Chapter 9

Careful What You Wish For

 

“Aku tidak bohong! Aku melihat sendiri Seungcheol-hyung mencium Jihoon-hyung di dalam studio!” Seungkwan berusaha meyakinkan yang lainnya. Hanya ada anggota mereka saja disini saat ini, minus Seungcheol, Jihoon, dan Mingyu.

Mingyu sedang ada jadwal pemotretan. Jihoon sudah berlari pulang sejak insiden ciuman tadi, sementara Seungcheol mengurung diri di ruangannya.

Jeonghan sudah menduga akan terjadi sesuatu. Ditatapnya Jisoo dengan sorot mata yang mengatakan ‘Apa kubilang?’. Jisoo menunjukkan raut wajah yang sama khawatirnya dengan Jeonghan.

“Jeonghan-hyung, bagaimana menurutmu?” Seungkwan menanyai Jeonghan.

Jeonghan terlihat berpikir sejenak. Seungkwan yang bicara panjang lebar tadi lebih kurang sudah membuat sebagian dari pendengarnya percaya. Untuk tidak memperparah keadaan, Jeonghan memberikan usul. “Sementara jangan beritahu Mingyu dulu. Nanti biar aku yang bicara dengan Jihoon.”

Yang lain hendak protes, lalu Jeonghan menambahkan “Mingyu memang orangnya polos dan tenang. Tapi tidak menjamin kalau dia sudah mengamuk akan bagaimana dia, kan? Apalagi pacarnya yang diperlakukan begini oleh temannya sendiri. Kalian mau melihat perang disini?”

“Tapi hyung, menyembunyikan hal ini juga bukan ide bagus.” Soonyoung menimpali, diikuti dengan anggukan setuju dari beberapa orang.

“Pokoknya diam saja dulu. Akan kupikirkan solusinya.” Dengan tegas jeonghan memerintahkan.

 

Jihoon terduduk di tempat tidurnya. Di pikirannya masih teringat jelas kejadian tadi. Seungcheol menciumnya. Seungcheol sahabat Mingyu, yang belakangan ini juga sudah dianggapnya teman dekat. Ia tidak tahu bagaimana harus mengatakan hal ini pada pacarnya. Jeonghan-hyung menelponnya tadi, memintanya tidak menceritakan apapun pada Mingyu agar tidak terjadi keributan. Jihoon ragu apakah ia harus menurutinya saja?

Diambilnya ponsel dan diketiknya pesan singkat untuk Mingyu.

Mingyu yang saat itu tengah dirias untuk sesi foto selanjutnya mendengar nada dering tanda pesan masuk dari ponselnya.

TofuHoonie: Gyu, sedang sibuk?

Mingyu tersenyum.

Minggoo: Ini make up-ku sedang dirapikan, hyung. Ada apa?

Jihoon ingin memberitahunya. Tangannya sudah hendak mengetikkan Tadi Seungcheol-hyung menciumku, namun buru-buru dihapusnya dan mengetikkan hal lain.

TofuHoonie: Aku merindukanmu

Minggoo: Aku juga merindukanmu, Jihoonie-hyung <3

TofuHoonie: Kau pulang jam berapa? Biar kumasakkan sesuatu.

Minggoo: Mungkin sekitar jam tujuh. Aku mau nasi omelet!

TofuHoonie: Dua hari lalu sudah kubuatkan itu untukmu. Kau tak mau coba masakanku yang lain?

Minggoo: Tidak mau! Mau nasi omelet buatan Jihoonie-hyung.

TofuHoonie: Iya, iya, aku buatkan.

Minggoo: Yay! Love you, hyung! :*

Minggoo: Oh iya, kau lebih suka emas atau perak?

TofuHoonie: Kau masih berencana membeli itu? Sudah kubilang tidak usah.

Minggoo: Aku kan mau memberi hadiah untukmu, hyung. Tidak boleh ya? T-T

TofuHoonie: Sesukamu sajalah.

Minggoo: Oke. Aku harus kembali bekerja. Bye, hyung! ^-^)/

TofuHoonie: Bye, Mingyu. ^^

Sepertinya untuk sekarang Jihoon tidak akan mengatakan apa-apa dulu.

 

Seungcheol terbaring di tempat tidurnya. Hari ini terasa berjalan begitu lambat. Sewaktu jam pulang tadi didapatinya Jun dan Wonwoo yang menatapnya dengan aneh. Sepertinya informasi dari Seungkwan sudah sampai di telinga mereka. Besok pasti akan sangat canggung sekali di kantor.

