Chapter 31

With You
Please Subscribe to read the full chapter

 

Udara di desa yang terletak di perbukitan itu terasa semakin dingin sore itu. Kedua anak manusia yang baru saja bermain air di sebuah sungai di desa itu nampak sibuk mengelap baju mereka yang basah kuyup dengan sebuah handuk kecil yang ada di dalam mobil.

Tawa kecil tak kunjung hilang di wajah keduanya, meskipun dingin mulai menusuk ke dalam kulit. Merasa cukup, Jessica pun menyerahkan handuk itu kepada Amber.

"Lihatlah hasil dari perbuatanmu." gerutu Jessica meskipun sebenarnya dia senang.

"Salah sendiri menyebutku bocah." timpal Amber mengelap wajahnya kemudian mencoba mengeringkan rambut panjang Jessica yang masih basah karena jika dibiarkan dia bisa demam.

Jessica menurunkan kedua ujung bibirnya. Seakan tak setuju dengan ucapan Amber. Kesal melihat ekspresi tadi Amber pun dengan sengaja mengacak-acak rambut Jessica hingga ia memekik tak terima. Keduanya kembali bertarung sengit di dalam mobil hingga tangan Amber tak sengaja mengenai kemeja putih Jessica hingga menampakkan beberapa kulit mulus pada bagian atas tubuhnya. Pipi keduanya memerah karena malu. Mereka diam karena kejadian tak terduga itu.

Amber mengumpat dirinya sendiri karena kali ini dia tak bisa mengontrol mata dan jantungnya. Padahal sebelumnya dia sudah berhasil mengendalikan diri untuk tidak terbawa suasana karena kemeja putih Jessica yang basah itu berhasil menampakkan sesuatu yang seharusnya tak tampak.

Amber sudah sering melihat Jessica mengenakan baju minim, tapi entah kenapa saat itu Jessica terlihat lebih dibanding biasanya. Begitu juga dengan Jessica, dia sudah puluhan bahkan ratusan kali mengenakan pakaian yang lebih terbuka dibanding saat itu, tapi entah mengapa tiba-tiba ia merasa malu kepada Amber.

Tak ada permintaan maaf, atau basa basi dari Amber. Telapak tangannya yang lebar itu entah sejak kapan sudah menempel pada pipi Jessica yang terasa dingin. Amber mendekat, mencium bibir merah muda yang selalu berhasil membuatnya berdesir ketika menyentuhnya.

Jessica masih diam, tapi ia tak berkutik ketika Amber mulai melancarkan aksi yang berhasil membuat benteng pertahanannya hancur. Kedua anak manusia itu saling membalas, memberikan kehangatan di tengah kedinginan mereka sore itu. Namun, kegiatan keduanya segera terhenti ketika mendengar suara benturan keras yang berasal dari belakang mobil. Keduanya terkejut bukan main, mereka melihat keseliling tapi tak ada siapapun.

Tak menunggu lama Amber langsung beranjak dari duduknya, keluar dari mobil untuk memastikan asal muasal suara tadi.

Amber menghela nafas kesal ketika melihat empat orang bocah dengan baju kotor mereka membungkuk dengan sebuah bola di tangan bocah paling gemuk disana.

"Kami minta maaf. Kami tidak sengaja melakukannya." teriak bocah yang memegang bola.

Amber mengangguk lemas, mengibas-ngibaskan telapak tangannya. Menyuruh agar keempat bocah itu segera pergi.

"Ada apa?" tanya Jessica setelah Amber kembali duduk di kursi sopir.

"Sudahlah, jangan tanya." acuh Amber kemudian mulai menyalakan menyalakan mesin mobil.

Jessica yang sebelumnya sempat mengintip keluar dan melihat interaksi Amber dengan keempat bocah tadi tersenyum tipis. Dia sadar Amber sedang kesal. Moodnya menjadi buruk karena kembali gagal melancarkan keinginannya. Sama seperti saat ia mencela dan menghentikan aksi pemuda itu saat ia mentraktir Amber dan menghabiskan waktu di tempat karaoke bersama.

Setelah puas mendengar omelan ibu Taeyeon karena Jessica dan Amber berhasil membuat mobilnya kotor itu keduanya pun bergegas ke rumah sebelah untuk membersihkan diri.

Bukannya merasa ngeri mereka malah tertawa karena keduanya merasa seperti sedang berhadapan dengan Taeyeon yang sedang marah.

"Sekarang aku tahu dari mana cerewetnya Taeyeon Hyung itu berasal."

"Yah, jangan keras-keras. Kau ingin mendengar ceramah panjangnya lagi?" bisik Jessica mencoba menahan tawanya.

Sudah lama Jessica tak menikmati hidupnya dengan mengacuhkan semua beban dan bertindak layaknya anak kecil. Berkat Amber, hari itu Jessica menemukan hal-hal kecil yang sempat hilang dari dalam dirinya.

Meja yang ada di ruang tengah rumah Jessica itu nampak penuh dengan beragam je is makanan ringan dan minuman bersoda. Keduanya tertawa melihat acara variety show yang sedang ditanyangkan. Melihat bagaimana menyenangkannya berada disamping Jessica membuat Amber semakin yakin dengan keinginannya selama ini. Mungkin ini adalah kesempatannya untuk bisa kabur dari buruk dan sepinya hidup yang selama ini ia jalani. Amber menatap Jessica yang sedang tertawa itu tanpa berkedip, mungkin tidak ada salahnya jika Jessica ingin bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Noona,"

Jessica menoleh tanpa menurunkan kedua ujung bibirnya.

"Kenapa?"

"Aku bosan diperlakukan tidak adil."

Jessica mengerjap, alisnya seketika mengkerut ketika mencoba mengartikan ucapan Amber.

"Siapa? Aku? Tidak adil bagaimana?"

"Bukan Noona, tapi dunia."

"Eh?"

"Aku bosan menjalani hidup yang menyedihkan. Aku juga ingin bahagia, tidak merasa kesepian setiap detik, bisa tertawa sesukaku tanpa satupun beban. Aku ingin melihat wajah Noona setiap pertama kali aku membuka mata dari tidurku, aku ingin bersandar pada Noona setelah aku melewati hari panjangku yang melelahkan. Temani aku protes pada dunia, dan temani aku mendapat semua kebahagiaan yang selama ini tak pernah kudapat."

Jessica mengerjap beberapa kali, mencoba mencerna ucapan Amber yang sebenarnya sudah ia pahami apa maksudnya. Hanya saja, ia tak menyangka jika pemuda itu akan mengatakannya pada malam itu.

"Noona mau kan?"

Dengan perlahan Jessica mengangguk tanpa mengucap sepatah katapun. Dia sangat paham dengan setiap arti dari ucapan Amber. Karena dia pun juga mengalami, merasakan hal yang sama dengannya. Kesedihan, kesendirian, dan ketidakadilan yang selama ini ia terima dari dunia tidaklah jauh berbeda dengan apa yang Amber terima.

Amber tersenyum lebar, ia tak tahu harus bagaimana mengutarakan perasaannya saat ini.

"Noona masih mau bertemu dengan ayah dan ibuku?"

"Hem~ Tapi kau tidak mau aku bertemu dengan mereka."

"Mereka bukan orang yang hangat dan menyenangkan seperti ibu Noona. Apa Noona masih ingin bertemu dengan mereka?"

"Hem~ Setidaknya aku harus meminta ijin pada mereka sebelum merebut dan membawamu kesisiku."

Amber tersenyum simpul mendengar jawaban sekaligus rayuan Jessica.

"Arasso, sepulang dari sini kita temui mereka. Tapi Noona harus janji bisa tahan banting."

"Kurang tahan banting apa aku selama ini? Tenang saja, aku bukan wanita lemah yang baperan."

Amber tertawa dengan keras. Lelucon Jessica mampu membuatnya terpingkal-pingkal meski seharusnya dia tak tertawa seperti itu.

"Kalau begini?" Amber memajukan kepalanya, mendekati wajah Jessica hingga hampir tak ada jarak diantara mereka.

"Apa yang kau lakukan?"

"Katanya tidak baperan. Kalau begini, apa Noona tidak baper?" Amber memasang aegyo sebaik mungkin agar Jessica masuk ke dalam perangkapnya.

"Tidak, yang kau lakukan sama sekali tidak bisa mempengaruhiku. Tapi aku bisa mempengaruhimu."

Jessica membalas perlaku

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE