Convinced
Carmen Fantasy“Hei, bangun!”
Sesuatu mengguncang tubuh Jongin. Mata Jongin perlahan terbuka, langsung dihantam sinar matahari pagi yang menyerobot masuk. Jongin mengerjap. Dia menarik tubuhnya agar duduk sembari menggosok-gosok mata dengan tangan. Setelah matanya berhasil beradaptasi, dia menoleh, mendapati wajah Minho menyembul dari pinggir kasur. Minho sedang dalam posisi memanjat agar bisa membangunkan Jongin yang tidur di atas.
“Jam berapa ini? Apa aku kesiangan?”
Minho menggeleng. “Masih satu jam sebelum kelas dimulai.”
“Dimana yang lain?”
“Taemin sudah pergi duluan ke ruang makan. Baekhyun masih mandi,” jawab Minho, menjelaskan suara keran yang menyala dari dalam kamar mandi.
Jongin mengangguk mengerti. Setelah Minho menyingkir, dia turun dari tempat tidur untuk menyiapkan baju.
“Umm, Jongin,” panggil Minho ragu-ragu.
“Yeah?” tanya Jongin tanpa menoleh. Minho tidak melanjutkan. Saat Jongin berbalik untuk menaruh bajunya diatas tempat tidur, dia dapat melihat Minho mencengkeram erat pinggir secarik kertas.
“Hyung, kau bisa menghancurkan kertasmu,” Jongin mengingatkan.
Minho tersadar. Dia menatap kertasnya yang sudah kusut. “Apa kau sudah menyelesaikan lirik untuk showcase, Jongin?”
“Sudah. Rencananya mau aku kumpulkan hari ini.” Jongin duduk di atas kasur Baekhyun, dibawah kasurnya. “Kenapa?”
“Begitu, ya, umm, aku juga berencana untuk mengumpulkan hari ini.” Tatapan Minho terpaku pada lantai dibawahnya. “Tapi, entahlah, kurasa aku takut sekali untuk mengumpulkan.”
“Mengapa begitu?”
“Aku tidak berpikir ini cukup bagus.”
“Biar kulihat.” Jongin mencondongkan tubuh untuk mengambil kertas itu.
Minho mundur teratur, menyembunyikan kertasnya dibelakang tubuhnya. “Tidak. Aku tidak mau songwriter hebat sepertimu melihat kekacauan seperti ini.”
“Hyung, mana aku bisa tahu pekerjaanmu buruk atau tidak jika kau tidak mengizinkanku melihatnya terlebih dahulu?” tanya Jongin. “Kemarikan. Tidak apa-apa.”
Walaupun masih ragu-ragu, Minho memberikan kertas itu pada Jongin. Jongin membacanya dengan saksama. Menit-menit berlalu dalam keheningan, membuat Minho menggigit bibirnya karena gugup. Saat Jongin selesai membaca, dia mendongak untuk menatap Minho. Ekspresi wajahnya masih belum berubah.
“Apa inspirasimu untuk lirik lagu ini, hyung?”
“Hanya anak-anak di sekolah yang tidak percaya aku akan sukses menjadi rocker,” jawab Minho malu. “Sudah kubilang, laguku buruk—“
“Buruk?” ulang Jongin, lalu tertawa. “Hyung, kau bercanda! Ini luar biasa!”
Mata Minho melebar. “Benarkah?”
“Ya, ini hebat. Pilihan kata yang kau gunakan sangat bagus. Aku paling suka bagian ‘And I can't stop 'til the whole world knows my name, ‘cause I was only born inside my dreams’. Relatable sekali!” kata Jongin bersemangat. “Mungkin ada beberapa struktur yang perlu diubah. Tapi, secara keseluruhan ini keren. You nailed it, hyung. Sudah kami bilang, kan, kalau berusaha pasti bisa.”
“Jadi, apakah menurutmu Luhan akan suka?”
“Luhan akan kagum,” kata Jongin. “Begitu juga Baekhyun, Taemin, Yixing, dan bahkan seluruh kamp saat kita tampil di acara penutupan.”
Minho tersenyum lebar. “Kau yakin kita bisa menang dengan lagu ini?”
“Seratus persen.”
“Ada apa ya ini?” Baekhyun melangkah keluar dari kamar mandi, sudah berpakaian lengkap sambil mengeringkan rambut. “Daritadi aku mendengar suara heboh Jongin.”
“Lihat saja sendiri.” Jongin memberikan kertas lagu Minho pada Baekhyun lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah menutup pintu, Jongin dapat mendengar teriakan Baekhyun yang teredam dinding ruangan.
--
“Minho akan membawa kita pada kemenangan!” Baekhyun melompat-lompat keluar kabin. Kedua tangannya merangkul bahu Jongin dan Minho, membuat tubuh mereka berdua terseret-seret.
“Dan kau sudah menyebutkannya kira-kira sepuluh kali sampai sekarang,” kata Jongin jengkel.
“Jongin, berbahagialah sedikit. Sudah ada yang menunggumu, tuh.”
Jongin menoleh pada arah telunjuk Baekhyun. Soojung berdiri beberapa meter dari mereka, melambaikan tangan. Bahunya mencangklong tas biola. Dia tersenyum, dan Jongin bersumpah belum pernah melihat Soojung sebahagia ini sebelumnya.
Minho dan Baekhyun memutuskan untuk meninggalk
Comments