Chapter 26

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Setelah menghabiskan waktu tiga hari di rumah Jessica akhirnya kembali pada rutinitas hariannya. Sebenarnya dia tak ingin lagi berangkat, tapi desakan dari bosnya yang gila uang itu membuatnya tak memiliki pilihan lain.

Yoona, Hyoyeon dan Sunny lega melihat Jessica berangkat kerja hari itu. Mereka langsung memberondong Jessica dengan beragam pertanyaan, tapi temannya itu hanya tersenyum tipis dan mengatakan jika semuanya baik-baik saja. Mereka sempat menghalangi keinginan Jessica untuk keluar, tapi semua tak mempan untuknya.

"Kau tahu kan pria tua itu sangat kejam. Kau tidak ingat kejadian tahun kemarin? Eunji bahkan kehilangan rumahnya karena perbuatan pria itu." sahut Yoona.

"Aku siap kehilangan rumahku, aku tidak peduli. Aku ingin keluar."

"Setelah keluar, apa yang akan kau lakukan? Mencari pekerjaan di jaman sekarang itu susah. Apalagi untuk orang-orang seperti kita." sela Hyoyeon.

"Aku akan melakukan apapun. Meskipun itu pekerjaan paruh waktu dengan gaji kecil."

"Apa karena Amber? Dia memaksamu?"

"Tidak ada yang bisa memaksaku. Ini keinginanku sendiri. Jangan larang aku, tapi dukung dan bantulah aku. Kalian temanku kan?"

Yoona, Hyoyeon dan Sunny hanya bisa menunduk dan menghela napas. Mereka tahu berurusan dengan bos mereka bukanlah hal yang mudah, terlebih mengingat karakternya yang bisa dibilang brutal dan tak tahu rasa belas kasihan terhadap orang lain.

Jessica berjalan menuju ruangan yang sudah dipesan oleh seseorang. Dia terpaksa meninggalkan Sunny karena pelanggan itu ngotot dan hanya ingin dilayani olehnya saja.

Jessica seketika murung melihat pelanggan itu. Sungmin, mantan Sunny itu akhir-akhir ini mencoba mendekatinya dengan segala cara meskipun Jessica sudah sering menolak ajakan Sungmin untuk bertemu diluar. Mungkin karena bosan dengan penolakan itu Sungmin akhirnya datang dan meminta Jessica sebagai pelayannya.

"Aku harus membayar mahal untuk bisa melihat wajah dinginmu itu. Tersenyumlah sedikit."

"Kenapa aku harus melakukannya. Apa yang kau mau?"

"Duduklah, aku haus. Tuangkan itu untukku."

Jessica tak punya pilihan lain selain melayani Sungmin. Karena itu memang tugasnya disana.

Sungmin terus saja mengeluarkan semua rayuan dan omong kosongnya pada Jessica. Namun, Jessica nampak acuh dan tak peduli dengan semua ucapan Sungmin.

"Apa yang kau harapkan dari bocah itu? Apa baiknya dia?"

"Dia seribu kali lebih baik darimu." jawab Jessica dingin.

"Sudahlah, tinggalkan saja dia. Bocah itu tidak sepenuhnya menyukaimu. Kau tidak lihat dia langsung kabur ketika mengetahui masa lalumu? Aku menerimamu apa adanya, makanya terimalah diriku."

Jessica yang sebelumnya biasa saja kini dibuat penasaran dengan ucapan Sungmin tadi. Darimana Sungmin bisa tahu akar permasalahan pertengkarannya dengan Amber ketika ia tak pernah membahas bahkan mengucap satu katapun tentang hal itu kepadanya.

Jessica naik pitam. Amarahnya semakin menjadi ketika Sungmin mengakui semua perbuatannya dan dialah dalang dibalik semua ini.

"Kau tahu kan itu semua bohong. Kenapa kau tega mengatakan hal yang tidak benar itu kepadanya?!"

"Semua tidak sepenuhnya bohong. Kau, tidak sesuci itu. Kau sendiri tahu kenapa malah melampiaskannya padaku? Aku hanya memberikan sedikit bumbu pada ceritaku, dan bocah itu menggila karena tahu aslinya dirimu."

Jessica mengepal tinjunya. Ucapan Sungmin memang benar, dan ia ingin menolak semua kebenaran itu. Perasaan jijik dan rendah seketika menguasai dirinya hingga ia tak sadar jika seluruh tubuhnya sudah bergetar dan ia harus segera meminum obatnya jika tak ingin terus menerus merasakan hal tersebut.

Amber dengan santai mengunyah roti di mulutnya saat Key tak henti-hentinya mengatai dia sebagai orang bodoh. Bagaimana bisa seorang dewasa seperti Amber yang baru saja kehilangan dompet serta seluruh isinya itu terlihat tenang dan seakan masa bodoh.

"Dasar sembrono."

"Uang masih bisa dicari. Kenapa harus pusing karena kehilangan beberapa lembar saja?"

"Apa kau sekaya itu sampai tidak peduli dengan uang?"

"Bukannya aku kaya dan tidak peduli dengan uang. Toh aku masih punya yang lain, aku tidak ingin gila akan uang. Gila uang bisa membuat manusia menjadi monster."

"Kau sedang membicarakan Sica Noona?"

"Sica? Siapa dia, aku tidak kenal."

Key menghela nafas kasar kemudian menyeruput es didepannya sebelum mengeluarkan petuahnya untuk Amber.

"Kenapa kau percaya sekali pada rumor?"

"Karena kenyataan kebanyakan itu berawal dari rumor."

"Bodoh, tidak semua rumor itu benar. Kenapa kau tidak bertanya dan mencari jawabannya sendiri?!"

Amber mengalihkan pandangannya. Ucapan Key itu benar, hanya saja dia ingin mencari aman dengan diamnya. Bodoh memang, tapi itulah pilihan Amber. Dia merasa belum siap menghadapi jika Jessica memang seperti itu, dan hal tersebut berhasil membuatnya hidup dalam lautan kebimbangan yang tak menentu.

~

Untuk melengkapi keperluan kafenya yang baru Amber tak segan untuk ikut turun tangan dan membantu Jackson. Hari itu mereka mendatangi sebuah pasar modern yang menjual semua jenis barang, mulai dari berbagai hiasan interior kafe sampai perabot keramik dan yang lain sebagainya. Dalam perjalanan pulang Amber mendapat pesan singkat dari Irene, hingga mau tidak mau dia dan Jackson harus berbalik arah untuk menemuinya.

Amber menatap Key dengan geram. Sikap sembrononya ternyata masih saja menempel dan tak mau pergi hingga dia harus rela masuk rumah sakit karena alerginya tiba-tiba kambuh.

"Aku pikir itu bubur biasa, ternyata ada campurannya kacang hijau, he."

"Dasar bodoh." kesal Amber yang sedang khawatir karena jika alergi Key itu kambuh dia harus mendapat perawatan yang serius.

"Aku tahu kau menyayangiku, tidak usah kau tunjukkan juga didepan umum." asal Key membuat Jackson dan Irene tertawa karena keduanya sama-sama bodohnya.

Setelah menjenguk Key, Amber dan Jackson menyusul Irene yang sudah pulang terlebih dahulu. Saat sampai di salah satu lorong rumah sakit Amber tidak sengaja melihat Jessica keluar dari sebuah ruangan di gedung itu. Wajahnya terlihat murung dan setia menunduk ketika berjalan menjauh dari tempat Amber berdiri.

Penasaran dengan keberadaan Jessica di rumah sakit itu Amber pun mendekati ruangan itu. Betapa terkejut dan bingungnya dia ketika membaca papan nama yang tertempel di pintu ruangan itu.

"Ruang psikiatri?" gumam Amber ragu.

Lamunan Amber buyar ketika Jackson yang sudah terlebih dahulu berjalan didepan itu berbalik dan mulai memangilnya untuk bergegas karena masih ada banyak hal yang harus mer

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE