Informed

Carmen Fantasy
Please Subscribe to read the full chapter

Lagu yang terpilih untuk mereka tampilkan nanti adalah sebuah lagu lama. Lagu ballad yang mungkin sudah asing di telinga publik, terutama remaja. Chanyeol dan Yuta awalnya menolak untuk menampilkan lagu ini, karena menurut mereka penonton tidak akan suka. Namun, Soojung berhasil meyakinkan mereka dengan berjanji dia akan berusaha untuk menata ulang lagu tersebut agar dapat terdengar bersahabat di telinga penonton.

Akhirnya, berkat pekerjaan Soojung dibantu Chanyeol, dua prodigy dalam bidang musik klasik dan musik rock, lagu itu berhasil diatur ulang dengan sangat baik.

Karena kondisi Seunghee masih belum memungkinkan untuk menjadikannya penyanyi utama, gadis itu hanya akan berperan sebagai backing vocalist.

Lalu, siapa yang akan menjadi spotlight dalam penampilan mereka?

Hal itu akan kalian ketahui belakangan. Yang terpenting, ini adalah ide dari Jongin. Saat dia mengutarakan idenya, semua orang menatapnya seakan dia orang gila.

“Wow,” gumam Chanyeol, takjub Jongin bisa punya ide segila itu.

“Kau kenapa, Jongin? Sakit?” tanya Sehun sambil menempelkan telapak tangan ke dahinya. Jongin segera menepis tangan Sehun dengan jengkel.

“Idenya lumayan, sih,” kata Yuta, membuat Jongin merasa sedikit lega. “Aku dapat membayangkan bagaimana ekspresi Hana saat kita tampil. Setidaknya, nanti kita bisa menyombongkan diri didepannya.”

“Teruslah berimajinasi, Yuta. Hal itu tidak akan pernah terjadi.”

Soojung, yang sudah tidak tahan, berdiri. “Bisakah kalian tidak mengejek Jongin dan buka mata kalian lebar-lebar bahwa ini adalah ide yang sangat brilian?”

“Protective girlfriend be like.”

“Shut up!” bentak Soojung pada Sehun.

“Jangan bertengkar!” seru Seulgi. Setelah Soojung sudah duduk lagi, Seulgi menatap Jongin. “Kau serius dengan perkataanmu? Bukan hanya untuk bercanda?”

Jongin mengangguk. “Seratus persen. Terserah kalian mau setuju atau tidak. Aku akan tetap mengusahakannya. Untuk sementara waktu, Seunghee bisa menjadi vokalis utama.”

“Hah? Aku?” tanya Seunghee kaget. “Sudah kubilang dokter masih melarangku untuk menyanyi yang berat-berat. Lagu ini susah sekali untuk dinyanyikan, tahu.”

“Hanya untuk sementara saja, Seunghee,” ulang Jongin dengan sabar. “Jika usahaku berhasil, kau bisa kembali menjadi backing vocalist.”

“Bagaimana jika usahamu gagal dan aku terjebak menjadi vokalis utama selamanya?”

“Usahaku akan berhasil,” kata Jongin percaya diri. “Percayalah padaku.”

Setelah keheningan mencekam yang terasa lama sekali, Sehun berbicara duluan. “Baiklah. Lakukan apa yang menurutmu harus dilakukan. Tapi, kalau sampai usahamu gagal dan adikku harus mengorbankan suaranya lagi, akan kupastikan kau tidak akan lolos dariku.”

“Protective brother be like,” ejek Soojung.

Sehun hanya bisa mencibir.

“Baiklah. Kalau begitu, diskusi kita selesai.” Seulgi pun berdiri dari kursi pianonya. “Semuanya kembali ke tempat masing-masing. Kita latihan sekali lagi, lalu pulang.”

--

Selesai latihan, Jongin menghampiri Soojung yang sedang memasukkan biolanya ke dalam tas.

“Hei,” dia menyapa. “Kamu tidak ada urusan lagi, kan? Bagaimana kalo kita nonton?”

“Terima kasih sudah mengajakku, Jongin, tapi aku harus menjemput Chanwoo,” tolak Soojung halus. “Dia tidak ke rumah Junhoe karena anak itu sedang pergi dengan keluarganya. Seharian ini dia ada di rumah gurunya. Aku tidak mau tambah merepotkannya.”

“Ah, baiklah,” kata Jongin kecewa.

“Maaf, ya?” pinta Soojung. “Mungkin kamu bisa mengajak yang lain?”

“Yang benar saja, Jung, aku ikut denganmu. Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi sendirian.”

“Protective boyfriend be like.”

“Sehun! Pergi sana!” Soojung menghentakkan kaki dengan jengkel. Sehun terkekeh lalu melambaikan tangan sebelum keluar dari ruang orkestra. Sepeninggal Sehun, Soojung berbalik pada Jongin. “Kamu tidak perlu mengantarku. Lagipula, bukankah Jongdae oppa akan pulang malam ini? Kamu harus ada dirumah.”

Jongin menggeleng. “Tidak usah khawatir soal itu.”

“Hmm…”

“You know what, kalau begitu aku memaksa. Aku harus ikut.”

Soojung memutar bola. Jongin terlihat kukuh dalam keputusannya. Dia pun mengangguk.

--

Sampai disana, Soojung dibuat kesal. Sang adik tidak mau diajak kerjasama.

“Aku nggak mau pulang!” rengek Chanwoo.

Soojung, masih berusaha sabar, berlutut dihadapannya dan berkata. “Kenapa? Kamu masih mau disini? Di rumah seonsaengnim?”

Chanwoo menggeleng. “Aku tidak suka di rumah. Membosankan.”

Soojung menghela napas. “Maumu apa sebenarnya?”

Chanwoo menunduk dan berkata pelan-pelan. “Aku mau melakukan apapun asal tidak pulang ke rumah dulu.”

“Nggak bisa,” balas Soojung cepat-cepat. “Ini sudah sore. Kita harus pulang. Kamu harus istirahat.”

“Nggak mau!”

“Chanwoo!” pekik Soojung tidak tahan. “Bisakah kau tidak rewel? Demi Tuhan, jangan membuat bebanku tambah banyak!”

Kali ini, Chanwoo tidak menjawab. Dia tetap menunduk dalam-dalam, memainkan jari-jarinya. Soojung pun berdiri, menatap dengan wajah lelah pada Jongin yang daritadi hanya menyaksikan.

“Aku harus bagaimana?” tanyanya putus asa.

Jongin mengusap dagunya. “Kelihatannya, dia memang benar-benar belum mau pulang. Kurasa lebih baik jika keinginannya dituruti.”

“Dia masih kecil. Dia perlu istirahat—“

“Jung, coba pikirkan. Dia pulang sekolah pukul dua belas siang dan dia selalu ada disini sampai sekarang. Apa mungkin gurunya terus membiarkannya main tanpa tidur siang?”

Soojung pun tersadar. “Benar juga,” gumamnya. Semburat merah muncul di pipinya karena malu.

Jongin tersenyum ketika dia mengusapkan jemarinya pada pipi merah Soojung. “Biarkan aku mengatasi ini, oke?”

Setelah Soojung mengangguk, Jongin berpaling pada Chanwoo. Dia berlutut dihadapannya, mengangkat dagu Chanwoo agar anak itu menatapnya langsung.

“Hei, Jagoan,” kata Jongin lembut. “Kau mau pergi ke suatu tempat yang menyenangkan?”

Mata Chanwoo memperlihatkan antusiasme. “Hyung mau membawaku kesana?”

“Tentu saja.”

“Ada apa disana, hyung?”

“Kebahagiaanku,” jawab Jongin.

Walaupun tidak mengerti apa yang dikatakannya, Chanwoo melompat senang. “Ayo, perlihatkan aku kebahagiaanmu, hyung!”

--

Sama sekali tidak ada perubahan pada panti asuhan itu. Penampilannya masih sama seperti memori Soojung akan kunjungannya berbulan-bulan yang lalu. Hari dimana dia menemani Jongin melakukan salah satu kegiatan organisasi kemasyarakatan yang dia ikuti. Hari dimana hatinya menjadi hangat dan tenteram karena mendengarkan Jongin menyanyi untuk anak-anak ini.

Reaksi anak-anak panti asuhan masih sama. Mereka menghentikan apapun yang mereka lakukan dan berlari untuk mengerubungi Jongin. Kemudian, Jongin akan mendapatkan pelukan massal dari mereka. Saat mereka sudah puas memeluk Jongin, mereka baru tersadar akan keberadaan Soojung.

“Ada Soojung noona juga!”

“Soojung eonni!”

Sekarang, giliran Soojung yang menerima pelukan massal. Gadis itu terkejut karena gerakan anak-anak yang tiba-tiba. Dia pun membalas pelukan mereka dengan canggung. Melihatnya, Jongin tertawa kecil.

“Teman-teman,” seru Jongin, mendapatkan perhatian semua orang. “Ada satu orang yang belum sempat kukenalkan pada kalian.” Jongin menarik Chanwoo agar berdiri disampingnya. “Perkenalkan, ini Jung Chanwoo, adik Soojung. Dia ingin menjadi teman kalian.”

Jeno menghampiri Chanwoo duluan.

“Aku Jeno,” katanya, menjabat tangan Chanwoo. “Kita harus duduk bersama sambil mendengarkan Jongin hyung menyanyi!”

“Ehm—Jeno,” kata Jongin canggung. “Aku tidak bisa menyanyi hari ini. Aku tidak membawa gitarku.”

Anak-anak mendesah kecewa.

Hanya Jeno yang terlihat mengerti. “Tidak apa-apa, hyung. Kita bermain saja dengan mainan-mainan pemberian Hyoyeon noona minggu lalu. Ayo, ikut kami, Chanwoo.”

Dengan itu, Chanwoo menghilang ditengah-tengah lautan anak-anak, berbaur bersama mereka.

Jongin mendekat pada Soojung. “Well, sisa kita berdua.”

Soojung bersedekap. “Aku tah

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hasna_ #1
Chapter 24: selama itu kah dua tahun? ngerasa baru kemarin Nemu cerita ini eh tiba2 udah ending aja,...
huhuhu...
ini antara senang dan menangis..
terima kasih mbaknya sudah memposting ceritanya dan membiarkan kami para readers untuk membaca secara gratis...
hehehe...
hanjeyoo #2
Chapter 24: waaah happy ending!!! sukaaa banget sama chapter ini, jongin manis banget ke soojung :333
aku makasih banget loh sama kamu karena udah nulis cerita sebagus ini. rasanya waktu yang lama aku tunggu untuk setiap updatenya itu worth it karena ceritanya nggak mengecewakan. suka banget deh pokoknya, ff ini masuk salah satu list ff favorit aku :333
eraldd #3
Chapter 24: Aku baca ff ini pas ff ini baru nyampe part 5 atau 6 kalo gak salah. Aku kagum sama ff ini. Aku suka sama karakternya jongin disini, karena aku suka cowok yang kayak gitu omgg haha aku juga suka karakter soojung di sini.. aku juga gak nyangka aku nunggu ff ini kelar memakan waktu yang lama. Aku maklum kalo soal writer's block. Ya kalo udh kayak gitu kan tetep aja gak bisa di paksa... tapi sekarang udah tamat hmm sedih tapi namanya juga cerita pasti ada akhirannya.. :):):)
hasna_ #4
Chapter 23: semua sudut serba manis disini sudah mabok, tidak tahan lagi huhuhu...
why this always so fluffy..
i'm dying now..
hanjeyoo #5
Chapter 23: like finally ya, jongin! so proud of you!
sedih deh cerita ini bakalan tamat :(
hasna_ #6
Chapter 22: sebentar ini gimana ya ampun bingung huhuhu...
tetep ya Kim Jongin tuh heuuu gimana gak baper digituin huhuhuhuhu..
hanjeyoo #7
Chapter 22: haaa itu ayahnya masih hidup kaan?? :(((
anneeeyyyy
#8
I just found this and I was surprised to see that it's in Bahasa Indonesia. I'm actually pretty glad to know that. I've been learning the language for the past months. This will be a big help for me. ❤
coordynoona
#9
Chapter 21: JONGIN SAYANG BGT SAMA KAMU HUHU
hasna_ #10
Chapter 21: tolongin ini pusing banget yang baca huhuhu mau peluk satu satu