Enrolled
Carmen FantasySudah satu bulan berlalu sejak acara makan malam di rumah keluarga Kim itu. Keluarga Kim kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Mr dan Mrs. Kim kembali bekerja, Joonmyun kembali ke Amerika untuk menyiapkan diri mengikuti kelas musim panasnya di Prancis, dan Jongdae sudah disibukkan kembali dengan jadwalnya yang padat. Jongin masih terus rajin masuk sekolah dan mengikuti kegiatan klub orkestra. Kemampuannya bermain saksofon juga meningkat karena dibantu siswi kelas sepuluh yang pipinya selalu memerah jika berada didekat Jongin.
Soojung sendiri juga masih terus bekerja di apartemen Jongin.
Hari itu hari Minggu. Suhu relatif tinggi di awal musim panas. Soojung sedang mengepel lantai, sementara Jongin duduk di sofa ruang tengah menghadap ke layar televisi yang mati. Di pangkuan Jongin ada gitar akustik yang sedang disetemnya.
“Duh, panas sekali,” keluh Jongin sambil mengipasi tubuh dengan tangannya yang bebas. “Nyalakan pendingin ruangan, Jung.”
Soojung menuruti perintah Jongin.
“Baru hari pertama sudah begini,” Jongin menggerutu sendiri. “Semoga saja musim panas ini cepat selesai.”
“Kamu aneh, ya,” komentar Soojung heran. “Semua orang sangat senang menyambut liburan musim panas, sementara kamu ingin ini cepat-cepat berakhir.”
“Habis musim panasku belakangan tahun ini membosankan sekali. Orang-orang biasanya berkumpul bersama keluarganya, tapi aku hanya bisa tinggal di rumah selama sebulan penuh.”
“Sebulan penuh? Memangnya kamu tidak ada kegiatan dengan Heavy Noise?”
“Mereka semua berlibur dengan keluarga masing-masing,” jawab Jongin. “Kamu sendiri memangnya ada kegiatan apa dengan klub orkestra?”
“Nah, kebetulan, karena kita sedang membicarakan ini, aku mau memberitahumu sesuatu,” Soojung berhenti mengepel. “Aku minta cuti selama liburan musim panas ini.”
Jongin menyerngit. “Kenapa?”
“Aku akan menghadiri perkemahan musim panas.”
Jongin mendadak tertarik. “Perkemahan musim panas? Seperti di Percy Jackson?”
“Lebih tepatnya seperti di Camp Rock.”
“Berarti di situasimu ini menjadi Camp Classic, begitu?”
“Tidak juga,” Soojung menggeleng. “Anak-anak kamp ini dibagi ke dalam beberapa kabin sesuai dengan aliran musik yang mereka minati, seperti aku yang menghuni Kabin Klasik. Selain itu ada Kabin K-pop, Akapela, Country, Electronic, Indie, Hip Hop, Jazz, bahkan Rock. Kamu bisa bergabung disini jika merindukan musik rock kesayanganmu, Jongin.”
“Aliran rock yang mana dulu?” tanya Jongin. “Kalau bukan rock alternatif, aku tidak mau.”
“Tenang saja, biasanya dalam satu kabin penghuninya dipecah kembali. Seperti Indie yang dipecah menjadi Indie Metal, Indie Rock dan Indie Pop. Tapi tidak dengan Kabin Klasik karena kami lebih fokus pada orkestra,” jawab Soojung. “Kamu jadi tidak bisa membayangkan seberapa banyak murid kamp ini, kan?”
“Apa kau yakin ini terjamin?”
“Aduh, Jongin,” kata Soojung gemas. “Kalau muridnya sudah banyak sekali, sudah pasti kamp ini terjamin hasilnya. Buktinya banyak idola Korea yang berasal dari sana.”
“Oke, oke. Bagaimana dengan Sehun dan Seulgi? Apa mereka juga ikut?”
“Sehun selalu kerja full time selama musim panas, kalau Seulgi liburan bersama keluarganya,” jawab Soojung. “Hanya aku murid Cheongdam yang terdaftar di kamp itu, kok, kamu nggak perlu khawatir akan digosipkan. Jadi, bagaimana?”
Jongin pun mengangguk. “Mana mungkin aku bisa menolak?”
Setelah Jongin setuju dan bilang akan mendaftar nanti sore, Soojung kembali mengepel. Gitar Jongin yang sudah selesai disetem mulai dipetiknya, menciptakan alunan melodi. Setelah beberapa kali memetik, dia mulai menyanyi. Menggunakan suara yang tidak semerdu suara kakaknya namun tetap nyaman didengar.
I remember when we were yelled at for talking in the halls
I don’t know why it was so fun even when we were being punished
After that day (yeah yeah) we always (yeah yeah)
Stuck together like the Astro twins, you were me and I was you
You cried so much on the day before graduation
I held it in firmly since I’m a guy
Just like that hot summer when we couldn’t say what we wanted, goodbye
The friend label is a label that I got to hate
The feelings I’ve hidden still remain as a painful secret memory
The photos that can’t define our relationship is a heartbreaking story
I’m sorry, summer, now goodbye, yeah
Disaat Jongin menyanyikan lirik terakhir, suaranya mendadak pecah dan menjadi parau. Dia menyamarkan itu dengan batuk-batuk, lalu mendongak untuk mengecek. Ternyata Soojung mengetahuinya. Dia menatap Jongin lurus-lurus.
“Jongin,” Pegangan Soojung pada gagang pel terlepas, membuatnya meluncur ke lantai. Dia tidak memedulikan dan menghampiri Jongin, berlutut di depan sofa. “Apa itu alasan dari rasa bencimu pada musim panas?”
Tawa Jongin meledak sumbang. “Kamu ini bicara apa?”
“Jangan bohong,” Soojung langsung membalas. “Jangan bohong karena aku sudah mendengar semuanya.”
“Lalu, kalau jawabannya iya, kamu mau apa?”
“Bertanya,” jawab Soojung. “Bertanya apa alasanmu untuk itu.”
Jongin tersenyum meremehkan. “Untuk apa, Jung? Kamu sendiri juga tidak mau membuka hatimu.”
Lain kali, jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, keluarkan saja. Jangan dipendam sendirian. Aku bersedia menjadi tong sampahmu.
Dan sampai sekarang, Soojung masih belum mengeluarkan isi hatinya juga.
“Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan, aku akan melakukannya,” kata Soojung sungguh-sungguh. “Aku akan membuka semua isi hatiku. Aku akan menceritakan segalanya yang mengganggu ketenangan di dalam sana. Kamu bebas mengorek segalanya dariku, asal kau melakukannya juga.”
Soojung tidak percaya omongannya sendiri. Dia tidak pernah bercerita mengenai masalahnya pada Sehun maupun Seulgi, dan kedua temannya itu selalu menghargai keputusannya. Dan sekarang ada Jongin. Soojung jadi memikirkan apakah alasannya mengiyakan kemauan Jongin adalah untuk memuaskan rasa penasarannya akan rahasia lain seorang Kim Jongin, atau memang karena dia ingin membuka hatinya pada pemuda itu.
Jongin mendesah pelan. “Jangan sekarang,” Dia menyorongkan gitar secara paksa pada tangan Soojung, lalu membaringkan tubuh. “Memikirkannya saja sudah membuat kepalaku pening.”
“Jongin!” Soojung menggeram kesal. “Apa sih maumu? Giliran aku sudah bilang iya, kau malah menghindar seperti ini!”
Yang membalas perkataan Soojung hanya keheningan, karena kedua mata Jongin telah terpejam dan terus begitu sampai senja berakhir.
--
Perkemahan dibuka pada pertengahan Juli, sehari setelah liburan musim panas dimulai. Telah ditetapkan bahwa Jongin dan Soojung akan berangkat bersama menuju kamp yang berlokasi di Inje. Yang mengantar mereka adalah supir pribadi keluarga Kim. Mereka memilih menggunakan mobil keluarga Kim yang kelihatan paling sederhana agar identitas Jongin tidak ketahuan. Dan mobil yang dianggapnya sederhana masih Mini Cooper.
Pagi itu Jongin mengecek kembali isi kopernya, memastikan segala perlengkapan untuk satu bulan ke depan sudah masuk ke sana. Selesai itu, dia memanggul Jansport biru di atas bahu dan menyelempangkan tas berisi bas. Digeretnya koper menuju lift untuk turun ke lobi dimana Soojung sudah menunggunya.
Soojung sedang berdiri di pinggir lobi, sibuk dengan ponsel. Dia mengenakan pakaian musim panas berupa crop top putih bertuliskan “When words fail, music speaks”, tank top hitam yang diselipkan rapi ke dalam high waisted shorts biru dongker dan sepasang sandal jepit. Kelihatannya aneh, tapi Soojung kelihatan tidak peduli. Cuaca memang terlalu panas untuk memakai sepatu.
Barang bawaannya kurang lebih sama seperti Jongin. Ransel, koper dan tas alat musik.
“Sedang memastikan bahwa keluarga Junhoe akan m
Comments