Random Chapter

'Ex Boyfriend' 2
Please Subscribe to read the full chapter

 

“Hyun!”

Aku tersentak mendengar teriakan Seulgi dan berbalik. Ku lihat dia sudah berdiri di dekat meja makan dengan wajah kesalnya. Ku kecilkan nyala api kompor dan menghampirinya. “Ada apa?”

Seulgi menarik napas dalam dan menghembuskannya. “Kaos kaki ku... Hilang sebelahnya”

Oh my God.

Kaos kaki.

Lagi lagi kaos kaki.

Sampai kapan adegan yang luar biasa mengerikan ini akan terulang. Hampir 3 tahun pernikahanku dan sudah tak terhitung lagi berapa kali hal ini terjadi. Memang tak setiap hari tapi sudah begitu sering terjadi dan aku mulai kesal dibuatnya. “Memangnya di mana kau mengambilnya?” tanyaku berusaha menahan kesal bercampur gemas.

“Di bawah jemuran belakang” jawab Seulgi mengangkat bahu.

Ugh. Ingin rasanya ku pukul dahinya dengan spatula yang sedang ku pegang. “Siapa yang meletakkannya di sana?”

“Uh...”

“Itu kotor, Seul. Ambil di laci paling bawah lemari”

“Oh” dia tersenyum tanpa rasa bersalah. “Kau benar” lanjutnya beranjak menuju kamar.

Aku menghela napas dan kembali pada pekerjaanku sebelum Seulgi menyela. Apa semua suami di dunia ini sama? Mereka tau tapi bersikap seolah tak tau. Seulgi tau semua cucian bersih dan kering tentu ada dalam lemari. Tapi dia selalu saja mengambil barang di belakang yang jelas jelas masih kotor.

“Kau benar”

Wangi tubuhnya memenuhi indra penciumanku dengan tangannya yang melingkar di pinggangku. “Sampai kapan kau bersikap seolah kau tak ingat apa yang ku katakan” sahutku mematikan kompor dan menyajikan omelete yang baru saja ku buat di piring.

“Sampai aku tidak bisa bertanya lagi” jawabnya dan pelukannya bertambah erat.

“Kenapa saat aku ada di rumah kau seolah tak bisa melakukan semua hal yang bisa kau lakukan saat aku tidak di rumah?”

“Kenapa memangnya?”

Ku hela napas dari mulut dan ku sandarkan kepalaku di bahunya. Aku heran kenapa tak pernah merasakan bosan sedikitpun meski setiap hari dia memelukku dan bahkan menggangguku setiap kali aku melakukan sesuatu di dapur. “Tak apa” balasku memejamkan mataku menikmati pelukannya.

“Honey”

Aku menoleh dan kurasakan bibirnya di bibirku. Meskipun hanya sekejap namun sanggup membuat segala rasa kesalku padanya buyar begitu saja. “Kau curang”

“Curang dimananya?” tanya Seulgi tersenyum.

“Berhenti menciumku tiba tiba”

“Tch. Jangan banyak akting. Aku tau kau menyukainya”

Kusikut perutnya yang membuat Seulgi tertawa. “Cepat sarapan sebelum ku bersihkan mejanya”

“So bossy”

Dan kali ini ku cubit perutnya hingga Seulgi meringis.

 

***

 

“Honey, sudah hampir jam 10, ayo tidur” Seulgi berdiri di sampingku dan mencubit pipiku. “Teruskan besok saja”

Aku menoleh sekejap ketika Seulgi beranjak dari sisiku dan menuju ranjang kemudian melanjutkan bacaanku. Rasanya begitu tanggung untuk menghentikannya sekarang. Lagipula, Inferno ini sudah ku beli sejak hampir 2 tahun yang lalu dan baru sekarang aku tertarik untuk membacanya.

Kadang aku mengerti kenapa Seulgi selalu berkata sebaiknya aku membeli apa yang memang ku perlukan. Karena jelas sekali aku membeli buku ataupun novel hanya untuk pajangan karena aku akan membacanya saat aku benar benar bosan atau tak tau apa yang harus ku lakukan atau juga setelah aku hampir melupakan kalau aku pernah membelinya. “Sebentar. Sedang seru serunya” balasku.

“Honey”

“Sebentar”

“Honey”

“Sedikit lagi”

“Love”

Dan aku menghela napas mendengar nada suaranya. Aku menyerah dan menoleh. Ku lihat dia bersandar pada tumpukan bantal dan mengulurkan sebelah tangannya ke arahku. Ku tutup novel di tanganku dan ku letakkan di meja kemudian menghampirinya. Kuraih tangannya dan seketika tubuhku terhuyung ke pelukannya saat Seulgi menarik tanganku. “Aku lupa kalau aku pernah membelinya”

“Sudah biasa” balas Seulgi dan mengerang ketika ku cubit perutnya. “Lekas tidur” ucapnya menyusun bantal dan berbaring.

“Belum ngantuk” balasku manja dan menumpukan seluruh berat tubuhku padanya. Ku letakkan kedua tanganku di sisi kepalanya sambil memandangi wajahnya. Aku tersenyum ketika melihatnya cemberut. Ku dekatkan wajahku dengan wajahnya dan kuusap rambut dan pipinya sesekali mencuri kecupan dari bibirnya. Seulgi hanya tersenyum seraya melingkarkan tangannya di tubuhku kemudian menggulingkan tubuhnya hingga dia berada di atasku.

Sebuah kecupan lembut mendarat di bibirku dan bisa ku lihat senyum penuh kemenangan darinya. Mungkin dia lebih tua dariku, namun ada kalanya dia bersikap kekanakan dan aku menyukainya.

Kedua mataku terpejam ketika sekali lagi Seulgi menyentuhkan bibirnya di bibirku. Tak hanya sebatas kecupan karena kali ini bisa kurasakan dia memerangkap bibir bawahku di antara bibirnya dan menyesapnya lembut. Tanganku yang tadi berada di bahunya kini melingkar di lehernya. Bisa kurasakan Seulgi tersenyum di sela ciumannya ketika aku mengusap rambut dan tengkuknya.

“Bosan?”

Ku dorong tubuhnya yang kembali membuatku berada di atasnya. Ku ciumi wajahnya, dari kening, hidung, dagu dan kedua pipinya. “Sedikit” balasku. Ku tatap kembali matanya sebelum kusapukan bibirku di bibirnya.

“Bagaimana kalau kita mengambil cuti dan jalan jalan?” tawarnya.

Terdengar menggiurkan namun aku sedang tak tertarik untuk liburan. Aku hanya ingin berada di rumah dan tak melakukan apapun. Mungkin keinginanku terdengar membosankan, namun hanya itu yang bisa ku pikirkan.

Terkadang aku juga berpikir untuk pergi ke suatu tempat, liburan bersamanya, menikmati rasa bebas dari pekerjaan yang melelahkan setiap harinya, namun detik berikutnya aku menghancurkan sendiri. “Tidak” balasku dan Seulgi kembali menggulingkan tubuh kami yang membuat punggungku menyentuh ranjang.

“Kenapa?”

Aku menghela napas. Ku biarkan jemariku menelurusi rambutnya dan kuusap kepalanya. Sudah tiga kali kami pergi liburan, termasuk liburan ketika kami berbulan madu. Dan dua lainnya tak berbeda sama sekali dari liburan yang pertama. Lebih dari separuh waktu kami habiskan di dalam kamar. Aku tak mengerti kenapa Seulgi menyebutnya liburan sementara yang dilakukannya hanya membuat beberapa pakaian yang kubawa tak tersentuh sama sekali. Dia terus saja beralasan ini dan itu hanya untuk membuatku jatuh dalam keinginannya. “Untuk apa kita pergi jauh jauh kalau yang kau lakukan hanya membuatku terjebak di ranjang bersamamu hampir seluruh waktu”

"Kau berlebihan" Seulgi tersenyum dan membawa tubuhku ke atasnya. Bibirnya menyentuh leher dan bahuku. “Kenapa? Tidak suka?” tanya Seulgi mencium kulit di bawah cuping telingaku.

“Bukan aku tidak menyukainya” jawabku bangun dan duduk di perutnya. Ku pandangi wajahnya lalu ku raih kedua tangannya. Ku selipkan jemariku di antara jemarinya.

“Lalu?” Seulgi memainkan tangannya di tanganku.

Aku membungkuk dan ku kecup bibirnya. Tentu saja aku menyukainya. Aku menyukainya ketika dia memanjakanku. Mencintaiku. Hanya saja terkadang Seulgi tak mengerti apa itu rehat. Dia terus saja menjamahku dan tak peduli meskipun aku benar benar tak berdaya lagi. Kadang saking lelahnya, aku tak bisa lagi menikmati apa yang dilakukannya. Yang kurasakan hanya sakit namun aku tak sanggup mengatakan hal itu padanya. Aku terlalu mencintainya untuk menolak keinginannya.

“Hon?”

“Katakan kalau kau mencintaiku” aku benar benar tak ingin membahasnya.

“Hei, kenapa tiba tiba?” Seulgi tertawa ketika aku menyembunyikan wajahku di bahunya.

“Hubby...” aku merengek.

Seulgi melingkarkan kedua tangannya di tubuhku, memelukku begitu erat. “Aku mencintaimu”

Ku angkat wajahku dan ku tatap kembali matanya. Ku usap ujung kepalanya dan ku kecup dahinya sebelum kembali tenggelam dalam matanya. Cukup lama aku menatapnya sebelum menyatukan bibirnya dengan bibirku. Mungkin aku tak akan pernah menang adu mata dengannya. “Aku juga mencintaimu” balasku turun dari tubuhnya dan membiarkannya memelukku.

Aku mencintaimu, Kang Seulgi. Aku sangat mencintaimu.

 

***

 

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SoneTw_ss
#1
Chapter 20: Mengiri dengan kerandoman&kecheesyan pasutri fav kita ini ٩(╥ ╥)۶
XiahticSpazzer #2
Chapter 20: 'Aku mendengar dg telinga, bukan dg mulut'
Yassalam. Ini pasutri ko makin lama makin lawak 🤣
casperkim
#3
Chapter 19: Kangen bangeettt
Pinkeudaeji #4
Chapter 14: Bangsat si seulgi ngomong gitu-_- minta disambelin ubun2nya
BaePolarBear
#5
Chapter 19: Kangen bgt sm author selalu bikin gemes
Jiyeonnie13
#6
Chapter 19: sekian purnama kemudian lagi...
risnaw #7
Chapter 19: Akhirnyaaaaaaaaa.. makasih untuk pembaruannya author-nim
Irene2910 #8
Chapter 18: Ahh gue suka banget sama nih cerita.. please update lagi authornim
casperkim
#9
Chapter 18: AKHIRNYA BACKK!!!! YAAMPUN UDH LAMA BANGET, KANGEN SEKALI
olinolin #10
Chapter 18: Hey Thor, aku seneng kamu update. Trims Thor and fighting