Chapter 16

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Mereka tidak sedang mengikuti sebuah kompetisi yang memperebutkan tiga medali. Mereka tidak sedang berdiri diantara tebing yang dapat membuat mereka bimbang antara hidup dan mati. Namun, entah mengapa jantung mereka berdetak cepat seakan sedang berlomba dalam memompa darah keseluruh tubuh hingga akhirnya akan menjadi si nomor satu, dan jiwa mereka seakan ingin terbang menuju sebuah tempat indah bernama surga yang orang percayai ada disebuah dimensi lain.

Itu bukanlah sebuah ciuman yang panjang, lembut bahkan manis. Orang menyebutnya sebagai kecupan, karena bibir mereka hanya menempel untuk sesaat. Namun, kedua anak manusia itu sama-sama menggila karena hal yang menurut orang lain biasa saja.

Amber berdiri seorang diri depan rak buku yang ada di perpustakaan sekolahnya. Bayangan tentang kejadian kemarin saat dia makan ice cream kembali muncul di kepalanya. Dia memaki jantungnya sendiri karena telah bekerja diluar kebiasaanya. Ragu, bingung, dan senang bercampur menjadi satu dalam diri pemuda itu.

"Aku sudah gila. Kenapa aku melakukannya?" gumam Amber berkali-kali yang heran dengan sesekali membenturkan kepalanya ke rak buju yang ada dihadapannya.

Di tempat lain dan diwaktu yang sama. Jessica tidur di atas kasurnya dengan perasaan yang sama dengan Amber. Dia bingung dengan hatinya sendiri. Sudah susah payah dia menepis semua kemungkinan tentang Amber baginya. Namun, kejadian kemarin semakin membuatnya yakin jika pemuda itu sudah berhasil menguasai hatinya.

"Kenapa dia melakukannya? Dia menyukaiku? Apa aku benar-benar menyukainya? Apa yang harus aku lakukan?" gurutu Jessica sambil menatap kosong langit-langit kamarnya.

Semua sudah terlihat sangat jelas bagi Amber dan Jessica. Namun, entah mengapa diri mereka membuat semua itu menjadi seakan rumit dan tak memiliki jalan keluar.

Jessica sempat kesal dengan Amber karena pemuda itu pergi begitu saja setelah menciumnya. Tidak ada salam, permintaan maaf, bahkan penjelasan tentang tindakannya itu. Jessica menggelengkan kepalanya dengan kasar, ia menepis semua isi di dalam otaknya, tentang penjelasan macam apa yang ia inginkan dari Amber.

~

Amber berdiri di depan alat pembuat kopi. Pemuda itu membaca dengan seksama deretan pesanan pelanggan di kafe tempatnya bekerja. Amber dengan cekatan menggambar sebuah pola di atas kopi espresso dengan secangkir susu di tangan kanannya. Pemuda itu nampak cukup fokus dengan pekerjaannya meskipun dirinya masih dirundung kegelisahan terlebih sudah tiga hari dia menghilang dari Jessica. Dia ragu untuk menghubungi wanita itu. Topik macam apa yang akan mengisi waktu percakapan mereka, permintaan maaf atau apa. Hal itulah yang membuat Amber urung menghubungi Jessica. Namun pada saat yang bersamaan Amber juga merindukannya.

Jessica kesal bukan main karena Amber benar-benar menghilang. Bagaimana bisa seorang pria bersikap pengecut setelah mencium wanita seperti itu. Saking kesalnya Jessica ingin melabrak Amber ke kafe. Namun, harga dirinya melarang untuk melangkah ke sana dan memilih menunggu.

"Brengsek! Bocah brengsek." gumam Jessica kesal membuat pelanggan club yang duduk disampingnya bergidik ngeri karena aura dingin yang mulai keluar dari tubuh Jessica.

Amber berjalan ditengah malam menuju sebuah halte bus untuk pulang ke rumah setelah jam kerjanya selesai. Dia menutup seluruh tubuhnya dengan pakaian bewarna hitam. Ia tak lupa menarik turun topi hitam dan kupluk yang ia pakai agar tak ada seorangpun yang dapat melihat wajahnya saat berjalan di depan sebuah bar bintang lima yang biasa ia lewati.

"Heh bocah!"

Amber segera mematung di tempatnya. Jantungnya kembali berdetak hebat mendengar suara seorang wanita yang sangat ia kenal.

Bukannya berbalik dan melihat orang yang memanggilnya, Amber malah kembali berjalan dengan langkah yang lebih cepat.

Melihat sang target tak memutar tubuhnya Jessica mulai ikut berjalan dan meraih tas ransel Amber.

"Kau tuli ya?" tanya Jessica saat berhasil berhadapan dengan Amber.

"N-noona? Ha, haha. Aku kira siapa." tanya Amber balik dengan terbata-bata.

"Aku memanggilmu. Kenapa kau jalan terus?"

"Aku tidak dengar. Maaf."

Jessica melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap tajam pada Amber. Dia menunggu. Apakah pemuda itu memiliki inisiatif untuk bicara terlebih dahulu atau haruskah dia marah dulu agar Amber mau bicara dan menjelaskannya.

"Amber, "

Kalimat Jessica terputus saat Amber tiba-tiba bicara dengan lantang. Jessica tak tahu apakah perkataan Amber memang nyata atau hanya kebohongannya saja.

"Itu kesalahan."

"Apa?"

"Maaf Noona, hari itu aku sudah bersikap tidak sopan padamu. Itu hanya sebuah kesalahan dan tak memiliki arti apapun. Jadi aku mohon, maafkan aku dan lupakan saja."

Jessica menyeringai. Dia tak tahu harus memberikan jawaban seperti apa. Hatinya serasa sakit mendengar kata kesalahan yang Amber ucapkan.

Amber merasa bingung saat Jessica pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun. Amber berpikir apakah Jessica masih marah hingga dia pergi begitu saja dengan wajah dinginnya.

~

Rasa bersalah Amber semakin menjadi mengingat wajah dingin dan datar Jessica saat kemarin mereka tak sengaja bertemu. Amber pun memutuskan untuk mampir ke club Jessica di sela pekerjaannya.

Amber mencoba menelfon Jessica, tapi hingga sekarang wanita itu tak kunjung mengangkat telfonnya. Saat Amber hendak menelfon untuk yang keempat kalinya dia melihat Jessica keluar dari club dengan seorang pria dengan pakaian yang sepertinya mahal. Hatinya mendidih ketika melihat pria itu mencium pipi Jessica, dan wanita itu nampaknya tak masalah dengan hal itu.

Dalam kekalutan yang tinggi sebuah tepukan di pundak mampu membuat Amber sadar dan menoleh pada orang yang sudah berdiri disampingnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Noona,"

Urung Amber melanjutkan kalimatnya Yoona malah kembali menimpali sambil tersenyum saat melihat Jessica tengah berdiri dengan seorang pria. Amber yang penasaran melihat Yoona seakan kenal dengan pria itu pun mulai melempar pertanyaannya.

"Mereka sudah bertemu ternyata."

"Noona kenal? Siapa dia?"

"Tyler Kwon."

~

Seharian penuh otak Amber terisi dengan cerita Yoona kemarin malam tentang sosok Tyler. Kepala dan hatinya terasa panas bukan main sampai ia tak konsentrasi dalam bekerja.

"Dia sangat menyukai Jessica. Entah sudah berapa kali ditolak, tapi dia masih saja mencoba mendekati Jessica seperti saat ini. Dia baru saja sampai di Korea dan langsung menemui Jessica, hati wanita mana yang tidak luluh. Aku rasa kali ini usaha akan berhasil."

Kata demi kata yang Yoona ucapkan terpampang dengan jelas di mata Amber hingga ia tak sadar jika air putih yang ia tuang ke gelas sampai tumpah.

"Heh, kau ingin membuat kafeku banjir?!" teriak Taeyeon Menyadarkan Amber.

"Maaf bos."

Taeyeon terus melemparkan kemarahannya pada Amber yang sedang menunduk tak berdaya. Untung kafe itu sedang sepi, kalau tidak Amber akan menanggung malu karena di marahi sang bos didepan umum.

Sumpah serapah Taeyeon hilang saat dia melihat sosok yang baru masuk ke dalam kafenya

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE