Chapter 6

Careful What You Wish For

 

Jihoon duduk di dalam ruang kerja Mingyu. Ruang kerja yang tidak terlalu besar itu cukup berantakan dengan kertas-kertas dan pernak-pernik yang sepertinya adalah merchandise grup idol. Poster-poster dan gambar design cover album memenuhi hampir seluruh dinding. Jihoon mengambil sebuah boneka maskot lucu dari meja. Sepertinya Mingyu yang membuatnya sendiri, dijahit tangan tentunya. Pacarnya ini memang serba bisa.

“Kau tidak kewalahan punya dua pekerjaan, Gyu?” Ia memainkan boneka di tangannya.

Mingyu yang sedang membereskan mejanya melihatnya sekilas. “Tidak, hyung. Lagipula aku ini kan kerjanya cepat. Cuma kalau saat kantor sibuk dan kebetulan ada photoshoot, barulah aku agak repot.”

Jihoon memeluk gemas boneka maskot kecil itu. “Jaga dirimu Gyu, jangan lupa makan dan beristirahat. Aku tahu bekerja itu penting, tapi kesehatanmu jauh lebih penting. Aku terus-terusan khawatir padamu, tahu?”

“Jihoonie-hyung perhatian sekali padaku, manisnya~” Ia mencubit pelan pipi Jihoon.

Jihoon melempar boneka pada Mingyu, wajahnya memerah. Mingyu dengan gampang menangkapnya dan menyusunnya rapi di meja. Setelah dirasanya cukup rapi, ia menghampiri Jihoon.

“Jihoon-hyung,” bisiknya lembut. Perlahan didekapnya Jihoon. “miss you.” Jihoon membalas pelukannya. “Aku juga merindukanmu, Mingyu.”

Mingyu hendak mencium Jihoon ketika Jihoon mengisyaratkannya untuk melihat ke arah pintu. Pintu ruang kerjanya yang sedikit terbuka menampakkan beberapa temannya yang mengintipi ruangannya dan membuat Mingyu mendecih kesal. ‘Ck, mengganggu saja.’

 

“Sedang apa  kalian disini?” Seungcheol menanyai Seungkwan, Soonyoung dan Seokmin yang berkerumun di depan kantor Mingyu. Ketiga orang yang dipergoki sedang mengintip itupun buru-buru permisi dan membubarkan diri.

Seungcheol mengetuk pintu, memecah percakapan kedua orang di dalam sana. Dari celah pintu yang sedikit terbuka, dilihatnya Mingyu dan Jihoon yang berdiri begitu dekat. Ada bagian dari dirinya yang tidak suka melihat mereka bersama.

“Ya, hyung?” Mingyu membuka pintu.

“Aku akan membawa Jihoon bertemu Bumzu-hyung.” Jihoon menatap heran mereka berdua, lalu ber-oh ria saat Mingyu memberitahunya bahwa Bumzu adalah produser lagu di agensi mereka. Jihoon mengikuti Seungcheol sementara Mingyu masuk kembali ke ruangannya.

“Seungcheol-ssi, Bumzu-ssi ini orangnya seperti apa?” Tanya Jihoon penasaran. Dia dan Seungcheol sedang berjalan menuju studio Bumzu

“Bumzu-hyung itu seorang artis solo dan juga produser disini. Lagu-lagu yang dibuatnya bagus, dan orangnya keren. Kujamin kalian akan cocok.” Jihoon hanya mengangguk-angguk mengerti sambil melihat sekeliling.

“Dan satu lagi, Jihoon-ah,”

“Hmm?”

“Panggil aku hyung saja.”

 

“Oh, ini ya pacar Mingyu yang produser itu?” tanya Bumzu sambil menjabat tangan Jihoon.

Semburat merah muncul di telinga Jihoon. “Saya masih pemula, Bumzu-ssi. Belum bisa disebut produser.”

“Ey, jangan merendahkan diri begitu. Aku sudah pernah mendengar sample lagu buatanmu dari Mingyu. Hasilnya bagus, kau punya bakat Jihoon-ah. Boleh kupanggil Jihoon saja, kan?”

“Ya, hyung.” Jihoon memutuskan kalau memanggilnya dengan hyung akan lebih akrab jika Bumzu di depannya ini akan memanggilnya tanpa embel-embel –ssi.

Seungcheol mengernyitkan dahinya. “Hyung, kapan Mingyu pernah memberikan sample lagu buatan Jihoon padamu?” Harusnya sample itu disetujui oleh Seungcheol dulu sebelum sampai ke telinga Bumzu. Bagaimanapun ia adalah bos disini, akan memalukan kalau ada hal-hal penting di perusahaannya sendiri yang tidak ia ketahui. Dan juga, Bumzu duluan tahu Jihoon adalah pacar Mingyu sebelum Seungcheol mengatakannya. Sepertinya banyak hal perlu ia tanyakan pada Mingyu nanti.

Bumzu yang mengerti lantas meyakinkan Seungcheol. “Tidak apa-apa, Seungcheol-ah. Hanya sample pendek. Itupun saat kami kebetulan keluar makan bersama. Dia banyak bercerita tentang Jihoon.” Ucapnya sambil tersenyum pada Jihoon.

“Aku harap dia tidak bercerita yang aneh-aneh.”

Bumzu tertawa. “Tidak, dia tidak menceritakan yang aneh-aneh. Cuma dia sering mengatakan betapa imut dan mungilnya dirimu.” Mungkin wajah Jihoon sudah serupa kepiting rebus sekarang. Aku tidak imut, omelnya kecil.

Seungcheol tersenyum-senyum sendiri melihat Jihoon yang sedikit menunduk malu.

Sosok kecil kekasihnya itu menunggu di depan pahon yang dihias meriah, jaket tebal yang membalut tubuhnya nyaris menenggelamkannya. Sebentar lagi Natal, Seungcheol dan Jihoon bermaksud membeli hadiah untuk teman-teman mereka.

“Jihoon-ah, menunggu lama?” Seungcheol menghampirinya.

Jihoon menoleh padanya dan tersenyum menyambutnya. “Tidak, hyung. Aku juga sampai belum lama.”

“Ayo, kita berbelanja. Katanya ada diskon di mall dekat sini.” Seungcheol menggandeng tangan Jihoon.

“Kau ini, seperti ibu-ibu saja mengejar barang diskon. Tunggu, jangan bilang kau mau membeli barang diskonan sebagai hadiah?” Jihoon menatapnya tak percaya.

“Kau begitu tidak percaya padaku, Jihoonie? Diskon yang kumaksud itu untuk keperluan sehari-hari kita. Bahan makanan di kulkas kita sudah menipis, tisu toilet juga perlu dibeli. Kau kejam sekali menuduhku.” Bibirnya mengerucut, berpura-pura cemberut.

“Jangan manyunkan bibirmu seperti itu, hyung. Tidak imut.” Jihoon memandang kearah lain selain Seungcheol. Meskipun yang dipikirkannya dalah sebaliknya, Jihoon tidak mau mengakuinya.

Mata Seungcheol menangkap warna merah samar di wajah Jihoon, lalu tersenyum. “Iya, aku tidak imut. Mana mungkin aku menang dari Lee Jihoon yang paling imut sedunia.” Ia mencubit pipi Jihoon gemas. “Hyung, aku ini tidak imut!”Protesnya.

“Ya, ya, terserah apa katamu Jihoonie.” Mereka memasuki gedung mall dengan tangan masih bergandengan.

“..  Bagaimana menurutmu, Seungcheol?”

“E-eh, ya?” Bisa-bisanya ia melamun di saat berbicara dengan orang lain seperti ini. Dia berharap Jihoon tidak menganggapnya aneh.

“Kubilang Jihoon akan membantuku dulu disini sementara kita menyiapkan ruang studio untuknya. Kau tidak mendengarku bicara tadi?” Bumzu mendelik tidak suka. Seungcheol selaku seorang bos tidak seharusnya melamun di saat seperti ini. Image Seungcheol di mata Bumzu selama ini adalah seorang pemimpin yang bisa diandalkan, meskipun pemuda itu lebih muda darinya.

“Maaf, hyung. Aku sedang banyak pikiran tadi.” Bumzu tampak tidak mempermasalahkannya lagi, tapi sorot matanya seolah berkata ‘Jangan diulangi lagi.’

“Kalau begitu selamat bergabung di Pleiades Entertainment, Jihoon.” Seungcheol mengulurkan tangan yang disambut oleh Jihoon.

Mereka melanjutkan dengan memberitahu Jihoon bagaimana prosedur-prosedur umum perusahaan dan hal-hal lain yang perlu diketahui Jihoon selama bekerja disini. Mereka mengobrol cukup lama setelah itu dan berhenti saat Seungcheol dipanggil oleh Jeonghan untuk mengerjakan hal lain.

 

Seungcheol merebahkan diri diatas kasurnya. Hari ini cukup melelahkan di agensi. Mengingat tumpukan dokumen yang perlu diperiksa dan ditandatanganinya tadi membuatnya bergidik ngeri. Memang itu adalah bagian dari tugasnya, tapi siapa yang senang duduk berjam-jam dan membaca deretan demi deretan huruf yang seakan tidak ada habisnya? Dan juga ada sesuatu yang mengganggu pikirannya dari tadi. Lee Jihoon.

Sekelebat ingatan yang melintasi pikirannya itu tidak pernah terjadi padanya. Tidak mungkin ia pernah bertemu Jihoon sebelumnya, bukan? Selain pertemuan di Busan itu tentunya. Tadi Seungcheol juga lupa menanyakan apakah Jihoon ingat pernah bertabrakan dengannya. Dan lagi ia tampak sangat dekat dengan Jihoon. Ia yakin pria kecil dalam ingatannya itu Jihoon, wajah dan postur tubuhnya sama persis. Ia ingat bagaimana tangan Jihoon yang sangat pas dalam genggaman tangannya.

‘Berhenti berpikir yang tidak-tidak, Cheol. Dia itu pacarnya Mingyu.’

Memutuskan tidur adalah pilihan terbaik sekarang ini, Seungcheol bangun dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri dulu. Mungkin otakku sembarangan berpikir karena aku kurang tidur, pikirnya.

 

Sinar matahari yang masuk dari celah tirai jendela mengenai wajah Seungcheol. Perlahan matanya terbuka dan ia menggeram kecil karena terlalu silau. Jam diatas meja nakas sudah menunjukkan 07.32 dan sudah seharusnya ia bangun. Tapi matanya yang masih berat berkata lain. Ia sudah akan terlelap lagi, namun pergerakan kecil disampingnya membuatnya tersadar sepenuhnya.

Sebuah kepala menyembul dari balik selimut. Rambut sewarna permen kapas itu berantakan, matanya masih setengah terpejam, tetapi Jihoon masihlah terlihat manis. Sebuah senyum terbentuk di wajahnya saat didapatinya Seungcheol yang sudah bangun.

“Pagi, Cheol.”

“Pagi, Jihoonie.”

“Kau tidak bersiap-siap pergi kerja?”

“Aku masih mengantuk, Jihoon-ah. Lagipula siapa yang berani memarahiku jika masuk terlambat? Aku kan bosnya.”

“Ish, dasar sombong.” Jihoon memukul kecil pundak Seungcheol. “Bangun sana!”

 Yang dipukul hanya tertawa kecil. “Baiklah, baiklah, aku bangun.” Seungcheol hendak menyibak selimut, namun berhenti. “Mana ciuman selamat pagi untukku?”

Perlahan Jihoon mendekatkan diri dan menyatukan bibir mereka.

Seungcheol terbangun dan langsung terduduk. Ekspresinya horor, seakan baru saja bermimpi buruk. Adegan yang mungkin adalah bagian dari mimpinya itu terus terulang di benaknya. Dia baru saja bermimpi seperti itu tentang kekasih sahabatnya? Mungkin Seungcheol sudah gila.

Adegan ciuman itu tak kunjung hilang dari pikirannya saat Seungcheol sudah bersiap-siap akan berangkat kerja, bahkan sampai Seungcheol sudah hampir sampai di agensinya. Terasa dengan jelas bagaimana rasa dan betapa lembutnya bibir Jihoon, mekipun hanya sebuah mimpi. Seungcheol tahu ia seharusnya merasa bersalah, tetapi nyatanya tidak. Ia tidak merasa bersalah sedikitpun .

Pegangannya pada setir mobil mengerat sampai buku jarinya memutih. Sebenarnya aku ini kenapa?

 

 

 

 

A/N

Jika ada yang bingung:
-Chap 1: Cheol berharap dia tidak pernah kenal/bertemu Jihoon
-Chap 2: Alarm kalender Jihoon berbunyi tanggal 19 Oktober, tapi Cheol bangun tanggal 8 Agustus. Di foto juga tidak ada Jihoon (cuma ada 12 anggota Svt)
-Chap 3: ada disebut kalau Cheol itu eligible bachelor alias masih single
Intinya permohonan Cheol terkabul, cuma alasan kenapa waktunya mundur dan kenapa dia bisa bertemu Jihoon lagi, akan jelas pada waktunya. Dan flashback-flashback random yang saya masukkan itu dari 'ingatan asli' nya.  
Maaf jika membingungkan TT

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Na_Foresther
Psst! Teman-teman!
Ada 2 fic baru buatanku nih!
Jika berkenan silahkan mampir dan dicek ya, siapa tahu naksir ^^

Comments

You must be logged in to comment
24Delution
#1
Chapter 16: Hong Jisoo, Joshua Hong, Hong Josh O_O ku pikir kau penyihir, tenyata angel kkkk. Terima kasih telah mempersatukan mereka kembali, angel. Terima kasih juga buat authornim yg udah nulis dan menamatkan ini happy ending hehe :D
Ditunggu fict jicheol berikutnya ^^
24Delution
#2
Chapter 15: "Aku pulang, Jihoonie". Duh, pas baca part ini perasaan campur aduk :')
scoupstu #3
Chapter 15: EA AKHIRNYA TAMAT YEYYY~~~~~ W BISA BAYANGIN ITU DUA BERANTEM GIMANA WKWKWK EA CSC TOBAT YEY HEPI ENDING DITUNGGU FF BERIKUTNYA HEHEHEHE
sseundalkhom
#4
Chapter 16: finally!!!
makasih udah sebut nama, makasih udah buat fanfic sebagus ini yaaa
viagain
#5
Chapter 16: Angel pacaran sm angel yaa.. anaknya jadi apa deh.
Makasih fanficnyaaaa.. makasih atas semua angst, dan makasih udah nyebut nama ^^
leejihoon92
#6
Chapter 16: Dan gue betapa senangnya saat ada notif updatean dri loe... dan bener keknya gue tunggu2 dr mngu kmaren akhirnya cheol jisoo balik lagi... tapi kenapa end huuaaaaaa kenapa cepet banget endnya huhuhu... thanks ya thor jarang2 ada jcheol yg bahasa jadi gue seneng banget... jangan bosan bosan buat nulis jicheol ya thor haha.. semangat
24Delution
#7
Chapter 14: Hah, sudah ku duga pasti ada sesuatu dengan Joshua. Next chap semoga segera terbongkar kkkk~
viagain
#8
Chapter 14: Tuh kan, josh itu pasti semacam angel atau cupid deh
sseundalkhom
#9
Chapter 14: ya ambyar sudah baca ini
leejihoon92
#10
Chapter 14: Nahhh part yg gue tunggu keknya bakal nongol minggu depan .. semoga