Chapter 28

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Jessica nampak sangat sengit ketika bersitegang dengan sang bos di ruangannya. Keinginan Jessica sudah bulat, jika tidak sekarang maka dia tidak yakin akan memiliki keberanian untuk keluar dari dunia tersebut. Alasan Jessica tidak lain hanya karena Amber, juga untuk dirinya sendiri. Dia tak ingin pemuda itu ikut dicap jelek karena dirinya, karena berpacaran dengan seorang wanita penjaja alkohol untuk para pria saat tengah malam. Dia ingin menjadi wanita yang terlihat baik, bukan hanya untuk dirinya saja, tapi juga untuk Amber.

Pria paruh baya bertubuh tambun itu masih enggan menyetujui permintaan pegawai kesayangannya. Karena jika dia pergi maka club malamnya dipastikan akan menanggung kerugian besar.

"Kau boleh pergi, asal kau bisa membayar denda karena sudah melanggar kontrak kerja."

Jessica sempat menolak, karena denda yang bosnya tetapkan itu jauh diatas ambang kenormalan.

Mau tidak mau Jessica akhirnya menyetujui permintaan bosnya. Meskipun dia harus memberikan semua hartanya, apapun yang terjadi dia harus bisa keluar dari tempat itu.

~

Kafe yang baru dibuka beberapa bulan itu terlihat ramai. Amber yang sedang tak mempunyai jadwal kuliah itu terlihat berdiri di balik meja para barista. Membantu para pegawainya merupakan hal yang biasa Amber ketika ia tak memiliki kegiatan, sama seperti sore itu.

Amber tersenyum lebar melihat pelanggan yang baru saja masuk ke dalam kafenya. Melihat Amber tersenyum lebar Jessica pun tak bisa menahan dirinya untuk ikut tersenyum juga.

"Mau pesan apa Noona cantik?" sapa Amber menggoda Jessica.

"Aku pesan dirimu."

"Berani berapa Noona memesan diriku?"

"Akan kuberikan jiwa dan ragaku agar bisa membeli dan memilikimu."

Amber tersenyum semakin lebar, dia tak bisa kembali membalas gombalan Jessica tadi.

"Duduklah, aku akan membawakan kopi Noona."

"Jangan lama-lama, aku sudah haus menahan rindu padamu." balas Jessica sebelum pergi menuju meja yang Amber tunjuk.

Amber menggelengkan kepala, menahan tawa kerasnya sambil meracik minuman karena gombalan garing Jessica tadi berhasil membuat dirinya geli.

"Pacar bos?" bisik seorang pegawai pria yang saat itu berdiri diaamping Amber.

"Iya, cantik kan?" sombong Amber membuat pegawainya itu merasa geli karena sang bos dan pacarnya itu terlihat seperti seorang remaja yang sedang kasmaran.

Jessica melahap semua makanan yang Amber bawa seperti seseorang yang sudah lama tak bertemu dengan makanan. Dia beberapa kali menawari Amber untuk membuka mulutnya dan makan. Namun Amber menggeleng, melihat Jessica makan dengan lahap membuat perutnya menjadi kenyang.

"Kafemu cukup ramai, uangmu pasti banyak."

"Oh, cukup banyak untuk membelikan Noona makanan yang lebih banyak dari ini."

"Kau mau menanggung biaya makanku? Tapi makanku banyak."

"Tentu saja. Aku akan menanggung semua biaya makan Noona, kalau mau biaya hidup Noona juga."

"Cih~ Sombong." gemas Jessica kembali menyantap rotinya.

Amber heran, kemana perginya semua makanan itu. Bagaimana bisa tubuh sekecil, mungil dan kurus itu mampu menampung semua makanan yang ia bawa tadi.

"Sebanyak itukah uangmu sampai kau tidak membutuhkan dompet?" tanya Jessica santai.

Amber sempat bingung bagaimana dompet yang sudah tiga minggu ini tak ia pegang itu bisa berada ditangan Jessica. Namun, sesaat kemudian dia tersenyum tipis. Mungkin Jessica sudah tahu jika malam itu ia yang mengantarnya pulang. Dan saat itu juga ia sadar jika rencananya menjadi seorang pehlawan yang tak diketahui identitasnya pun gagal.

"Sesayang itukah kau padaku sampai menjadi stalker, bahkan saat kau marah padaku?"

"Aku tidak menguntitmu. Aku tidak sengaja melihatmu sempoyongan dijalan. Bagaimana bisa seorang wanita mabuk di luar sendirian seperti itu? Tengah malam pula?! Aissshh~!"

