Chapter 2

Careful What You Wish For

“Mana Seungcheol?” Jeonghan mendudukkan dirinya di samping Joshua. Sebetulnya Jeonghan tidak perlu pura-pura bertanya seperti itu pun Joshua sudah tahu, Jeonghan sengaja menunggu sampai Seungcheol pergi sebelum masuk kembali ke kafe.

“Sudah pergi.” Ia menyodorkan sepiring kue miliknya yang tersisa separuh, bermaksud membaginya dengan Jeonghan. “Untung saja tadi kau di luar. Kalau tidak, bisa-bisa kau menghajarnya.”

“Hmph, si Cheol itu. Apa dia masih bicara soal putus dengan Jihoon?”

“Mmhmm, begitulah.” Sesendok kue manis berakhir di mulut Joshua yang mengunyahnya pelan.

Jeonghan cuma bisa menghela napas dan merutuki Seungcheol. “Jihoon sudah begitu setia ikut dengannya, dianya malah seperti itu. Dasar! Kusumpahi Jihoon menikah dengan orang lain baru tahu rasa!”

Mereka berdua makan dalam diam, lalu Joshua berkata “Jika mereka benar-benar putus atau semacamnya, kira-kira bagaimana jadinya dia, ya?” Jeonghan mengunyah habis kuenya, lalu menjawab, “Mungkin dia akan bahagia? Tapi entahlah, kurasa aku sudah terlalu sering melihat mereka berdua. Membayangkan bahwa Seungcheol sendiri tanpa Jihoon.. rasanya aneh.”

“Ya, kau benar,” Joshua menatap keluar jendela, “akan aneh sekali.”

 

Seungcheol menyalakan lampu begitu membuka pintu apartemen. Apartemen sederhana yang ditinggalinya bersama Jihoon itu tidaklah besar, namun cukup nyaman. Setidaknya tidak ada yang bocor, lagipula tempatnya bersih.

Langkah kakinya membawanya ke ruang tamu yang merangkap sebagai ruang makan. Warna netral mendominasi dinding dan perabotan, dengan pigura-pigura berbingkai hitam menghiasi satu sisi dinding.

Ia membaringkan dirinya di sofa, lengan kanan menutupi matanya. Berbagai pikiran berseliweran di otaknya. Tentang agensi, percakapannya dengan Jeonghan dan Joshua, dan Jihoon. Seungcheol tidak main-main saat ia berkata bahwa seandainya ia tidak pernah bersama Jihoon. Ia ingin Jihoon bahagia, bukannya malah bekerja keras begadang sepanjang malam membuat lagu dan bermalam di studio.

 

 “Jihoon-ah, aku ingin mendirikan sebuah agensi musik.”Jihoon yang tengah makan hampir saja tersedak. “Kau serius?”

Seungcheol mengangguk antusias. Matanya berkilat-kilat penuh semangat. Jihoon jadi tidak tega memberitahunya bahwa idenya itu mustahil. Mereka hanya dua orang anak dari keluarga biasa-biasa saja yang tinggal di kota kecil. Bisa bersekolah dan kemudian mendapat pekerjaan tetap, itulah yang diharapkan orang tua. Tidak pernah ada yang berpikir untuk mendirikan usaha sendiri, terlebih sebuah agensi. Bisa bayangkan berapa uang yang harus mereka kumpulkan?

Seungcheol masih menatap Jihoon dengan kilat semangat dan Jihoon berpikir, mungkin saja mereka bisa mewujudkannya.

 

Seungcheol tersentak bangun saat terasa getaran dan nada dering dari ponsel di sakunya. Mungkin tadi ia ketiduran karena kecapekan. Nama Hong Jisoo tertera di layar ponselnya yang masih berbunyi.

“Halo?”

“Halo, Cheol. Tadi aku lupa memberitahumu, besok pagi kita pergi ke bandara jam 9 pagi untuk mengantar Mingyu.”

“Mingyu? Memangnya dia mau ke mana?”

“Kau lupa? Dia akan ada pemotretan di Las Vegas.”

Seungcheol melirik kalender sejenak. Besok tanggal 19 Oktober. Sekelebat ingatan tentang pria tertinggi di kelompok mereka itu bercerita dengan semangat tentang tawaran kerja besar melintasi pikirannya. “Oh, ya. Maaf. Sepertinya aku memang sedang lelah sekali. Sampai-sampai aku lupa, astaga.” Kalau ada Jeonghan di sini sekarang, Seungcheol pasti sudah diomeli.

Joshua tertawa kecil, “Jangan sampai lupa datang. Kalau tidak, nanti dia kecewa.”

“Ya, aku pasti datang. Jangan khawatir.”

“Oke. Bye, Cheol!”

Percakapan itu berakhir dengan tenang. Tadinya Seungcheol pikir Joshua masih belum selesai menceramahinya dan akan melanjutkannya di telepon. Ia memutar ulang percakapannya di kafe tadi di benaknya.

“Aku serius saat mengatakannya,” ia berbicara sendiri.”Aku ingin Jihoon berbahagia. Meski dia tidak bersamaku, aku rela.”

‘Tapi apakah aku bahagia?’ batinnya.

Ia merenung sesaat. Dengan ragu, ia menjawab “Ya. Asalkan Jihoonie bahagia, aku juga bahagia.” Ada bagian dari dirinya yang mati-matian menolak pernyataan itu, namun ia mengabaikannya.

Ponselnya berdering lagi, dan Seungcheol menjawabnya tanpa melihat siapa namanya. Pembicaraannya dengan orang di seberang telepon sana terdengar serius, dan setelah sekian menit panggilan itu berakhir. Seungcheol merebahkan dirinya di sandaran sofa dan menghela napas. Masalah datang mengenai agensinya. Menurut laporan keuangan bulan lalu, mereka mengalami kerugian. Jumlahnya tidak terlalu signifikan untuk ukuran agensi menengah, tetapi tidak untuk agensinya yang bulan-bulan lalu juga mengalami hal serupa.

Kadang Seungcheol merasa ingin lari dari semua tugas-tugasnya. Ingin menutup saja perusahaan kecilnya dan kembali ke kota asalnya. Hal yang sulit dilakukan, mengingat segala macam hal yang harus diurus. Dia bukan lagi anak kecil yang bisa melakukan apapun tanpa peduli. Dia adalah seorang pria dewasa yang memiliki tanggung jawab. Lagipula, ibunya selalu mengajarinya untuk tidak lari dari masalah.

Akan kupikirkan jalan keluarnya besok, pikirnya, sekarang sebaiknya aku tidur.

 

Jihoon mengistirahatkan matanya sejenak. Terlalu lama memandangi layar komputer membuatnya sedikit pusing. Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, namun inspirasi tak kunjung muncul. Ia jadi ragu apakah waktu yang diberikan Seungcheol akan cukup untuknya membuat sebuah lagu.

Kertas-kertas penuh coretan di atas meja mengingatkan Jihoon untuk kembali bekerja. Menambahkan coretan-coretannya sendiri, Jihoon meneliti setiap detail tulisannya sambil merapikan kertas-kertas yang berantakan.

Selesai membereskan semua kertas di mejanya, mata Jihoon terpaku pada sebuah cincin yang tadi tersembunyi di balik tumpukan kertas. Cincin yang merupakan pasangan dari milik Seungcheol, dengan ukiran Ji & Cheol yang sama.

Jihoon mengambilnya dan menatapnya lama. Ia memarahi dirinya sendiri dalam hati karena telah sembarang menaruh benda yang begitu penting. Memang harganya tak seberapa, tetapi cincin ini diberikan oleh orang yang ia cintai dan telah ia anggap sebagai salah satu harta berharganya.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

19th October

Anniversary!

Bukan panggilan telepon ataupun pesan masuk, tetapi alarm kalender yang telah disetelnya. Ternyata jam sudah menunjukkan tengah malam dan hari telah berganti. Jihoon teringat tahun lalu saat Seungcheol mengadakan pesta kecil-kecilan berdua dengannya tepat di ruang studio ini.

Dengan semangat dia mengetikkan pesan singkat untuk Seungcheol lalu memakai kembali cincinnya, sebuah senyum menghiasi wajahnya. Sepertinya dia baru saja mendapat inspirasi untuk lagunya.

 

Di kamar, Seungcheol bergerak dengan gelisah dalam tidurnya. Keringat mulai membasahi wajah dan tubuhnya. Matanya terpejam namun terlihat kelopak matanya bergerak-gerak menandakan tidurnya tak tenang.

Meski dengan keadaan seperti itupun ia tidak terbangun saat ada pesan masuk untuknya. Layar ponselnya menyala sesaat, kemudian padam sama sekali.

 

 

 

 

 

 

Seungcheol terbangun karena suara alarm yang berisik. Tangannya bergerak untuk mematikannya dan kembali bergelung di balik selimut. Ia nyaris tertidur lagi, lalu matanya langsung terbuka lebar begitu mengingat ada hal penting hari ini. Dan Jeonghan dipastikan akan tidak senang dan berceramah panjang lebar jika dia sampai terlambat.

Dengan berat hati ia meninggalkan kasurnya untuk pergi mandi dan sarapan. Hari masih lumayan pagi. Daripada terburu-buru berangkat, lebih baik ia cepat bersiap-siap dan menikmati secangkir kopi dulu.

Dengan cangkir yang masih mengepulkan asap, Seungcheol berjalan santai menuju ruang tamu apartemennya. Baju tidurnya sudah diganti dengan pakaian casual yang rapi, rambutnya masih setengah basah sehabis dicuci tadi. Ia bermaksud menghabiskan kopinya sambil menonton berita pagi, tapi langkahnya terhenti di depan kumpulan foto-foto berpigura hitam di dinding ruang tamu.

Dipandanginya satu per satu foto-foto itu. Ada fotonya bersama Jeonghan dan Joshua, foto dengan tim koreografer agensinya—Soonyoung, Minghao, Junhui, dan Chan—di ruang dance, foto Seokmin dan Seungkwan yang beberapa bulan lalu masuk ke agensinya sebagai penyanyi solo. Tidak lupa juga tiga orang teman dekatnya yang dulu sempat mengajaknya untuk membentuk sebuah grup rapper, yang kemudian ikut bekerja di agensi. Vernon memang seorang rapper berbakat, Mingyu dan Wonwoo juga tidak buruk. Kemudian ia melihat foto di tengah kumpulan foto itu, foto paling besar dibandingkan foto-foto sebelumnya.

Di foto itu, mereka semua berpose di depan agensi, merayakan bergabungnya Seokmin dan Seungkwan. Dua belas orang memang terdengar banyak, tetapi setelah menghabiskan waktu bersama mereka Seungcheol merasa jumlah mereka tidaklah sebanyak itu. Sebaliknya, akan terasa janggal dan sepi meski hanya satu orang yang absen dari acara berkumpul rutin mereka.

Ia meneguk habis kopinya dan bergegas pergi setelah mencuci bersih cangkirnya. Tidak lupa ia membuang dua lembar post-it note yang ditempelnya di kulkas sebagai pengingat jadwal hari ini. Setelah memastikan semua lampu tertutup dan semua jendela terkunci, ia meninggalkan apartemen.

 

 ‘8 Agustus – rapat penting jam 9’

‘8 Agustus – pesta ultah dadakan dari teman-teman (maybe)’

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Na_Foresther
Psst! Teman-teman!
Ada 2 fic baru buatanku nih!
Jika berkenan silahkan mampir dan dicek ya, siapa tahu naksir ^^

Comments

You must be logged in to comment
24Delution
#1
Chapter 16: Hong Jisoo, Joshua Hong, Hong Josh O_O ku pikir kau penyihir, tenyata angel kkkk. Terima kasih telah mempersatukan mereka kembali, angel. Terima kasih juga buat authornim yg udah nulis dan menamatkan ini happy ending hehe :D
Ditunggu fict jicheol berikutnya ^^
24Delution
#2
Chapter 15: "Aku pulang, Jihoonie". Duh, pas baca part ini perasaan campur aduk :')
scoupstu #3
Chapter 15: EA AKHIRNYA TAMAT YEYYY~~~~~ W BISA BAYANGIN ITU DUA BERANTEM GIMANA WKWKWK EA CSC TOBAT YEY HEPI ENDING DITUNGGU FF BERIKUTNYA HEHEHEHE
sseundalkhom
#4
Chapter 16: finally!!!
makasih udah sebut nama, makasih udah buat fanfic sebagus ini yaaa
viagain
#5
Chapter 16: Angel pacaran sm angel yaa.. anaknya jadi apa deh.
Makasih fanficnyaaaa.. makasih atas semua angst, dan makasih udah nyebut nama ^^
leejihoon92
#6
Chapter 16: Dan gue betapa senangnya saat ada notif updatean dri loe... dan bener keknya gue tunggu2 dr mngu kmaren akhirnya cheol jisoo balik lagi... tapi kenapa end huuaaaaaa kenapa cepet banget endnya huhuhu... thanks ya thor jarang2 ada jcheol yg bahasa jadi gue seneng banget... jangan bosan bosan buat nulis jicheol ya thor haha.. semangat
24Delution
#7
Chapter 14: Hah, sudah ku duga pasti ada sesuatu dengan Joshua. Next chap semoga segera terbongkar kkkk~
viagain
#8
Chapter 14: Tuh kan, josh itu pasti semacam angel atau cupid deh
sseundalkhom
#9
Chapter 14: ya ambyar sudah baca ini
leejihoon92
#10
Chapter 14: Nahhh part yg gue tunggu keknya bakal nongol minggu depan .. semoga