sedang datang bulan.

Yang jadi masalah sekarang itu ya Cuma satu—asisten baru Sehun yang sepertinya merupakan saudara kembar dari binatang yang suka mengisap darah. Dia sepertinya tidak bisa lepas dari sisi Sehun bahkan dalam waktu sekejap saja. Bahkan pagi ini...

 

Pagi itu Sehun baru saja mandi pagi, dan Chaehyun baru bangun tidur. Mereka berdua jelas-jelas tidak bertukar sapa dan pagi itu adalah pagi ter awkward yang pernah mereka alami. Selama Sehun mengancingkan bajunya, Chaehyun dengan bosan mengganti-ganti saluran Televisi yang tidak bosan-bosannya menayangkan soal gosip-gosip remeh temeh.

Chaehyun mengerling ke arah Sehun ketika Sehun memanaskan air untuk membuat kopi di kompor listrik di dekat cermin kaca. Entahlah, tidak bicara didepan Sehun serasa seperti dosa besar, sementara dulu jika mereka berduaan saja mereka lebih memilih diam dalam dingin dan melontarkan sarkasme kepada satu sama lain. Chaehyun membuka mulut ketika pintu depan diketuk.

“Siapa?” tanya Sehun.

“Aku, Sehun-sajangnim.”

Suara yang lembut dan sugar-coated itu terdengar merdu, tapi tidak ubahnya untuk Chaehyun mirip dengan suara kikikan nenek sihir super yang dikirim langsung oleh Hades padanya.

“Ngapain sih dia disini?” tanya Chaehyun, agak kasar.

Sehun memandangnya bingung, dan percayalah, Chaehyun lebih suka Sehun memandangnya dengan sinis daripada pandangan bingung. Hal itu membuat Chaehyun merasa kalau Sehun tidak menganggap adanya Hayoon disekitar mereka adalah hal yang aneh, dan merupakan suatu kebingungan besar jika Hayoon tidak bersama mereka—atau lebih tepatnya, Sehun sendiri.

“Dia kan sekretarisku,” kata Sehun, yang mana tidak membantu menjelaskan apapun. sebelum Chaehyun bisa menolak sebaris kalimat non-ampuh Sehun, Sehun sudah keburu membuka pintu dengan hanya memakai kemeja dan—dan handuk melingkari pinggangnya.

 

Atau yang satu ini...

 

Chaehyun menarik kopernya sendiri, ketika mereka sudah landas di airport di suatu negara yang Chaehyun saking sebalnya bahkan tidak peduli dimana mereka. Bagaimana dia tidak sebal—Sehun, yang sudah bersama-sama dengannya selama lima minggu, lebih memilih duduk dengan Hayoon dibandingkan dengan dia di dalam pesawat tadi.

“Jangan protes,” kata Sehun datar. “Pesawat ini hanya mempunyai dua tempat duduk untuk tiap orang. Bukankah kau senang kalau aku duduk ditempat lain, kau jadi bisa sendiri?”

“ini bukan masalah aku sendiri atau tidak,” geram Chaehyun. “Ini masalah antara kau, aku dan—“ Chaehyun mengerling ke arah Hayoon yang sedang memoleskan bedak sembunyi-sembunyi, “—sekretaris favoritmu itu.”

“masalah apa, aku tanya?” tanya Sehun. “Bukankah kau yang menempel seperti ikan remora padaku ditempat pertama?” tanya Sehun.

“Iya, tapi—“

“Dan kau kan yang mau aku menyembunyikanmu dari ayahmu?”

“Iya, tapi—“

“Kalau begitu jangan protes! Aku bos dan dia sekretaris, dan kau anak umur lima belas—“

“Delapan belas!”

“Terserah. Pokoknya untukku kau Cuma anak kecil yang menumpang dan menyusahkanku saja. Titik.”

 

Dan Chaehyun tidak terima dikatai sebagai anak kecil yang menumpang dan menyusahkan Sehun saja, walau dalam kenyataan Sehun benar. Kedekatan Hayoon dan Sehunlah yang membuat Chaehyun depresi, sebenarnya. Chaehyun, tanpa sadar, sudah terbiasa akan kehadiran Sehun didekatnya dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa Sehun dekat dengan orang lain—atau lebih tepatnya, wanita lain. Mungkin inilah yang dinamakan dengan rasa cemburu antar sesama wanita. Kabar baiknya, Chaehyun masih belum mengerti akan perasaan asing tersebut, sehingga dia tidak akan meledak tanpa alasan didepan Sehun dan Hayoon dan mempermalukan diri sendiri. Kabar buruknya, Chaehyun MASIH belum mengerti akan perasaan asing tersebut, sehingga dia tidak akan sadar dalam waktu dekat, kalau rasa cemburu itu mengindikasikan adanya rasa suka—atau lebih baik lagi, rasa cinta yang mendalam.

Itu, kalau Chaehyun sadar dalam waktu dekat, yang mana penulis sendiri masih sangat meragukan kapan hal itu terjadi.

Disamping kenyataan bahwa Chaehyun—bisa dibilang—tidak menyukai Hayoon, Hayoon masih memperlakukan Chaehyun dengan sopan. Yah, hanya itu yang bisa dibilang oleh Chaehyun. Chaehyun, yang sekarang sedang memainkan salju dibalkon tempat hotel mereka menginap, terlihat sangat bosan menunggu Sehun pulang ke kamar mereka. Entah kenapa mereka tidak lagi memakai salah satu penthouse milik Sehun. Mungkin karena mereka takut para pengawalnya akan datang menyeret Chaehyun tanpa ragu.

Tapi, siang itu sepertinya adalah siang yang sial untuk Chaehyun—dan Sehun serta Hayoon tentunya.

“Kita akan pergi,” kata Hayoon dengan cepat, “Ke China, mendatangi beberapa cabang hotelmu. Dan juga mndatangi beberapa gedung yang harus kau cek ulang.” Kata Hayoon kemudian menutup  tabletnya. Mereka segera memasuki pesawat dan duduk ditempat masing-masing. Seperti biasa, Sehun duduk disamping Hayoon. Chaehyun hanya mendengus dan menaruh tasnya diatas. Kemudian duduk, mencoba mengabaikan Sehun dan Chaehyun yang jelas-jelas berada didunianya sendiri.

Padahala Sehun yang waktu itu bilang kalau dia tidak suka Hayoon, pikir Chaehyun penuh dendam. Dasar penjilat ludah sendiri. Kenapa sekarang kau kelihatanya senang banget dekat-dekat cewek ini, pikir Chaehyun kecut. Sialan. Dia kenapa sih? Kenapa dia merasa sangat sebal? Huh. Mungkin seharusnya dia tidak usah memikirkan dua mahluk menyebalkan didepannya. Ya, seharusnya sekarang dia tidur saja, atau menghitung partikel air yang membentuk awan ketika mereka diatas nanti. Pikir Chaehyun pahit.

“...Mr. Chaehyun?”

Chaehyun mengangkat kepalanya dan memandang seorang waiter yang menyorongkan padanya sebuah telepon. “Telepon untukmu.”

Chaehyun mengangkat alisnya namun mengambil telepon* tersebut. Siapa?

“CHA-HYUN?”

Chaehyun melebarkan matanya. “Brigghit—“

“SSS-!-sss-NOT SO LOUD-sss-LISTEN TO-sss-ME. AK-ss-HANYA PUNYA-ssss-W-KTU SEDIKIT JADI DE-sss-GARKAN BAIK-B-sss-K—“

Chaehyun mengerutkan dahi dan kemudian mengangguk walau tahu Brigghitta tidak akan bisa melihatnya. Sinyalnya kenapa sih? Dia tidak tahu kalau ternyata service pesawat ini bisa jadi seburuk ini. “Ada apa Bree? Sinyalnya putus—“

“....sss-HA-ssss-HATI—“

Chaehyun mengerutkan dahi. “Apa? Brigghitta, halo, sinyalnya tidak bisa—“

“...PA?! TI—HYUN!...NGARKAN.. IK-BAIK!!!.....TRANSIT-sss-JUTNYA.-sssss-.....AMANAN—HATI-HATI!!!“

“Halo? HALO?” Chaehyun berseru seperti orang gila ketika telepon di ujung sana langsung terputus. This is no good, Chaehyun mendekap telepon itu di dadanya. No good at all. Apapun yang Brigghitta coba katakan pada Chaehyun, hal itu sudah apsti adalah hal yang berkaitan dengan pencobaan penangkapan Chaehyun, dan hal itu bukan hal yang bagus. “Sehun,” kata Chaehyun. “Sehun!” bentak Chaehyun. Sehun memandang keatas, sebal. “Ada apa?” tanya Sehun. “ Chef baru saja meneleponku.” Kata Chaehyun, mengetahui benar Hayoon tidak akan mengerti apa yang dia katakan. Sementara Sehun memandangnya, walau terlihat tenang dia tahu sesuatu akan terjadi. ‘Chef’ adalah nama kode dari ‘Brigghitta’, karena Brigghitta bercita-cita menjadi seorang Chef, tapi tidak kesampaian—tapi bukan itu yang harus mereka khawatirkan.

Mereka sebelumnya sudah mendiskusikan hal ini—mereka akan berbicara dalam sandi karena jika mereka terus menerus berbicara dengan biasa maka orang-orang akan curiga, dan jika mereka mencari-cari kesempatan berdua saja, hal itu lebih mencurigakan lagi.

“Ada apa?” tanya Sehun datar, seperti dia sedang membicarakan cuaca yang akhir-akhir ini berhujan dan dingin.

“Same old.” Berarti bahwa kabar buruk yang akan membuat mereka berdua tertangkap basah-banget. “Oh,” Sheun mengangguk. Kemudian mengganti topik secepatnya—well, mungkin menurut orang selain Chaehyun dan Sehun, apa yang dibicarakan oleh Chaehyun adalah cara mengganti topik biasa. “Jadi, kau mau makan apa?” Sehun bertanya. Arti dari pertanyaan ‘kau mau makan apa’ berarti bahwa ‘strateginya apa?’

“Entahlah. Tidak banyak bahan-bahan berarti.” Berarti dia tidak punya ide, dan informasi yang ia punya terlalu sedikit.

Sehun mengangguk-angguk. “Lalu apa kau mau mencari bahan-bahan lain?”

“Tidak bisa, Chef tidak memberi tahuku resepnya.”

Hayoon memandang Sehun dan Chaehyun sambil menaikkan alis dan kembali memainkan tabletnya. Diam-diam, Sehun memberi Chaehyun handphone miliknya. Chaehyun segera kembali ke tempat duduknya dan buru-buru mengetik SMS.

 

From : 010-3478290

To : 010-2389388

Subject : chef.

chef bilang akan ada bahaya lewat telepon pesawat ini, tapi teleponnya putus ketika dia hendak memberi tahuku.

 

Chaehyun menekan tombol send.

 

From : 010-2389388

To : 010-3478290

Subject : chef.

Dia bilang bahaya? Seperti apa?

 

From : 010-3478290

To : 010-2389388

Subject : How am i supposed to know?

Entahlah. Tapi dia juga bilang sesuatu seperti transit. Apa nanti kita akan transit di suatu tempat?

 

“Apa kita akan ada transit?” tanya Sehun kepada Hayoon. “Setahuku sih, tidak. ada apa?” jawab Hayoon. “Tidak.”

From : 010-2389388

To : 010-3478290

Subject : you hear it.

Kau dengar sendiri tidak ada transit sama sekali.

 

From : 010-2389388

To : 010-3478290

Subject : You hear it.

Tapi itu mustahil. chef bilang sesuatu tentang bahaya, dan transit, dan keamanan, atau apalah itu.

 

From : 010-2389388

To : 010-3478290

Subjecy : You hear it.

Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Membatalkan pesawat? Jelas tidak mungkin.

 

From : 010-2389388

To : 010-3478290

Subject : Good idea.

Mungkin saja. Ayo kita segera turun dari sini.

 

From : 010-2389388

To : 010-3478290

Subject : NO FREAKING HELL.

Apa kau gila?

 

Bahkan sebelum Chaehyun bisa mengirimkan lebih banyak SMS pada Sehun. Pramugari mendekati Chaehyun dan memintanya mematikkan handphonenya. Dengan berat hati, Chaehyun mematikan radio handphone nya, namun sebelum itu dia menghapus semua SMS yang sudah dia kirimkan ke handphone dan juga draft yang baru akan ia kirim kepada Sehun. Jadi. Apa yang harus dia lakukan? Mau turun sekarang pun percuma, sangat, sangat percuma. Menilik ke panikan Brigghitta tadi, bahaya yang mempertaruhkan masa depan Chaehyun nanti bukan joke lagi, jadi Chaehyun merasa sangat cemas sekarang. 

Chaehyun menutup mata. Oke, kau harus tenang. Freaking calm yourself. Kalau tidak, dia tidak akan bisa keluar hidup-hidup... Chaehyun menghela nafas dan menutup matanya lebih erat. Mengulang lagi percakapan singkatnya dengan Brigghitta...

“SSS-!-sss-NOT SO LOUD-sss-LISTEN TO-sss-ME. AK-ss-HANYA PUNYA-ssss-W-KTU SEDIKIT JADI DE-sss-GARKAN BAIK-B-sss-K—“

Mungkin jika diperbaiki, kata-katanya akan jadi “SSSH, NOT SO LOUD. LISTEN TO ME. AKU HANYA PUNYA WAKTU SEDIKIT JADI DENGARKAN BAIK-BAIK.”

“...PA?! TI—HYUN!...NGARKAN.. IK-BAIK!!!.....TRANSIT-sss-JUTNYA.-sssss-.....AMANAN—HATI-HATI!!!“

Bagian yang ini, menurut Chaehyun, adalah bagian yang paling sulit untuk disambung-sambungkan, karena ada begitu banyak kata-kata yang hancur lebur entah kemana. Yang bisa dia mengerti hanyalah ‘Dengarkan baik-baik, transit selanjutnya blablabla keamanan blabla hati-hati.’ Tidak banyak membantu, setelah mengetahui mereka tidak akan melewati satu transit pun.

Tapi mengingat sifat aneh Brigghitta, mungkin yang ia maksud transit bukanlah transit. Brigghitta, adalah wanita aneh yang suka memakai kata-kata yang tidak sering dia pakai sehari-hari. Misalnya, ketika dia memasak, dia akan suka sekali berteriak ‘eureka!’ walaupun tidak ada satu penemuanpun yang ia temukan ketika memasak. Brigghitta berkata, ketika dia memasak, dia sedang berusaha mencari dan menemukan rasa-rasa yang terpencar di makanan-makanan itu. dan ada satu lagi. Ketika dia sedang membersihkan sarang laba-laba, dia akan berteriak-teriak ‘Geronimo!’ kepada no one particular. Chaehyun malas bertanya kenapa Brigghitta selalu berteriak seperti itu, karena pada faktanya dia kan tidak sedang meloncat dari lembah tinggi atau papan loncat indah atau apa*. Tapi suatu hari, Brigghitta dengan sepenuh hati berkata.

“...aku berteriak geronimo, untuk mewakili laba-laba yang sedang terjun bebas di udara karena kelakuanku.

Memang aneh, tapi itulah Brigghitta, dan Chaehyun mencintainya.

Balik ke topik masalah, jika Brigghitta yang bicara, maka Transit bukanlah benar-benar transit. Mungkin ada sesuatu. Ada sesuatu yang membuat pesawat ini berhenti, misalnya.

Tapi pesawat tidak akan berhenti. Pesawatini, pesawat China-air, menurut Hayoon, berangkat pada jam 06.30, yang mana sekarang, dan mendarat pada jam 09.45. pesawat ini terbang menuju ke arah barat daya, ke arah China. Mereka tidak akan berhenti dimanapun. Chaehyun mengurut kepalanya. “Hei,” kata Chaehyun. “Apa nanti akan ada bandara yang kita lewati ketika menuju ke China?”

“Ya, bisa dibilang begitu.” Kata Hayoon tidak peduli. “Kita akan melewati satu bandara saja, tapi.”

“Bandara apa itu?”

“Bandara Incheon.” Kata Hayoon setengah tidak berbicara. Chaehyun melebarkan mata. Bandara Incheon. Apakah mungkin pesawat ini akan turun—dengan sangat tidak mungkin—dan transit di bandara Incheon tanpa ada jadwal? Apa ada kecelakaan yang diprediksi oleh Brigghitta yang akan terjadi dan membuat pesawat ini harus turun di Bandara Incheon, tempat dimana negara ayahnya berada? Apa ada sesuatu....?

Kepala Chaehyun sakit. Dia butuh tidur sejenak. Ya, dia benar-benar butuh tidur...

ketika seseorang duduk disampingnya. Dia memakai jas.

Chaehyun mengerling kesamping dan matanya membulat.

“Kau!?”

 

 

 

 

 

 

“MOVE! MOVE!”

Bandara Incheon terlihat sangat padat, tetapi mereka terlihat sangat ketakutan. “Mommy, who are them?” seorang anak kecil bule yang terlihat sangat ketakutan bertanya pada ibunya. “Ssssh, honey, don’t point at them, it’s rude.” Sang ibu yang jelas-jelas juga ketakutan hanya bisa bergetar. Tidak diragukan lagi dia juga takut pada orang-orang bermata sipit yang memakai baju army dan tulisan SWAT besar-besaran.

Sementara itu, komandan dari laskar SWAT tersebut tengah bernegosiasi dengan salah seorang pettugas divisi jaga Incheon airport.

“...Apa maksudmu, pesawat China-air akan mendarat disini?” tanya sang petugas tidak percaya.
“Sejauh yang kami tahu, pesawat China-air tidak memiliki jadwal dan tidak masuk ke dalam jadwal Bandara Incheon hari ini, ataupun besok, ataupun minggu depan!”

“Percayalah, kami punya sumber kami sendiri.” Kata sangat komandan tegas. “Kami percaya akan terjadi pembajakan di pesawat tersebut. Kami sudah hendak meringkus mereka di tempat China-air jam 06.30-09.45 hendak meluncur, tapi kami terlambat. Mereka sudah lepas landas. Kami juga sudah mempunya izin dari pemerintah untuk menghentikan China-air.” Kata komandan tersebut lagi.

“Tapi bagaimana bisa...?”

Sang komandan tidak menjawab, melainkan menyuruh anak buahnya mengambil posisi ditempat mereka seharusnya, sementara senyum yang tidak biasa muncul dibibirnya.

Bagaimana kau akan menghindari kami? Pikirnya, Lim Chaehyun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*perlu diluruskan, memang tidak boleh memakai telepon di dalam pesawat, selain karena penulis nggak tahu kapan handphone harus dimatikan ketika di dalam pesawat. Tapi menurut beberapa bacaan yang dibaca penulis, beberapa pesawat menyediakan telepon dalam keadaan darurat. Dan anggap saja kasus Brigghitta itu darurat <3333 *bilang aja kehabisan akal

*orang barat biasanya berteriak ‘Geronimo’ kalau mau terjun bebas dari lembah atau papan loncat untuk berenang. Geronimo itu nama orang indian yang terjun bebas tanpa pengaman dari suatu lembah di Amerika. <333333333

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
morinomnom
subsribers runaway with the bachelor, upvote please?

Comments

You must be logged in to comment
Wjpark #1
Maaf, aku mau nanya sebelumnya. Ini ff hasil remake atau bukan? Soalnya, dulu banget aku kayak pernah baca ff ini. Tapi ff nya make bahasa inggris dan main cast nya itu HunHan. Terimakasih, dan maaf kalau aku salah kira hehe
Eunji07 #2
Chapter 31: satu kalimat yang aku ucapkan saat membaca baris terakhir di cerita ini, "yaaah kok udah tamat"

Jujur sebenarnya aku kurang suka ff yang menggunakan tulisan tidak baku. Tapi untuk cerita ini, pengecualian hahahaha. Aku SUKA SEKALIII. Terimakasih sudah membuat cerita yang keren, menarik, membuat penasaran, dan tentunya mengalir dengan indah dan menyenangkan sampai akhir cerita.
vinthisworld #3
Pengin baca ulang: "
Desirened
#4
Chapter 8: Keke, syarat ke 5-6 kek pengkaderan osis aja xD
sevenineLu #5
Jhoa Jhoa Jhoa
fukkdown #6
Chapter 31: 진짜 진짜 진짜 대박이다
alexellyn #7
Chapter 31: good job for the author. kenapa aku berharap ff ini ada sequelnya ya? rate-m pula. ckck. semangat untuk buat karya2 berikutnya~
luhaena241
#8
Chapter 31: Aku telat baru tau kalau 2 chapter akhirnya udah publish kkk.
Two thumbs up u/kamu!!
Suka banget bacanya dr awal, yt pertama" ngira ini ff hahhahah ga taunya bukan, hanya ada tokohnya saja yg seperti itu.
Alurnya panjang, keren, n detail tp tentu gak ngebosenin. Imajinasi kami tinggi n daebak bgt! Bagaimana kata demi kata kamu susun sehingga membentuk kalimat" yg apik terkemas didalam ff ini~
Ah, I can't talk anymore, just "two thumbs up" for you!! (y) (y)

Keep writing n fighting ne!!^^
Oiya, ngelawaknya jg dapet, terkocok" sangat ini perut kkkk
luhaena241
#9
Chapter 29: Akhirnya ff ini publish kembali!! Senangnya~ :*
Mnieunra #10
Chapter 31: >< FFnya bagusss banget haha..
Ampe greget bacany, awalny bingung mana chaehyun mana sehun ._. Tp lamalama udh nggak kok :)
keep writing '-')9