Chapter 2

It's You

Nafas Irene tersengal saat tiba di puncak bukit, ia menundukkan kepalanya berusaha menyesuaikan nafasnya. Sementara itu, Seungwan sudah berdiri sambil melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru. Irene yang akhirnya berdiri di samping Seungwan pun tak bisa menyangkal keindahan pemandangan yang disajikan Tuhan bagi mereka. Keduanya saling berpandangan dan tersenyum, kembali melihat ke arah depan sampai akhirnya kedua gadis itu sadar bahwa mereka tidak datang untuk piknik, tapi untuk menyelesaikan tugas Bahasa Inggris mereka.

Dengan segera Irene mengeluarkan kamera, dan mulai mengambil gambar yang menurutnya bisa mewakili keindahan tempat itu, sementara Seungwan mulai menulis essay mengenai tempat itu yang akan mereka diskusikan setelah mengunjungi beberapa tempat yang sudah mereka jadikan tempat tujuan. Irene yang sedikit usil mengambil gambar Seungwan yang sedang asik menulis, sadar bahwa dirinya menjadi objek foto, Seungwan meminta Irene menghentikannya, namun gadis itu tak menghiraukannya. Seungwan hanya bisa tersenyum dan melanjutkan tulisannya.

“Kau sering datang kemari?”

“Ya, beberapa kali bersama kakak ku.” Irene yang sedikit kecewa dengan kenyataan bahwa ia sangat jarang menghabiskan waktu bersama keluarganya sedikit tertunduk, sambil mengecek semua gambar yang ia ambil. Irene yang tahu bahwa kakak lelaki Seungwan adalah Park Tae Jun, salah satu bujangan kaya di Korea yang memiliki kesibukan yang cukup tinggi masih bisa menghabiskan waktu bersama adiknya di tempat yang seindah ini, sementara kedua orang tuanya begitu sibuk hingga ia jarang sekali berpergian bersama.

“Kau baik-baik saja?” Seungwan khawatir karena Irene terlalu lama diam.

“Apa kau pernah merasa kesepian dengan kesibukan kakakmu?”

“Tentu saja, tapi tanggung jawabnya tidak hanya padaku, ia punya banyak orang yang bergantung padanya, aku selalu berusaha untuk memahami itu semua dan untuk tidak egois.” Irene tersenyum getir, setelah berbincang dengan Seungwan ia melihat gadis itu berbeda, gadis yang selalu dikucilkan di sekolah bagaimana mungkin masih bisa berkata-kata hal yang rasional dan secara tak langsung menasehati dirinya.

Seungwan menghentikan mobilnya di depan rumah makan langganannya, keduanya disambut hangat oleh anak lelaki pemilik rumah makan itu dan langsung menyediakan meja yang sudah dipesan oleh Seungwan sebelum mereka datang. Gadis itu membantu Irene memesan makanan yang paling enak dan khas di rumah makan itu. Selang beberapa menit, makanan yang dipesan akhirnya datang, Irene pun mulai mengambil gambar makanan-makanan yang tersaji di atas meja dan suasana ruang makan.

Keduanya makan dengan lahap, Seungwan beberapa kali memberikan daging dan sayuran pada Irene sambil terus menghabiskan makanan yang tersaji. Tak bisa Irene  pungkiri, makanan-makanan itu sangat enak dan membuat ia tak mau berhenti meskipun perutnya mulai terasa penuh. Berhenti sejenak, Seungwan mengambil kamera Irene dan memotret Irene yang sedang lahap makan, sadar sedang dipotret Irene pun memberikan ekspresi cantik, konyol dan lucu sehingga membuat Seungwan tertawa. Tawa gadis itu begitu lepas seperti tanpa beban, Irene sangat menikmati melihat wajah Seungwan yang lucu dan menyenangkan. Sebelum pergi dari rumah makan itu, Irene sempat mewawancarai pemilik dan beberapa tamu yang selesai makan untuk ia jadikan bahan essay.

“Sejak kapan kau mulai menyetir?”

“Sekitar 2 tahun yang lalu, setiap liburan kakak mengajariku menyetir dan membiarkanku menyetir setiap kami punya kesempatan, dan setelah mempunyai sim aku bisa menyetir kapanpun.”

“Kalau begitu kau bisa mengajariku menyetir?” Seungwan hanya tersenyum sambil terus memandang kedepan, ia tak menjawab pertanyaan Soo Yoen.

Seperti yang sudah Seungwan duga, Irene akan membawanya ke pusat perbelanjaan. Gadis itu terlihat sangat senang saat menyusuri jalan yang dipenuhi dengan kedai-kedai makanan dan semakin jauh mereka menelusuri jalan, maka butik-butik pun mulai kelihatan yang membuat wajah Irenesemakin bersinar kegirangan. Seungwanhanya bisa mengikuti kemana Irenemelangkahkan kakinya memasuki satu persatu butik dan mencoba semua pakaian yang menurutnya lucu dan ia bahkan membeli beberapa pakaian sepatu dan tas. Irene sangat menikmati moment-meoment itu, ia tak berhenti tersenyum. Dengan nyaman Irene merangkul Seungwan yang membantunya membawa beberapa tas belanjanya yang ia sendiri tak bisa membawanya.

“Tidakkah ini terlalu banyak?”

“Tentu saja tidak, aku akan memberikannya pada beberapa temanku, terutama Baek Soo Ji sebagai hadiah, besok adalah ulang tahunnya, kebetulan ukuran dan selera fashion kami sama jadi aku tak perlu repot-repot jika harus memberikan pakaian untuknya.” Seungwanhanya menganggukkan kepalanya.

Sebelum pulang keduanya menyempatkan untuk berwisata kuliner mencoba beberapa makanan yang belum pernah mereka rasakan terutama Seungwan yang terlihat sangat lahap. Hari yang panjang bagi Seungwan yang lebih sering menghabiskan waktunya di rumah, sementara bagi Irene ia cukup bersenang-senang hari ini.

Irene melambaikan tangannya mengantar kepergian Seungwan, ia tersenyum dan menarik nafas panjang karena cukup lelah, walaupun seperti itu ia bisa melihat sisi lain dari Seungwan yang selama berada di sekolah, dan ia merasa lebih lepas bersama Seungwan dibanding bersama teman-temannya. Ia menghela nafas panjang, cukup sampai di sini ia keluar besama Seungwan karena jika teman-temannya tau ia keluar selain mengerjakan tugas bersama gadis itu, mereka semua akan protes dan kemungkinan terburuk ia dijauhi oleh teman-temannya dan ia sangat tidak menginginkan itu.

“Dilihat dari foto-foto ini, sepertinya kalian menghabiskan waktu yang menyenangkan.” Ujar Kim Hae Jin selaku leader mereka yang terlihat tak begitu senang.

“Semuanya demi kepentingan tugas,” celetuk Irene.

“Kami tak akan pernah bisa menjadi teman, kau tahu selera kami sangat berbeda, ia sama sekali tak tertarik dengan fashion, plus dia sedikit aneh saat memandangiku,”

“Jangan-jangan ia menyukaimu,” sela Kang Min Hyung.

“Ah, tidak mungkin,” Irene berusaha untuk tidak percaya.

“Apa kalian tahu gossip mengapa ia pindah ke Korea?” Kim Hae Jin dan Irene menggeleng bersamaan.

“Kabarnya, teman sekamar gadis itu bunuh diri karena selalu dibully oleh teman-temannya saat ia dan Seungwan tertangkap basah berciuman di perpustakaan sekolah.” Irene tak percaya, menghabiskan sehari bersama  jelas apa yang dikatakannya tadi adalah sebuah kebohongan karena ia sangat menikmati menghabiskan waktu bersama gadis itu.

“Itu hanya gossip kita tidak tahu kebenarannya.” Timbal Irene lagi.

“Sudahlah, tidak terlalu penting membahas anak “tak tampak” itu,” Kim Hae Jin menutup pembicaraan dan mulai membaca buku yang baru ia beli. Irene pun bangkit dari tempat duduknya, entah kenapa matanya menatap sosok Seungwan yang termangu di depan pintu kelas, namun gadis itu hanya tersenyum sinis pada Irene dan masuk kelas dengan santai. Seungwan berhenti di depan meja Irene, menyerahkan tulisannya sambil mengatakan bahwa jika ia tidak suka dengan tulisannya ia bisa mengedit tulisan itu semau hati Irene, sehingga tak ada alasan keduanya untuk bertemu lagi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chchcn #1
Chapter 14: Nanggung thor hahaha
Favebolous #2
Chapter 14: Yah gak sampe menikah
hardcolors #3
Chapter 14: Huhu kok gantuuuunggg
_SWenRene
#4
Chapter 13: Yesss
Sorosdaas #5
Chapter 13: Yahhh!! I like the way Seungwan answer to irene. She suffer a lot because of irene..For this story, i can accept if it's not wenrene in the end..
Favebolous #6
Chapter 13: So......WR gak di ending? KELUARKAN SEMUA GADIS AYO MASA PSW DOANG YANG SEDIH
_SWenRene
#7
Chapter 12: Only for this one, I want a little bit more angst for irene bcs of her own mistake. Seungwan already said right she want to forget irene. So let make irene try hard to get seungwan's heart again, got reject at first from seungwan and so on. Hahahaha
liljung
#8
Chapter 12: yo author let irene own up her mistake this time, she messed up so bad, runaway from wan twice?? lmao wan deserve better woman idc. i won't mind no wenrene endgame this time. lah kok jadi emosi hehe.
Jung1804
#9
Chapter 12: Tu kannnn! Miscommunication at its best. Now what?
Jung1804
#10
Chapter 11: I mean I would distant myself too if I'm Irene. Seungwan should at least talked about her day to Irene to avoid miscommunication. T_T