Chapter 7

It's You

 Seperti biasanya, Seungwan makan siang seorang diri di taman belakang, ia membuka bekal makan siang yang dimasak ajumma untuknya. Tapi hari ini, ia sangat tidak selera memakan makanan kesukaannya. Ia hanya melihat mencicipi sedikit saja makanan itu, ia ingin menangis, tapi ia tidak ingin melakukannya di sini. Di tempat ia dipandang rendah oleh orang lain, tempat yang masih belum bisa menerima dirinya. Seungwan hanya bisa menghela nafas panjang berusaha untuk tidak stress sesuai anjuran dokter pribadinya. Ia mengeluarkan handphone dan memutar music dengan headsetnya sambil menunggu jam makan siang selesai.

“Boleh aku duduk di sini?”

“Tidak ada yang melarang siapapun untuk duduk di sini,” ujar Seungwan ketus pada Irene yang mencoba untuk berbicara manis padanya.

“Aku ingin minta maaf,”

“Tidak ada yang perlu dimaafkan,” kembali Seungwan bersikap dingin pada Irene.

“Aku tahu, aku salah karena menuduhmu,”

“Sudahlah, aku juga sudah terbiasa diperlakukan seperti itu di sini, pergilah, aku sangat tidak ingin diganggu saat ini.” Irene  berdiri dengan perlahan pergi sambil menyeka air matanya, ia tidak percaya bahwa Seungwan yang selama ini begitu perduli dan baik padanya begitu tersakiti oleh sikapnya dulu yang tak mempercayai Seungwan dan menuduhnya yang tidak-tidak. Sementara itu, Seungwan tahu kalau Irene menangis karenanya, namun saat ini ia benar-benar tidak ingin bicara pada siapapun, karena banyak sekali hal yang berputar-putar di kepalanya yang membuatnya tak bisa berfikir atau bicara apapun, ia hanya ingin menenangkan dirinya.

 

 “Ini,” Irene memberikan ice coffee kesukaan Seungwan sebelum jam pelajaran tambahan di mulai.

“Kau tak perlu repot-repot,” Irene tidak bicara apa-apa, ia langsung duduk di kursinya.

Hal-hal kecil Irene lakukan untuk membuat Seungwan bicara lagi padanya. Entah apa yang membuat Irene melakukan hal itu, namun perasaan bersalah sekaligus khawatir melihat kondisi Seungwan, membuat Irene lebih perhatian pada gadis itu akhir-akhir ini.

Hujan turun dengan cukup deras, Seungwan yang terlambat keluar kelas, menunggu jemputannya di depan pintu sekolah. Ia menadahkan tangannya ke arah hujan, merasakan rintik hujan menyentuh telapak tangannya. Bayangan hari itu menari-nari di benak Seungwan yang melihat Sophie melambaikan tangannya, memanggil Seungwan untuk bergabung bersamanya di bawah air hujan yang membasahi rumput sekolah mereka. Seungwan berlari ke arah Sophie, keduanya bergandengan tangan, menari di bawah sesuatu yang selalu Seungwan dan Sophie sebut sebagai anugrah, yaitu hujan. Entah mengapa hujan membawa kebahagiaan sekaligus ketenangan bagi keduanya. Seungwan masih ingat, Sophie berbisik padanya bahwa gadis itu sangat menyayanginya, ia tidak ingin menjadi teman bagi Seungwan, Sophie ingin ia menjadi saudara perempuannya. Tak terasa air mata Seungwan jatuh begitu saja mengingat hal itu. Ia tidak menyangka, hanya karena pertengkaran kecil, keduanya berpisah untuk selamanya, dan Seungwan harus menjalani hari-hari beratnya di sekolah ini, kehilangan orang-orang yang ia sayangi.

Seungwan segera menghapus air matanya saat sadar seseorang mendekatinya. Ia melihat Irene yang memperbaiki seragamnya dan segera berdiri di samping Seungwan.

“Ah, andai saja aku tadi mendengarkan bibi,” keluhnya sambil menengadahkan tangannya, mengira-ngira apakah hujannya deras atau tidak.  

“Hujannya cukup deras, kau tak perlu melakukan itu untuk mengetahuinya,”

“Tapi kau tadi melakukan hal yang sama,” Seungwan tak ingin berdebat, ia kembali diam sambil memperhatikan jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tak lama, supir Seungwan datang dan segera membukakan payung untuknya.

“Sekolah sudah mulai sepi, ayo aku antar pulang,” tanpa berfikir Irene langsung bergabung dengan Seungwan dan segera menuju mobil.

“Kita antarkan dulu nona Kim pulang ajushi,”

“Ne agasshi,” tapi tiba-tiba Irenemenolak.

“Bolehkan aku menginap di rumah mu malam ini, kedua orang tuaku baru saja berangkat ke Busan, dan hujan seperti ini membuatku takut jika di rumah sendirian lagi pula besokkan hari libur.” Lama Seungwan diam, sampai akhirnya ia menyetujui permintaan Irene dengan syarat ia langsung pulang setelah sarapan, karena Seungwan ingin menghabiskan waktunya sendiri dan sepertinya Irene tidak keberatan.

Setelah membersihkan dirinya dan bersiap-siap untuk tidur, Seungwan cukup kaget saat Irene sudah berada di kasurnya yang sudah bersiap-siap untuk tidur.

“Kau seharusnya tidur di kamar tamu,” ujar Seungwan sedikit kesal.

“Apa kau tidak mendengar guntur dan kilat bersahutan, aku takut jika harus tidur sendiri.”

“Terserah kau saja,”

Seungwan merebahkan tubuhnya yang lelah di kasur empuknya sambil menghidupkan televisi layar datarnya.Dan gadis itu membiarkan lampunya menyala agar ia bisa tidur dengan nyenyak, namun sepertinya tidak dengan Irene. Ia membolak balikkan tubuhnya dengan gelisah, karena ia sama sekali tidak bisa tidur dengan lampu yang menyala.

“aigoo,” desah Seungwan yang langsung mematikan lampu namun tetap menyalakan televisinya. Barulah Irene berhenti bergerak dan tidur dengan nyenyak begitupun Seungwan yang akhirnya tertidur.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chchcn #1
Chapter 14: Nanggung thor hahaha
Favebolous #2
Chapter 14: Yah gak sampe menikah
hardcolors #3
Chapter 14: Huhu kok gantuuuunggg
_SWenRene
#4
Chapter 13: Yesss
Sorosdaas #5
Chapter 13: Yahhh!! I like the way Seungwan answer to irene. She suffer a lot because of irene..For this story, i can accept if it's not wenrene in the end..
Favebolous #6
Chapter 13: So......WR gak di ending? KELUARKAN SEMUA GADIS AYO MASA PSW DOANG YANG SEDIH
_SWenRene
#7
Chapter 12: Only for this one, I want a little bit more angst for irene bcs of her own mistake. Seungwan already said right she want to forget irene. So let make irene try hard to get seungwan's heart again, got reject at first from seungwan and so on. Hahahaha
liljung
#8
Chapter 12: yo author let irene own up her mistake this time, she messed up so bad, runaway from wan twice?? lmao wan deserve better woman idc. i won't mind no wenrene endgame this time. lah kok jadi emosi hehe.
Jung1804
#9
Chapter 12: Tu kannnn! Miscommunication at its best. Now what?
Jung1804
#10
Chapter 11: I mean I would distant myself too if I'm Irene. Seungwan should at least talked about her day to Irene to avoid miscommunication. T_T