Chapter 21

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Gedung bertingkat dengan puluhan ruangan yang berada di sebuah lahan super luas itu nampak sangat ramai. Banyak pemuda pemudi berlalu lalang dengan tas dan beberapa buku di tangan mereka. Ada yang berjalan seorang diri dan ada yang bergerombol dengan teman-teman mereka.

Universitas nomor satu di negeri Korea itu sangat padat bukan tanpa alasan. Semua calon mahasiswa baru itu datang untuk satu tujuan, yaitu untuk mencari informasi kelulusan ujian yang menjadi salah satu syarat agar bisa menjadi mahasiswa disana. Sebenarnya mereka bisa mengeceknya secara online. Namun beberapa diantara mereka memilih untuk datang langsung, sama seperti Amber yang sedang berjalan menuju papan pengumuman yang sudah dikerubungi oleh para calon mahasiswa.

Amber sebenarnya berniat melihat pengumuman itu melalui web universitas. Namun, rengekan Jessica yang ingin ikut melihatnya secara langsung membuat Amber menyerah dan mengikuti keinginan kekasihnya.

"Cepat bocah!" teriak Jessica pada Amber yang berjalan malas dibelakangnya.

"Aku bukan bocah lagi!!"

"Bagiku kau masih bocah. Jangan bawel dan cepat kemari.!"

Amber sedikit mempercepat langkahnya. Dia tidak ingin mendengar omelan Jessica yang panjang dan tak ada hentinya.

Jessica berdesakan dengan beberapa pria dan wanita di depan papan pengumuman untuk mencari nama Amber. Sementara Amber merasa masa bodoh dan hanya melihatnya dari kejauhan. Mau diterima atau tidak Amber tak terlalu memikirkannya, seandainya dia tidak diterima di SNU maka dia akan mencoba mendaftar di universitas lain.

Mata Jessica terbuka lebar saat berhasil menemukan nama Amber di kertas pengumuman itu. Dia pun segera berusaha keluar dari kerumunan itu untuk memberitahu Amber. Yang diterima kuliah Amber, tapi itu tak mengurangi rasa senang Jessica.

Melihat wajah Jessica yang sumringah membuat Amber menyimpulkan akan suatu hal, yaitu dia lolos. Dia membalas senyuman Jessica yang sedang berlari ke arahnya.

"Selamat ya calon arsitek." ucap Jessica seraya mengeratkan pelukannya pada Amber.

"Aku kan sudah bilang kalau aku akan lulus. Aku ini pintar."

"Cih, dasar."

"Kalau nanti aku sudah resmi menjadi seorang arsitek, bangunan yang akan kubangun pertama kali adalah sebuah rumah untuk Noona."

"Janji?! Awas saja kalau kau bohong."

"Pegang omonganku. Seorang pria harus memegang janjinya."

Jessica tersenyum kemudian memukul kepala Amber setelah mendengar kalimat sombongnya. Amber tidak akan marah meskipun Jessica memukulnya rarusan kali, hal itu terlihat dari tidak adanya niatan Amber untuk berhenti menyombongkan diri dan menggoda Jessica.

"Tadi aku juga melihat nama Key disana. Kalian memang seperti kembar dempet. Selalu saja bersama."

"Tentu saja dia kan belahan jiwaku."

"Dia belahan jiwamu?! Terus aku?"

"Noona itu pemilik dan teman hidupku."

Jessica merona mendengar ucapan Amber. Dia kembali memukul dan mencubit tubuh pacarnya itu hingga ada seseorang yang datang dan merusak kesenangan mereka. Jessica menoleh ke sumber suara saat ada seorang wanita mengucapkan selamat untuk Amber.

Ekspresi tak suka terpampang dengan jelas di wajah mereka, teritama Jessica. Namun, mereka berusaha sebaik mungkin agar hal itu tak terlalu nampak dengan membalas ucapan wanita tadi.

