Chapter 32

With You
Please Subscribe to read the full chapter

 

Sesampainya di depan rumah, Jessica pun menyuruh Amber untuk segera pulang karena sudah malam. Namun perintah Jessica itu urung terlaksana karena Amber tidak mau dan malah ikut turun dan masuk ke dalam rumah.

"Aku tidak mau pulang." ketus Amber dengan kedua lengan yang menyilang.

Jessica menghela nafas. Dia mendekati Amber yang duduk di sofa dengan wajah cemberutnya. Dia beberapa kali membujuk Amber, tapi semua itu percuma saja.

"Noona ingin aku pulang setelah bertengkar sesengit tadi?"

"Bagaimana kalau mereka menghawatirkanmu? Aku bisa dituduh mencuri anak mereka kalau kau tidak pulang."

"Tidak akan. Ada atau tidaknya aku di rumah itu mereka akan berperilaku sama. Pokoknya aku akan tidur disini."

Jessica tak bisa berucap lagi selain membiarkan Amber yang sedang seperti batu itu untuk menginap di rumahnya. Saat Jessica berniat untuk pergi ke kamarnya Amber malah ikut berdiri dan mengikutinya.

"Mau kemana kau?" Jessica menarik baju Amber saat pemuda itu berjalan mendahuluinya.

"Tidur."

"Apa?! Tempat tidurmu disana. Jangan harap bisa masuk ke kamarku." tunjuk Jessica pada sofa yang diduduki Amber tadi.

Amber tak bisa membantah dan hanya bisa mengikuti perintah Jessica serelah melihat tatapan dingin yang berhasil membuat nyalinya menciut.

~

Hawa dingin tak kunjung pergi dari tempat itu. Amber duduk dengan perasaan super canggung karena beberapa orang yang mengelilinginya itu terus saja menatapnya tajam tak bersahabat. Amber ingin sekali bersuara, tapi sepertinya pita suaranya yang masih sangat baik itu tak bisa bekerja dengan semestinya.

Yoona adalah orang yang pertama kali memecah keheningan di kelompok itu. Meskipun ia setuju dan cenderung senang Yoona tetap saja memberikan ceramah panjangnya pada Amber agar tetap konsisten dengan perasaannya.

Berbeda dengan Yoona dan Tiffany yang cenderung kalem Sunny dan Taeyeon malah terlihat amat tak suka dengan wajah cemberut dan sorot mata tajam yang sedari tadi tak kunjung hilang.

Amber hanya bisa menunduk mendwngar sumpah serapah Taeyeon. Meski ia tahu jika itu untuk mengingatkannya agar tak macam-macam dengan Jessica tapi tinjunya masih saja secara otomatis mengepal.

"Berani selingkuh aku cincang kau."

Entah sudah keberapa kali Amber mencoba menenangkan Taeyeon jika hal semacam itu tak akan pernah ia lakukan hingga ingin sekali rasanya ia merekam suara agar setiap Taeyeon bicara maka rekaman itulah yang akan menjawabnya. Karena semua jawaban dari ucapan Taeyeon itu sama.

Diwaktu bersamaan Jessica dan Hyeoyeon yang baru saja pergi ke supermarket dan ikut dalam gerombolan yang sedang duduk di bawah rindangnya pohon taman langsung memekik. Meminta mereka agar berhenti mengintograsi Amber karena wajahnya terlihat sudah sangat pucat.

Setibanya Jessica di tempat mereka menghabiskan waktu musim panas bersama Amber langsung menggeser duduknya, bersembunyi dibalik punggung Jessica karena tak tahan dengan tatapan dingin Taeyeon.

"Taengoo, berhenti melihatnya seperti itu."

"Aku sedang berusaha melindungimu."

"Amber sudah dewasa. Berhenti memperlakukannya seperti seorang remaja yang masih puber." sahut Hyoyeon, manusia paling bijaksana disana.

"Terima kasih Noona." sela Amber merasa senang.

"Ada banyak orang yang menjadi pelindungnya. Jangan main api jika tidak ingin kami murka." sahut Tiffany membuat semua orang membuk lebar mulut mereka. Semua orang disana tahu bagaimana Tiffany sering cemburu kepada kedekatan Taeyeon dan Jessica.

"Tenang Noona, aku akan membuatnya jauh-jauh dari Taeng Hyung."

Tiffany menggangguk, mengangkat tangannya untuk mengajak Amber tos karena dia senang dengan jawaban Amber.

Taeyeon hanya menyeringai kesal. Seandainya Tiffany tidak ada dipihak Amber maka sudah dipastikan jika ia akan dihabisi.

Ketujuh orang itu pun melanjutkan piknik mereka dengan tawa dan perdebatan yang tak ada habisnya hingga merasa jika taman itu hanya milik mereka seorang.

~

Hari demi hari Amber awali dan akhiri dengan perdebatan sengit antara dirinya dengan sang ibu. Seminggu sudah Victoria menyuruh anaknya itu untuk mengurungkan niatnya untuk hidup dengan Jessica yang menurutnya tak ada baiknya sama sekali. Namun, Amber tak pernah bosan untuk mengatakan tidak dan terus saja dengan pendiriannya.

"Kau ingin jadi anak durhaka?!" teriak Victoria kesal.

"Anak durhaka? Kurang berbakti apa selama ini aku kepada ibu dan ayah? Jika ada anak durhaka apa ada istilah orang tua durhaka? Ibu tidak sadar siapa yang sudah mengacuhkan siapa?"

"Ada banyak wanita diluar sana. Pilihlah yang seusia dan setara denganmu. Dia hanya wanita lulusan SMA biasa yang punya masa lalu buruk."

"Tapi tidak ada yang sebaik dan sepintar dia. Meskipun dia hanya lulusan SMA, dia juga tak kalah pintar dengan para mahasiswi di kampus. Berhenti membuang tenaga dan akui saja hubungan kami. Tidak, mau ibu setujui atau tidak aku akan tetap bersamanya."

Profokasi Amber berhasil membuat Victoria meradang. Dia sadar jika dia bukan ibu yang baik, tapi dia juga tak rela harus memberikan anaknya kepada sembarangan orang yang tak jelas juntrungannya. Dia pun beranjak ke kamar, mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Seseorang yang menurutnya dapat membantu memisahkan Amber dengan Jessica.

~

Tak banyak yang Jessica harapkan ketika mengirim sebuah pesan kepada Amber. Dia tahu Amber sibuk, dan dia tak ingin marah seperti para remaja hanya karena pesannya tak dibalas. Tapi, siang itu entah mengapa mood Jessica memburuk hingga akhirnya ia uring-uringan sendiri karena Amber mengacuhkannya. Meskipun Amber melakukan itu bukan karena kesengajaan atau sedang jalan dan mendekati wanita lain bahkan bosan dengannya.

Amber was-was ketika pergi menuju tempat kerja Jessica. Karena sebuah pesan yang siang tadi ia terima itu baru saja ia baca karena polselnya yang mati dan ia tinggal untuk menyelesaikan tugas kampusnya.

Meskipun keraguan menyelimuti diri Amber. Dia tetap saja melajukan kendaraannya menuju tempat kerja Jessica pada malam itu. Telfon dan pesan yang Amber kirimkan tak berbuah balasan. Meskipun demikian ia masih setia menunggu Jessica di tempat biasa saat ia menjempunya.

Senyuman Amber yang lebar itu sama sekali tak dibalas oleh Jesicca yang sedang merasa kesal dan lelah. Jessica bukanlah tipe orang yang mudah marah hanya karena masalah sepele, tapi entah mengapa Amber kali ini merasa jika kekasihnya itu sedang m

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE