Chapter 1

Runaway With The Bachelor

 

 

“KODE MERAH. KODE MERAH. KODE MERAH.”

 

PIIIIP! PIIIP!! PIIIP!!

 

Laser merah dimana-mana—para lelaki dengan baju ala James Bond 007 berlari, alat hitam mungil yang merupakan penghubung dari satu dan yang lainnya di kuping mereka terus bergetar-getar memberikan instruksi. Hampir seluruh pengawal di rumah tersebut dikerahkan; kode merah diaktifkan; suasana tegang, sirine polisi meraung-raung dari berbagai arah. Rumah tersebut besar, sebesar kastil istana, hanya saja dengan sedikit sentuhan gaya China yang tradisionil. Ada beberapa bagian yang tetap dibiarkan seperti semula, misalnya saja atap rumah yang melengkung, dan ukiran-ukiran kayu berbentuk naga dan teratai-simbol dari keluarga Kim—disisi rumah. Para bodyguard terlihat tidak matching dengan rumah tersebut. Terlihat seorang pria tinggi yang berlari tergesa-gesa, wajah tampannya berkeringat.

 

Seluruh penjaga dikerahkan. Hampir tidak ada yang diam dirumah tersebut; kamar-kamar yang luar biasa banyak di sisir oleh para bodyguard, menyalakan seluruh kode bahaya, kemudian menyalakan sensor-pendeteksi-suhu-tubuh diseluruh koridor rumah tertentu yang tidak dapat di masuki penjaga. Para security memantau seluruh CCTV lewat ruangan CCTV, dengan cermat. Bahkan jika diibaratkan, satu ekor tikuspun tidak ada yang bisa lolos dari penjagaan mereka. “Ada apa?!” seru sang pria—yang ternyata adalah butler rumah tersebut—membuat pria yang tengah berbicara serius lewat walkie-talkie tersebut. “Dia sedang berkeliaran, mencari jalan keluar, Eunhyun.” kata sang pria walkie-talkie—seksi kepala penjagaan rumah tersebut, ketua komando security—dengan sangat tegang. “Aku takut dia akan lepas.”

 

 “Sebenarnya dia siapa?!” seru Eunchan. Hyunchan hanya tersenyum miris, memaklumi kehijauan sang butler yang memang baru dipekerjakan beberapa tahun belakangan. “Dia itu adalah rahasia terdalam dari keluarga Kim.” Kata Hyunchan datar, bolak-balik tidak menentu. “Legenda yang dianggap hanya menjadi legenda dari kastil besar ini.” Eunchan menatap Hyunchan bingung. Hyunchan melanjutkan ocehannya. “Baru sekali ini dia mencoba melarikan diri secara terang-terangan dihadapan para penjaga. Selama sepuluh tahun ini aku sendiri belum pernah melihat dia secara langsung. Hanya Tuan besar, dan seorang pelayan yang pernah bertemu dengannya.” Kata Hyunchan. “Tak kusangka, aku berhadapan secara langsung dengan sang Legenda.”

 

Eunchan terpekur sejenak. “Ternyata dia tidak dapat di remehkan,” kata Baekhyun dengan wajah sungguh-sungguh. “Tapi, walaupun dia sehebat yang kau katakan, dia tetap tidak akan melewati penjagaan rumah kita yang ketatnya seperti rumah negara korea. Penjaga dirumah kita hampir mencapai lima ratus orang, belum lagi dengan segala sensor rumit yang sengaja dipasang disetiap sudut rumah. apa sulitnya menangkap—“

 

Tiba-tiba sang butler terdiam karena walkie-talkie ketua komando bergetar.

 

“BBZZT—KETUA—KODE MERAH—BZZZT—TARGET BERHASIL MELWATI GERBANG—DIULANGI—TARGET BERHASIL MELEWATI GERBANG—BZZZT.”

 

“MWORAGO!?” jerit kedua pria tampan tersebut. “AISH! APA KERJAANMU DISANA, HAH!? MAKAN KIMCHI? MENCARI KUTU MONYET?! APAAA?!?!” seru sang ketua komando. mampuslah sudah. Dia sudah bekerja di rumah tersebut—dan tidak ada niatan pindah sedikitpun—selama sepuluh tahun terakhir. Apa jadinya jika ORANG ITU lepas. Di pasti akan dipecat. Andwae, dia akan dikubur hidup-hidup secara langsung oleh Tuan besar, baru kemudian dia dipecat secara official. “TIDAK ADA GUNANYA KAU DIGAJI!! KAU MAU MENDAPATKAN UANG DENGAN KEMAMPUAN SEPERTI ITU!? IYAA?!” bentak Hyunchan murka.

 

“Daripada kau terus mengomel, lebih baik kita segera pergi ke gerbang utama!!” seru Eunchan. Hyunchan mengangguk, berlari sekuat tenaga menuju gerbang utama—Gerbang yang biasa dipakai menyambut tamu-tamu penting, gerbang yang selalu membuat para rakyat jelata iri karena hanya orang-orang tertentu yang bisa melewati gerbang tersebut. Gerbang utama yang terletak di bagian Utara dari rumah tersebut—Gerbang Utara.

 

Hampir penuh halaman depan dari gerbang utara oleh pria berbaju hitam yang memegang pistol—pistol bius, tentu saja. Tak mungkin mereka menembak pistol berisi revolver asli kepada ‘kriminal’ yang sudah di asingkan selama bertahun-tahun dirumah ini. Siluet yang terlihat lincah tengah berdiri di depan gerbang utara—terpojok, sepertinya, karena gerbang utara sendiri setinggi lima meter. wajahnya tidak terlihat karena gelap. Perlahan-lahan Hyunchan menelan ludah dan mengambil alih kerumunan.

 

“Angkat tangan anda,” kata Hyunchan, tak yakin harus memanggilnya apa.

 

“Kami tidak akan menyakiti anda. Kuharap anda bisa bekerja sama dan kembali ke dalam rumah.” Kata Hyunchan, berhati-hati pada sang ‘Kriminal’. Salah sedikit, nyawanya bisa melayang. Senter besar yang sejak tadi dipakai untuk mencari-cari mulai mengarah ke arah siluet misterius tersebut. Sang Kriminal pun tidak terlihat panik, dia hanya berdiri dengan sikap kasual. Cahaya mulai menyinari kakinya, kemudian ke atas, para penjaga mulai berdebar-debar. Ke atas lagi—kriminal itu memakai jaket jeans berwarna biru pudar dengan t-shirt belang-belang, dan tas panggul yang terlihat tidak terlalu berat.

 

Perlahan, perlahan... Hyunchan bergetar, ketika cahayanya menyinari ke wajah sang kriminal—

 

 

 

 

Wajah yang... sangat tampan.

 

 

 

 

“Udah puas, belum, main petak umpetnya?” tanya sang Kriminal-berwajah-androgini-dengan-perkataan-kasar tersebut, malas. Sekilas, dia terlihat seperti seorang anak SMA biasa dengan wajah tampan, dan bukannya seorang Kriminal-yang-diuber-uber-oleh-keluarga-terkaya-sekorea. Sang kriminal berbalik, bersiap meninggalkan kerumunan. “Jangan bergerak!!!” Hyunchan mempersiapkan anak buahnya—hampir lengah karena shock akan tampilan sang Kriminal yang begitu malaikat—“Kalau anda bergerak, saya tidak akan segan-segan menembakkan pistol ini pada anda!!!”

 

Si Androgini itu berhenti.

 

Dia berbalik, wajahnya murka karena amarah.

 

 

Who the hell are you that so ing brave to ing command me?” tanyanya, giginya bergemeletuk. Wajah mulusnya berkerut-kerut, menahan amarah. “Forget it. I’m sick of all of you. Back off before i destroy ya’ll baby face.” Katanya.

 

 

Tidak ada yang bergerak.

 

“Huh. Jadi tidak ada yang mau mendengarkan tuan muda ini dengan baik, ya? Apa aku perlu bilang pada ayah untuk memecat kalian semua?” si Kriminal berkata sinis, memainkan jemarinya dan menggemeletukkannya dengan jari yang lain. Suara tulang beradu satu sama lain terdengar dari tangannya, mengerikan.

 

Semua terlihat waspada.

 

“Tak ada yang mau mundur?” tanyanya. “Baiklah, jika itu mau kalian. Aku akan—“

 

Tiba-tiba si Kriminal meloncat ke atas, tangannya menyentuh pertengahan gerbang dan menggunakan kekuatannya untuk mensupport gerakannya yang cukup berbahaya tersebut diudara. Dengan  cepat dia sudah berada di ujung gerbang lainnya.

 

 

 

“—aku akan kabur saja. Buh-bye, little fella!!” Tuan muda—begitu katanya—segera berlari dengan riangnya, menuju kegelapan malam.

 

 

 

Hyunchan dan Eunchan ternganga.

 

“Tu-tuan muda?” Bisik Eunchan. Hyunchan menjerit kesal, membuat semua anak buahnya ketakutan. “AAAAAAAAAARGHHHHH!!!!” seru Hyunchan. Eunchan yang merupakan sahabat terdekat sang chief  pun tidak berani mengganggunya. Pikirannya masih tenggelam dalam euforianya sendiri—Tuan muda? Setahunya tuan besar tidak mempunyai anak...

~~~

The Criminal’s POV

 

Aaah~ angin malam. Segar, dan juga... bebas.

 

Aku terus berlari, langkah kakiku secara ajaib jadi ringan banget. Tidak seperti tahun-tahun suram yang kuhabiskan dibalik jeruji besi sialan itu—atau yang diklaim sebagai sangkar emas yang dibuat Myunghee-ssi untukku. Hah. Peduli amat dengan pria tua menyebalkan itu. Dia—dengan wajah tua yang selalu terlihat memohon—sudah membelenggu jiwa bebasku.

 

Biarkan saja para penjaga itu menerka-nerka sendiri. Tuan muda? Sejak kapan kami mempunyai seorang tuan muda? Apa itu berarti Tuan muda ini disembunyikan? Apa itu berarti... haha, bajingan keparat. Tak ada yang peduli apapun perkataan mereka. Pasti akan banyak gosip tersebar besok. Yang aku butuhkan sekarang Cuma jalanan lengang, sehingga aku bisa berlari-lari sesuka hatiku. Malam yang larut pun kayaknya setuju denganku. Ia mengosongkan jalanan, hanya memberikan cahaya lampu yang kesepian serta beberapa nyamuk menyebalkan berterbangan di telingaku—dude!! Berhenti mendengung, please?!—tidak ada mahluk hidup setitik pun kecuali mahluk berdengung-dengung  pengisap darah di sekitar wajahku. Dan tentu saja diriku.

 

Perhentian selanjutnya, bandara Incheon. Aku berputar, mencari tempat persembunyian yang aman untukku. Gotchaa~ sebuah kamar mandi terlantar. Haha, aku selalu kepingin melakukan hal ini! Aku melepas topi kesayanganku, menahan poniku—yang kelihatan luar biasa keren buanget hari ini—kemudian menaruh foundation di mukaku. Selesai dengan fondation, aku beralih ke bedak, membuat mukaku terlihat lebih hitam dari biasanya. Sengaja, karena memang aku pingin terlihat menyeramkan. Aku membubuhkan bedak cokelat kehitaman ke leher dan kemudian tanganku. keren.

 

I’m ing love black people.

 

Selesai semua hal itu, aku mengeluarkan senjataku—sebuah masker khusus efek luka jahitan yang kudapat dari seseorang di black market online—iya, aku tahu kok, aku ini jenius. HAHAHAA!!!—dan  menempelkan efek khusus tersebut dimukaku. Setelah tertempel dengan sempurna, hati-hati aku membubuhi bedak di sekitarnya agar kelihatan lebih real.

 

Keren.

 

Sekarang aku kelihatan kayak... seorang preman jalanan.

 

Cukup main-mainnya. Aku harus cepat-cepat mencari seekor taksi—seekor atau sebuah, itu bukan urusanmu kawan. Jangan berani-berani mengomentari gaya bahasaku ini—yang malang untuk menjadi kunaiki ke bandara Incheon. Nah, baru saja kubicarakan, taksi langsung terbang lewat didepan mataku. Aku membuka pintu dengan kasar—tipikal orang berkulit hitam—dan berkata dengan suara yang sengaja kuserak-serak-in, “Incheon airport, Please.” Aku  bilang dalam bahasa inggris. Aksenku ku ubah jadi aksen inggris kuno, supaya nggak ada yang menangkap diriku basah-basah. Hmm. Penyamaranku udah  sempurna, kan?  Yang bisa mengenali penyamaranku Cuma tiga orang. Ibuku, Brighitta—pelayan sekaligus sahabat yang membantuku keluar dari rumah sial tersebut—dan—

 

“Penyamaran yang bagus, nak. Tapi kau masih belum bisa mengelabuiku.”

 

Sialan.

 

“Kenapa cepat sekali ketahuan olehmu?” tanyaku sebal. Supir didepanku terkekeh. Hah. Keparat sialan ini tertawa!! Coba kita lihat apakah kau bakal tertawa seenak itu habis aku menghantamkan mukanya ke jendela mobil. “Aku bergerak sendiri. Tenang saja, tidak ada pengawal yang mengikuti kita.” Kata supir tersebut. Supir KIM MYUNGHEE. KIM MYUNGHEE, si presiden dari segala kekayaan di korea. Si CEO dari perusahaan raksasa Kim, Direktur dari pembangunan ulang dan renovasi kerajaan korea, pemegang saham terbesar di perusahaan Tambang di Amerika... AKU KEPINGIN MUNTAH. Aku nggak ngerti kenapa aku nggak muntah-muntah juga karena sudah memuji kakek keparat ini setinggi langit.

 

 “Apa maumu? Menyeretku balik ke rumah induk? Silahkan saja—coba lakukan. Aku bisa kabur kedua kalinya nanti. Yang lebih parah, publik akan tahu kalau kau menyembunyikan sesuatu yang seharusnya diumbar-umbar semenjak belasan tahun yang lalu.” Kataku, kembali ke logat asalku. Sia-sia penyamaranku ini. Aku segera merobek efek khusus itu dari mukaku. Kalau aku masuk dengan dandanan begini ke bandara, yang ada aku bakal ditendang jauh-jauh oleh satpam—bahkan sebelum aku berhasil mendudukkan pantatku di salah satu bangku tunggu disana.

 

Myunghee-ssi menghela nafas, namun tetap mengendarai taksi menuju ke bandara. “Kuputuskan apa yang kau katakan benar. Umurmu sudah delapan belas tahun, kau pemberontak, dan sangat-sangat tidak dapat di didik. Aku tak bisa terus menerus menahanmu di rumah induk. Itu tidak baik untuk kesehatan jiwamu dan jiwaku.” Katanya. Aku nggak memberikan merespon. Menggosok muka yang barusan memakai efek khusus yang lengket itu merupakan perbuatan yang cukup menyiksa, Mengingat lem efek khusus yang lengket banget.

 

“Kau dengar?”

 

“Aku dengar pak tua. Lanjutkan saja ocehanmu. Toh aku tak bakal peduli.”

 

Dia menghela nafas lagi.

 

“Kita akan bermain.” Kata pria tua itu. Aku menatapnya, mulai curiga. Dia tak pernah bermain apapun denganku—terakhir kali aku bermain dengannya, dia langsung patah tulang karena katanya permainanku ‘ekstrim’. Cih. “Kita bermain petak umpet. Aku kucingnya, kau tikusnya.” Kata Myunghee-ssi. “Untuk apa?” tanyaku pada akhirnya. “Ya untuk memperjuangkan kebebasanmu. Pemenangnya berhak memutuskan apapun yang ia inginkan terhadap yang lainnya.”

 

“Lalu?”

 

“Petak umpet kita itu tidak amatiran.” Aku mencium sesuatu yang amis dari ocehannya. “Petak umpet kita memakai skala dunia. Kau boleh berlari keujung dunia manapun, dan aku akan tetap mengejarmu.”  Petak umpet skala dunia? Boleh juga. Aku sudah tak pernah bermain petak umpet lagi semenjak aku masih berumur 6 tahun. “aku tak punya pilihan lain?”

 

Myunghee-ssi menggelengkan kepala, tersenyum.

 

“aku suka yang bahaya-bahaya,” kataku dengan suara rendah.

 

“Aku tahu itu.”

 

Walaupun dia orang yang tua dan menyebalkan, terkadang dia cukup mengerti diriku.

 

“Batas wakunya dua bulan. Jika aku tidak juga menangkapmu, berarti kau menang. Kalau aku menangkapmu, maka kau akan mengikutiku kemauanku.” Kata Myunghee-ssi, dengan nada menantang.

 

THIS . I’LL TAKE THE CHALLENGE.

 

“Kapan kita mulai?” tanyaku nggak sabar.

 

“Kita mulai dari.... sekarang!!”

 

Tiba-tiba dia membelokkan taksi ke arah sebaliknya dari bandara. Sial! Dia main curang!! “HEI, KAU CURANG!!” seruku sebal. “Yang cepat yang menang.” Hell, Pria tua ini ternyata jago nge-track. Kecepatan mobilnya sekarang udah diatas rata-rata. “Sekarang apa yang akan kau lakukan, anakku? Kau akan kabur atau kalah ditanganku?” serunya mengejek. Aku tak suka diejek.

 

Tiba-tiba ide gila dikepalaku muncul.

 

“Pak tua,” kataku nyengir. “Kau tau kan kalau aku sangat suka padamu?”

 

Tiba-tiba dia memandang ke arahku, konsentrasinya buyar. “Jjinjja?!”

 

Aku tersenyum, memencet slot kunci di samping tubuhnya. “Bohong. Bye! Sampai jumpa di belahan dunia yang lain~” aku membuka pintu mobil taksi yang masih berjalan cepat. Jalanan yang seakan kabur dan udara yang menampar mukaku—membuat adrenalinku menderas cepat..

.

 

.

 

.

Dengan segenap kekuatan, aku keluar dari taksi tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

here we go with the crappy chap T.T

 

Chapter ini sepertinya agak terlalu lebay deh -_______- pasti bakalan membosankan banget untuk dibaca. ._. yg buat nge-view makasih yaaa xDDD saya kira nggak bakalan ada yang menyentuh fanfic gaje inih T_T apalagi kalo ada yg ngesubscribe trus comment, widiiihhh xDDD *kabur ke himalaya 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
morinomnom
subsribers runaway with the bachelor, upvote please?

Comments

You must be logged in to comment
Wjpark #1
Maaf, aku mau nanya sebelumnya. Ini ff hasil remake atau bukan? Soalnya, dulu banget aku kayak pernah baca ff ini. Tapi ff nya make bahasa inggris dan main cast nya itu HunHan. Terimakasih, dan maaf kalau aku salah kira hehe
Eunji07 #2
Chapter 31: satu kalimat yang aku ucapkan saat membaca baris terakhir di cerita ini, "yaaah kok udah tamat"

Jujur sebenarnya aku kurang suka ff yang menggunakan tulisan tidak baku. Tapi untuk cerita ini, pengecualian hahahaha. Aku SUKA SEKALIII. Terimakasih sudah membuat cerita yang keren, menarik, membuat penasaran, dan tentunya mengalir dengan indah dan menyenangkan sampai akhir cerita.
vinthisworld #3
Pengin baca ulang: "
Desirened
#4
Chapter 8: Keke, syarat ke 5-6 kek pengkaderan osis aja xD
sevenineLu #5
Jhoa Jhoa Jhoa
fukkdown #6
Chapter 31: 진짜 진짜 진짜 대박이다
alexellyn #7
Chapter 31: good job for the author. kenapa aku berharap ff ini ada sequelnya ya? rate-m pula. ckck. semangat untuk buat karya2 berikutnya~
luhaena241
#8
Chapter 31: Aku telat baru tau kalau 2 chapter akhirnya udah publish kkk.
Two thumbs up u/kamu!!
Suka banget bacanya dr awal, yt pertama" ngira ini ff hahhahah ga taunya bukan, hanya ada tokohnya saja yg seperti itu.
Alurnya panjang, keren, n detail tp tentu gak ngebosenin. Imajinasi kami tinggi n daebak bgt! Bagaimana kata demi kata kamu susun sehingga membentuk kalimat" yg apik terkemas didalam ff ini~
Ah, I can't talk anymore, just "two thumbs up" for you!! (y) (y)

Keep writing n fighting ne!!^^
Oiya, ngelawaknya jg dapet, terkocok" sangat ini perut kkkk
luhaena241
#9
Chapter 29: Akhirnya ff ini publish kembali!! Senangnya~ :*
Mnieunra #10
Chapter 31: >< FFnya bagusss banget haha..
Ampe greget bacany, awalny bingung mana chaehyun mana sehun ._. Tp lamalama udh nggak kok :)
keep writing '-')9