"Selamat ya, apa Key juga lolos?"

"Hem~ Kami lolos, bagaimana denganmu?"

"Aku juga. Aku tidak menyangka kalau kita akan belajar di tempat yang sama lagi. Yah, meskipun beda jurusan."

Tak ingin berurusan lebih lama Amber pun membalas singkat ucapan Irene dan berniat pergi.

"Hem, baguslah. Kalau begitu aku pergi dulu."

Amber meraih tangan Jessica yang sedari tadi diam karena tak disapa Irene. Memang terlihat sediki kasar. Namun Jessica tak ambil pusing karena dia juga tak berniat menyapa wanita itu.

Dingin dan canggung. Itulah aura yang mengelilingi Amber saat mengajak Jessica berjalan mengelilingi kampus. Sebenarnya dia tak tahu ingin pergi kemana, karena niat awalnya hanya untuk membawa Jessica menghindari Irene.

"Bagaimana dia bisa ada disini?"

Amber menoleh, melihat Jessica yang mulai bersuara.

"Dia juga calon mahasiswa disini."

"Kenapa kau tidak cerita?"

"Aku baru tahu saat tidak sengaja bertemu dengannya di depan ruang ujian. Lagipula itu tidak penting. He"

"Ah, dia mendaftar di jurusan apa?"

"Apa ya, aku dengar kedokteran."

"Oh, cukup pintar ternyata."

"Aku juga keget, dia bisa diterima di jurusan itu. Ha"

"Senang ya, punya mantan yang pintar."

Hati Amber mengkerut mendengar ucapan Jessica tadi. Meskipun terdengar seperti lelucon, tapi Amber tidak menganggapnya demikian.

Amber mencoba menenangkan Jessica dengan mengajukan beberapa tawaran, dan salah satunya adalah mengajaknya jalan-jalan. Jessica mengangguk, menyetujui akan Amber dan mereka pun berjalan menuju mobil Jessica teparkir. Dalam perjalanan menuju parkiran langkah mereka terhenti saat ada seorang pria menyapa Jessica. Hati Amber meradang melihat sosok pria yang ia kenal itu. Terlebih saat dia dengan santainya memeluk dan mencium kedua pipi Jessica tepat di depan matanya.

"Kenapa datang kemari tak mengabariku?" tanya pria itu.

"Aku hanya mampir. Setelah itu langsung pulang." jelas Jessica dengan ramahnya.

"Ada kafe di depan. Sudah lama kita tidak bertemu dan mengobrol."

"Aku ingin Tyler, tapi sepertinya tidak bisa. Akan ada yang marah." Jessica berbisik di telinga Tyler hingga Amber yang berdiri didekatnya bahkan tak bisa mendengar.

Mendengar jawaban Jessica, Tyler pun memutuskan untuk segera angkat kaki dari sana setelah memberikan salam ala kadarnya pada Amber. Mendengar Jessica memiliki seorang pacar yang lebih muda dan bisa dibilang tak sebanding dengan dirinya membuat harga diri Tyler seakan dilecehkan.

Amber yang kepalang cemburu segera memberondong Jessica dengan sindirannya. Namun, seakan tak ingin termakan oleh omongan Amber Jessica malah semakin memanas-manasi pacarnya itu.

"Katanya dia ada di Amerika. Kenapa bisa ada disini?"

"Siapa yang bilang? Dia tinggal di Korea. Oh iya, dia juga salah satu dosen disini."

"Tapi Sunny dan Yoona Noona bilang kalau dia seorang pengusaha di Amerika. Jadi mereka bohong padaku?"

"Itu benar, dia memiliki usaha dan dia akan pergi kesana dalam sebulan atau dua bulan sekali untuk mengecek usahanya itu."

"Ah,"

"Kenapa? Dia pintar kan?"

"Benar pintar, jadi kenapa Noona menolak si pintar itu?!"

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE