02. Fin

'Ex Boyfriend' 2
Please Subscribe to read the full chapter

Tak salah kalau orang bilang menunggu adalah hal yang paling membosankan. Karena hal itulah yang membuatku merasakan satu minggu seperti berminggu minggu. Aku merasa begitu bosan di rumah namun aku juga begitu malas untuk keluar sehingga yang ku lakukan hari itu hanya berbaring tak jelas di sofa sambil memindah mindah saluran tv. Mungkin bagi orang lain aku berlebihan, tapi itulah yang kurasakan. Rasanya sangat aneh berada di rumah tanpanya.

Sudah hampir jam 10 malam namun mataku masih tak mau terpejam. Beberapa kali aku memeriksa handphoneku yang lagi lagi membuatku kecewa karena tak ada satupun balasan dari Seulgi. Apa dia sudah tidur? Aku ingin sekali menghubunginya namun juga tak ingin mengganggunya seandainya dia memang benar sedang tidur. Aku tak ingin mengganggu waktu istirahatnya.

Ku izinkan rasa bosan menyelimutiku dan ku biarkan waktu membuat mataku berat dengan sendirinya. Ku ambil handphoneku di meja dan bangkit. Mungkin besok pagi aku akan menghubunginya, pikirku, sebelum akhirnya suara ringtone mengalun dari handphoneku. “Seul?”

“Sudah tidur?”

“Baru mau masuk kamar” jawabku. “Sibuk?”

“Tidak. Tadi aku tidur”

“Ya sudah, kembalilah tidur. Aku juga sudah mulai ngantuk” sahutku menutup pintu kamar dengan malas menggunakan kakiku.

“Honey"

“Hm”

“Buka pintunya”

“Maksudnya?”

“Aku di teras rumah”

Cukup lama aku terdiam sebelum bergegas menuju pintu depan. Aku mengintip dari celah tirai dan ku lihat suamiku berdiri di depan sana. Benar benar berdiri di depan pintu rumah kami. Ku buka pintu dan dia tersenyum. “Kau bilang besok baru pulang”

“Tadinya. Tapi pekerjaanku sudah selesai dan besok juga tak ada acara. Mereka hanya ingin jalan jalan jadi ku pikir sebaiknya aku pulang”

“Maksudmu kau tidak membelikanku apapun?” tanyaku bersilang tangan di dada.

“Apa oleh oleh berupa suamimu ini tak cukup?” tanya Seulgi menunjuk dirinya seraya mengerlingkan mata.

“Alasanmu tak masuk akal”

“Heeeyyy, setidaknya hargai sedikit usahaku” Seulgi ikut menyilangkan kedua tangannya di dada. “Kau bahkan tak mempersilakanku untuk masuk”

“Sejak kapan kau minta izin untuk masuk?”

“Sejak hari ini” jawabnya. Seulgi menarik kopernya dan tanganku bersamaan kemudian menendang pintu dan menguncinya. “Kau sedang PMS atau datang bulan sehingga jadi menyebalkan seperti ini?”

“Tidak keduanya” balasku dan seketika kurasakan bibirnya menyentuh bibirku dengan tergesa.

Seulgi mengusap pinggangku kemudian tangannya menyusup ke bajuku dan meraba kulitku. Jantungku mulai berpacu ketika jari jemari itu mulai merayap dari perut hingga ke dadaku sementara bibirnya mulai menyesap bibirku. “Tadi kerja?”

Aku menggeleng. Tubuhku rasanya terbakar. Satu minggu tak bertemu membuat otakku bekerja lebih cepat mengartikan maksud dari ucapan dan sentuhannya.

“Kalau begitu...” Seulgi mencium rahang dan mengulum cuping telingaku. “Bisa kita membuat yang seperti Jisoo?”

 

***

 

Aku baru selesai membersihkan meja makan ketika Seulgi menghampiriku. Senyum menyebalkannya memenuhi pandanganku. “Apa?”

Seulgi memainkan bahunya, masih dengan senyum menyebalkannya. “Tadi bicara apa saja dengan Umma?”

Oh benar. Kami sedang di rumah orangtuaku seperti yang kuminta pada Seulgi waktu itu. Setelah hampir 2 minggu, akhirnya keinginanku bisa terlaksana. “Hanya menceritakan beberapa hal kecil tentang pekerjaan, tentangmu” jawabku seadanya.

“Ada lagi?”

“Mungkin bertanya tentang keguguranku waktu itu” aku berdehem kecil.

“Tadi Suho juga bertanya tentangmu” Seulgi duduk sambil memandangku. Wajahnya sedikit serius kali ini.

Ku hembuskan napas dari hidungku. “Lalu jawabanmu?”

Seulgi memainkan bahunya.

Ku letakkan lap kecil yang baru ku gunakan di dekat wastafel kemudian berbalik dan memandang Seulgi. “Aku ngantuk” ku lihat Seulgi bangkit dan mengikutiku masuk ke kamar. Aku sedikit terkejut saat ku dengar Seulgi mengunci pintu karena selama ini aku tak pernah mengunci pintu kamarku. Orangtuaku atau Suho selalu mengetuk setiap kali mereka perlu denganku. Lagipula aku sedikit paranoid karena sering mendengar dan membaca berita berita kriminal. Itulah kenapa aku tak pernah mengunci kamarku. Baru setelah aku menikah mereka memintaku untuk menguncinya. Aku mengerti maksudnya walaupun aku tetap tak pernah melakukannya.

“Sudah berapa lama kita tidak ke sini?” tanya Seulgi mendekat dan berbaring di sampingku. Lengannya memelukku.

Aku berpikir sambil menghitung dengan jariku. “Mungkin delapan bulan” ku sandarkan punggungku di tubuhnya saat dia menarik selimut menutupi sebagian tubuh kami. Sedikit geli kurasakan ketika Seulgi menyapukan bibirnya di bagian bahu dekat leherku.

“Lama juga”

“Bukan lama juga tapi sangat lama” protesku kemudian ku rasakan bibirnya menggores kulit di leherku. Aku ingin mengumpat atas apa yang dilakukannya karena aku yakin dia sengaja.

“Ya ya ya” tandas Seulgi.

Aku menelan ludah merasakan bibirnya yang tak hanya sekedar menyapu kulitku. Jantungku mulai berpacu dan aku yakin Seulgi menyadarinya karena jemarinya sedang meraba dadaku. Aku mengerti, sangat mengerti dengan apa yang dilakukannya. Aku harus menghentikannya sebelum aku tak bisa menahan diriku. “Hubby, stop. Aku ngantuk”

“Tidurlah” Seulgi menciumi leherku.

Aish. Bagaimana aku bisa tidur kalau tangan dan bibirnya mulai tak tau malu berlalu lalang di kulitku. “Bisa bisanya kau berkata seperti itu sementara tanganmu semakin tak sopan” aku sedikit menggerutu walaupun ku akui aku menikmati setiap sentuhan yang diberikannya.

Seulgi mengusapkan telapak tangannya di perutku. Yang kemudian turun sedikit demi sedikit.

“Hubby, no” ku hentikan tangannya yang kini menyusup ke celanaku dan membelai pahaku.

Seulgi tertawa kecil. “Kalau kau benar benar ingin aku berhenti, kau tidak akan membiarkanku memainkan tanganku sejauh ini”

Aku benci mengatakan kalau ucapannya benar. Aku memang setengah hati menghentikan aksinya. “Kita di rumah orangtuaku, Seul” balasku mengingatkan. Napasku memburu merasakan tangannya mendarat di depan kewanitaanku. Seandainya kami tak di rumah orangtuaku, aku akan melanjutkannya dengan senang hati.

“Aku tau” sahutnya semakin berani.

Desahan pelan meluncur begitu saja dari bibirku saat Seulgi mengusapkan jarinya di depan celana dalamku dan aku yakin dia tau aku sudah terangsang karena aku bisa merasakan celana dalamku lembab. Ku biarkan Seulgi menggodaku beberapa saat sebelum ku hentikan aksinya. “Hubby, jangan...” ucapku dengan berat hati menarik tangannya.

Seulgi memutar tubuhku menghadapnya dengan ekspresi wajah yang sangat ku kenal. “Aku tau kau juga menginginkannya"

Aku menghela napas. “Kau benar tapi jawabanku tetap sama”

Wajahnya cemberut. “Kenapa?”

“Kau gila? Tepat di sebelah kamarku ini kamar Suho” ku dorong tubuhnya. “Kakakku sedang bersama anak dan istrinya kalau kau lupa. Yah, Seulgi” aku berusaha melepaskan diri ketika Seulgi naik ke tubuhku dan menghujani wajahku dengan ciuman. “Hubby, please...”

“Sejak menikah, kita belum pernah melakukannya di kamarmu”

Mataku membulat. Seketika aku merasa horror memikirkan kalau kakak dan kakak iparku sampai tau aku tengah bercinta di sebelah kamar mereka. “Mereka bisa mendengarnya. Aku malu, Seul” tolakku. Lagipula kami tak akan leluasa melakukannya.

“Tapi kau tak masalah waktu Suho menginap di rumah kita”

“Itu beda” aku berusaha berkelit walaupun aku tau tak ada gunanya karena aku sadar aku sudah terangsang dengan perbuatannya beberapa saat yang lalu. Terlebih saat aku tau dia yang di sana juga sudah mulai bangun dan menyentuhku. Napasku semakin memburu karenanya dan aku kembali mendesah saat Seulgi memainkan bibir dan lidahnya di leherku. Aku bergidik ketika Seulgi menyesap kulit di bawah telingaku. “Hubby, no, jangan menandai leherku. Aku tak ingin mati karena pembuluh darahku pecah”

Seulgi memandangku tak percaya. Dia menggigit ujung hidung dan juga daguku. “Really? Kau masih bisa berkata seperti itu sekarang?”

“Tentu saja. Sudah ku bilang padamu berkali kali di leher kita banyak pembuluh darah”

Seulgi menjauh dari atas tubuhku. “Kau benar benar pembunuh berdarah dingin. Selamat, kau sukses membunuh moodku”

Aku tak sanggup menahan gelak tawaku saat Seulgi berbaring memunggungiku. Ku peluk pinggangnya dan ku ciumi lengannya beberapa kali. “Sorry, aku hanya mengingatkan”

Seulgi mendengus. “Thank you very much”

“You are very welcome, Hubby” aku hanya tertawa dan memaksanya berpaling padaku. Ku lingkarkan tangannya di pinggangku dan ku sandarkan kepalaku di salah satu lengannya. “Selamat tidur, Baby”

Seulgi menggerutu namun tetap memelukku dengan hangat.

Walaupun pada akhirnya Seulgi tetap menang karena dia berhasil membuatku tak sanggup menolaknya. Aku harus menahan malu ketika ibuku memergokiku mencuci sprei. Terlebih ketika ibuku berucap dengan nada menggoda.

“Sudah ku bilang, bawa tisu basah yang ada di lemari dapur”

Argh. Rasanya aku ingin memasukkan suamiku ke dalam mesin cuci dan menggilingnya bersama sprei itu. “Memang tak ada rencana” gumamku pelan. Terlalu malu untuk bicara lagi.

 

***

 

“Hon, nanti mau jalan jalan?”

Aku menggeleng.

Alis Seulgi terangkat.

“Kenapa?”

“Biasanya kau yang mengajakku. Kenapa sekarang kau malah menolak tawaranku”

“Hanya sedang malas” sahutku. Dan juga rasanya aku sedikit lelah. Entah kenapa aku begitu malas dan mudah lelah beberapa hari ini.

Malam itu aku benar benar malas untuk melakukan apapun. Aku hanya duduk bersandar di ranjang bersama Seulgi yang tampak menikmati acara tv favoritnya. Sesuatu yang sangat jarang ku lakukan. Ku sandarkan kepalaku di bahunya sambil memainkan jari jarinya di tanganku, mulai merasa bosan sementara Seulgi masih begitu serius menyaksikan acara di tv. Ku peluk lengannya dan menggelayut manja di sana. Tak lama ku rasakan dia menarikku, membawa tubuhku di antara kakinya dan memelukku, membuat senyumku merekah seketika.

“Belum ngantuk?”

“Belum” balasku menyandarkan punggungku di tubuhnya. Kuusap kedua tangannya yang melingkari pinggangku. Ku naikkan lututku dan semakin menenggelamkan diriku dalam pelukannya. “Seul”

Seulgi hanya mencium sisi kepalaku sebagai balasan.

“Bagaimana menurutmu nama Yerim?”

“Nama yang indah”

Ku pejamkan mataku dan tersenyum.

“Aku ingin nama Janghyuk kalau kelak anak kita laki laki”

Rasa hangat merayap di sekujur tubuhku mendengar ucapan Seulgi. “Tentu. Aku juga suka nama itu”

Mungkin telalu cepat membahas tentang nama pada Seulgi padahal aku baru telat 3 hari dari siklus menstruasiku. Tapi aku merasa yakin ada sesuatu yang akan tumbuh di rahimku. Bisa saja aku memang berlebihan, namun aku tak menampik perasaan berbunga bunga yang singgah di hatiku. Kalaupun gagal, tak mengapa. Kami masih bisa mencobanya lagi.

Seulgi menyentuh pipiku dan aku menoleh. Ku lihat dia tersenyum tipis sebelum ku rasakan bibirnya di keningku dan membiarkannya untuk sesaat.

Ku miringkan tubuhku dan ku pandangi wajahnya. Rasanya tak akan lelah bagiku untuk terus mengatakan aku mencintainya. Ku letakkan telunjukku di bibir. “Aku ingin di sini”

Seulgi tersenyum dan mengecup singkat bibirku.

“Hubby” aku merengut. Ingin merasakan ciuman yang sebenarnya, bukan kecupan sesaat itu.

“Apa?”

“Di sini” ku tunjuk lagi bibirku.

“Sudah, kan?”

“Belum” aku menggeleng. Dan sekali lagi ku rasakan bibirnya mengecupku seperti sebelumnya membuatku kembali merengut.

“Kenapa?”

“Tidak” jawabku menggeleng. Ku sandarkan kembali punggungku di tubuhnya.

“Honey”

“Hm”

“Honey”

“Hm”

“Honey”

“Hm”

“Babe”

“Hm”

“Love”

Ku hela napas dari mulutku dan berpaling padanya. “Ap...” dan ku rasakan bibirnya di bibirku. Persis seperti yang ku inginkan.

“I love you”

“I love you, too” balasku memeluknya erat.

 

***

 

“What? No!” ku silangkan kedua pergelangan tanganku ketika Chorong memaksaku pulang bersamanya sementara di luar tengah hujan lebat. Walaupun dia memang pulang menggunakan mobil bersama Eunji, namun aku tetap menolak karena selain hujan yang begitu lebat, suara petir yang terus menggelegar membuat nyaliku ciut. Aku terlalu takut.

“Mobil Seulgi sedang di bengkel, Hyun. Dia tidak bisa menjemputmu”

“Kalau begitu aku akan menginap di sini”

“What? Kau gila. Sampai kapan kau takut suara petir? Lagipula kau yakin Seulgi tak akan hujan hujanan untuk meminjam mobil ayahnya dan menjemputmu?”

Aku terdiam. Chorong benar. Tapi aku terlalu takut. Hujannya benar benar lebat. “Aku akan menelponnya nanti”

Namun tiba tiba sebuah suara mengejutkanku dan Chorong. Mataku membulat melihat suamiku berjalan dengan sebuah payung di tangannya. Bajunya sedikit basah. Ku langkahkan kakiku ke arahnya yang juga tengah berjalan mendekatiku. “Naik apa?”

“Mobil Appa”

Huh?

“Tadi sore Umma menyuruhku mengambil makanan di rumah. Jadi ku pikir sekalian pulangnya menjemputmu. Karena hujan jadi Appa menyuruhku membawa mobilnya”

Aku menoleh pada Chorong dan dia tersenyum. Kami mengobrol sejenak sebelum Eunji datang untuk menjemputnya sementara aku masih duduk di kursi lobi, menunggu hujan sedikit reda. Sesekali ku lirik Seulgi yang terlihat asyik dengan handphonenya. Kadang aku cemburu karena aku ingin saat dia bersamaku, semua perhatiannya hanya tertuju padaku. Aku tau sikapku sangat kekanakan, namun aku hanya berusaha jujur pada diriku dan padanya.

“Hubby” panggilku.

“Hm” balasnya tanpa menoleh padaku.

“Hasilnya positive”

“Hm” balas Seulgi lagi. Masih serius dengan gadgetnya.

“Hubby"

"Hm"

"Kau mendengarku atau tidak?” tanyaku merengut.

“Hm”

“Hubby”

“Iya aku mendengarmu” walaupun begitu, Seulgi tak menoleh padaku sedikitpun.

“Hubby!” panggilku mulai kesal.

“Oke oke, apa?” tanya Seulgi menepikan handphonenya.

“Aku hamil” sahutku ketus.

Seulgi berkedip beberapa kali sebelum kedua matanya terbelalak. Dia terlihat berpikir sejenak sebelum memandangku dengan tatapan tak percaya. “Bisa bisanya kau memberitahuku di saat seperti ini?!”

 

***

 

Dua kali keguguran, dua kali gagal mempertahankan kandunganku membuatku semakin hati hati dalam melakukan sesuatu. Dan saat kehamilanku yang ketiga berjalan jauh lebih baik dari sebelumnya, rasanya begitu luar biasa. Aku menikmati kehamilanku sekalipun aku harus merasakan morning sick yang begitu menyakitkan. Dokter mengharuu istirahat total selama 3 minggu penuh karena hampir setiap hari aku muntah berkali kali yang akhirnya membuat tubuhku lemas. Aku bahkan pernah berbaring seharian penuh karena rasa mual dan pusing yang kualami tak kunjung berhenti.

Bisa ku lihat wajah cemas Seulgi hampir setiap harinya pada trimester awal namun aku hanya membalasnya dengan senyum. Semua itu bukan apa apa bagiku jika mengingat bagaimana sakitnya saat aku keguguran sebelumnya. Lagipula semakin hari semuanya semakin membaik. Bahkan aku tak merasakan kesulitan berarti sejak awal hingga akhir trimester keduaku. Entah aku yang terlalu senang karena kali ini aku bisa merasakan apa yang dirasakan semua calon ibu di dunia ini atau memang tak ada kendala sama sekali, semuanya terasa sangat menyenangkan. Walaupun tentu saja semakin lama perutku semakin membesar dan itu membuatku terkadang sedikit kesulitan namun sekali lagi ku katakan, aku menikmatinya. Aku sangat menikmatinya. Aku menikmati setiap detik kehamilanku.

“Berhenti tersenyum seperti orang hilang akal” Seulgi meletakkan segelas madu hangat di depanku.

Ku ambil minuman yang diberikannya dan ku tenggak hingga tak tersisa kemudian ku pukul lengannya. “Bagimana bisa kau mengatai istrimu hilang akal”

“Serius, Honey, berhenti tersenyum seperti itu” Seulgi menyentuh perutku d

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SoneTw_ss
#1
Chapter 20: Mengiri dengan kerandoman&kecheesyan pasutri fav kita ini ٩(╥ ╥)۶
XiahticSpazzer #2
Chapter 20: 'Aku mendengar dg telinga, bukan dg mulut'
Yassalam. Ini pasutri ko makin lama makin lawak 🤣
casperkim
#3
Chapter 19: Kangen bangeettt
Pinkeudaeji #4
Chapter 14: Bangsat si seulgi ngomong gitu-_- minta disambelin ubun2nya
BaePolarBear
#5
Chapter 19: Kangen bgt sm author selalu bikin gemes
Jiyeonnie13
#6
Chapter 19: sekian purnama kemudian lagi...
risnaw #7
Chapter 19: Akhirnyaaaaaaaaa.. makasih untuk pembaruannya author-nim
Irene2910 #8
Chapter 18: Ahh gue suka banget sama nih cerita.. please update lagi authornim
casperkim
#9
Chapter 18: AKHIRNYA BACKK!!!! YAAMPUN UDH LAMA BANGET, KANGEN SEKALI
olinolin #10
Chapter 18: Hey Thor, aku seneng kamu update. Trims Thor and fighting