Random Chapter

'Ex Boyfriend' 2
Please Subscribe to read the full chapter

Bisa dibilang ini ff yg paling 'gampang' yang pernah saya buat. Krn memang saya cuma bisa nulis cerita yg biasa2 aja, jd ya konfliknya apa adanya. Karakternya org biasa. Dengan kehidupan ky org2 biasa lainnya. Yg mungkin kalian temui di sekitar kalian.

Sebenarnya saya suka nulis ff ini, cuma takutnya kalian bosan kalo keseringan update jd saya kasih jeda dg cerita lain.

Saya mungkin nggak bisa balas komennya satu2, tp saya selalu baca apa yg kalian tulis. Makasih komennya. Makasih upvotenya. Semoga jgn bosan baca tulisan saya di sini.

Thank you.

 

 

“Hubby, ayo bangun” ku tepuk lengan Seulgi beberapa kali namun dia hanya mengerang pelan tanpa membuka matanya. “Baby” ku usap pelan lengannya dan lagi lagi Seulgi hanya mengerang. Aish pria ini. Bukannya kemarin dia bilang ingin membuat muffin bahkan memaksaku belanja dengannya malam malam dan sekarang dia malas malasan saat aku membangunkannya. “Baby” panggilku sekali lagi. Ku belai lembut pipinya dan ku kecup beberapa kali, membuat Seulgi membuka matanya dengan bibir mengerucut.

“Aku masih ngantuk, Hyun” Seulgi sedikit merengek dengan suara khasnya ketika bangun tidur yang sangat ku sukai.

“Kau bilang ingin membuat muffin pagi ini” kumainkan rambut rambut tipis di wajahnya. “Hei, apa kau tak pernah bercukur selama di luar kota?”

“Malas. Lagipula mereka bilang aku terlihat seksi seperti ini”

Ku tarik telinganya hingga Seulgi meringis. “Kau terlihat jelek dan berantakan”

“Tak apa. Yang penting di mata wanita lain aku seksi”

Tch. Sepagi ini dia sudah mengajakku bercanda dengan lawakan yang menguji kesabaranku. “Kalau begitu selamat” balasku santai karena memang aku tak tertarik dengan candaannya.

Seulgi tertawa renyah seraya mendekap tanganku, yang membuatku mau tak mau merapat ke punggungnya. Dia menghela napas pelan dan kembali memejamkan matanya.

Sepertinya dia memang sedang lelah, pikirku. Ku belai rambutnya dan ku telusuri rahangnya dengan jariku. Terasa hangat dan lembut. Namun rasanya tak puas hanya menikmati sisi wajahnya sehingga ku tarik badannya agar aku bisa menatap keseluruhan wajahnya dengan leluasa. Ah aku terlalu mencintainya hingga senyumku langsung merekah hanya karena bisa menatap wajah tidurnya. Tapi tak apalah. Tak ada salahnya jatuh cinta setiap hari pada suamimu, kan?

Ku kecup keningnya, kemudian rahangnya, lehernya, hingga ke bahunya dan berakhir di lengannya. Kususuri lengannya dengan bibirku sambil menikmati aroma tubuhnya. Jujur saja tak terlalu wangi namun aku menyukainya karena seperti itulah wangi khas tubuhnya.

Matanya sedikit terbuka. Kuberikan satu kecupan lembut di ujung hidungnya. “Tidurlah” bisikku sebelum menarik tanganku darinya. Ku cium pipinya kemudian bangkit dan membiarkan Seulgi melanjutkan tidurnya.

Setibanya di dapur, aku mulai menyiapkan bahan bahan yang kami beli tadi malam dengan takaran resep sesuai yang diinginkan Seulgi. Aku sendiri tak terlalu mengerti kenapa dia tiba tiba ingin membuat muffin sebanyak itu karena saat aku bertanya, dia hanya memainkan bahunya dengan wajah sedikit bingung. Yang membuatku tak ingin memaksakan jawaban darinya karena sepertinya memang tak terlalu penting sehingga kuturuti keinginannya begitu saja.

Setelah beberapa saat, kurasakan sepasang tangan menyentuh pinggangku ketika pekerjaanku mungkin sudah setengah jalan. Aku tak perlu menoleh untuk tau siapa orang itu karena hidungku sudah sensitive dengan wangi khas darinya. Selain itu memangnya siapa lagi yang ada di rumah ini selain kami berdua.

“Biar kubantu”

Aku tertawa kecil. “Kalau kau ingin membantu harusnya kau berdiri di sampingku dan bukannya di belakangku” balasku seperti biasanya. Aku tak bisa berbohong kalau aku menyukainya. Aku sering melihat adegan seperti ini di tv dan dadaku bergemuruh karenanya. Namun setelah mengalaminya sendiri, hm, memang benar. Rasanya sangat menyenangkan.

“Aku akan membantu setelah aku puas memelukmu” Seulgi melingkarkan tangannya di pinggangku.

“Akan lebih baik kalau kita menyelesaikan ini dan kau bisa memelukku setelahnya karena sepertinya muffin ini tak akan selesai kalau kau terus menghalangiku untuk bergerak” bukan aku tak menyukai pelukannya. Terlebih saat dia memberikan beberapa ciuman kecil di bahu dan leherku. Tapi aku ingin menyelesaikan pekerjaanku terlebih dulu. “Baby” ku sikut perutnya ketika Seulgi menggigit bahuku dan dia hanya terkekeh.

“Honey”

“Mm”

“Honey”

“Hm”

“Honey, lihat aku”

Aku menoleh dan bibirnya menyentuhku sekilas lalu. Seulgi tersenyum dan itu sudah cukup untuk membuatku ikut tersenyum bersamanya.

“Pagi”

Aku hanya tertawa mendengar ucapannya. Kupikir setelah 3 tahun adegan seperti ini akan lenyap dengan sendirinya atau setidaknya akan berkurang kuantitasnya namun ternyata tidak. Seulgi masih memperlakukanku seperti saat awal kami menikah dan ya, aku tak akan pernah bosan meskipun dia melakukannya setiap hari, pagi, siang, hingga malam sekalipun. “Pagi” balasku dan ku kecup bibirnya. “Sekarang bantu aku”

“Siap, Bos”

Selesai membuat muffin dan membersihkan semua peralatan yang kami gunakan, sambil menunggu matang, kami menghabiskan waktu di depan tv. Seandainya tak ada yang harus ku lakukan lagi, mungkin aku lebih memilih berada di kamar bersamanya, tidur dalam pelukannya karena keadaannya begitu mendukung. Hujan mengguyur sejak tengah malam dan tak terlihat akan berhenti untuk beberapa jam kedepan.

“Kapan kita ke dokter?”

Dokter? Oh, benar. Kami berencana ke dokter untuk memeriksakan kehamilanku. “Mungkin dalam minggu ini” jawabku membenarkan letak selimut yang membungkus tubuh kami berdua. Ah kenapa udaranya sedingin ini. Tubuhku sedikit menggigil karenanya.

“Happy?” tanya Seulgi mengusap lenganku.

Apa aku bahagia? Aku tak terlalu yakin dengan jawabanku. Aku senang dengan kehamilanku, ya, tapi ada perasaan lain yang mengikutinya. Takut. Aku tak bisa menepikan rasa takutku setelah apa yang ku alami. Aku takut akan gagal lagi. “Hm”

“Honey”

Aku hanya berdehem, menyandarkan punggungku di badannya. Kurasakan kakinya menendang nendang kakiku karena aku sedikit tak mempedulikannya. Seulgi kembali memanggilku namun aku sedang tak ingin bicara banyak karena udaranya benar benar dingin dan aku begitu malas untuk melakukan apapun bahkan aku malas menggerakkan bibirku. Ku pejamkan mataku ketika kurasakan tangan Seulgi meraba perutku. Ku letakkan tanganku di punggung tangannya yang masih mengusap perutku. “Hubby, apa menurutmu wajar kalau aku... Sedikit takut?”

“Tidak” jawabnya. “Takut?”

Ku tarik dalam napasku. “Mungkin bukan takut tapi cemas” Kalau saja Seulgi tau aku sudah berusaha membuang segala pikiran buruk di kepalaku namun tak benar benar berhasil. Sulit bagiku untuk menyingkirkan rasa takut itu. “Hubby”

“Apa?” Kurasakan Seulgi mencium bahuku.

“Dingin” balasku. Padahal kami tiduran di sofa dengan berbalut selimut tebal terlebih lagi Seulgi memelukku dari belakang sejak tadi namun aku masih merasa dingin.

Seulgi tertawa kecil di dekat telingaku. “Aku punya sesuatu yang bisa menghangatkanmu”

“Apa?” tanyaku dan terasa bibirnya menyentuh leherku. Mengusap dan memberikan kecupan kecupan kecil yang membuatku sedikit geli. “Itu yang kau bilang bisa menghangatkanku?” aku menoleh dan Seulgi mengusapkan ujung hidungnya di hidungku.

“Salah satunya” jawabnya terkekeh.

Bibirnya bermain di sekitar tengkuk dan telingaku, yang membuat sekujur tubuhku mulai merinding. Ku raba kepalanya kemudian ku pegangi tengkuknya, berharap bisa menjauhkan wajahnya dariku namun sepertinya Seulgi berpikir aku meminta hal sebaliknya sehingga dia menyesap kulit di bawah cuping telingaku yang membuatku mendesis. “Hubby”

“Hm?” Seulgi kembali menyesap kulitku.

“Hubby, geli. Jangan ouch!” aku meringis merasakan bibirnya menghisap kuat kulitku yang aku yakin akan meninggalkan bekas merah di sana. “Aish kau ini” ku gigit lengannya namun Seulgi hanya tertawa.

“Kau tau teman temanku sering bilang wanita menyukai hal itu. Tapi kau sedikit berbeda. Bahkan kadang kau marah saat aku ingin menandai lehermu. Jangan jangan kau bukan wanita” canda Seulgi terbahak.

Oh. Awas saja kau, Kang Seulgi. “Kalau aku bukan wanita lantas selama ini di mana kau memasukkan beruang hipertensimu itu?” aku berbalik dan ku lihat matanya terbelalak dengan mulut menganga. Tch, baru begini dia sudah terkejut. Bukannya dia yang mulai menggodaku. “Kenapa? Jangan takjub seperti itu. Aku seperti ini karena belajar darimu”

“Honey” Seulgi menghela napas. Wajahnya sedikit bersemu dan aku ingin tertawa karenanya.

“Malu?” tanyaku mengecup bibirnya dan Seulgi hanya menggumam dengan wajah mengkerut. “Makanya jangan mulai” lanjutku melingkarkan tangannya di pinggangku. “Lagipula bukannya kau sering melakukan itu dan aku membiarkanmu? Bukan aku tidak suka, tapi kadang aku memang tidak menginginkannya karena jujur saja rasanya sedikit perih. Selain itu bekasnya akan hilang berhari hari. Aku harus menutupinya setiap kali bekerja”

“Tapi tak ada yang akan melihatnya kalau kulakukan di belakang telingamu”

Sepertinya dia masih berusaha untuk membuatku menyerah pada keinginannya. “Memangnya kenapa kau begitu tertarik memberiku hickey?” aku hanya merasa heran.

“Karena mereka bilang wanita menyukainya” jawabnya.

Aish itu lagi. Siapa sangka di balik perilaku mesumnya ada sosok polos seperti ini. Aahhh aku tak mengerti dengan isi kepala pria ini. “Hubby” ku belai pipinya. “Aku menyukainya. Aku hanya tidak suka kalau kau mulai berusaha membuat hickey di leherku. Aku harus bekerja. Apa aku pernah melarangmu melakukannya di bahuku? Atau dadaku mungkin?”

Seulgi menggeleng pelan yang membuatku merasa begitu gemas. “Aku ingat waktu membuatnya di dadamu dan satu minggu lebih baru hilang” kali ini dia tersenyum. “Kau mengomeliku waktu itu”

“Baguslah kalau kau masih ingat” sahutku memutar tubuhku kembali membelakangi Seulgi.

“Honey”

“Apa?”

“Untung dulu kau memilih sofa ini”

“Kenapa?”

“Sofanya benar benar berguna. Bisa untuk duduk, tiduran, bahkan hal yang paling menyenangkan pernah kita lakukan di sini”

Hal yang paling menyenangkan? “Apa itu?”

Seulgi tak langsung menjawab. Dia menciumi rahang, leher dan bahuku. “Kau tau... ” jawabnya setengah berbisik.

Jawabannya membuatku mengerang. Apa dia sedang ? Sejak tadi dia terus saja membahas hal yang menjurus ke arah sana. “Hubby” aku menoleh. Ku selipkan jariku di sela sela rambutnya. “Apa kau ?”

“Sedikit” jawabnya jujur dan kembali menciumiku. Bibirnya menjamah tengkukku dan tubuhku kembali merinding.

Sebenarnya aku tak bermaksud untuk membuatnya semakin berani tapi dia tau semua titik sensitive di tubuhku dan aku tak bisa menahan desahanku karena hal itu. “Hubby...” aku menelan ludah merasakan bibirnya menyesap cuping telingaku. Aahh lagi lagi aku kalah darinya. Ku balikkan tubuhku ke arahnya dan ku pagut bibirnya. Selimut yang kami gunakan tersingkap ketika aku bangun dan naik ke tubuhnya tanpa melepaskan bibirku darinya. Bisa kurasakan dia tersenyum namun aku tak peduli. Aku tak peduli dia merasa menang atasku karena membuatku tak sanggup menolak cumbuannya. Yang ku pikirkan hanya bagaimana memuaskan keinginanku untuk menikmati bibirnya sehingga dengan sengaja ku gigit bibirnya dan ku biarkan lidahku bertemu dengannya. Desahan meluncur mulus dariku ketika Seulgi mendorong tubuhku dan mulai menyerang tak hanya bibirku. Tubuhku bergejolak mendapatkan sentuhan yang cukup lama tak kurasakan. Bibirnya mencumbu leherku sementara tangannya berusaha melepaskan kancing bajuku. Dia menggigit kecil dan menghisap kuat kulit di bawah telingaku, yang membuatku mendesis liruh. Aku tak bisa menghentikannya. Atau lebih tepat aku tak ingin menghentikannya terlebih saat dia berhasil membuka kancing bajuku dan bibirnya bergerak turun menuju dadaku. “Hubby...” ku tarik wajahnya setelah dia menyesap dadaku beberapa kali dan kusatukan bibirnya denganku. Lidahnya mendesak masuk dan kubiarkan begitu saja hingga akhirnya aku tak sanggup lagi mengendalikan napasku dan ku dorong wajahnya. Aku tersenyum melihat matanya yang terpejam dengan napas memburu sepertiku. “Hubby” ku usap wajahnya.

Matanya perlahan terbuka. Seulgi tersenyum lalu mencium keningku. “Sorry”

Aku menggeleng. “Aku menyukainya” balasku. Kutarik kembali wajahnya kemudian kupagut bibirnya. Dalam. Kulumat bibir atasnya dan tak lama kurasakan dia melakukan hal yang sama. Tentu saja aku mengalah dan kubiarkan dia mencumbuku sekali lagi namun sepertinya waktu sedang tak berpihak pada kami karena terdengar suara ringtone mengalun. Dari handphonenya.

“Sepertinya panggilan dari orangtuaku” Seulgi melepaskan dirinya dariku dan berjalan menuju kamar, meninggalkanku yang masih berbaring dengan napas tersengal di sofa.

Mungkin aku juga harus memeriksa muffinnya, pikirku. Akupun bangkit dan berjalan ke dapur. Benar saja, muffinnya sudah terlihat kecoklatan ketika aku mengeluarkannya dari oven.

“Sebentar lagi, Baby”

Ku dengar suara Seulgi mendekat ke arahku.

“Sebentarnya berapa lama?”

Suara anak kecil. Terdengar seperti Jisoo?

“Kami sedang menunggu muffinnya matang. Bukannya Jichu bilang mau muffin? Nanti setelah selesai, aku dan auntie akan langsung ke sana”

“Ada auntie Joo juga?!”

Aku tersenyum mendengar suara Jisoo yang sedikit melengking sambil meletakkan muffin ke dalam box yang cukup besar. Sekarang aku mengerti kenapa Seulgi tiba tiba meminta kami membuatnya. Ternyata untuk dibawa ke rumahnya.

“Ya ya ya. Jichu hanya tertarik untuk bertemu auntie Joo dan bukan aku. Oke. Fine” Seulgi berpura pura merajuk. “Ayo sapa auntie Joo”

Seulgi memelukku dari belakang dan mengarahkan kamera pada kami. Ku lihat Jisoo sedang berada di sofa bersama ayah mertuaku. Dia terlihat semakin cantik.

“Auntie Joo!!!”

Aku tertawa mendengar lengkingan suaranya ditambah dengan wajah sumringahnya. “Hei” sapaku. “Apa Jisoo jadi anak baik ha

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SoneTw_ss
#1
Chapter 20: Mengiri dengan kerandoman&kecheesyan pasutri fav kita ini ٩(╥ ╥)۶
XiahticSpazzer #2
Chapter 20: 'Aku mendengar dg telinga, bukan dg mulut'
Yassalam. Ini pasutri ko makin lama makin lawak 🤣
casperkim
#3
Chapter 19: Kangen bangeettt
Pinkeudaeji #4
Chapter 14: Bangsat si seulgi ngomong gitu-_- minta disambelin ubun2nya
BaePolarBear
#5
Chapter 19: Kangen bgt sm author selalu bikin gemes
Jiyeonnie13
#6
Chapter 19: sekian purnama kemudian lagi...
risnaw #7
Chapter 19: Akhirnyaaaaaaaaa.. makasih untuk pembaruannya author-nim
Irene2910 #8
Chapter 18: Ahh gue suka banget sama nih cerita.. please update lagi authornim
casperkim
#9
Chapter 18: AKHIRNYA BACKK!!!! YAAMPUN UDH LAMA BANGET, KANGEN SEKALI
olinolin #10
Chapter 18: Hey Thor, aku seneng kamu update. Trims Thor and fighting