Random Chapter

'Ex Boyfriend' 2
Please Subscribe to read the full chapter

Agak rated nggak ya ini? Ragu juga mau kasih rated M atau nggak.

 

Pagi yang sangat langka terjadi. Hari dimana aku bangun tanpa harus bergegas untuk mandi dan membuat sarapan sebelum berangkat shift pagi atau menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah sebelum shift siang. Hari dimana aku bisa menghabiskan waktu seharian bersama Seulgi karena dia juga sedang libur. Hari dimana aku bisa bermalas malasan sepuasnya. Hari yang begitu menyenangkan.

Mataku mengerjap beberapa kali, menyesuaikan diri dengan keremangan lantas menatap tirai kamar yang menghalangi pandanganku dari suasana pagi di luar sana. Tak terlalu senyap tapi juga tak cukup terang untuk dikatakan beranjak siang. Tebakanku mungkin sekarang sudah pukul setengah 5 pagi atau lebih, entahlah, aku malas menggerakkan tubuh untuk mengambil ponsel di meja hanya demi mengetahui waktu. Terlebih aku tak ingin kehilangan hangat tubuh Seulgi meskipun sekarang hanya sebelah tangannya yang masih memelukku, melingkar longgar di leherku, karena sebelah tangannya lagi, bisa kulihat dari sudut mataku, tengah memegang ponsel yang membuatku memutar bola mata. Entah berurusan dengan siapa sepagi ini.

Kubiarkan Seulgi sibuk dengan ponselnya. Beberapa menit kemudian kurasakan kedua tangannya berada di tubuhku, menyusup ke bajuku dan jemarinya mengusap perutku sementara bibirnya menyapa garis bahuku, mengecup kulitku beberapa saat. Hembusan napas pelannya di dekat telingaku membuat tanganku melayang menuju tengkuknya, mengusapnya di sana yang membuatnya mengecup pipiku.

“Harusnya bilang kalau sudah bangun. Kau tahu, tangan kiriku kebas karena kau jadikan bantal semalaman.”

Kekehan pelan darinya membuatku tersenyum tipis dan kembali memejamkan mata, menikmati rasa menggelitik saat napas pelannya menerpa telingaku, cukup membuat tubuhku meremang. “Shut up.” lirihku masih mengusap tengkuknya.

Seulgi tertawa dan menenggelamkan wajahnya di leherku, memanjakan leherku dengan ciuman yang seakan tanpa akhir. Tubuhnya terus merapat, hampir meremasku dengan berat badannya. Sebelah kakinya menelusup di antara kakiku dan melingkar di sana, memerangkapku dalam dekapannya yang tentu saja tak membuatku keberatan sama sekali.

“Masih sakit?” tanya Seulgi menyandarkan dagunya di bahuku sembari mengusap perutku.

Aku menggeleng pelan walaupun kram di perutku belum sepenuhnya hilang, kemudian menoleh padanya, berusaha menatapnya tepat di bola mata. “Sedikit, thank you.”

Terukir senyum tipis di bibirnya. Seulgi menunduk dan kurasakan bibirnya menyapu sekilas bibirku yang membuatku menghela napas pelan dari hidung lalu mengerang kesal karena berharap dia melakukannya lebih lama. Tawa renyahnya kembali menggema. Tangannya menyingkap bajuku sementara bibirnya bertamasya di bahuku, merangkak menuju lengan dan tangan hingga akhirnya berhenti di pinggangku. Kubenarkan posisi tubuhku, meninggikan bantal dan membiarkan punggungku menyentuh ranjang sepenuhnya kemudian mengusap rambutnya ketika Seulgi menciumi perutku dan menggenggam sebelah tangannya yang masih setia mengusap perutku sejak beberapa menit yang lalu.

“Sesakit itu?” tanya Seulgi mendongak mencari mataku.

“Hm.” balasku mendesah pelan, menyusupkan jemariku di sela rambut Seulgi ketika dia kembali menghujani permukaan perutku dengan kecupan kecil. Rasanya cukup geli namun membuat dadaku menghangat. “Baby.”

“Hm.” balasnya tanpa mengehentikan apa yang tengah dilakukannya.

“Apa kau mencintaiku?”

Seulgi menghentikan aksinya, memandangku sejenak, datar, sebelum memutar bola matanya dan kembali menciumi perutku, jelas sekali mengabaikan pertanyaanku.

“Hubby.” rengekku memegangi rahangnya dan memaksanya memandangku yang hanya dibalasnya dengan tatapan datar sambil bergumam tak jelas. Jujur saja sebenarnya aku hanya ingin menggodanya.

“Kau sangat menyebalkan saat sakit dan yang lebih menyebalkan karena aku tidak bisa berbuat apa apa selain menuruti maumu.” desahnya dramatis yang membuatku tersenyum penuh kemenangan. Dia bangkit, duduk bersimpuh di antara kedua pahaku dengan tangan di sisi pinggangku. “Yup, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Puas?”

“Sangat.” balasku sumringah. “Hubby.”

“Apa lagi?”

“Jangan di sana terus.” aku menunjuk ke arah perutku dengan dagu. “Ini belum.” tukasku dengan bibir mengerucut.

Seulgi berdecak dengan perilaku ajaibku namun tetap menuruti kemauanku. Bibirnya mendarat sempurna di bibirku, menciumku begitu lembut, bergerak perlahan sambil melumat manis bibirku yang membuatku tersenyum. Kuraba dadanya, menggelitiknya di sana yang membuat Seulgi terkekeh dan melepaskan ciuman kami, menggigit ujung hidungku dan tertawa renyah setelahnya.

“Suatu hari nanti mungkin bibirku akan mati rasa.” candanya terkekeh sambil menciumi rahangku lantas menempelkan dahi kami.

Kubalas menggigit ujung hidungnya sembari mengusap kedua pipinya. “Apa aku mendengar seseorang protes dengan ciumanku?”

“Oh? Siapa?” Seulgi berlagak bingung dan kembali terkekeh yang membuatku mencubit pipinya. “Yang jelas orang itu bukan aku.” tambahnya menjamah kembali rahangku dengan bibirnya.

Kuelus tengkuknya, menarik wajahnya dan kembali menyatukan bibir kami dan hanya dalam hitungan detik kurasakan lidahnya membelai bibirku. Berkali kali aku menghela napas dari hidung, atau sekedar mengambil oksigen dari mulut setiap ada kesempatan. Tubuhku bergidik merasakan sentuhan nakal jemarinya di kulitku dan langsung tersadar aku harus menghentikan semua ini sebelum suamiku lupa kalau aku sedang tak bisa melayaninya.

Kuletakkan ibu jariku di antara bibir kami dan menatapnya dengan sedikit rasa kasihan. “Sorry.”

Napasnya terdengar berat sebelum memelukku dan menciumi rahang dan leherku. “Don’t be. Aku sudah cukup mahir melakukannya sendiri.” candanya menatapku yang membuat tawaku pecah. Benar benar menggemaskan. Seulgi mengecup keningku. “Kubuatkan madu hangat?”

Aku menggeleng, masih dengan tampang geli. “Sudah tidak apa apa, Babe.”

Seulgi menatapku dengan ekspresi tak percaya lalu menurunkan tubuhnya, menahan berat badannya dengan kedua sikunya yang berada di sisi wajahku. “Selalu begitu? Semua orang?”

Keningku meninggi, mencerna pertanyaannya yang cukup membingungkan itu untuk beberapa detik sebelum menjawab. “Tidak juga, hanya terkadang dan tidak semua wanita merasakannya.” kuusap pipinya.

“Kau?”

Ini untuk pertama kalinya dia bertanya, mungkin karena sudah beberapa kali mendapatiku mengeluh seperti ini, bisa jadi rasa penasarannya muncul. Dan juga aku memang sangat jarang mengalami sakit yang luar biasa seperti jadwal bulananku sekarang. Tapi bisa jadi ini juga karena aku cukup stres dan kelelahan belakangan ini. Aku harus mengikuti beberapa seminar dan juga pelatihan di sela shift dalam seminggu ini dan tubuhku hampir tak mendapatkan cukup istirahat.

“Kram, ya, hampir setiap kali. Tapi yang benar benar sakit seperti ini jarang.” jawabku jujur.

“Aku hampir tak pernah melihat Seungyeon mengeluh sakit tapi moodnya benar benar gila. Aku hampir berpikir dia punya kepribadian ganda. Kau tahu, dia pernah melemparku dengan sepatu hanya karena aku memberitahu kalau ada jerawat di dagunya.”

“Yeah, ada juga yang seperti itu.” sahutku tertawa, sedikit lucu membayangkan kejadian seperti yang baru diceritakan Seulgi. “Hubby.”

“Hm?”

“Aku ngantuk.”

Mata Seulgi membelalak dramatis. “Kau, Mrs. Kang, sudah menghangatkan pizza dalam microwave tapi tak berniat memakannya? Luar biasa.”

Kucubit gemas rahangnya. “Perlu bantuan?” tanyaku yang tentu saja tak sungguhan. Hanya sedang usil.

Seulgi kembali mengecup keningku. “Kalau kau membantuku malah tidak akan selesai.” candanya turun dari atasku dan kembali memelukku dari belakang. “Tidurlah.”

Aku menoleh sangsi. “Kau yakin?”

Dia tertawa. “Tadi aku cuma bercanda. Lekas tidur karena aku juga masih ngantuk.” jawabnya mengusap perutku yang membuat kantukku semakin menjadi.

 

 

Tak seperti sebelumnya, kali ini aku terbangun setelah merasakan bias cahaya terang di luar sana. Meski begitu, aku belum berniat membuka mata apalagi beranjak dan justru semakin menenggelamkan tubuhku dalam selimut. Kuraba perutku dan menyadari Seulgi tak lagi bersamaku. Yeah, tentu saja. Hari sudah beranjak siang dan aku masih bermalas malasan di ranjang. Kalau ibuku di sini, mungkin beliau sudah menyeretku paksa ke kamar mandi dan memandikanku.

Aku mendesah pelan dan membuka mata perlahan, sedikit kesal dengan hangat yang menerpa kemudian mengerjap sekian kali sebelum bangun. Kupandangi jam di dinding. Pukul 9 kurang 5 menit dan aku kembali mendesah sebelum turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi, sekedar menyikat gigi dan membasuh muka dan yeah beberapa hal lainnya. Setidaknya aku tak perlu menyakiti mata Seulgi meski belum mandi.

Terdengar musik mengalun dari dapur dan aku segera beranjak ke sana. Kudapati laptop menyala di meja dengan speaker wireless di sampingnya. Suara Shane Filan menyanyikan lirik All or Nothing langsung menggema di telingaku yang membuat senyumku seketika merekah. Aku terus mendekat dan kulihat Seulgi berdiri di dekat kompor, hanya mengenakan kaos dalam putih dengan training abu abu. Kedua tangannya terlihat begitu sibuk begitupun mulutnya yang menggumamkan lirik demi lirik ala kadarnya sesuai ingatannya.

 

Is it all

Or are we just friends

Is this how it end

With the simple telephone call

You leave me here

With nothing at all

 

Setelah berdiri di dekat meja, mataku tertuju pada layar laptop dan langsung dibuat takjub ketika melihat apa yang tengah terpampang di sana. Artikel tentang cara mengatasi nyeri saat menstruasi, beberapa resep makanan dan minuman juga beberapa pencarian re

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SoneTw_ss
#1
Chapter 20: Mengiri dengan kerandoman&kecheesyan pasutri fav kita ini ٩(╥ ╥)۶
XiahticSpazzer #2
Chapter 20: 'Aku mendengar dg telinga, bukan dg mulut'
Yassalam. Ini pasutri ko makin lama makin lawak 🤣
casperkim
#3
Chapter 19: Kangen bangeettt
Pinkeudaeji #4
Chapter 14: Bangsat si seulgi ngomong gitu-_- minta disambelin ubun2nya
BaePolarBear
#5
Chapter 19: Kangen bgt sm author selalu bikin gemes
Jiyeonnie13
#6
Chapter 19: sekian purnama kemudian lagi...
risnaw #7
Chapter 19: Akhirnyaaaaaaaaa.. makasih untuk pembaruannya author-nim
Irene2910 #8
Chapter 18: Ahh gue suka banget sama nih cerita.. please update lagi authornim
casperkim
#9
Chapter 18: AKHIRNYA BACKK!!!! YAAMPUN UDH LAMA BANGET, KANGEN SEKALI
olinolin #10
Chapter 18: Hey Thor, aku seneng kamu update. Trims Thor and fighting