Acknowledged

Carmen Fantasy
Please Subscribe to read the full chapter

“Gugup?” tanya Jongin sambil memberikan kaleng minuman dingin.

“Tidak sama sekali,” jawab Soojung, segera menegak isi kaleng.

“Kamu cantik pakai dress itu,” puji Jongin.

“Duh, memangnya kapan aku pernah tidak cantik?” Soojung mengibas rambut, membuat Jongin tertawa lalu mengacak rambutnya.

Saat ini, belakang panggung auditorium SMA Internasional Cheongdam sedang dipenuhi oleh seluruh anggota klub orkestra dan band. Mereka semua sedang menyiapkan diri untuk tampil pertama pada acara pentas seni akhir tahun sekolah. Kyungsoo, yang kebetulan mengorganisasikan pentas seni, telah menstrategiskan klub orkestra untuk tampil sebagai pembuka agar dapat dilihat oleh semua pengunjung sebelum ada yang beranjak.

Soojung menatap mereka semua. Ada yang sedang merapikan penampilan di depan cermin, berjalan mondar-mandir di ruang yang sempit tersebut, atau hanya mengobrol dengan sesama. Sehun sedang memberikan lelucon garing, yang anehnya membuat yang mendengar tertawa, kecuali Seulgi yang menutup wajah dengan malu. Soojung diam-diam tersenyum melihat itu semua. Semuanya terlihat santai dan tidak gugup walaupun ada pertunjukan besar yang harus dilakukan setelah ini. Semuanya yakin akan kemampuan sendiri bahwa mereka semua dapat membuat para penonton terpukau nanti.

“Jangan menangis,” tegur Jongin. “Aku nggak bawa sapu tangan.”

Soojung mencibir. “Diam, deh.”

“Ngaku saja,” Jongin tambah mengejek.

“Aku benci bahwa kamu benar.” Gadis itu mendengus, lalu menghela napas. “Aku hanya bahagia hari ini akhirnya datang juga.”

“I know,” balas Jongin lembut.

Setelah itu, seorang siswa yang sedang bertugas sebagai staf panggung muncul di pintu belakang panggung. “Bersiap-siaplah. Lima menit lagi kalian naik panggung.”

“Baiklah.” Soojung mengangguk pada siswa tersebut. Dia berkata setelah anak itu pergi lagi. “Semuanya, berkumpul.”

Dan seluruh orang yang berada di ruangan itu berkumpul membentuk lingkaran di tengah ruangan, termasuk para anggota Heavy Noise.

“Jadi, inilah saatnya,” kata Soojung pada mereka semua. “Nanti, saat kita keluar dari sini, menaiki panggung dan membiarkan lampu sorot menerangi kita semua, kita harus mengeluarkan semua yang kita punya. Kita harus menampilkan yang terbaik dan menunjukkan pada penonton bahwa klub kita pantas mendapatkan ini semua. Kalian paham?”

Ketika mereka semua mengangguk, Soojung tersenyum. Dia yang pertama kali mengulurkan tangannya ke tengah-tengah lingkaran. Jongin pun meletakkan tangannya di atas tangan Soojung, diikuti oleh Sehun, Seulgi, Chanyeol, Seunghee, Yuta, dan sisa anggota klub orkestra lainnya.

“Fighting!!!”

--

Ketika siluet satu persatu anggota klub orkestra dan Heavy Noise terlihat menaiki panggung yang masih gelap, bisik-bisik mulai terdengar dari barisan penonton. Kebanyakan mempertanyakan dengan curiga bagaimana caranya klub tanpa pengakuan ini dapat menjadi salah satu pengisi acara dalam salah satu acara terpenting sekolah mereka setiap tahunnya, namun banyak juga yang menantikan panggung macam apa yang akan mereka tampilkan setelah mendengar kabar yang mengatakan klub orkestra memiliki sebuah senjata rahasia.

Sembari bersiap di kursinya, Soojung melirik penonton dibawah. Para petinggi sekolah duduk di barisan terdepan, diikuti para pengurus OSIS di belakang mereka. Soojung melihat Kyungsoo menatap dengan penuh dukungan, sementara Hana duduk dengan kaki disilangkan dan tersenyum sinis. Soojung dapat mengetahui apa yang ada dalam pikiran sang ketua OSIS, bahwa mereka hanya akan mempermalukan diri sendiri hari ini. Gadis itu pun menyeringai. Lihat saja sendiri siapa yang akan tertawa nanti.

Alunan piano Seulgi mengawali penampilan mereka, diikuti oleh suara indah hasil gesekan busur para pemain biola dan satu pemain cello—Sehun—pada senar. Suara senandung seorang laki-laki menyelaraskan alunan musik tersebut. Para penonton kembali berbisik-bisik ketika suara familier itu terdengar. Mungkinkah….

The man I loved so dearly, has deserted me
And I am now weeping, holding with my wretched heart

Para penonton terkesiap dan berusaha menahan pekikan ketika tebakan mereka benar. Seorang pemuda menyanyikan lirik-liriknya, diiringi dentingan piano dari Seulgi. Semua orang terhipnotis ketika menyadari penyanyi pendatang baru yang sedang naik daun itu sedang berada diatas sana, di panggung auditorium sekolah mereka, menjadi salah satu pengisi acara dalam pentas seni akhir tahun.

The man I trusted with his love, has left me indeed
Honestly, God, I really didn’t know that he would leave me
Really, I didn’t know

Ketika alunan biola dan cello kembali terdengar, seorang pemuda lainnya menaiki panggung bersamaan dengan terdengarnya suara merdunya. Para penonton, terutama para siswi, seakan sudah tidak bisa lagi menahan isi hati mereka. Banyak yang sudah memekik bersamaan dengan teman-teman mereka.

“Gila! Benar-benar gila!”

“Hebat sekali klub orkestra!”

“Mereka tidak hanya mendapatkan Byun Baekhyun, tapi juga Kim Jongdae!”

“Bagaimana caranya mereka bisa membuat mereka berdua datang?”

“Kau tahu, ada rumor yang mengatakan Kim Jongdae punya adik yang masih SMA.”

“Jadi, maksudmu, adiknya adalah anggota klub orkestra?”

“Hah, mana mungkin!”

Sementara para penonton terus mengungkapkan kegaguman mereka, Baekhyun dan Jongdae, serta para orkes dan band yang mengiringi mereka, terus menampilkan seluruhnya yang mereka miliki dari atas panggung. Dan saat mereka menyelesaikannya, mereka tidak hanya mendapatkan tepuk tangan dan sorak-sorai, mereka juga mendapatkan pengakuan, yang telah membayar segala kerja keras mereka selama ini.

--

“Cheers!”

Suara dentingan gelas soda terdengar di ruangan klub orkestra. Setelah tampil, para orkes dan band berkumpul untuk merayakan kesuksesan mereka. Tadinya, Jongin juga mengajak Baekhyun dan Jongdae untuk bergabung, namun mereka dengan terpaksa harus menolaknya karena perlu kembali bekerja. Baekhyun dan Jongdae pun pergi, tidak sebelum mengatakan bahwa mereka berdua senang bisa berada di panggung yang sama dan mengharapkan kesuksesan terus bagi mereka untuk kedepannya.

“Sumpah, hari ini aku senang banget!” seru Seulgi sambil mengangkat gelasnya yang sudah kosong setelah sekali teguk.

Yuta bergerak untuk mengisinya kembali. “Tidakkah kalian lihat wajah Hana tadi? Sudah kubilang melihat ekspresi kekalahannya itu akan menyenangkan sekali!”

“Wah, aku sih tidak sempat melihat, soalnya yang terakhir aku ingat, dia berlari keluar dari auditorium karena tidak bisa menahan rasa malunya,” kata Sehun, mengundang tawa dari anak-anak.

“Sehun, dasar jahat kau!” Tawa Seulgi menggelegar.

Jongin menatap temannya ngeri. “Kalian yakin soda ini tidak mengandung alkohol?”

“Dia sedang bersenang-senang, Jongin. Pantas-pantas saja untuk bersenang-senang di hari bahagia seperti ini,” kata Soojung lembut, tapi nada bicaranya langsung berubah ketika mengatakan kalimat selanjutnya. “Asal kalian ingat untuk tidak mengotori ruang klub dengan membuang sampah sembarangan—“

“Iya, iya,” koor semua orang dengan malas.

