Chapter 3

It's You

“Kakak akan pulang minggu depan, kakak harap kau bisa menjaga dirimu,”

“Ya, berjannjilah kakak akan sering menghubungi ku.” Seungwan menutup handphonenya setelah mengucapkan selamat tinggal. Sambil menyeka air matanya Seungwan melanjutkan bacaannya, perkataan gadis-gadis di kelas tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Bagaimana bisa mereka mengatakan hal buruk tentang  Sophie. Teman sekamarnya itu memang bunuh diri, tapi bukan itu alasan  mengapa Sophie memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sampai saat ini tak ada yang tahu motif bunuh diri Sophie yang merupakan sahabat baik Seungwan sekaligus menjadi alasan mengapa ia pindah ke Korea. Sophie tak meninggalkan pesan apapun, tubuh pucatnya ditemukan di atas tempat tidur dengan pergelangan tangan yang teriris. Seungwan yang saat itu tidak berada di asrama karena harus mengikuti kompetisi di sekolah lain, datang sangat terlambat, ia menemukan Sophie yang kehabisan darah dan sudah tak lagi bernyawa. Seungwan menutup wajahnya, menahan tangisnya agar tak terlihat siapapun, ia tak bisa melupakan wajah pucat Sophie yang terlihat begitu sedih di akhir hidupnya. Seungwan menarik nafas panjang dan minum seteguk air putih agar ia bisa kembali menenangkan diri, ia bangkit dari tempat duduknya dan menuju kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

Seungwan makan malam sendiri di meja sedangkan seorang pelayan berdiri di sampingnya, hal itu sebenarnya sangat tidak disukai Seungwan, namun kekhawatiran sang kakak yang memaksanya harus menurut. Setelah kejadian itu, Seungwan harus menjalani perawatan serius karena trauma yang ia derita, karena trauma itu Seungwan juga kehilangan nafsu makannya. Karena ia tidak ingin berada di rumah sakit yang menurutnya justru membuatnya lebih merasa kesepian, Seungwan berjanji pada kakaknya untuk makan dan kembali bersekolah, alhasil setiap Tae Jun harus melakukan perjalanan dinas, seorang pelayan harus memastikan Seungwan menghabiskan semua makanannya. Ketika Seungwan memaksakan makanan masuk ke mulutnya, ia diberitahu oleh penjaga pintu gerbang bahwa seseorang ingin menemuinya. Yang Seungwan tahu, ia tidak memiliki seorang temanpun di kota ini. Ia menanyakan kembali siapa yang datang, ia hanya menarik nafas panjang dan meletakkan sendoknya, mengehentikan makannya.

Ia berjalan menuju ruang tamu setelah empersilahkan tamunya untuk masuk. Seungwan mempersilahkan gadis itu duduk. Irene cukup kagum dengan interior yang di tampilak rumah itu. Namun ia tidak ingin membuang waktu lagi untuk bicara pada Seungwan.

“Aku sudah membacanya dan aku menambahkannya sedikit,”

“Sepertinya kau lupa, aku sudah mengatakan kau boleh melakukan apapun dengan tulisan itu dan tidak perlu datang ke mari,” nada bicara Seungwan sangat ketus pada teman sekelompoknya itu.

“Maaf, jika harus mendengar percakapanku bersama teman-teman di kelas,”

“Kau tak perlu minta maaf, lagi pula apa yang kalian bicarakan semuanya tidak benar, tapi kau harus tau, gossip yang menyebar dapat melukai orang yang kalian bicarakan. Jika sudah selesai, kau bisa pergi.”

“Aku benar-benar minta maaf,” Seungwan berusaha untuk tidak kesal.

“Bersamamu seharian sangat menyenangkan, aku berbohong pada Hae Jin karena,”

“Karena kau malu, dan takut teman-temanmu akan menjauhimu,” Irene diam.

“Aku kira kau berbeda dari yang lain Irene, sikapmu cukup baik padaku, tapi aku kira aku salah, karena  kalian ternyata sama saja,” Irene tak menyangkal, ia semakin malu pada dirinya sendiri.

“Aku tak bisa menyalahkan dirimu, kalian saling mengenal sejak lama, kehilangan sahabat akan sangat menyakitkan. Dan mulai sekarang, akan lebih baik jika kita tidak saling bicara seperti sebelumnya,” Seungwan bangkit dari tempat duduknya, menepuk pundak Irene.

“Pulanglah, aku sudah memaafkanmu dan yang lainnya,” Seungwan keluar dari ruang tamu menuju ruang perpustakaan untuk membaca buku sebelum ia tidur. Dan sementara itu Irene hanya memandangi Seungwan yang dengan santainya meninggalkan ia seorang diri, pernyataan Seungwan benar-benar membuatnya semakin kagum dengan gadis itu. Bagaimana ia bisa hidup seperti itu, di sekolah ia dianggap tidak ada dan ia juga sering ditinggal oleh sang kakak, ia bahkan tak memiliki teman dan nilai-nilai gadis itu pun selalu bagus disetiap tes yang diberikan, bahkan Seungwan bisa tertawa dan tersenyum lepas hari itu. Irene yang pulang dengan pertanyaan-pertanyaan itu telah memutuskan ia akan tetap bicara pada Seungwan, meskipun ia belum siap kehilangan teman-temannya jika mereka tahu keduanya saling bicara.

Seungwan harus menumpahkan orange jus nya karena tiba-tiba Irene datang dan mengagetkannya. Tumpahan jus itu ada di semua rok Seungwan yang berusaha dbersihkan oleh Irene namun segera ditolak Seungwan yang memberishkannya dengan sapu tangan yang ia bawa.

“Apa yang kau lakukan?”

“Aku hanya ingin bicara padamu,”

“Sepertinya kau tidak mengerti peringatanku ya”

“Tentu saja aku mengerti, tapi kau sangat menarik, berada di dekatmu membuatku merasa nyaman. Kau maukan menjadi teman ku” Seungwan menarik nafas panjang.

“Baikalh, tapi kau harus faham satu hal, jangan salahkan aku jika teman-temanmu menjauhimu.” Irene mengangguk dan dengan ringan sambil tersneyum merangkul Seungwan.

Setiap ada kesempatan Irene dan Seungwan akan menghabiskan waktu bersama, mereka nonton, ke taman hiburan, belanja atau hanya sekedar menghabiskan waktu di kamar Seungwan yang menurut Irene sangat nyaman. Tapi kebersamaan itu sedikit terasa dipaksakan ketika Irene memiliki seorag pacar. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersama temannya yang lain dan pacarnya sehingga janji yang ia buat bersama Seungwan sering ia batalakan secara sepihak. Bahkan Seungwan harus terjebak hujan saat menunggu Irene yang kembali membatalkan janjinya. Seungwan cukup tahu diri karena ia hanya teman rahasia bagi Irene. Gadis itu bahkan tidak mengharapkan Irene bicara padanya di sekolah karena Irene seperti lem yang selalu lengket dengan sang kekasih.

Setelah sekian lama, akhirnya Seungwan dan Irene mempunyai kesempatan untuk makan malam bersama. Keduanya cukup nyaman satu sama lain, menikmati malam, sampai akhirnya suasana sedikit berubah saat Seungwan mengatakan bahwa ia tak begitu menyukai kekasih Irene

“Katakan alasannya, mengapa kau tak menyukainya?” Irene berusaha untuk santai menanggapi Seungwan.

“Seorang pria seperti dia seharusnya tidak kau kencani.”

“Seperti apa maksudmu.”

“Pria yang mengencani sahabat kekasihnya.” Irene tersenyum sinis.

“Jangan memfitnah sahabat dan kekasihku seperti itu.”

“Aku tidak berbohong, aku melihat dengan mata kepalaku, mereka.” Irene segera memotong kalimat Seungwan.

“Aku tahu hal ini akan terjadi, kau merasa tidak begitu senang karena itu bukan?, aku akui, aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Sae Joo dan temanku yang lainnya. Tapi bukan berarti kau bisa mengatakan hal bohong seperti itu.” Irene berusaha menenangkan diri.

“Apa untungnya bagiku berbohong padamu?” tanya Seungwan yang berusaha memahami Irene yang begitu yakin bahwa ia berbohong.

“Mungkin Sae Joo benar bahwa kau terobsesi denganku dan ingin aku selalu didekatmu, dan kau iri dengan kedekatan kami.” Kalimat itu membuat Seungwan seperti mengalami de javu, kalimat itu juga yang dikatakan oleh Sophie dua minggu sebelum gadis itu meninggal. Sophie menganggap Seungwan menyukainya dan ide itu datang dari Mr. Smith guru sejarah mereka yang menjadikan Sophie sebagai asisten sang guru. Seungwan menatap lurus pada Irene, masih tak percaya dengan apa yang dikatakan gadis itu.

“Kalau begitu maafkan aku, yang sangat terobsesi padamu.” Ia hampir menitikkan air mata, bukan karena ia sakit hati dengan pernyataan Irene, tapi kehilangan kembali seorang sahabat karena seorang prialah yang membuatnya hampir menangis.

“Aku berjanji padamu, tidak akan mengganggu hubungan pertemanan dan percintaanmu.” Dengan menundukkan kepalanya Seungwan meninggalkan Irene, yang masih kesal dengan sikap Seungwan, ia tak berusaha menyusul gadis itu dan ia juga tak berniat akan menghubungi Seungwan lagi, ia harus mengakhiri pertemanan yang seperti ini pikirnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chchcn #1
Chapter 14: Nanggung thor hahaha
Favebolous #2
Chapter 14: Yah gak sampe menikah
hardcolors #3
Chapter 14: Huhu kok gantuuuunggg
_SWenRene
#4
Chapter 13: Yesss
Sorosdaas #5
Chapter 13: Yahhh!! I like the way Seungwan answer to irene. She suffer a lot because of irene..For this story, i can accept if it's not wenrene in the end..
Favebolous #6
Chapter 13: So......WR gak di ending? KELUARKAN SEMUA GADIS AYO MASA PSW DOANG YANG SEDIH
_SWenRene
#7
Chapter 12: Only for this one, I want a little bit more angst for irene bcs of her own mistake. Seungwan already said right she want to forget irene. So let make irene try hard to get seungwan's heart again, got reject at first from seungwan and so on. Hahahaha
liljung
#8
Chapter 12: yo author let irene own up her mistake this time, she messed up so bad, runaway from wan twice?? lmao wan deserve better woman idc. i won't mind no wenrene endgame this time. lah kok jadi emosi hehe.
Jung1804
#9
Chapter 12: Tu kannnn! Miscommunication at its best. Now what?
Jung1804
#10
Chapter 11: I mean I would distant myself too if I'm Irene. Seungwan should at least talked about her day to Irene to avoid miscommunication. T_T