Chapter 4

Careful What You Wish For

 

Recap last chapter:

Dia memiliki teman-teman yang baik, dan juga perusahaannya berjalan lancar. Seungcheol tidak meminta lebih saat make a wish tadi. Ia hanya berharap mereka semua baik-baik saja. Lagipula apa lagi yang perlu kuminta?, batinnya, kurasa hidupku sudah lengkap.

Pandangannya kembali diedarkan ke seluruh penjuru ruangan dan ia melihat senyum dan wajah bahagia teman-temannya.

 

Ya, hidupku sudah lengkap.

.

.

.

.

.

Atau setidaknya begitulah menurutnya.

Pesta ulang tahunnya dua hari lalu selain menjadi hari bahagia baginya, juga menjadi hari yang kurang bagus untuk salah satu temannya.

Acara malam itu sudah selesai. Sambil masih tertawa-tawa riang mereka membereskan sisa-sisa pesta agar besoknya ruangan rapat itu layak dipakai. Karena banyaknya orang, pekerjaan cepat selesai. Tak lama kemudian mereka sudah saling mengucapkan sampai jumpa dan bergerak untuk pulang ke tempat masing-masing.

Jeonghan yang masih menemani Seungcheol menempatkan dirinya di dekat jendela yang menghadap bagian depan gedung agensi. Tatapannya terpaku pada dua orang yang baru saja menyeberangi jalan dan masuk ke bangunan tepat di seberang gedung. Seungcheol tahu siapa yang sedang ia awasi.

Joshua dan Vernon.

Mereka semua sudah tahu kalau Jeonghan menaruh hati pada pria kelahiran Amerika yang sebaya dengannya itu, kecuali Joshua sendiri. Sebagai manager idol, sudah pasti ia berada di sisi artis hampir seharian. Joshua begitu dekat dengan Vernon, sampai ada yang mengira mereka menjalin hubungan. Memang Vernon mengakui mereka sudah seperti saudara, tapi pendapat orang lain berbeda.

Dan lagi, mereka tinggal di satu atap. Seungcheol belum memutuskan untuk menempatkan dorm Vernon di mana, dan Joshua mengusulkan agar Vernon tinggal dulu dengannya. Kebetulan pula rumah Joshua tepat di seberang gedung tempat kerja mereka.  

Dari jendela ruang rapat itu mereka bisa langsung melihat kedalam rumah Joshua jika jendela rumahnya tidak tertutup gorden. Jeonghan mengatakan kadang ia melihat Joshua dan Vernon yang menghabiskan waktu bersama. Pernah juga ia bersumpah melihat mereka berpelukan. Tetapi Jeonghan takut bertanya pada Joshua. Takut kalau selama ini apa yang ia cemaskan itu nyata, bahwa diantara Joshua dan Vernon memang ada hubungan khusus.

Seungcheol meyakinkan dan menyemangatinya, lalu memintanya cepat pulang karena hari sudah gelap.

Mood Jeonghan belum membaik selama dua hari ini. Seungcheol bersyukur karena kinerjanya tidak terganggu, tapi ia kasihan melihat sahabatnya itu.

Dari kejadian Jeonghan ini Seungcheol menyadari sesuatu. Hidupnya yang dirasa sudah lengkap ternyata masih kekurangan sesuatu. Seorang kekasih.

Sebetulnya Seungcheol tidak terlalu memusingkannya. Namun, mengingat apartemen yang selalu sepi karena ia tinggal sendiri dan bagaimana ia duduk sendirian menghabiskan makan malam, Seungcheol berpikir bahwa memiliki seseorang di sisinya mungkin tidak buruk.

Suara ketukan di pintu ruang kerjanya membuyarkan lamunannya.

“Masuk.”

Pintu terbuka dan tampaklah Joshua dengan setumpuk laporan dalam pelukannya. “Ini, Cheol. Laporan penjualan dari Wonwoo, laporan dari divisi marketing, dan beberapa contoh design untuk cover album Vernon berikutnya.” Ia meletakkan semuanya di sisi kanan meja Seungcheol.

Seungcheol mulai mengambil laporan untuk diperiksa, tetapi dihentikan oleh Joshua. “Produser kita ingin bertemu denganmu dulu. Katanya ada sedikit masalah dengan lagunya.” Seungcheol mengiyakan. Joshua langsung pergi setelah memberitahunya bahwa sang produser menunggu di Studio 4.

Langkah kakinya membawa ke depan sebuah ruangan yang setahunya adalah Studio 4. Namun ia heran saat mendapati ruangan di depannya malah dilabeli sebagai ‘Gudang’. Sejak kapan ada gudang disini? Ruangan di samping tangga ini Studio 4, aku yakin sekali. Pusing karena yang dicari tidak ada, Seungcheol mencari ruangan tersebut ke lantai berikutnya. Saat sudah menemukan ruangan yang dicari, Seungcheol masih bertanya-tanya. Setahunya tidak ada pergantian ruangan sama sekali. Ia jadi merasa bodoh karena kewalahan mencari sebuah ruangan di dalam gedung perusahaannya sendiri.

Diketuknya pintu studio yang kemudian terbuka dan menampakkan sosok Bumzu. Seungcheol terdiam sejenak meski saat Bumzu menyapa dirinya. Tak ingin terlihat tak sopan, Seungcheol langsung membalas sapaan sang produser yang lebih tua darinya.

“Bagaimana perkembangan untuk album berikutnya, hyung?”

“Tidak begitu bagus. Trend musik sekarang ini sedikit aneh dan unik. Dan tidak cocok sama sekali dengan image Vernon.”

Seungcheol berpikir sebentar. “Bagaimana kalau kita membuat sesuatu yang berbeda? Jika sukses, tentunya bisa menjadi sebuah trendsetter. Musik yang ingin kita buat tidak seharusnya terpengaruh dengan apa yang sedang trend atau tidak, bukan?”

“Kau ada benarnya. Tapi Seungcheol-ah, sebaiknya kau berbicara dulu dengan tim marketingmu. Ini bukan cuma masalah membuat musik. Ini bisnis.”

Seungcheol memaksakan senyum. “Ya, hyung. Akan kubicarakan dulu dengan mereka.” Lalu ia berlalu dari hadapan Bumzu, senyumnya jatuh. Dia tahu yang sedang digelutinya ini adalah bisnis. Tapi tak bisakah para artisnya membuat musik dengan leluasa? Memangnya salah kalau ia tak ingin mereka mengikuti trend genre tropical house yang akhir-akhir ini banyak dirilis?

Seungcheol sibuk mengomel dalam hati, ia sampai lupa tadi sesaat sebelum Bumzu muncul di pintu, sekelebat ingatan melintasi benaknya bahwa seseorang membuka pintu studio. Seorang pria berpostur pendek yang pastinya bukan Bumzu.

 

Ruangannya panas. AC yang menyala hanya sedikit membantu. Seungcheol ingin cepat meninggalkan kantor, tetapi ada sekitar tiga laporan lagi yang belum diperiksanya. Merasa lelah dan kepanasan, laporannya dibiarkan di meja sementara ia menyandarkan diri di sandaran kursi. Matanya dipejamkan. Seungcheol berusaha merilekskan tubuhnya dan merasakan sedikit hawa dingin yang dihasilkan pendingin ruangan.

“Cheol?”

Seungcheol membuka matanya. Jeonghan berdiri di ambang pintu, sebelah tangannya memegang selembar kertas kecil.

“Kenapa, Jeonghan-ah?” ia membetulkan posisi duduknya.

“Ini,” Jeonghan menyodorkan kertas kecil itu padanya.”Kau sedang mencari produser untuk membantu Bumzu-hyung, kan? Mingyu bilang dia punya kenalan. Ini alamatnya.”

Seungcheol mengamati kertas itu. Alamatnya di Busan, tanpa ada nama. “Siapa namanya?”

“Mingyu tidak memberitahu. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Sebaiknya kau langsung ke sana. Bilang saja kau temannya Mingyu.”

“Tsk. Dasar, anak itu.” Setelah kertas itu aman di saku celananya, ia berdiri. “Aku pergi sekarang saja. Jeonghan, jika ada yang mencariku bilang aku sedang ada urusan.”

 

Cuaca hari ini sedang panas-panasnya. Meski begitu, jalanan lumayan ramai. Seungcheol berusaha menemukan alamat rumah produser kenalan Mingyu dengan cepat. Panas ini sangat tidak menyenangkan. Bagian belakang bajunya sudah basah oleh keringat.

Alamat yang diberi Mingyu agak susah dicari. Pertama, karena Seungcheol memang tidak mengenal jalan di daerah Busan. Kedua, tulisan Mingyu hampir menyerupai cakar ayam. Biasanya tulisannya rapi. Tetapi mungkin karena terburu-buru jadinya seperti ini.

Beberapa kali ia mencoba menghubungi Mingyu. Tidak dijawab. Padahal akan lebih mudah jika menanyakan kepada Mingyu. Ia mencoba mengirimi pesan, berharap Mingyu membacanya. Tak lupa ia mengirim pesan pada Jeonghan mengenai pekerjaan hari ini.

Seungcheol terlalu fokus pada ponsel sehingga tidak menyadari seseorang berjalan berlawanan arah dan cukup dekat dengannya. Tabrakan pun tak terelakkan. Beberapa barang bawaan dari orang yang menabraknya berjatuhan.

“Ah, maaf! Mari biar kubantu.” Seungcheol berjongkok untuk memunguti kertas-kertas dan buku yang berserakan. Untung saja tidak begitu banyak orang berlalu-lalang sehingga tidak ada kertas yang terinjak oleh orang lain.

“Ah, ya. Terima kasih. Aku juga minta maaf karena sudah menabrakmu.” Sosok di depannya juga turut memungut barang.

Selesai mengambil semuanya, Seungcheol berdiri dan menyerahkan semua kertas itu. Barulah saat itu ia melihat jelas orang yang menabraknya tadi. Pria itu lebih pendek darinya. Rambutnya dicat sewarna permen kapas, sweater kebesaran dan ripped jeans melekat di tubuhnya. Pria itu tersenyum, dan Seungcheol merasa familiar dengan wajahnya.

Pria itu membungkuk hormat, lalu mengucapkan terima kasih pada Seungcheol dan beranjak pergi.

Seungcheol menatapnya sampai sosok itu menghilang dari pandangan. Ia masih mematung di tempatnya, sampai seorang nenek cerewet memarahinya karena berdiri di tengah trotoar. Seungcheol mulai berjalan sambil sesekali menoleh ke belakang, berharap melihat rambut pink diantara kerumunan orang. Ekor matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di jalan. Sebuah notes kecil bersampul biru pastel. Pasti milik orang tadi, pikirnya.

Notes itu berisi catatan-catatan kecil dengan kata-kata penuh istilah musik yang sudah akrab di telinga Seungcheol. Orang ini pastilah penyuka musik. Di bagian belakang notes itu tertera sebuah nama, yang mungkin adalah nama pria berambut pink yang menabraknya tadi.

“Lee.. Jihoon?”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Na_Foresther
Psst! Teman-teman!
Ada 2 fic baru buatanku nih!
Jika berkenan silahkan mampir dan dicek ya, siapa tahu naksir ^^

Comments

You must be logged in to comment
24Delution
#1
Chapter 16: Hong Jisoo, Joshua Hong, Hong Josh O_O ku pikir kau penyihir, tenyata angel kkkk. Terima kasih telah mempersatukan mereka kembali, angel. Terima kasih juga buat authornim yg udah nulis dan menamatkan ini happy ending hehe :D
Ditunggu fict jicheol berikutnya ^^
24Delution
#2
Chapter 15: "Aku pulang, Jihoonie". Duh, pas baca part ini perasaan campur aduk :')
scoupstu #3
Chapter 15: EA AKHIRNYA TAMAT YEYYY~~~~~ W BISA BAYANGIN ITU DUA BERANTEM GIMANA WKWKWK EA CSC TOBAT YEY HEPI ENDING DITUNGGU FF BERIKUTNYA HEHEHEHE
sseundalkhom
#4
Chapter 16: finally!!!
makasih udah sebut nama, makasih udah buat fanfic sebagus ini yaaa
viagain
#5
Chapter 16: Angel pacaran sm angel yaa.. anaknya jadi apa deh.
Makasih fanficnyaaaa.. makasih atas semua angst, dan makasih udah nyebut nama ^^
leejihoon92
#6
Chapter 16: Dan gue betapa senangnya saat ada notif updatean dri loe... dan bener keknya gue tunggu2 dr mngu kmaren akhirnya cheol jisoo balik lagi... tapi kenapa end huuaaaaaa kenapa cepet banget endnya huhuhu... thanks ya thor jarang2 ada jcheol yg bahasa jadi gue seneng banget... jangan bosan bosan buat nulis jicheol ya thor haha.. semangat
24Delution
#7
Chapter 14: Hah, sudah ku duga pasti ada sesuatu dengan Joshua. Next chap semoga segera terbongkar kkkk~
viagain
#8
Chapter 14: Tuh kan, josh itu pasti semacam angel atau cupid deh
sseundalkhom
#9
Chapter 14: ya ambyar sudah baca ini
leejihoon92
#10
Chapter 14: Nahhh part yg gue tunggu keknya bakal nongol minggu depan .. semoga