Ia tak bisa membayangkan apa saja yang akan Jeonghan lakukan padanya. Baru beberapa hari lalu ia terang-terangan berbohong pada asisten sekaligus teman dekatnya itu bahwa tidak ada apa-apa, dan sekarang hal ini terjadi.

Pikirannya kembali bekerja untuk memecahkan hal aneh mengenai Jihoon. Atau mungkinkah dirinya yang sebetulnya aneh? Semua potongan-potongan ingatan yang kadang datang padanya itu adalah miliknya, ia yakin itu. Tetapi kenapa sangat berbeda dengan ingatannya yang sekarang? Seungcheol bagai satu orang yang menjalani dua kehidupan paralel yang hampir sama, yang satu dengan dirinya yang bersama Jihoon dan yang satunya lagi dengan dirinya dan Jihoon yang merupakan milik orang lain.

Seungcheol tidak percaya dengan yang namanya sihir atau semacamnya. Tapi kalau hal seperti itu memang ada dan seandainya pun dugaannya benar, yang manakah yang kehidupan aslinya?

.

“Kau dan Jeonghan sudah melihat sendiri kan seberapa seringnya kami bertengkar? Sudah berapa kali aku membuat Jihoon sedih? Dia sudah cukup menderita waktu ke Seoul bersamaku, dan sekarangpun aku tak sanggup membuatnya bahagia! Aku.. aku..”

“Seandainya aku tak pernah mengatakan impian bodohku itu. Seandainya Jihoon tidak pernah bersamaku. Seandainya ia tak pernah mengenalku.”

.

Mata Seungcheol perlahan terbuka. Yang barusan tadi aneh. Sangat aneh. Potongan ingatan yang didapatnya selama ini berisi kenangan-kenangan indah tentang dirinya dan Jihoon. Tapi kali ini berbeda, dan terasa begitu jelas seolah baru terjadi. Ia berharap bahwa ini adalah titik terang untuk permasalahannya.

 

Keesokan harinya.

Seungcheol melamun menatap keluar jendela ruangan. Otaknya berusaha mencerna berbagai teori dan kemungkinan yang terjadi padanya. Suara ketukan pintu menyadarkannya.

“Masuk!”

Pintu terbuka dan Jihoon masuk. Tanpa menunggu Seungcheol mempersilakannya duduk, dia duluan bicara.

“Mengenai kejadian kemarin, aku ingin minta penjelasan.” Dilipatnya tangan di depan dada. Air mukanya menunjukkan bahwa ia tidak ingin berada disini. Masuk akal mengingat insiden kemarin.

“Aku hanya bisa mengatakan maaf padamu, Jihoon.” Karena aku pun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku.

“Penjelasan macam apa itu?” Jihoon mulai emosi. “Selama ini aku sudah mempercayaimu, hyung! Aku percaya kau adalah seorang atasan yang baik. Juga adalah teman yang baik bagi Mingyu. Aku pun sudah menganggapmu sebagai orang yang dekat denganku, malah sudah seperti saudara. Ternyata aku keliru.”

Seperti saudara katanya. Hati Seungcheol sakit mendengarnya.

“Beribu maaf pun tidak akan meyakinkanku, hyung. Kau sudah mengkhianati kepercayaanku. Mingyu itu sahabatmu, hyung! Tega sekali kau padanya!”

Seungcheol hanya diam.

“Aku beritahu, hyung. Kau dan aku itu hanya rekan kerja, tidak lebih. Aku harap kau mengerti.” Jihoon berbalik dan meninggalkan Seungcheol sendiri di kantornya. Beginikah rasanya ditolak? Kenapa sakit sekali?

 

 

“Tolong jelaskan kenapa harus tepat di hari ulangtahunku.” Jeonghan cemberut pada Mingyu yang tadi baru saja sampai ke kantor. Dengan membawa kabar gembira sekaligus agak mengecewakan bagi Jeonghan. Mingyu harus berangkat ke Jepang pada tanggal 4 Oktober karena tawaran pekerjaan.

“Hyung, bukan aku yang menentukan tanggalnya. Manajerku yang mengurus jadwal. Bahkan tiket pesawat sudah dipesan.” Ia agak merasa bersalah juga. Tapi pemotretan di Jepang ini penting untuk karirnya sebagai model. Dan Mingyu punya alasan lain kenapa ia mau menerima tawaran pemotretan yang mengharuskannya terbang ke luar negeri.

Jeonghan tersenyum. “Aku mengerti, Mingyu.” Ia mengacak-acak rambut Mingyu dengan gemas. “Mingyu kita sudah dewasa rupanya. Tidak kusangka kau yang mendahului kami.”

“Menurutmu apa Jihoon-hyung akan menerimanya, hyung?”

“Aku percaya Jihoon pasti menerimanya, Gyu.” Mingyu terlihat lebih rileks setelah diyakinkan.

“Kau sudah mengajak Jihoon pergi bersama?”

“Sudah. Memang agak susah meyakinkannya untuk pergi denganku. Tapi setelah kubilang aku sudah pesan tiket pesawat dan hotel, dia setuju.”

“Curang.”

“Aku kan belajar darimu, hyung.” Mingyu tersenyum jahil padanya.

“Ck, dasar.” Jeonghan beranjak dari kursinya. “Aku harus kembali bekerja. Good luck, Gyu.”

“Ya, hyung. Ingat jangan beritahu siapapun dulu sebelum aku berangkat.”

Jeonghan mengucapkan “Iya iya, aku tahu.” sambil menutup pintu.

Seperginya Jeonghan, Mingyu mengambil sebuah kotak dari tasnya. Kotak biru berlapis beludru itu terasa lembut. Dibukanya kotak itu dan diperhatikan isinya, kegiatan yang sudah entah berapa kali ia lakukan sejak mengambilnya dari toko perhiasan tadi pagi. Memang perlu dipesan dan menunggu satu minggu, tetapi hasilnya bagus sekali. Sorot mata dan senyumnya menunjukkan betapa bahagianya seorang Kim Mingyu saat ini.

Sepasang cincin emas putih menatap balik padanya. Terangnya lampu di ruang kerjanya memantul di permukaan cincin yang mengkilap dan beberapa butir permata mungil yang menghiasinya. Di posisi ini memang tidak terlihat, namun Mingyu tahu ada ukiran namanya dan Jihoon di bagian dalam cincin. Tidak sia-sia selama ini ia bersusah payah melakukan dua pekerjaan sekaligus; sebagai staf bagian design di agensi dan model part-time demi membeli sepasang cincin ini.

Mingyu akan melamar Jihoon nanti saat keduanya berada di Jepang. Sayangnya musim semi sudah lewat, pasti akan romantis sekali jika ia melamar di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran.

Dimasukkannya kembali kotak itu ke dalam tas dengan hati-hati. Mingyu berharap Jihoon akan berkata ‘Ya’ nanti. Untuk sekarang, tugasnya adalah memastikan hal melamar ini tetap menjadi sebuah kejutan.

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Na_Foresther
Psst! Teman-teman!
Ada 2 fic baru buatanku nih!
Jika berkenan silahkan mampir dan dicek ya, siapa tahu naksir ^^

Comments

You must be logged in to comment
24Delution
#1
Chapter 16: Hong Jisoo, Joshua Hong, Hong Josh O_O ku pikir kau penyihir, tenyata angel kkkk. Terima kasih telah mempersatukan mereka kembali, angel. Terima kasih juga buat authornim yg udah nulis dan menamatkan ini happy ending hehe :D
Ditunggu fict jicheol berikutnya ^^
24Delution
#2
Chapter 15: "Aku pulang, Jihoonie". Duh, pas baca part ini perasaan campur aduk :')
scoupstu #3
Chapter 15: EA AKHIRNYA TAMAT YEYYY~~~~~ W BISA BAYANGIN ITU DUA BERANTEM GIMANA WKWKWK EA CSC TOBAT YEY HEPI ENDING DITUNGGU FF BERIKUTNYA HEHEHEHE
sseundalkhom
#4
Chapter 16: finally!!!
makasih udah sebut nama, makasih udah buat fanfic sebagus ini yaaa
viagain
#5
Chapter 16: Angel pacaran sm angel yaa.. anaknya jadi apa deh.
Makasih fanficnyaaaa.. makasih atas semua angst, dan makasih udah nyebut nama ^^
leejihoon92
#6
Chapter 16: Dan gue betapa senangnya saat ada notif updatean dri loe... dan bener keknya gue tunggu2 dr mngu kmaren akhirnya cheol jisoo balik lagi... tapi kenapa end huuaaaaaa kenapa cepet banget endnya huhuhu... thanks ya thor jarang2 ada jcheol yg bahasa jadi gue seneng banget... jangan bosan bosan buat nulis jicheol ya thor haha.. semangat
24Delution
#7
Chapter 14: Hah, sudah ku duga pasti ada sesuatu dengan Joshua. Next chap semoga segera terbongkar kkkk~
viagain
#8
Chapter 14: Tuh kan, josh itu pasti semacam angel atau cupid deh
sseundalkhom
#9
Chapter 14: ya ambyar sudah baca ini
leejihoon92
#10
Chapter 14: Nahhh part yg gue tunggu keknya bakal nongol minggu depan .. semoga