Waiting

Stand By You
Please Subscribe to read the full chapter

Seorang gadis berseragam SMA mematung ditempatnya setelah tak sengaja mendengar pertengkaran kedua kakaknya. Dani menghentikan langkahnya, tak berani masuk ke dalam rumah dan hanya berdiri dibalik pintu yang sedikit terbuka itu. Selepas Amber pergi dengan mobilnya, Dani mencoba memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah dan mencari sosok Krystal yang sudah tak ada ditempatnya.

Dani seketika menyesal karena sudah melihat pertengkaran itu disaat ia seharusnya ada di sekolahan dan bukan disana. Gadis itu sayup-sayup mendengar isakan tangis Krystal dari balik pintu yang sedang ia pandangi. Tak ingin mengganggu Krystal Dani pun memutuskan untuk berbalik dan pergi dari sana. Namun langkahnya terhenti saat melihat ponsel Krystal tergeletak di lantai dengan layar yang pecah karena dibanting sang pemilik.

Tanpa pikir panjang Dani memungut ponsel itu dan pergi dari sana sambil menelfon seseorang dengan ponselnya sendiri.

"Oppa, bantu aku." pinta Dani pada seorang pria yang lebih tua darinya.

"Sudah membolos sekarang malah berani ikut campur urusan orang dewasa."

"Oppa, kalau kita tidak ikut campur semuanya bisa tambah runyam. Kau ini teman mereka atau bukan?! Rumah tangga temannya sedang kacau bukannya dibantu malah menceramahiku."

"Baiklah, tapi dengan satu syarat. Kenalkan salah satu sunbae di agensimu padaku. Maka aku akan turun tangan."

"Oke setuju. Tapi Eric Oppa, para sunbaeku usianya pasti jauh dibawahmu. Kalau kau dianggap pedofil bagaimana?"

"Apa??!! Bocah ini, aku tidak mendekati anak-anak dibawah umur! Dari mana kau dapat bahasa seperti itu huh?! Aku tidak setua itu.! Aku masih 29 jadi jangan menyebutku tua."

"Aku tidak pernah menyebut Oppa tua. Oke maaf, kalau begitu kita setuju. Cari informasi peneror ini dan aku akan mengenalkanmu pada sunbaeku."

Setelah setuju dengan kesepakatan yang Dani dan Eric buat mereka pun berpisah menuju tujuan masing-masing.

Dani membuka pintu rumah kakaknya dengan perlahan. Baru saja masuk ruang tengah ia melihat Krystal tengah menggeledah seisi rumah, seakan mencari sesuatu.

"Eonni, sedang mencari apa?"

"Ponselku, tadi aku letakkan disini. Tapi kenapa sekarang tidak ada."

Dani pun berpura-pura membantu Krystal, padahal ponsel itu sudah ia berikan pada Eric.

Krystal yang mulai putus asa duduk dengan mata sembabnya setelah menangis selama beberapa jam. Melihat Krystal seperti itu Dani pun ikut duduk, mencoba untuk menenangkannya.

"Masa ada pencuri? Tapi barangku tidak ada yang hilang."

"Eonni pasti lupa menyimpannya dimana, besok juga ketemu." ucap Dani mencoba menenangkan Krystal yang sedang risau karena ponselnya itu ia berikan pada Eric.

Krystal menghela nafas lesu. Namun sesaat kemudian ia memekik lega karena setidaknya ia tak harus melihat hal buruk yang ada di dalam ponselnya itu.

Dani yang sebelumnya tenang seketika kikuk saat Krystal bertanya tentang dirinya yang pada jam tersebut seharusnya masih ada di sekolahan.

"Aku pulang pagi. He,"

"Ah, apa nanti kau akan pulang? Menginap disini saja." tawar Krystal yang tak ingin sendirian.

Dani mengangguk setuju dengan rasa khawatir melihat wajah Krystal yang nampak pucat pasi. Namun ia enggan bertanya dan memilih diam karena ia tahu itu bukanlah waktu yang tepat.

~

Selama melakukan perjalanan bisnisnya Amber selalu saja menampakkan wajah dinginnya. Pengaruh pertengkarannya dengan Krystal sebelum berangkat itu ternyata sangat mempengaruhi kondisinya hingga membuatnya stress.

"Boss, kita berangkat sekarang?" tanya Suzy menepuk pundak Amber yang sedang melamun di depan pintu lift yang terbuka sejak tadi.

"Suzy,"

"Iya boss."

"Apakah aku orang yang seburuk itu sampai tidak bisa dipercaya?" gumam Amber dengan tatapan kosongnya membuat Suzy mengernyit bingung.

Amber tersenyum tipis mendengar jawaban Suzy yang menganggap jika arah pembicaraannya saat itu adalah tentang pekerajaan.

"Hah~ Aku tidak ingin pulang." gumam Amber masuk kedalam lift diikuti Suzy yang semakin bingung dengan ucapan sang boss.

Amber menatap nomor Krystal yang terpampang di layar ponselnya. Ingin rasanya ia menelfon nomor tersebut, menanyakan kabar dan mendengarkan suara sang istri yang ia rindukan itu. Namun hal itu urung ia lakukan karena takut menanggung rasa sakit lagi karena dituduh sebagai orang jahat oleh orang yang ia sayangi.

"Dasar bebek yang bodoh. Kenapa kau suka sekali membuat masalah dan membuatku bingung seperti ini?" gumam Amber frustasi.

Lelah badan dan pikiran Amber pun memutuskan mengistirahatkan matanya yang masih susah diajak tidur karena memikirkan permasalahan keluarganya. Menjaga jarak selama beberapa hari mungkin hal itulah yang terbaik bagi mereka agar keduanya bisa memikirkan semuanya dengan kepala dingin dan bukannya dengan emosi.

~

Krystal dan Dani melewati sarapan mereka dengan sunyi. Sudah dua hari Krystal tak mendapat kabar dari Amber. Separah apapun pertengkaran mereka seharusnya suaminya itu tetap memberikan kabar pada dirinya yang sedang menunggu di rumah. Melihat kondisi fisik Krystal yang semakin menurun Dani pun menyarankan kakaknya itu untuk periksa. Namun wanita itu enggan dan memilih beristirahat di rumah.

"Haruskah aku telfon Amber Oppa?" tawar Dani tak tega pada Krystal yang menanggung rasa khawatir.

"Tidak usah. Mungkin dia sudah lupa rumah." sahut Krystal acuh.

"Eonni bertengkar dengan Oppa ya?"

Krystal diam, Dani bukan anak kecil yang bisa dibohongi dan ia pun merasa malu untuk mengakuinya.

"Eonni, aku tahu Amber Oppa memang dingin dan tidak peka. Tapi Eonni juga harus ingat, hanya ada satu wanita yang ia lihat. Itu adalah Eonni. Jangan terlalu lama memendam sebuah permasalahan. Karena permasalahan itu seperti sebuah bola salju yang suatu saat bisa membesar seiring berjalannya waktu."

Krystal tersenyum mendengar pendapat Dani tentang dirinya yang hanya menunggu Amber untuk menghubunginya dan meminta maaf terlebih dahulu seperti biasanya.

"Aigoo~ Dani sudah besar." goda Krystal mengacak rambut Dani.

Seusai makan Dani pun berpamitan pada Krystal dan bergegas keluar. Awalnya Dani enggan berangkat sekolah karena merasa khawatir dengan keadaan fisik Krystal yang semakin buruk.

"Jangan khawatir. Eonni bukan anak kecil, kau lupa kalau orang tua Eonni tinggal tepat di depan rumah ini. Cepat berangkat dan belajar yang rajin."

Selepas Dani pergi pikiran Krystal semakin kosong. Ia ingin menelfon Amber, tapi saat mengingat kede

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
izzy_themythkingdom #1
Chapter 23: cool..nice story..kereeenn...
munyil_cutez #2
Chapter 23: ending bgus authornim, good job
CT4EVA
#3
Chapter 22: Yeayyyyy, good job
munyil_cutez #4
Chapter 19: bntr lagi anak2 krystal dan amber lahir neh mga2 semuanya baik2 j deh
munyil_cutez #5
Chapter 17: seneng bercampur sedih bacanya, moga2 ibu dan babys nya baik2 ja deh
Sy_penia #6
Chapter 17: Ceritanya keren thor cuma per part nya terlalu pendek
adekilysm
#7
Chapter 14: ceritanya biar panjang lagi, lagi asyik bacanya sudah habis.. huhu :)
munyil_cutez #8
Chapter 14: semoga mereka cepet dpt anak deh, kasihan si krys uring2an terus
munyil_cutez #9
Chapter 14: semoga mereka cepet dpt anak deh, kasihan si krys uring2an terus