Chapter 15

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Sepi dan sunyi. Amber tak tahu harus bertanya atau mengeluarkan kalimat penenang bagi Jessica yang nampaknya masih belum bisa menormalkan dirinya. Tangan Jessica yang masih bergetar dengan hebat itu terus saja digenggam dengan erat oleh Amber yang duduk disebelahnya dengan berjuta pertanyaan di kepala.

Jessica belum mampu menghilangkan rasa sesak di dadanya setelah ia berhadapan dengan salah satu ketakutan terbesarnya, yaitu kegelapan di ruang tertutup. Keringat dingin terus keluar membasahi tubuh Jessica yang masih belum bisa mengontrol dirinya itu.

"Noona, kau tidak apa-apa?"

Berkali-kali Amber melemparkan pertanyaan tersebut. Namun Jessica masih tetap diam dengan pandangan kosongnya.

Berpikir jika Jessica masih merasa kaget Amber pun mulai melepaskan genggaman tangannya pada Jessica untuk mengambilkan air minum bagi wanita itu. Namun hal itu ia urungkan ketika Jessica kembali meraih tangan dan menatap matanya dengan sorot mata yang terlihat sangat ketakutan.

"Jangan pergi." gagap Jessica.

"Aku hanya akan mengambil air minum disana. Noona masih bisa melihatku dari sini. Aku tidak akan meninggalkan Noona." jelas Amber sangat halus sambil menunjuk meja panjang yang ada disamping meja kasir. Tempat biasanya ia meracik kopi dan untuk para pelanggan.

Dengan berat hati Jessica pun melepaskan tangan Amber dan membiarkan pemuda itu pergi mengambil air minum untuknya. Dada Jessica masih terasa sesak, terlebih gambaran kegelapan dan kesendirian tadi masih terpampang jelas di otaknya.

Tak ada yang bisa Amber lakukan, lebih tepatnya dia bingung. Selama hampir setengah jam dia duduk, menemani dan menenangkan Jessica. Namun semua itu tak membuahkan hasil. Hingga akhirnya ia pun nekad memutuskan untuk mengantar Jessica pulang, meski ia belum mempunyai SIM. Dengan keyakinan tinggi setelah beberapa kali diajari menyetir oleh Ayah Key, Amber pun melajukan mobil Jessica dan mengantarnya pulang agar ia beristirahat dengan nyaman.

Jessica diam dalam pikirannya. Selama perjalanan tatapannya kosong seakan sedang menerawang sesuatu, sampai tanpa ia sadari bulir demi bulir air mata pun menetes turun membasahi pipinya, karena harus mengingat kembali gambaran yang selama ini ingin ia hapus dalam kenangannya.

Setelah membopong Jessica menuju kamarnya, Amber mulai mengacak-acak sebuah laci tempat Jessica menyimpan beberapa obatnya.

"Noona, yang ini?" tanya Amber memastikan obat yang Jessica minta.

Melihat Jessica mengangguk Amber langsung mengambil air dan memberikan obat berbentuk tablet itu dengan berjuta pertanyaan yang ia coba tahan karena saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya.

Sama halnya dengan Amber yang mencoba menahan rasa penasarannya Jessica pun juga mencoba menahan tangis yang berontak ingin keluar lagi.

"Jangan pergi." lirih Jessica meraih tangan Amber yang ia kepal sedari tadi.

Kehadiran Amber sedikit banyak sebenarnya mampu meredakan sedikit kecemasan Jessica. Namun hal tersebut tak lantas membuatnya tak memerlukan obat yang selama ini ia simpan di dalam lacinya.

"Aku tidak akan pergi. Noona istirahatlah. Hem~" halus Amber membenarkan selimut Jessica agar ia tak kedinginan.

Pertanyaan demi pertanyaan semakin menumpuk di kepala Amber. Seorang Jessica yang setiap hari penuh semangat, salalu tersenyum dan lugas malam itu seketika nampak tak berdaya tanpa sebab yang pasti. Apalagi setelah melihat tumpukan obat yang baru saja ia lihat tadi.

Ditengah dilemanya Amber hanya bisa berdiam diri sambil memegang tangan Jessica yang masih bergetar. Entah karena kedinginan, atau karena rasa takutnya yang belum hilang, yang Amber tahu hanyalah ia harus tetap menemani wanita yang nampak tersiksa meski dalam tidurnya itu.

~

Kicauan burung, udara sejuk di pagi hari mampu membuat hati seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan itulah hal yang selama ini Jessica percayai tentang pagi.

Jessica membuka kedua matanya dengan berat. Efek obat yang ia minum berhasil membuatnya lebih tenang dibanding sebelumnya. Tentunya, keberadaan Amber juga mempunyai andil untuk hal itu.

Jessica berdiri, keluar dari kamarnya untuk mencari Amber yang semalam ada disampingnya. Sebenarnya tak banyak yang Jessica harapkan karena ia pikir pemuda itu sudah pulang, sampai akhirnya ia melihat Amber masih berada di rumahnya. Pemuda itu tidur meringkuk diatas sofa ruang tengah dengan kaos kaki yang menempel juga baju yang ia pakai semalam.

"Terima kasih."

Sebuah kata sederhana yang memiliki banyak arti bagi Jessica untuk Amber. Pemuda asing yang tak memiliki hubungan apapun dengannya itu berhasil membuat hatinya lebih tenang dan damai saat berada disampingnya.

Sentuhan lembut di lengan Amber mampu membuatnya terbangun dari tidur. Dia terus mendengar Jessica memanggil namanya dengan suara yang lembut dan menyejukkan. Sangat berbeda dengan nada suara yang selama ini Jessica gunakan.

"Kau tidur disini?"

Jessica tersenyum melihat tampang Amber yang masih kacau itu.

"Noona tidak apa-apa?"

Jessica menggangguk, kemudian menggeret Amber turun dari sofa itu menuju meja makan.

"Makanlah."

Jessica memberikan sepasang sumpit dan sendok kepada Amber agar dia lekas menyantap sarapan yang baru saja ia pesan dari warung langganannya.

Amber tak berani menyinggung perihal kemarin malam saat melihat senyuman itu mengembang di wajah cantik Jessica. Hari ini, adalah pertama kalinya Amber melihat dua sinar mata berbeda dari wanita itu. Saat itu pula muncul sebuah dorongan dalam hatinya untuk selalu hadir dan melindunginya.

"Kemarin, kau pasti terkejut."

Suara lirih Jessica berhasil membuat Amber mengangkat kepalanya dan terdiam beberapa saat.

"I-itu normal, semua orang juga takut kegelapan."

Jessica menyeringai, bagaimana hal itu bisa disebut normal saat dirinya sendiri tahu kalau itu bukanlah hal yang normal.

"Benar, itu normal." gumam Jessica mencoba melawan isi kepalanya.

"Noona,"

"Hem?"

"Aku ingin pergi kesuatu tempat. Jadilah supirku."

Hamparan pasir putih dan birunya air laut nampak jelas di bawah paparan sinar matahari. Jessica berlari menuju bibir pantai, meninggalkan Amber yang baru saja turun dari mobil.

"Dasar anak kecil." lirih Amber melihat Jessica yang nampak lebih semangat dibanding saat di rumah.

Amber merasa rencananya membuat hati Jessica membaik itu nampaknya cukup berhasil dengan senyum yang terukir jelas di wajahnya. Amber pun menyusul J

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE