Chapter 14

Careful What You Wish For

A/N: Maaf sekali lagi karena melewatkan update fic Jum'at lalu karena Tahun Baru Imlek. Selamat membaca!

 

Jisoo membersihkan luka Seungcheol perlahan. Yang dibersihkan lukanya hanya duduk diam. Biasanya meskipun terluka pun, Seungcheol masih bisa bercanda. Seperti ber-aegyo menirukan anak kecil dan berpura-pura mengeluh kesakitan. Tapi kali ini tidak. Cuma ada suara ringisan kecil sesekali yang menandakan bahwa alkohol yang bersentuhan langsung dengan lukanya itu terasa perih. Selain dari itu, kamar Seungcheol hening.

Saat Jisoo tiba sesaat yang lalu, betapa terkejutnya ia mendapati apartemen Seungcheol yang kacau. Pecahan kaca berhamburan dimana-mana. Ia berhati-hati berjalan menuju Seungcheol yang terduduk dengan tatapan kosong. Sebelum Jisoo menanyakan ada apa, luka di lengan Seungcheol tertangkap lebih dulu oleh matanya. Tanpa banyak bicara ia membantu Seungcheol berdiri dan memapahnya ke kamar yang untungnya terbebas dari amukan Seungcheol.

Selesai membalut perban pada lengan temannya, barulah Jisoo bisa memperhatikan wajahnya dengan seksama. Jejak air mata yang mengering di wajah Seungcheol sudah hampir hilang. Tatapan matanya masih saja tidak menampakkan ekspresi.

“Ada yang mau kau ceritakan padaku, Cheol?” tanya Jisoo perlahan.

Seungcheol tidak memberi respon. Jisoo yang tidak ingin mendesak Seungcheol pun tidak bertanya lagi dan beranjak untuk menyimpan kembali kotak obat pada tempatnya. Dengan tangan yang tidak terluka, Seungcheol mengeluarkan ponselnya dari saku. Layar yang masih menyala menampakkan isi dari sebuah group chat yang sedang dibanjiri ucapan selamat dan sebuah pengumuman.

Mingyu dan Jihoon akan berangkat ke luar negeri tanggal 19 Oktober nanti untuk melangsungkan pernikahan. 19 Oktober. Tanggal yang seharusnya merupakan hari jadinya dengan Jihoon. Benar-benar miris.

 Seungcheol sudah tahu bahwa cepat atau lambat hal ini akan terjadi dan sudah berusaha mempersiapkan dirinya agar tegar menghadapinya, dibantu oleh Jisoo tentunya. Namun setelah benar terjadi ia tidak sanggup menahan diri. Barang pecah belah di apartemennya pun menjadi korban.

Jisoo kembali dan duduk di samping Seungcheol. Matanya tertuju pada layar ponsel yang terus saja menampilkan percakapan baru berisi rasa turut berbahagia untuk Mingyu dan Jihoon. Tangan Jisoo tergerak untuk mengelus kepala Seungcheol pelan. “Tidak apa-apa. Mungkin memang bukan jodohmu.” Mungkin terdengar kasar berbicara seperti itu kepada orang yang baru saja patah hati, tapi Seungcheol harus menghadapi kenyataan.

Kepala Seungcheol disandarkan di bahu Jisoo. “Aku tahu.” Ponselnya masih tergenggam erat di tangannya, tetapi dengan layar membelakangi pandangannya. Biarlah untuk sementara ia menganggap bahwa semua percakapan itu tidak ada.

Seungcheol tidak perlu kata-kata manis untuk menghiburnya. Cukup biarkan ia termenung dan larut dalam pemikirannya sendiri ditambah seorang teman yang menemaninya, itu sudah cukup.

Mereka duduk diam dengan posisi itu selama beberapa saat.

Seungcheol akhirnya membenarkan postur duduknya dan kembali menatap layar ponsel. “Hei Josh, aku punya satu permintaan.”

“Permintaan apa?”

“Di pesta mereka nanti, tolong tetap berdiri di sampingku dan temani aku. Bantu aku melewatinya.” Jisoo mengangguk mengiyakan. “Tarik Jeonghan juga kalau perlu. Aku kasihan melihatnya yang terus melempar tatapan cemburu padaku.” Jisoo tertawa pelan.

“Kau yakin akan menghadiri pestanya?”

Seungcheol mengetikkan sesuatu di ponsel, mengikutsertakan dirinya diantara sederetan teman-temannya yang sibuk bercakap ria di group chat. “Ya, aku pasti datang.” Ia menekan tombol send. “Ini adalah pesta pertunangan sahabatku dan orang yang kucintai. Mana mungkin kulewatkan?”

Sebuah balon percakapan baru miliknya muncul, berisikan kata Congratulations! dan sebuah emoji senyum lebar.

 

Ruang latihan dance paling luas milik agensi Seungcheol disulap menjadi ruangan pesta. Cermin full body yang menghiasi lebih dari separuh dinding ruangan ditutupi dengan rapi oleh tirai berwarna krem lembut. Meja-meja berisikan makanan juga dihiasi dengan taplak berwarna senada. Tamu yang diundang tidak begitu banyak. Wajah-wajah yang dilihat Seungcheol semuanya familiar, kecuali beberapa orang yang diyakininya adalah rekan kerja Mingyu sebagai seorang model.

Seungcheol memperhatikan orang-orang sambil sesekali menyantap hidangan kue-kue kecil di meja. Jisoo dan Jeonghan berdiri tak jauh darinya, bercakap-cakap dengan pelan namun masih bisa didengar olehnya.

“Kau yakin dia tidak apa-apa datang kemari?”

“Tenanglah Hannie, Seungcheol akan baik-baik saja.”

Seungcheol sudah merasa lebih baik daripada tiga hari yang lalu. Piring dan gelas pecah yang berserakan di lantai apartemennya saat itu membuatnya merutuki dirinya sendiri yang kehilangan kendali atas emosinya. Sikap jeleknya yang mudah marah itu ingin ia perbaiki dari jauh hari, tetapi kadang situasi berkata lain. Sikap itu jugalah yang menyebabkan dia menjadi jauh dari Jihoonnya dulu.

Tidak ada ceramah panjang lebar dari Jisoo hari itu, temannya yang super kalem berbanding 180 derajat darinya itu hanya menemaninya seharian penuh.

Seungcheol sudah merenung dua hari terakhir ini. Bagaimanapun, pilihan terbaik saat ini adalah turut berbahagia untuk sahabatnya, Mingyu, dan belajar untuk merelakan Jihoon. Bukan berarti Seungcheol akan melupakannya begitu saja. Kenangannya bersama Jihoon akan terus ia simpan.

Mingyu dan Jihoon berdiri berdampingan di tengah ruangan dikelilingi oleh para tamu. Meski bukan acara pertunangan resmi, keduanya tetap memilih dress code formal untuk malam ini. Dalam balutan tuksedo hitam, sepasang kekasih itu berdiri di tengah-tengah rombongan tamu dan membalas semua ucapan selamat dengan binar mata bahagia dan senyum lebar.

“Hei, ayo kita sapa kedua calon pengantin. Tidak sopan kalau kita cuma datang dan makan terus tanpa bersosialisasi.” Ujar Seungcheol. Jisoo dan Jeonghan saling berpandangan. ‘Apa tidak apa-apa?’ tanya Jeonghan melalui sorot matanya. Jujur, ia khawatir pada Seungcheol. ‘Biarkan saja.’ Jisoo balas menatapnya untuk meyakinkan.

Mereka bertiga berjalan mendekati Mingyu dan Jihoon. Beberapa teman satu grup mereka menatap waspada pada Seungcheol. Insiden ciuman beberapa waktu yang lalu masih mereka ingat dan tidak ada yang ingin hal seperti itu terulang, apalagi di saat berbahagia seperti ini.

Sama seperti teman-temannya yang lain, Mingyu juga menatap Seungcheol dengan tatapan menyelidik. Sedikit cemas kalau-kalau bos sekaligus sahabatnya itu berbuat sesuatu yang aneh. Begitu juga dengan Jihoon.

Seungcheol menghentikan langkahnya di hadapan sepasang kekasih itu. Senyumnya terkembang dan tangannya terulur. “Selamat ya, Mingyu, Jihoon.”

Mingyu menatap tangan yang terulur, lalu berpindah ke wajah Seungcheol. Tak ada kebohongan di matanya, hanya ketulusan. Dan jika Mingyu tidak salah lihat, ada juga sedikit kesedihan di sorot mata Seungcheol. Tanpa ragu ia menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya erat. “Ya, hyung. Terima kasih. Kudoakan kau cepat mendapat pasangan.”

Jisoo dan Jeonghan yang berdiri di belakang Seungcheol tersenyum dan bernapas lega.

 

Malam itu berlalu dengan cepat. Seungcheol melewati pesta dengan mood yang bagus. Sampai-sampai ia tersenyum manis saat tertidur lelap seolah sedang bermimpi indah. Bahkan mungkin saja ia memang sedang bermimpi indah. Saking lelapnya ia tidur, Seungcheol tak mendengar pintu kamarnya yang terbuka.

Jisoo menghampiri tempat tidur Seungcheol. Teman baiknya itu tidur bergelung dalam selimut tebal dan tersenyum dengan imut sekali. Jisoo mengelus kepala Seungcheol pelan, seperti yang dilakukannya tiga hari lalu. Ia masih ingat apa yang dikatakan Seungcheol di pesta tadi.

“Josh,”

“Hmm?”

“Lihat. Mereka serasi sekali, bukan?” Jisoo mengikuti arah pandang Seungcheol dan mendapati kedua pemeran utama di pesta hari ini sedang berdansa. Alunan musik dan ruangan yang sengaja diredupkan juga menambah kesan romantis.

Jisoo tidak menjawabnya. Seungcheol sibuk mengamati Mingyu dan Jihoon. Bukan dengan tatapan sedih dan putus asa, tapi rasa bahagia. Meski masih ada sedikit kesedihan dalam pandangan matanya, setidaknya Jisoo tahu kalau teman baiknya ini sudah bisa merelakan Jihoon.

“Kau sudah cukup menderita ya, Cheol?” Yang disebut hanya terus tidur bahkan saat Jisoo masih mengelus pelan kepalanya. “Sepertinya sudah cukup. Sudah waktunya.” Jisoo menghentikan kegiatan mengelusnya dan bergerak untuk keluar dari kamar. Jisoo berbalik untuk memandang Seungcheol sekali lagi, tersenyum, lalu pergi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Na_Foresther
Psst! Teman-teman!
Ada 2 fic baru buatanku nih!
Jika berkenan silahkan mampir dan dicek ya, siapa tahu naksir ^^

Comments

You must be logged in to comment
24Delution
#1
Chapter 16: Hong Jisoo, Joshua Hong, Hong Josh O_O ku pikir kau penyihir, tenyata angel kkkk. Terima kasih telah mempersatukan mereka kembali, angel. Terima kasih juga buat authornim yg udah nulis dan menamatkan ini happy ending hehe :D
Ditunggu fict jicheol berikutnya ^^
24Delution
#2
Chapter 15: "Aku pulang, Jihoonie". Duh, pas baca part ini perasaan campur aduk :')
scoupstu #3
Chapter 15: EA AKHIRNYA TAMAT YEYYY~~~~~ W BISA BAYANGIN ITU DUA BERANTEM GIMANA WKWKWK EA CSC TOBAT YEY HEPI ENDING DITUNGGU FF BERIKUTNYA HEHEHEHE
sseundalkhom
#4
Chapter 16: finally!!!
makasih udah sebut nama, makasih udah buat fanfic sebagus ini yaaa
viagain
#5
Chapter 16: Angel pacaran sm angel yaa.. anaknya jadi apa deh.
Makasih fanficnyaaaa.. makasih atas semua angst, dan makasih udah nyebut nama ^^
leejihoon92
#6
Chapter 16: Dan gue betapa senangnya saat ada notif updatean dri loe... dan bener keknya gue tunggu2 dr mngu kmaren akhirnya cheol jisoo balik lagi... tapi kenapa end huuaaaaaa kenapa cepet banget endnya huhuhu... thanks ya thor jarang2 ada jcheol yg bahasa jadi gue seneng banget... jangan bosan bosan buat nulis jicheol ya thor haha.. semangat
24Delution
#7
Chapter 14: Hah, sudah ku duga pasti ada sesuatu dengan Joshua. Next chap semoga segera terbongkar kkkk~
viagain
#8
Chapter 14: Tuh kan, josh itu pasti semacam angel atau cupid deh
sseundalkhom
#9
Chapter 14: ya ambyar sudah baca ini
leejihoon92
#10
Chapter 14: Nahhh part yg gue tunggu keknya bakal nongol minggu depan .. semoga