Chapter 7

Careful What You Wish For

 

 

“Tak punya belas kasihan.”

“Tidak berperikemanusiaan.”

Soonyoung, Seokmin, dan Seungkwan tengah berkumpul di sebuah ruang latihan. Keluhan-keluhan diutarakan oleh sang dua vokalis dan ditujukan kepada satu orang yang sama, yaitu Kwon Soonyoung. Soonyoung hanya nyengir melihat mereka berdua yang terengah-engah dan bersimbah keringat. Makian-makian kecil yang mereka ucapkan tidak membuatnya tersinggung. Hey, mereka itu sahabat akrab. Saling mengejek dan memaki itu sudah biasa. Lagipula, siapa yang menyuruh mereka minta diajari dance oleh Soonyoung?

“Ingatkan aku untuk tidak meminta diajari olehmu lagi lain kali.” Seokmin terbaring di lantai. Bagian depan dan belakang bajunya basah, begitu juga sebagian rambutnya yang menempel di dahi.

“Setuju.” Seungkwan menambahi. Dia duduk di samping Seokmin, dengan baju dan rambut yang sama basahnya dan dada yang naik turun mengejar napas.

Pintu ruangan dibuka dan ketiga orang di dalamnya langsung melihat ke arah pintu. Jihoon melangkah masuk dan menyadari ia tidak sendiri di sana. “Oh, ternyata ada orang. Maaf mengganggu.” Dengan sedikit malu-malu Jihoon menghampiri mereka. “Kwon Soonyoung-ssi? Apakah keberatan jika aku ikut kelas dance-mu?”

“Panggil Soonyoung saja, kita kan seumuran. Tentu saja boleh, kalau kau tidak keberatan sekelas dengan para pemula ini.” Soonyoung menunjuk Seokmin dan Seungkwan.

“Aku tidak keberatan, kok. Aku sendiri masih pemula.”

“Oke kalau begitu. Mari kita lanjutkan!” ucap Soonyoung semangat, tidak menghiraukan dua vokalis yang mengeluh capek.

Ternyata, ketiga murid baru Soonyoung ini sama saja. Sama kakunya dan sama payahnya. Bahkan Wonwoo bisa menari lebih bagus dari mereka, dan Wonwoo adalah muridnya yang paling parah. Sepertinya gelar murid terpayah Soonyoung sudah berpindah tangan.

“Kami tidak payah, kau saja yang memang pelatih dance paling killer disini, hyung!” Seokmin mengusap keringatnya dengan handuk yang dibagikan Soonyoung. “Tak bisakah kau mengajar kami dengan sabar seperti Chan?”

“Kalau aku memanjakan kalian seperti Chan, seratus tahun pun kalian tidak akan bisa mahir menari!”

“Kalau kau melatih kami sekeras ini terus, yang ada malah kami mati muda!” Seungkwan protes.

Jihoon hanya senyum-senyum melihat interaksi mereka. Sudah seminggu sejak ia bekerja di agensi ini, dan sejauh ini menurutnya tempat kerja ini menyenangkan. Stafnya semua ramah-ramah, dan sebelas orang yang merupakan teman dekat Mingyu pun tidak buruk. Setidaknya Mingyu selama ini dikelilingi oleh teman-teman yang baik dan Jihoon lega.

Ada yang bertanya kenapa Jihoon bisa dengan santai belajar menari sedangkan posisinya adalah seorang asisten produser? Jawabannya adalah Seungcheol memberi kebebasan kepada stafnya untuk belajar hal lain. Selama pekerjaan mereka selesai dengan baik tentunya.

“Oh ya, Jihoon-hyung. Malam ini kau ikut kami berkumpul, kan? Harusnya Mingyu sudah memberitahumu bahwa setiap Sabtu sepulang kerja kami semua akan pergi makan bersama.” Seungkwan menyodorkan sebuah handuk pada Jihoon.

“Iya, Mingyu sudah bercerita padaku. Tentu saja aku ikut, pasti menyenangkan sekali.” Ketiga orang yang mendengarnya pun senang dan kemudian mengajaknya mengobrol banyak hal.

Tak lama kemudian pintu ruangan dibuka dan menampakkan Joshua. Matanya menelusuri keempat orang dalam ruangan itu dan pandangannya berhenti pada Jihoon. “Ternyata kau disini. Jihoon, Seungcheol memanggilmu ke ruangannya.”

Sesampainya di depan ruang kantor Seungcheol, Jihoon mengetuk pintu. Joshua sudah dari tadi pamit karena memiliki urusan lain sehingga tinggal Jihoon sendiri. Sebuah suara dari dalam menyuruhnya masuk.

Seungcheol mempersilakan Jihoon duduk di hadapannya. Kalau boleh jujur, Jihoon masih belum begitu terbiasa berbicara dengan Seungcheol. Hasilnya, Jihoon seringkali hanya bicara sedikit. Itupun jika Seungcheol mengajak bicara duluan.

“Bagaimana pendapatmu setelah seminggu di sini?” Seungcheol langsung bertanya setelah Jihoon duduk. Jihoon adalah bagian dari perusahaannya sekarang dan sebagai atasan yang baik Seungcheol harus memastikan apakah karyawannya betah bekerja atau tidak. Meski mimpi beberapa hari lalu masih sering muncul di pikirannya.

“Menurutku bekerja disini itu menyenangkan. Karyawannya baik, dan lingkungan kerja juga nyaman. Aku senang sudah bergabung disini.” Jihoon tersenyum.

Seulas senyum terbentuk di wajah yang masih setengah sadar, rambut pink berantakan membuatnya terlihat manis.

“Baguslah, aku senang mendengarnya. Kudengar dari Bumzu-hyung bahwa kerjamu juga bagus.” Kenapa pula aku mengingat mimpi itu disaat seperti ini?

Wajah Jihoon sedikit bersemu merah karena dipuji.”Terima kasih. Tapi masih ada banyak hal yang harus kupelajari, hyung. Kurasa kemampuanku masih jauh dari Bumzu-hyung.”

“Kalau begitu belajarlah lebih banyak lagi. Aku yakin kau akan jadi produser hebat.”

“Pujianmu terlalu berlebihan, hyung. Tapi terima kasih banyak.” Jihoon melirik jam. Sudah waktunya ia bertemu Bumzu dan melanjutkan pekerjaannya. “Hyung, aku permisi dulu. Bumzu-hyung sudah menungguku.”

“Ah, ya. Baiklah.”

Jihoon baru saja membuka pintu saat Seungcheol berbicara lagi padanya. “Aku sudah mendengar lagu buatanmu dari Bumzu-hyung. Dia benar, kau berbakat Jihoon-ah.”

Jihoon mengucapkan terima kasih dan tersenyum lebar menampakkan deretan giginya yang putih. Matanya menyipit menjadi garis tipis berbentuk bulan sabit. Jihoon tampak sangat manis sekali dan sepertinya jantung Seungcheol berdetak lebih cepat dari biasanya. Saat Jihoon sudah meninggalkan ruangan pun jantungnya masih berdebar kencang. Ingatan tentang mimpi beberapa hari lalu tidak membantu sama sekali, yang ada jantungnya makin berdegup tak karuan.

 

Tigabelas orang duduk mengelilingi dua meja besar yang dirapatkan. Di meja terhidang berbagai masakan dan camilan yang beraroma sedap, lengkap dengan aneka minuman. Suara percakapan memenuhi meja dan menggema ke seisi ruangan.

Acara berkumpul Seungcheol dan teman-temannya diadakan di kafe Dalkhom milik Wonwoo. Wonwoo sengaja menyisihkan satu ruangan khusus untuk mereka semua setiap hari Sabtu. Kafe kecil namun nyaman itu terletak hanya setengah jam dari gedung agensi. Walaupun kecil tapi pengunjungnya selalu ramai karena makanannya yang memang enak dan suasana kafe yang bagus.

“Aku akan merenovasi kafe ini menjadi lebih besar bulan depan.” Wonwoo mengumumkan. Mereka bertepuk tangan dan menyelamati Wonwoo. Beberapa ada yang menawarkan untuk mencarikannya pegawai tambahan.

“Suruh saja Mingyu bekerja disini.” Canda Jun. “Mingyu bisa jadi koki, waiter, dan kasir. Sekalian jadi tukang bersih-bersih.”

“Jun-hyung, memangnya aku ini bukan manusia?” Mereka semua tertawa sementara Mingyu menampakkan wajah cemberut. Bahkan Jihoon pun ikut tertawa.

Mata Seungcheol tak bisa lepas dari Jihoon. Terus diperhatikannya Jihoon yang sedang berbicara dengan Minghao dan Soonyoung. Matanya yang berbinar dan tangannya yang bergerak penuh semangat begitu menarik bagi Seungcheol. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk senyum kecil.

Hal ini tidak luput dari perhatian Jeonghan. Disikutnya pelan lengan Seungcheol yang duduk disampingnya. Seungcheol menoleh padanya dan Jeonghan menatap penuh selidik padanya, melirik Jihoon, lalu kembali menatapnya, seolah tanpa suara menanyakan ‘sedang apa kau terus-terusan menatap pacar orang?’

Seungcheol membalas dengan mendelik tak senang padanya dan kembali melanjutkan kegiatannya memperhatikan Jihoon.

Insting Jeonghan mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Diam-diam diperhatikannya Seungcheol sambil menyantap makanannya. Jika firasatnya benar, maka masalah ini bisa berujung jelek.

Jihoon masih mengobrol dengan Soonyoung. Sesekali Mingyu akan ikut dalam pembicaraan dan mengingatkan Jihoon untuk makan. Untuk ukuran orang sekecil Jihoon, ternyata jumlah makanan yang dimakannya cukup banyak.

“Astaga Jihoon-hyung, kenapa makanmu berantakan sekali. Sini.” Mingyu mengambil beberapa lembar tisu. Sebelah tangannya mengangkat dagu Jihoon dan tangan lainnya sibuk membersihkan saus dan bumbu di sekitar bibir Jihoon.

“Makannya jangan terburu-buru begitu, Jihoonie. Tidak ada yang berebutan denganmu.”

“Habisnya enak, Cheol.” Jihoon berbicara dengan mulut masih setengah penuh. Beberapa tetes saus menempel di sudut bibirnya.

“Aish, dasar berantakan.” Seungcheol membersihkan sudut bibir Jihoon dengan jarinya. Diperlakukan seperti itu, Jihoon hanya melanjutkan makan dengan wajah sewarna tomat.

“Terima kasih, Gyu.” Wajah Jihoon merona. Mingyu mengacak-acak rambut Jihoon gemas.

Pemandangan didepannya itu manis, atau seharusnya itulah yang Seungcheol rasakan. Ia merasa tempat Mingyu seharusnya adalah tempatnya. Saat Jihoon merona karena perlakuan Mingyu tadi, sorot mata Seungcheol menyiratkan ketidaksukaannya. Genggamannya pada sendok makannya mengerat menahan emosi.

Semua itu tidak lepas dari pengamatan Jeonghan. Seungcheol tampak tidak suka melihat kedekatan Mingyu dan Jihoon dan Jeonghan tahu alasannya. Ternyata dari tadi firasatnya benar.

Seungcheol suka pada Jihoon.

Sambil makan dan berbincang dengan yang lainnya, otaknya terus memutar skenario yang mungkin terjadi jika dia tidak cepat menasehati Seungcheol. Bukan saja sahabatnya itu akan dicap sebagai perebut pacar orang, tapi hal yang lebih buruk bisa saja terjadi. Seperti persahabatan yang hancur misalnya. Dan Jeonghan akan memastikan itu tidak akan terjadi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Na_Foresther
Psst! Teman-teman!
Ada 2 fic baru buatanku nih!
Jika berkenan silahkan mampir dan dicek ya, siapa tahu naksir ^^

Comments

You must be logged in to comment
24Delution
#1
Chapter 16: Hong Jisoo, Joshua Hong, Hong Josh O_O ku pikir kau penyihir, tenyata angel kkkk. Terima kasih telah mempersatukan mereka kembali, angel. Terima kasih juga buat authornim yg udah nulis dan menamatkan ini happy ending hehe :D
Ditunggu fict jicheol berikutnya ^^
24Delution
#2
Chapter 15: "Aku pulang, Jihoonie". Duh, pas baca part ini perasaan campur aduk :')
scoupstu #3
Chapter 15: EA AKHIRNYA TAMAT YEYYY~~~~~ W BISA BAYANGIN ITU DUA BERANTEM GIMANA WKWKWK EA CSC TOBAT YEY HEPI ENDING DITUNGGU FF BERIKUTNYA HEHEHEHE
sseundalkhom
#4
Chapter 16: finally!!!
makasih udah sebut nama, makasih udah buat fanfic sebagus ini yaaa
viagain
#5
Chapter 16: Angel pacaran sm angel yaa.. anaknya jadi apa deh.
Makasih fanficnyaaaa.. makasih atas semua angst, dan makasih udah nyebut nama ^^
leejihoon92
#6
Chapter 16: Dan gue betapa senangnya saat ada notif updatean dri loe... dan bener keknya gue tunggu2 dr mngu kmaren akhirnya cheol jisoo balik lagi... tapi kenapa end huuaaaaaa kenapa cepet banget endnya huhuhu... thanks ya thor jarang2 ada jcheol yg bahasa jadi gue seneng banget... jangan bosan bosan buat nulis jicheol ya thor haha.. semangat
24Delution
#7
Chapter 14: Hah, sudah ku duga pasti ada sesuatu dengan Joshua. Next chap semoga segera terbongkar kkkk~
viagain
#8
Chapter 14: Tuh kan, josh itu pasti semacam angel atau cupid deh
sseundalkhom
#9
Chapter 14: ya ambyar sudah baca ini
leejihoon92
#10
Chapter 14: Nahhh part yg gue tunggu keknya bakal nongol minggu depan .. semoga