Chapter 5

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Setiap orang memiliki satu hari favorit dalam siklus mingguan mereka. Weekend, hari minggu adalah hari yang paling dinantikan oleh orang banyak karena mereka bisa beristirahat dari rutinitas sehari-hari di sebuah rumah yang sering mereka sebut sebagai istana. Pagi itu seorang pria muda menggeliat dibalik selimutnya. Pria itu sering bangun pagi, bukan karena alarm yang ia pasang. Melainkan karena hal itu sudah menjadi kebiasaannya hingga setiap hari pada jam yang sama ia akan terbangun dengan sendirinya.

Suhu kota Seoul yang kala itu masuk dalam akhir musim gugur terasa sangat dingin. Pria muda itu masih meringkuk di balik selimutnya dengan tatapan kosong, berpikir akan kemana dia saat keluar rumah nanti. Dan pilihan pria itu berakhir pada keputusan yang sama, yaitu menghabiskan waktu di perpustakaan kota untuk membaca buku sekaligus tidur di meja favoritnya. Meja paling pojok, yang jauh dari jangkauan para pengunjung lain. Tidak ada yang lebih ia sukai selain pergi seorang diri. Menyendiri, meminimaliris dirinya untuk menjalin kontak dengan orang lain adalah prioritasnya.

Amber menyibak selimutnya. Bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum keluar, dan memulai hari membosankan lainnya.

Pria muda itu kembali melangkahkan kakinya ke kamar setelah urusannya selesai. Tak berselang lama ia melihat sang Ibu keluar dari kamarnya, berjalan menuju ke kamar mandi.

Keduanya saling tak menyapa seperti kebanyakan keluarga lain yang akan mengucap selamat pagi saat mereka bertemu dengan anggota keluarga mereka di pagi hari. Acuh tak acuh, adalah hal biasa di rumah itu.


Victoria yang sedang menyantap serealnya di ruang tamu sambil melihat televisi seketika memanggil nama sang anak yang sudah terlihat rapi di pagi hari dengan tas yang menggantung di pundaknya.

"Mau kemana?"

"Perpustakaan." jawab Amber singkat, tak kalah dingin dengan nada bicara ibunya tadi.

"Setiap minggu ke perpustakaan. Memangnya apa yang kau lakukan disana, belajar atau berkencan. Makan dulu sebelum pergi."

"Aku mau belajar atau berkencan itu urusanku, kenapa Ibu ikut campur?. Jangan sok perhatian, bersikaplah seperti biasanya. Lagi pula tidak ada yang bisa kumakan di rumah. Tidak ada makanan hangat dan enak, semuanya dingin."

Jawaban dingin dan kasar Amber membuat hati Victoria sakit sekaligus malu. Ia hanya bisa menghela napas kesal melihat sang anak melenggang pergi tanpa memberikan salam terlebih dulu padanya.

Wanita itu tak bisa berbuat banyak, ia sadar anaknya bisa memiliki sikap sedingin itu karena dirinya. Namun dia bisa apa lagi, stress dan beban berat yang dipikulnya juga sudah membuatnya menjadi ibu yang dingin dan jauh dari kata baik.

Sebuah perpustakaan dengan rak-rak penuh buku dan meja di beberapa sudut ruangan nampak cukup sepi pagi itu. Ada yang sedang mencari buku sambil memperhatikan setiap buku yang tertata rapi, ada yang sedang membaca sambil berdiri disamping rak buku dan di meja, ada yang sedang mencatat, dan ada juga yang sedang tidur di meja dengan beberapa tumpukan buku di sekitar mereka.

Amber yang baru saja selesai membaca sebuah novel mulai mengistirahatkan kepalanya di atas meja. Entah kenapa ia merasa jika sedang mengaca saat membaca novel itu. Tokoh dalam novel itu adalah seseorang yang selalu menerima cemoohan, tudingan, dan hinaan orang lain dalam hidupnya. Amber berpikir haruskah ia hidup seperti tokoh itu, menerima semua dengan lapang dada dan memakai topeng berupa senyuman di wajah agar orang lain bahkan dirinya sendiri berpikir bahwa ia baik-baik saja.

"Apakah aku bisa bahagia jika seperti itu? Apakah aku boleh bahagia? Apakah kebahagiaan itu hanya ada dibalik sebuah kebohongan?" gumam Amber dengan nada selirih mungkin saat mencoba bertanya pada dirinya sendiri.

Lelah dengan pikirannya sendiri Amber pun mulai memejamkan matanya. Mencoba mengistirahatkan tubuh dan hatinya yang lelah dan sakit seorang diri di atas meja perpustakaan kesayangannya.

Pria itu terlelap, larut dalam tidur dan mimpinya. Ini adalah pertama kalinya ia bermimpi sesuatu yang berbeda. Beban pikiran yang ia miliki membuat siklus tidurnya terganggu. Ia memiliki insomnia, tidur hanya beberapa jam dalam sehari, dan ia sangat jarang bisa menikmati waktu istirahatnya itu dengan tenang. Amber sering bermimpi tengah duduk disebuah kursi taman bersama dengan seorang anak kecil yang nampak murung di sampingnya. Dalam mimpinya kali itu Amber melihat seorang wanita duduk seorang diri di sebuah kursi yang ada didekat danau dengan bunga yang bermekaran disetiap pohon yang ada disana. Merasa aneh Amber memutuskan untuk berbalik, pergi meninggalkan sosok wanita yang tak ia ketahui itu. Namun langkahnya seketika terhenti saat ia mendengar seseorang tengah memanggil namanya berkali-kali. Ia menoleh, dan mendapati suara itu datang dari wanita tadi. Wanita itu berdiri, melambaikan tangan sambil memekikkan nama Amber sementara ia sibuk memincin

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE