Chapter 13

Runaway With The Bachelor

 

“Kau sudah bangun?”

 

Sehun mengangkat wajahnya dan melihat Chaehyun tengah duduk didepan televisi, tidak memandang ke arahnya. Yang dibawah tubuhnya sekarang adalah tempat tidur yang empuk dan nyaman, bukan jok taksi yang keras lagi. Tidak pernah dalam hidupnya dia merasa sangat senang merasakan bed VIP hotel terkenal. “Jam berapa?” tanya Sehun, suaranya serak. “Baru jam empat pagi. Kau cuma tidur dua jam.” Kata Chaehyun. “Jam berapa?” tanya Sehun lagi, suaranya lebih kasar. Chaehyun memandangnya lama dan menjawab, “Kalau yang kau tanya jam berapa kita akan mengadakan meeting, dude, meetingnya ditunda hingga besok jam tiga sore. Jadi, kau masih ada waktu untuk berjalan-jalan atau melakukan hal lain.”. Chaehyun berjalan ke samping Sehun dan membaringkan tubuh disampingnya.

 

Sehun memandang Chaehyun malas.

 

Tanpa ragu Chaehyun segera tidur disamping Sehun. Sehun hanya memandang malas ke Chaehyun. Kepalanya terlalu lelah untuk bekerja, dan diam-diam dia merasa senang dan gembira karena meeting mereka ditunda. Langit masih gelap, terlihat dari tidak adanya cahaya mentari dari sela-sela tirai. Chaehyun menenggelamkan kepalanya ke bantal, Sehun memandang ke figur yang tengah tertidur dengan cepat tenggelam pikiran dalam.

 

Sehun sudah memikirkan masak-masak soal penawaran Chaehyun tadi malam. Betapa menggiurkannya tawaran itu kalau saja hal ini tidak memiliki risiko besar. Menyembunyikan Chaehyun pasti sulit jika yang mencari adalah Kim Myunghee. Sehun memutuskan untuk menerimanya, walaupun begitu. Karena sejak dahulu dia selalu mencoba menjegal laju perkembangan perusahaan saingannya tersebut. Dan menurutnya hal ini adalah kesempatan emas untuknya. Toh, menurut perkataan Chaehyun, semua ini hanya akan terjadi setelah dua bulan. Dua bulan—lebih tepatnya empat minggu lagi—dan dia akan bebas. Memang agak sulit—setelah kejadian tadi malam—but it’s worth it for over 60 million benefits. Kadang mengambil kesempatan besar itu sama dengan menyentuh bara api yang masih sangat panas. Mata Sehun sudah hendak tertutup lagi ketika Chaehyun membalikkan wajahnya ke arah Sehun. Matanya masih tertutup, tenang.

 

Sejenak perhatian Sehun teralihkan dari banyaknya keuntungan yang akan dia peroleh jika membantu Chaehyun. Sehun baru menyadari betapa panjang bulu mata Chaehyun, dan mungil bibir serta hidungnya. Wajahnya bisa dibilang tampan, tapi juga bisa dibilang cantik. Sehun menatap rambut Chaehyun—Bed hair—yang acak-acakan, mengingatkannya pada potongan rambut Amber Liu, salah satu rekan kerja Yuyoong yang seorang tomboy. Rambutnya berwarna hitam alami dan terlihat strangely smooth. Bau shampoo hotel yang lembut tiba-tiba merasuki indra Sehun, dan Sehun bertanya-tanya kenapa dia tidak memakai shampoo yang Sehun berikan kepadanya tadi siang. Sehun mendengus, mengingat betapa konyolnya tadi siang. Mata Chaehyun yang melebar horror ternyata merupakan hiburan yang cukup berarti untuknya.

 

Beberapa helai rambut jatuh ke dahi Chaehyun, dan Sehun tiba-tiba mendapatkan dorongan untuk mengelus poni hitam tersebut kesamping. Butuh seluruh keinginan Sehun untuk menahan tangannya tetap ditempat. “Hmmm,” igau Chaehyun, dan dia berbalik memunggungi Sehun. Sehun menatap ke arah Chaehyun dan merasa sebuah senyum terlukis di bibirnya.

 

Ketika sadar apa yang ia lakukan, Sehun berhenti tersenyum dan mengerutkan dahi. Apa yang kulakukan? Brushing it aside, Sehun starts to doze off again.

 

 

~~~

 

 

“Hmph.” Chaehyun membuka mata, kepalanya terasa berat dipagi hari. Mentari pagi ia belakangi, tapi tetap saja semuanya silau. Chaehyun mengerang dan berbalik, untuk melihat kesampingnya—kosong. Oh Sehun tidak berada dimana-mana untuk ditemukan. Chaehyun menggaruk kepalanya—yang terasa sangat ringan dan segar karena keramas kemarin—dan duduk ditepi kasur. “.....Sehun?” tanya Chaehyun. Tidak ada jawaban. Chaehyun berjalan menuju kamar mandi dan menggosok gigi, mencuci muka sampai kepalanya basah, dan mengibaskannya seperti anjing kebasahan. Hari ini toh masih mempunyai jadwal kosong, jadi Chaehyun memutuskan untuk turun dan sarapan.

 

Chaehyun turun dan menuju lift. Lift tersebut mengeluarkan suara berdenting halus ketika Chaehyun sampai di destinasinya. Dengan langkah terseok ia berjalan menuju restoran hotel. Chaehyun memesan omelette panas dan segelas susu dingin. Matanya menangkap Oh Sehun, tengah asyik mengutak-atik laptopnya di tepian restoran. “Kau meninggalkanku,” tuntut Chaehyun. Sehun menaikkan matanya ke atas. “Oh.” Sehun hanya menaikkan bahu. “Kau terlihat pulas sekali.” Kata Sehun dan kembali ke laptopnya. Chaehyun hanya mendengus dan mengunyah lagi omelette yang terasa panas di kulit lidahnya. “Biarkan dingin dulu, babo.” Ejek Sehun. “Aku kelaparan.” Kata Chaehyun sebal. Sehun menaikkan bahu tidak peduli, dan kembali menghirup kopinya.

 

“....Mulai dari sekarang, kau tidak bekerja sebagai sekretarisku lagi.” Kata Sehun. Mata Chaehyun melebar horor. Jangan bilang kalau Sehun tidak menerima penawarannya kemarin? “Aku akan mempekerjakan sekretaris yang lebih unggul daripadaku. Dan sekarang kerjamu Cuma tinggal berada disampingku.” Kata Sehun. “Dia akan menyembunyikan setiap jadwalku dari orang asing, sehingga ayahmu tak akan tahu negara mana saja kita akan pergi.” Kata Sehun. Chaehyun menatap Sehun datar. Merasa ditatap, Sehun menaikkan pandang, satu alis keluar jalur. “Ada masalah? Kau mau protes?”

 

“Ti-tidak.” Kata Chaehyun. Berarti Sehun sudah setuju, pikir Chaehyun. Mengejutkan memang apa yang bisa dilakukan seperdelapan saham seorang konglomerat super kaya. “Aku hanya heran, ternyata uang memang segala-galanya.”

 

Mengerti arti dari perkataan itu, Sehun hanya memutar bolamata, tidak membantah. “Hanya orang naif yang berpikir uang itu jahat.” Kata Sehun. “Uang tidak jahat... orang yang membuat uanglah yang jahat.” Chaehyun menatap Sehun. Sehun yang tengah menatap lurus ke laptop didepannya. “Kalau uang nggak ada, maka orang jahat itu nggak bakalan ada.” Kata Chaehyun akhirnya. “Kau salah. Kalau orang yang membuat uang tak ada, maka uang tak akan ada.” Chaehyun terdiam, meresapi perkataan Sehun. Bagaimanapun ekonomi adalah bidang Sehun, Chaehyun tak bisa menolak dan memprotes perkataan Sehun sesuka Chaehyun. “Jadi kau pikir aku naif?” tanya Chaehyun lagi. Sehun mengerjapkan mata lalu menyeringai. “Untuk orang yang dikurung selama delapan belas tahun, kau nak, merupakan salah satu orang yang sangat, sangat licik yang pernah aku ketahui. Jadi tak usah khawatir apakah dunia menganggapmu naif atau tidak, karena jawabannya adalah tidak.”

 

Chaehyun tidak tahu harus merasa senang atau harus membalikkan meja karena mendengar perkataan itu. karena itu dia menyendok lagi telur berisi sayur-sayuran panas di piringnya.

 

“Tapi,” kata Sehun. “Secara fisik, Kau terlihat seperti anak laki-laki berusia lima belas tahun yang sakit-sakitan. Lihatlah, kau kurus kering walau jatah makanmu bisa melebihi lima orang dewasa sekaligus.” Sehun melambaikan tangannya ke arah tangan Chaehyun. Chaehyun menunduk menatap tangannya. Chaehyun tak bisa protes juga. Sekarang dia adalah anak laki-laki, dan tidak akan aneh jika kita bertemu seorang anak lelaki berusia lima belas tahun dengan tubuh sekering ranting pohon. Chaehyun sadar kalau sejak tadi dia bertingkah seperti anak baik yang sama sekali tidak mengerti sarkasme, jadi dia memutuskan untuk mengembalikan perkataan Sehun sekarang. “Ngaca dong. Tubuhmu itu nggak lebih besar dari papan seluncuran buat surfing pantai.” Kata Chaehyun. Sehun memandangnya tajam, sebal. Mereka lalu menghabiskan beberapa menit yang tenang, yang satu tenggelam dalam pekerjaan dan yang satu lagi tenggelam dalam kelembutan telur hangat yang gurih.

 

“Aku mau nanya.” Kata Chaehyun. Sehun diam, namun Chaehyun tahu Sehun mendengarkan. “Apa benar kau itu gay?”

 

“Benar.” kata Sehun tanpa ragu. “Sejak?” tanya Chaehyun lagi. Sehun terdiam, namun memutuskan untuk memberi tahu kebenarannya—hitung-hitung atas kebenaran pahit yang Chaehyun beberkan kemarin siang. “Sejak aku SMA kelas tiga.” Kata Sehun. “Mmm.” Chaehyun diam. Sehun mengira Chaehyun akan bertanya lagi, dan ia ternyata benar. “No offense, but, hm—berapa banyak.... laki-laki yang, uh, kau-kau tahu...?”

 

“...I Lead to the bed?” Sehun menyelesaikan perkataan Chaehyun. Chaehyun mengerjap dan menggeram, “Sebenarnya aku ingin bilang kau kencani, tapi toh artinya sama saja.” Kata Chaehyun. Sehun terdiam, menimbang-nimbang apakah ia harus memberitahu Chaehyun juga bagian itu. “Sudah tidak terhitung.” Kata Sehun kemudian. “Dengan wajah seperti ini, mana ada pria yang bisa menolakku?” Sehun menunjuk wajahnya sendiri, dan Chaehyun bisa melihat diwajah Sehun kebenaran sejati, bukan hanya kenarsisan belaka. “Aku lebih suka menjadi pihak yang mengejar, kalau kau ingin tahu.” kata Sehun lagi. Chaehyun bertanya-tanya dalam hati. Apakah itu berarti ada peran ‘perempuan’ dan peran ‘lelaki’nya? Chaehyun hanya menggelengkan kepala, know that she has no right to ask him that private question. “Sehabis ini kita akan pergi ke rumah Luhan-hyung.” Kata Sehun. “Kenapa?” Chaehyun bertanya. “Dia memaksaku menginap dirumahnya.” Kata Sehun pendek, berusaha tidak menunjukan keenganannya. “Terserah.” Kata Chaehyun. Kemudian Handphoen Sehun berbunyi.

 

“....Yuyoong?” Sehun bertanya. “..Ya. Uhm, kita akan kesana nanti sehabis aku melakukan pertemuan... hm... nanti malam. Oke. iya, dia bersamaku.” Sehun mengerling ke arah Chaehyun. “..Iya. oke. bye.” Sehun menutup handphone. “Apa katanya?” tanya Chaehyun ingin tahu. “Dia bilang apakah aku bersamamu. Aku jawab iya.” Kata Sehun. “Sejak kapan kau mengenal Yuyoong?” Tanya Sehun. “Aku tak pernah tahu dia berteman dengan orang seperti kau.” Kata Sehun . “Maksudmu apa, orang seperti aku?” Chaehyun manyun. “Kau tahu.. urakan, tak tahu malu, cara bicara berantakan...” kata Sehun. “Meanie.” Bisik Chaehyun, tapi Sehun mendengarnya dan menaikkan bahu. “Kami bertemu baru-baru ini. Dia membantuku bersembunyi dari ayahku... kind of.” Kata Chaehyun. “Ayahmu tahu akan hal itu?” tanya Sehun, tajam. Dia tidak ingin Yuyoong terlibat, Yuyoong terlalu rapuh dan dan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. “Tidak, karena sampai saat  ini tidak ada sesuatu terjadi pada Yuyoong.” Kata Chaehyun.

 

“Kau menunggu sesuatu terjadi padanya. Dasar bodoh.” Kata Sehun, marah. “Calm your , bro. Kalaupun ayahku tahu soal Yuyoong, dia sudah pasti akan melakukan sesuatu pada Yuyoong semenjak beberapa minggu lalu. Tapi hingga sekarang Yuyoong masih terdengar baik-baik saja, bukan?” tanya Chaehyun. Sehun hanya diam, kembali ke laptopnya.

 

~~~

 

“SEHUN-AAAAAAH~~~”

 

Luhan memeluk erat Sehun yang terlihat senang. Chaehyun hanya berdiri awkward di samping Sehun, memandang kedua orang yang sangat dekat ini. “Kau sangat lama, aku baru saja ingin menjemputmu.” Kata Luhan. “Hyung, kau memang menjemput kami.” Kata Sehun datar. “Aku tidak datang ke hotel kalian, Aku hanya menunggu di luar hotel kalian.” Kata Luhan dengan wajah yang bisa disamakan dengan anak anjing kebasahan. Apa benar lelaki ini berumur dua puluh tujuh tahun? Walau Chaehyun pernah bertemu dengannya, Chaehyun tidak pernah mengerti bagaimana seorang lelaki yang terlihat amat tampan saat itu bisa kelihatan sangat imut seperti ini.

 

“Jadi ini teman Yuyoong?” Luhan menatap Chaehyun dari ujung kaki hingga ujung rambut. “Bukankah kau pendamping Yuyoong di acara pernikahanku?” Luhan terlihat senang, tersenyum lebar

 

Chaehyun’s POV

 

A-apa-apaan tadi itu?

 

Maksudku, matanya.

 

Matanya berkilauan.

 

Seakan-akan kami sudah pernah bertemu… oke, kita emang pernah ketemu, itupun Cuma sekali… nggak ada yang lain. “Namaku Luhan! Aku hyung Sehun. Kau akan memanggilku hyung juga!” Luhan menarikku dalam pelukan hangat dan aku merasa merinding. Sehun menatap ekspresiku—yang mana kayak orang tolol—dan melemparkan pandangan ‘maaf’.

 

“Hayoon pergi ke rumah temannya sementara Yuyoong berada di rumah, dia sengaja makan siang mendengar kau akan datang.” Kata Luhan riang sambil menyalakan mobilnya. “Siapa namamu lagi?” Tanya Luhan padaku. Astaga… aku nggak bakal bisa cocok sama orang yang kelewat riang ini. “Namaku Chaehyun.” Kataku sedikit tidak terdengar. Sehun memandangku dan mendengus, mungkin senang melihatku speechless didepan orang asing ini. “Chaehyun? Nama yang bagus!” kata Luhan menepukkan tangannya, kelewat excited. Kalau saja Sehun bisa seperti dia…

 

Oke, jelas-jelas itu permintaan yang tidak mungkin. Kalau Sehun bisa dijadikan seperti Luhan, aku harus menunggu dunia terbalik.

 

Luhan dan Sehun berbincang. Aku tak pernah melihat Sehun seantusias ini. Maksudku, dia nggak seexcited Luhan dengan tawa yang agak sedikit melenceng dari tempatnya, tapi tetap cool, walau jelas-jelas dia terlihat senang berbincang dengan Luhan. Sesekali dia tersenyum dan menjawab dengan komentar positif… disamping betapa takutnya aku pada senyumnya yang kelewat lebar dan mata yang terlalu melengkung keatas, Aku salut terhadap Luhan-hyung karena dia bisa membuat seorang Oh-workaholic-Sehun tersenyum sebanyak itu.

 

“Kita sudah sampai,” kata Luhan. Sebuah rumah yang amat besar bergaya eropa terlihat disamping  mobil kami. Seharusnya aku tahu Luhan adalah orang kaya, mobil yang ia pakai menjemput kami pun mobil rolls Royce. “Oh iya, Sehun, aku lupa bilang… nanti malam akan ada pesta dansa di rumahku,” kata Luhan. “Sahabatku, Kevin Jenskins, meminjam halaman rumahku, katanya untung pesta kebun biasa… sebentar lagi dia akan menikah. Jadi kukira kenapa tidak?” Sehun dan aku mengerutkan dahi… yang benar saja dude. Apa dunia orang kaya selalu dipenuhi pesta, glamor, prada terbaru, dan bebungaan? Hei, jangan pandanga aku seperti itu…. Aku kan tidak pernah keluar dari kamarku, ingat? “Kenapa kau tidak bilang, Luhan-hyung?” Tanya Sehun. “Karena aku tahu kau akan kabur lagi jika tahu hal ini. Dan kuharap kau dan Chaehyun bisa ikut jam Sembilan malam nanti.” Kata Luhan tersenyum lagi dan melompat keluar dari mobil.

 

“Uh. Sori, dude, tapi apa dia memang selalu se bahagia itu?” tanyaku.

 

“Dia meang seperti itu.” Kata Sehun, memutar bola matanya. Menarik koper kami dan menyerahkannya pada butler Luhan. “Ini kamarmu, Sehun. Chaehyun, mari kuantar ke kamarmu—“ belum selesai Luhan berkata, tiba-tiba sosok Yuyoong terlihat. “Chaehyun-ah!” seru Yuyoong, dan aku tersenyum lebar melihatnya. Dia memeluk erat tubuhku. “I’ve missed you.” Dia berbisik. Aku tersenyum dan mengangguk balik padanya. “Kau sudah sampai? Apa kau capek?” Tanya Yuyoong. “Tidak juga, terima kasih pada seseorang.” Aku mengerling pada Sehun.”Sehun!” Yuyoong tersenyum dan memeluk Sehun sebentar. “Kau sudah makan siang, Yuyoong?” Tanya Luhan pada Yuyoong. “Sudah, oppa.” Kata Yuyoong tersenyum manis. “Apa nanti malam Sehun dan Chaehyun akan ikut berpesta?” Tanya Yuyoong. Aku dan Sehun sudah mau menggeleng pas Luhan memotong dan berkata, “Tentu saja mereka akan ikut! Aku tidak akan membiarkan mereka kabur dari tanggung jawab!” kata Luhan.

 

Tanggung. Jawab. Apa.

 

“Luhan-hyung, kami butuh mengerjakan tugas ku,” kata Sehun, sedikit merengek. “Oops. No. kau bisa melakukannya besok, aku janji.” Kata Luhan. “Tapi—“ Luhan memelototkan matanya yang lebar pada Sehun. Sehun terdiam dan menghela nafas. “Mana tuksedonya?”

 

Aku memandang Sehun tak percaya. “Sehun!” desisku. Like hell I wear that kind of clothes again. “Bagus!” Luhan menepukkan tangannya. “Aku… aku tak ikut.” Kataku sedikit tidak ingat. “Uh. No! kau akan ikut berpesta bersamaku dan Sehun nanti malam.” Kata Yuyoong tiba-tiba. “Tidak. Aku… aku pikir aku sakit.” Aku menelan ludah, berpura-pura ingin muntah. “Mungkin aku benar-benar sakit. Aku tidak akan ikut nanti malam, boleh kan?”

 

“Kau sakit?” Tanya Luhan khawatir. “Iya. Boleh—ueeekk—“ aku benar-benar benci berpura-pura sakit, tapi aku benar-benar tidak mau memakai tuksedo itu! Sehun memelototiku, dan diam-diam aku tertawa terbahak-bahak melihat wajah enggannya. Makanya, jadi orang itu jangan mudah diperdaya!  Aku berjalan terhuyung ke dalam kamarku, meninggalkan tiga pasang mata mengikuti kepergianku. Didalam kamarku aku menghela nafas. Baguslah. Aku bisa tidur sampai besok tanpa ada gangguan… jarang sekali aku tidur nyenyak semenjak tiga minggu yang lalu.

 

Aku melepas dasiku—yang dipaksa pakai Sehun—dengan kasar dan membuangnya di lantai. Capek sekali, pikirku, dan hal terakhir yang bisa kurasakan hanyalah kasur empuk tempat aku tidur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sorry for the short update L kinda feel so depressed now, :(((( I will do triple chapter later, promise! :DDDDD

Because I’m so gorgeous and kind hearted (narcissis much) I’ll give you teaser for future chapter~

aand i know... the title is so deceiving. *whacked

 

 

 

 

 

 

 

“Selamat datang di pesta kebun Jenskins!”

 

“Kau salah satu pelakunya? Bagaimana bisa?

 

“CANTIK SEKALI! Seperti dugaanku~”

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
morinomnom
subsribers runaway with the bachelor, upvote please?

Comments

You must be logged in to comment
Wjpark #1
Maaf, aku mau nanya sebelumnya. Ini ff hasil remake atau bukan? Soalnya, dulu banget aku kayak pernah baca ff ini. Tapi ff nya make bahasa inggris dan main cast nya itu HunHan. Terimakasih, dan maaf kalau aku salah kira hehe
Eunji07 #2
Chapter 31: satu kalimat yang aku ucapkan saat membaca baris terakhir di cerita ini, "yaaah kok udah tamat"

Jujur sebenarnya aku kurang suka ff yang menggunakan tulisan tidak baku. Tapi untuk cerita ini, pengecualian hahahaha. Aku SUKA SEKALIII. Terimakasih sudah membuat cerita yang keren, menarik, membuat penasaran, dan tentunya mengalir dengan indah dan menyenangkan sampai akhir cerita.
vinthisworld #3
Pengin baca ulang: "
Desirened
#4
Chapter 8: Keke, syarat ke 5-6 kek pengkaderan osis aja xD
sevenineLu #5
Jhoa Jhoa Jhoa
fukkdown #6
Chapter 31: 진짜 진짜 진짜 대박이다
alexellyn #7
Chapter 31: good job for the author. kenapa aku berharap ff ini ada sequelnya ya? rate-m pula. ckck. semangat untuk buat karya2 berikutnya~
luhaena241
#8
Chapter 31: Aku telat baru tau kalau 2 chapter akhirnya udah publish kkk.
Two thumbs up u/kamu!!
Suka banget bacanya dr awal, yt pertama" ngira ini ff hahhahah ga taunya bukan, hanya ada tokohnya saja yg seperti itu.
Alurnya panjang, keren, n detail tp tentu gak ngebosenin. Imajinasi kami tinggi n daebak bgt! Bagaimana kata demi kata kamu susun sehingga membentuk kalimat" yg apik terkemas didalam ff ini~
Ah, I can't talk anymore, just "two thumbs up" for you!! (y) (y)

Keep writing n fighting ne!!^^
Oiya, ngelawaknya jg dapet, terkocok" sangat ini perut kkkk
luhaena241
#9
Chapter 29: Akhirnya ff ini publish kembali!! Senangnya~ :*
Mnieunra #10
Chapter 31: >< FFnya bagusss banget haha..
Ampe greget bacany, awalny bingung mana chaehyun mana sehun ._. Tp lamalama udh nggak kok :)
keep writing '-')9