Jongin terkekeh. “Kalian bersenang-senanglah. Biar aku bawa orang ini keluar agar kalian tidak perlu mendengar omelannya.”

Dengan itu, Jongin pun menarik Soojung keluar. Ruangan klub orkestra berhadapan dengan taman kecil di dalam sekolah. Ditengah-tengah taman itu, tumbuh sebatang pohon. Sebuah kursi kayu berdiri melingkari batangnya. Jongin mengajak Soojung untuk duduk di kursi tersebut.

Belum apa-apa, Soojung sudah protes. “Hei, aku kan juga ingin ikut bersenang-senang dengan yang lain.”

“Dan tidak mau melakukannya denganku?”

“Maksudku, bersama-sama dengan yang lain,” Soojung mengelak. “Memangnya, apa yang mau kita lakukan disini?”

“Baiklah, kita lakukan apapun yang ingin kamu lakukan,” ujar Jongin.

“Hmm.” Soojung bergumam sembari mencari ide dalam pikirannya. “Ah! Bagaimana jika kita melakukan apa yang pernah kamu janjikan dulu?”

“Janji yang mana, ya?”

Soojung sudah hampir memukul Jongin jika pemuda dihadapannya itu tidak cepat tanggap untuk menangkapnya duluan. Sementara wajah Soojung sudah mengkerut karena cemberut, Jongin nyengir bersalah padanya. Jongin kemudian mulai menciumi tangan Soojung agar dimaafkan.

“Maafkan aku, ya? Aku lupa, sungguh, dan aku salah karena itu. Tapi, kamu tahu, aku akhir-akhir ini melakukan banyak hal. Aku harus melakukan pekerjaan rumah karena kamu sudah berhenti menjadi asisten rumah tanggaku karena keluargamu sudah kembali, harus mengurus ketiga anjingku, harus belajar untuk ujian kenaikan kelas, belum lagi latihan untuk pentas—“

“Argh, hentikan!” Soojung mengunci mulut Jongin dengan telunjuknya. “Nggak usah cari-cari alasan. Mulutmu sampai berbusa, tahu.”

“Apakah itu artinya kamu memaafkanku?” tanya Jongin penuh harap.

“Ya, ya, whatever.” Soojung mengangkat bahu.

“Yes!” Jongin bersorak. “Sekarang, beritahu aku apa yang aku janjikan itu.”

Soojung mendengus. “Kamu benar-benar tidak ingat? Saat malam terakhir perkemahan, di atas perahu?”

“Di atas perahu? Kita ciuman.”

Jongin dihadiahi cubitan di lengan.

“Aduh, iya, maaf!” serunya. “Hmm—nonton film?”

Soojung menggeleng.

“Pergi ke taman bermain?”

Soojung melemparkan pandangan kau-tidak-mungkin-serius padanya.

“Aku menyerah!” seru Jongin. “Kalau kamu tidak mau juga memberitahuku, lebih baik kita buat rencana lain. Bagaimana kalau kita minum kopi saja?”

Soojung menatapnya tidak percaya.

“Apa?”

Soojung melipat tangan di depan dada.

“Sampai kapan kamu mau mendiamkanku?”

Soojung mendengus. Saat itulah Jongin tersadar akan sesuatu.

“Jangan bilang… itulah yang aku janjikan padamu?”

Soojung melengos. “Idiot,” katanya sambil bangkit dari kursi dan melangkah meninggalkan Jongin.

“Hei, hei!” Jongin menyusul lalu merangkulnya. “Ayolah, Jung, aku akan menebusnya. Akan kulakukan apapun yang kamu inginkan supaya kamu bisa memaafkanku, oke?”

“Diamlah dan penuhi janjimu,” jawab Soojung singkat.

Jongin tersenyum lebar, lalu mengecup pelipis Soojung singkat sebelum melanjutkan menuntunnya menuju keluar sekolah.

--

Dalam perjalanan menuju kafe, mereka berdua menghadapi sesuatu yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

“Kenapa mereka terus menunjuk-nunjuk kita?” tanya Soojung risih.

“Yang benar saja, Jung, masa kamu tidak mengetahui dampak dari berhasil berkolaborasi dengan dua penyanyi papan atas? Tidak hanya itu, bukankah dari dulu kita sudah terbiasa menjadi bulan-bulanan? Bedanya, kali ini dalam artian yang baik.”

“Tapi, mereka tidak mau berhenti memotret kita,” keluh Soojung.

“Mungkin untuk forum sekolah,” tebak Jongin asal.

“Mana mungkin. Mereka bukan dari sekolah kita,” bantah Soojung. Mereka berdua memang sudah jauh dari gerbang sekolah dan orang-orang yang bertingkah seperti paparazzi itu memiliki wajah yang asing.

Jongin mengangkat bahu. “Sudah, biarkan saja. Kita sudah sampai.”

Jongin membukakan pintu kafe dan membiarkan Soojung masuk duluan, lalu mengikutinya. Saat mereka masuk, para pelanggan di dalam kafe tersebut menoleh untuk menatap mereka. Orang-orang itu sepertinya mengenali mereka karena hampir semuanya langsung berbisik-bisik, bahkan ada yang mengangkat ponsel untuk memotret terang-terangan.

“Kenapa sih orang-orang?” gerutu Soojung jengkel.

Jongin memilih untuk tidak peduli dan segera memesan kopi di kasir. Setelah mendapatkan pesanan mereka dan membayar, Soojung meminta untuk pergi dari sini. Dia tidak bisa tahan lagi dengan perlakuan yang didapatkan.

“Maksudku, bagaimana bisa kamu santai-santai saja diperlakukan seperti itu?” tanya Soojung ketika mereka sudah berjalan bergan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hasna_ #1
Chapter 24: selama itu kah dua tahun? ngerasa baru kemarin Nemu cerita ini eh tiba2 udah ending aja,...
huhuhu...
ini antara senang dan menangis..
terima kasih mbaknya sudah memposting ceritanya dan membiarkan kami para readers untuk membaca secara gratis...
hehehe...
hanjeyoo #2
Chapter 24: waaah happy ending!!! sukaaa banget sama chapter ini, jongin manis banget ke soojung :333
aku makasih banget loh sama kamu karena udah nulis cerita sebagus ini. rasanya waktu yang lama aku tunggu untuk setiap updatenya itu worth it karena ceritanya nggak mengecewakan. suka banget deh pokoknya, ff ini masuk salah satu list ff favorit aku :333
eraldd #3
Chapter 24: Aku baca ff ini pas ff ini baru nyampe part 5 atau 6 kalo gak salah. Aku kagum sama ff ini. Aku suka sama karakternya jongin disini, karena aku suka cowok yang kayak gitu omgg haha aku juga suka karakter soojung di sini.. aku juga gak nyangka aku nunggu ff ini kelar memakan waktu yang lama. Aku maklum kalo soal writer's block. Ya kalo udh kayak gitu kan tetep aja gak bisa di paksa... tapi sekarang udah tamat hmm sedih tapi namanya juga cerita pasti ada akhirannya.. :):):)
hasna_ #4
Chapter 23: semua sudut serba manis disini sudah mabok, tidak tahan lagi huhuhu...
why this always so fluffy..
i'm dying now..
hanjeyoo #5
Chapter 23: like finally ya, jongin! so proud of you!
sedih deh cerita ini bakalan tamat :(
hasna_ #6
Chapter 22: sebentar ini gimana ya ampun bingung huhuhu...
tetep ya Kim Jongin tuh heuuu gimana gak baper digituin huhuhuhuhu..
hanjeyoo #7
Chapter 22: haaa itu ayahnya masih hidup kaan?? :(((
anneeeyyyy
#8
I just found this and I was surprised to see that it's in Bahasa Indonesia. I'm actually pretty glad to know that. I've been learning the language for the past months. This will be a big help for me. ❤
coordynoona
#9
Chapter 21: JONGIN SAYANG BGT SAMA KAMU HUHU
hasna_ #10
Chapter 21: tolongin ini pusing banget yang baca huhuhu mau peluk satu satu