Chapter 5

It's You

Tatapan tak menyenangkan yang biasa Seungwan terima saat ia berjalan dikoridor sekolah semakin membuatnya tidak nyaman. Bahkan ada yang langsung memalingkan wajahnya dan berjalan meninggalkan Seungwan dan mereka membisikkan kalimat-kalimat yang telinga Seungwan terasa panas. Tak lama sebelum ia masuk ke kelas seseorang melemparkan gumpalan kertas tepat di wajah Seungwan. Ia mengambil kertas itu, Kami tidak ingin kelas kami dikotori oleh  orang yang kecanduan narkoba dan memiliki penyakit mental. Semua ini sudah keterlaluan, selama ini Seungwan diam karena tak ingin membuat keributan di sekolah, karena ia tahu posisinya di sekolah sangat kuat, ia bahkan bisa mengeluarkan siapapun yang tidak ia sukai di sekolah itu. Namun ia tak ingin bersikap arogan, tapi apa yang tertulis di kertas itu sebuah fitnah yang tak bisa ia toleril lagi. Ia segera menuju ruang kepala sekolah yang segera berdiri melihat Seungwan yang terlihat begitu marah. Gadis itu memberikan kertas yang dikepalnya erat pada kepala sekolah.

“Saya sudah cukup bersabar selama ini, saya ingin semua ini segera diselesaikan.” Ujar Seungwan dengan tegas dan keluar dari ruang kepala sekolah, kembali ke kelas dan duduk ditempat di mana ia seharusnya berada.

Bel masuk berbunyi, semua anak sudah siap dikursinya masing-masing termasuk Seungwan yang siap untuk menerima pelajaran. Beberapa siswa kaget yang masuk ke kelas mereka bukan guru Kang tetapi kepala sekolah, dewan sekolah, guru BK dan wali kelas mereka. Tak pernah beberapa orang penting tersebut datang ke dalam ruang kelas, beberapa anak saling pandang membuat kelas itu sedikit ribut sampai wali kelas mereka meminta mereka untuk tenang.

“Siapa yang menuliskan ini dan melemparkannya ke wajah Park Seungwan.” tanpa panjang lebar kepala sekolah langsung memperlihatkan kertas yang kusut itu. Kepala Sekolah adalah orang yang ditakuti dan dihormati karena sikap tegasnya. Semua anak tertunduk tak berani menatap pria itu, dan untuk pertama kalinya Seungwan sanggup mengangkat kepalanya sementara yang lain tertunduk. Tidak ada yang mengaku, kepala sekolah meminta semua murid mengumpulkan buku catatan mereka dan meminta guru yang lain memeriksanya satu persatu.

“Apa yang kalian lakukan pada Park Seungwan sudah cukup keterlaluan,” pandangan pria itu menyebar ke seluruh penjuru kelas.

“Tapi pak,” potong Kim Hae Jin yang juga sebagai ketua perhimpunan siswa di sekolah.

”Park Seungwan sudah mencemarkan nama sekolah dengan menggunnakan obat-obar terlarang sampai-sampai ia harus direhab selama ini.”

“Dari mana kau mendapatkan info itu?” tanya kepala sedikit kesal, tapi Kim Hae Jin terdiam.

“Pasti kalian hanya mendengar gossip bukan?” tegas kepala sekolah lagi.

“Park Seungwan tidak masuk sekolah selama dua bulan bukan karena harus menjalani rehabilitasi, tapi harus menjadi saksi dipersidangan teman sekamarnya Sophie Clark yang dibunuh oleh guru prianya. Apa kalian tahu itu?” kelas menjadi sangat hening, Irene yang sangat kaget melihat ke arah Seungwan yang terlihat datar mendengar pembelaan kepala sekolah.

“Maaf pak saya menemukan tulisan yang mirip dengan ini.” Kepala sekolah menyocokkan dan menyocokkan tulisan tang milik Choi Hae Cul.

“Choi Hae Cul, apa benar kau yang menulisnya?” tubuh anak lelaki itu gemetar, ia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya jika kepala sekolah sudah mengetahui hal itu. Dengan gugup ia menjawab bahwa ia disuruh menulis dan melemparkan kertas itu oleh seseorang dan ia akan mendapatkan imbalan berupa ciuman jika ia melakukan hal itu.

“Maaf pak,” sela Seungwan. Dengan seksama kepala sekolah mendengarkan permohonan Seungwan untuk membahas siapa yang menyuruh anak lelaki itu di ruang konseling, ia tak ingin ada yang dipermalukan dengan hal seperti ini.

“Saya faham niat mu Seungwan, tapi bapak ingin memberikan pelajaran bagi siapapun yang melakukan hal ini. Jadi Hae Cul, jawab siapa yang menyuruhmu.”

“Kang Min Hyung.” Seungwan sudah menduganya, dan tiba-tiba ruang kelas pun menjadi ricuh, mereka tak percaya Min Hyung melakukan hal itu. Bahkan Kim Hae Jin dan Irene pun terperangah tak percaya.

“Saya tidak pernah meminta Hae Cul melakukan itu pak, saya bersumpah.” Min Hyung menatap benci pada Hae Cul.

“Kalian berdua ikut bapak ke kantor.” Kepala sekolah dan staf yang lain mengikut di belakang pria itu. Berada di kantor kepala sekolah dengan cara seperti ini tidak pernah diimpikan oleh siapapun. Hae Cul yang sampai tak mampu berjalan dengan baik pun harus ikut dengan lesu di belakang kepala sekolah. Sementara itu Min Hyung yang kesal langsung menuju ke arah Suengwan.

“Kau tidak akan ku lepaskan,” sambil menggengam erat kerah baju Seungwan.

“Kita lihat saja nanti,” ujar Seungwan dengan suara lirih yang entah terdengar seperti ancaman yang mengerikan bagi Min Hyung, tatapan mata Seungwan tidak main-main. Tidak hanya Min Hyung yang melihat Seungwan dengan cara berbeda, tapi anak-anak di kelas pun melihat Seungwan begitu berbeda. Gadis yang biasanya tenang dan tak melihatkan ekspresi apapun sekarang menatap tajam pada Min Hyung. Melihat hal itu, Irene langsung melerai keduanya. Ia membawa Min Hyung keluar dari kelas menemani gadis itu menuju ruang kepala sekolah.

Irene melihat Seungwan berjalan di lorong menuju ruang kepala sekolah, ia menarik tangan Seungwan. Mengatakan pada gadis itu bahwa jangan meneruskan perkara ini.

“Ayah Min Hyung bisa mengeluarkanmu dari sekolah ini.” Seungwan tersenyum sinis.

“Bukankah kita tidak seharusnya bicara?.” Ujar Seungwan sambil pergi meninggalkan Irene yang benar-benar tak percaya pada sikap Seungwan yang dingin padanya. Tapi ia segera menyadari bahwa mungkin Seungwan masih kesal dengan tuduhan yang dilayangkan Irene pada Seungwan malam itu.

Seorang pria bertubuh tambun yang didampingi oleh wanita dengan dandanan yang cukup elegan menurut Seungwan yang mengamati wanita itu dari atas sampai bawah. Pria dengan suaranya yang cukup keras mengatakan ingin melihat siswi yang menyebabkan anaknya dipanggil ke ruang kepala sekolah.

“Apa kabar tuan Kang.” Ujar Seungwan dengan dingin sambil membungkukkan tubuhnya. Tuan Kang yang terkejut dengan kehadiran Park Seungwan di situ segera membalas hormat gadis berusia 19 tahun lebih rendah, ia pun menarik istrinya untuk memberi hormat. Sadar siapa yang berada di hadapannya, nyonya Kang pun segera meminta Min Hyung untuk memberi hormat pada Seungwan.

“Silahkan duduk tuan Kang,” ujar kepala sekolah. Ketiganya pun duduk dengan ragu, Min Hyung bingung dengan sikap ayah dan ibunya yang seperti orang ketakutan melihat sosok Seungwan.

“Maaf telah mengganggu waktu anda tuan, mengenai anak anda.” Belum selesai kepala sekolah menjelaskan kejadian yang sebenarnya tuan Kang memotong pembicaraan.

“Kami akan berusaha mendidik anak kami lebih baik, saya harap permasalahan ini tidak sampai ke dewan kedisplinan sekolah.”

“Semuanya tergantung pada Seungwan, apakah ia bersedia memafkan Hae Cul dan Min Hyung atau ia akan tetap membawa masalah ini ke dewan kedisplinan sekolah.”

“Kami mohon agasshi dapat memaafkan anak kami,”

“Saya akan melupakan masalah ini dengan  syarat, mereka meminta maaf pada saya dan tidak mengulanginya kembali. Dan satu lagi Kalian berdua harus mengklarifikasi tulisan itu pada seluruh siswa di sekolah ini, dan jika itu tidak dilakukan.” Dengan segera tuan Kang dan istrinya menyanggupi permintaan Jae In.

Seungwan berjalan di samping kepala sekolah menuju aula olah raga yang sudah dikumpulkan semua murid . Kang Min Hyung dan kedua orang tuanya diikuti oleh Hae Cul dan kedua orang tuanya berjalan dengan menundukkan kepala. Seungwan tak ingin melakukan ini semua, namun perilaku yang ia terima dari siswa di sekolah ini sudah cukup keterlaluan dan sudah tidak bisa ditolerir pikir.

Dengan nada gemetar karena malu sekaligus takut Hae Cul dan Min Hyung mengutarakan permintaan maaf dan segera mengklarifikasi bahwa apa yang tertulis di kertas yang Hae Cul lempar ke Seungwan itu semua tidak benar.

“Bapak harap, ini semua yang terakhir kalinya, sekolah ini bukan tempat untuk bergosip, sekolah tempat kalian belajar menimba ilmu. Jika sesuatu seperti ini terjadi, kami pihak sekolah tidak akan segan-segan mengeluarkan kalian dari sini, walaupun kalian berada di semester akhir.” Semua siswa menjawab mengerti, mereka segera bubar. Sementara itu, kepala sekolah, keluarga Kang dan Hae meminta maaf secara pribadi pada Seungwan. Dan melihat sikap semua orang saat itu, Min Hyung berfikir keras siapa sebenarnya Seungwan, sampai-sampai ayahnya bersikap seperti itu. Karena selama ini yang ia tahu ayahnya adalah orang yang cukup keras dan sama sekali tidak terima jika ia dihina atau disakiti orang lain dan sang ayah rela melakukan apa saja supaya orang yang mengganggu anaknya mendapatkan ganjaran yang setimpal.

"Aku tak ingin kau membuat masalah lagi di sekolah, terutama dengan Seunmgwan.” tegas ayah Min Hyung sebelum meninggalkan sekolah. Dari kejauhan ia bisa melihat Seungwan yang memandang lurus ke arahnya dengan senyum tipis yang sangat dingin pikir Min Hyung.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chchcn #1
Chapter 14: Nanggung thor hahaha
Favebolous #2
Chapter 14: Yah gak sampe menikah
hardcolors #3
Chapter 14: Huhu kok gantuuuunggg
_SWenRene
#4
Chapter 13: Yesss
Sorosdaas #5
Chapter 13: Yahhh!! I like the way Seungwan answer to irene. She suffer a lot because of irene..For this story, i can accept if it's not wenrene in the end..
Favebolous #6
Chapter 13: So......WR gak di ending? KELUARKAN SEMUA GADIS AYO MASA PSW DOANG YANG SEDIH
_SWenRene
#7
Chapter 12: Only for this one, I want a little bit more angst for irene bcs of her own mistake. Seungwan already said right she want to forget irene. So let make irene try hard to get seungwan's heart again, got reject at first from seungwan and so on. Hahahaha
liljung
#8
Chapter 12: yo author let irene own up her mistake this time, she messed up so bad, runaway from wan twice?? lmao wan deserve better woman idc. i won't mind no wenrene endgame this time. lah kok jadi emosi hehe.
Jung1804
#9
Chapter 12: Tu kannnn! Miscommunication at its best. Now what?
Jung1804
#10
Chapter 11: I mean I would distant myself too if I'm Irene. Seungwan should at least talked about her day to Irene to avoid miscommunication. T_T