"Aku minum karena kau! Dasar."

"Ah, begitu ya. Maaf, maaf." balas Amber dengan nada bercandanya.

"Terima kasih. Sudah mau mengantarku pulang meskipun saat itu kau mungkin tidak ingin bertemu denganku."

"Noona, "

"Hem?"

"Berhentilah mengingatkan diriku pada hal memalukan itu."

Jessica tersenyum, dia mencubit kedua pipi Amber dan menggoda pria itu kalau dia memang seperti anak kecil yang masih sangat mudah berganti suasana hati dan sering uring-uringan tak jelas.

Saat mereka sedang asik mengobrol, dering ponsel Amber pun berhasil mengalihkan perhatian mereka. Amber mencoba menyembunyikan ponselnya yang berdering itu saat sadar jika Irene lah orang yang menghubunginya. Dia bahkan berbohong pada Jessica saat ia bertanya tentang orang yang menelfonnya.

"Spam, orang iseng. Tidak penting."

"Berani sekali kau berbohong padaku. Ah, sebenarnya aku tidak ingin membahasnya. Tapi berhubung kau seperti ini maka aku tidak punya pilihan selain membahasnya."

Amber terlihat bingung dengan ucapan Jessica. Namun, sesaat kemudian ia merasa malu saat Jessica menyinggung tentang kedekatannya dengan Irene.

"Kapan Noona ke kampus?"

"Tidak penting. Tapi, dilihat dari tawamu. Sepertinya kau bahagia dengannya.

"Noona bicara apa?! Aku hanya menganggapnya sebagai teman."

"Memangnya ada orang yang akan tulus berteman dengan mantan pacarnya? Aku memang bodoh dan tidak sepintar dia, tapi aku tidak sebodoh itu."

"Arrasso, mian. Aku tidak akan main rahasia lagi. Noona itu tidak bodoh, jangan bicara seperti itu lagi. Isshhh. Noona ingin aku bagaimana? Menjauhinya? Apapun yang Noona suruh akan kulakukan."

"Aku tidak menyuruhmu begitu. Aku tidak akan melarangmu berteman dengan siapapun. Tapi aku ingin kau ingat, disini ada orang yang selalu menunggu dan khawatir padamu. Jadi jangan terlalu banyak main dengan wanita lain, jangan melewati batas."

Amber tersenyum senang mendengar Jessica yang seakan cemburu padanya. Amber berpikir betapa beruntungnya dia bisa mendapat seseorang yang tak pernah menuntut dan mengekangnya seperti yang Jessica lakukan. Mungkin populasi orang seperi itu adalah 1 banding 10 di dunia ini.

"Tapi Noona."

"Apa?"

"Kenapa Noona ke kampusku? Noona menemui si dahi lebar itu lagi ya?"

"Dahi lebar??"

"Aku super pecemburu dan tidak seperti Noona. Jadi jangan temui dia lagi."

Jessica tertawa dengan keras, ia kemudian mengusap lembut kepala Amber sambil mengangguk setuju dengan aegyonya.

~

Irene berkali-kali memaksa Amber untuk ikut makan malam setelah mereka keluar dari gedung bioskop tempat mereka nonton. Namun, Amber enggan dan menyuruh Key untuk pergi menemaninya. Lelah mengatakan tidak pada desakan kedua orang itu akhirnya Amber pun ikut agar keduanya diam.

Sesaat setelah masuk ke dalam restoran mata Amber tertuju pada meja yang berada di dekat pintu masuk. Dia menyuruh Irene dan Key pergi terlebih dahulu, mencari tempat dan memesan makanan untuk kemudian pergi menuju meja yang sedang diduduki Taeyeon dan Jessica. Raut wajah keduanya nampak serius, tapi Amber yang tidak peka itu tetap mendekat dan menyapa keduanya.

"Uang untuk apa?"

Pertanyaan Amber berhasil membuat keduanya terkejut dan membisu. Tanpa perintah Amber langsung duduk disamping Jessica yang sedang menenangkan jantungnya karena terkejut dengan kehadiran tak terduga Amber.

"Kenapa kau bisa disini?"

"Hatiku yang menuntunku kesini."

Taeyeon segera mengangkat tangan dan memukul kepala Amber setelah mendengar gombalannya pada Jessica.

"Yah, pergi. Enyah!"

"Hyung tidak memiliki hak mengaturku. Hanya Noonaku

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE