Bewitched

Carmen Fantasy
Please Subscribe to read the full chapter

Seperti kata Yixing, esoknya mereka dibangunkan oleh bel pada pukul enam pagi. Bel itu berisik sekali sehingga tidak mungkin ada yang tidak terbangun karenanya. Sambil terkantuk-kantuk bekas euforia tadi malam, keempat anak rock alternatif bergantian mandi. Setelah itu, mereka berangkat bersama-sama ke ruang makan dengan arahan Baekhyun.

Ruang makan itu lebih besar daripada auditorium. Kira-kira sebesar restoran di hotel bintang lima milik orang tua Jongin di daerah Seocho. Besarnya sampai dapat menampung seluruh meja panjang untuk masing-masing kabin.

Setelah mengisi nampan dengan panekuk daging, salad dan susu putih, Jongin bergabung dengan teman-temannya di meja Kabin Rock. Sebenarnya, percuma menggabungkan seluruh kabin dalam satu meja. Pada akhirnya, anak-anak akan berinteraksi hanya dengan teman se-alirannya sendiri.

“Tadi malam aku bermimpi buruk,” Minho tiba-tiba bercerita. “Aku bermimpi terjepit dua simbal raksasa dan stik drumku dimakan buaya sungai kamp. Gara-gara itu, dari bangun tidur sampai sekarang, perasaanku tidak enak.”

“Tidak ada buaya di sungai kamp, jadi kau tidak perlu khawatir,” kata Baekhyun. “Tapi, hari pertama memang suka buruk. Hari pertamaku sendiri diisi dengan latihan vokal yang keras sampai suaraku habis.”

Taemin melotot. “Jangan menakuti kami!”

“Aku tidak menakuti, hanya mengingatkan agar kalian berhati-hati.”

“Sama saja.”

Disaat teman-temannya sedang adu mulut, Jongin dengan tenang melanjutkan sarapan. Ketika makanannya sudah habis dan dia sedang meneguk susu putih sampai habis, dia disikut Taemin yang duduk disampingnya. Jongin mengangkat alis dengan maksud bertanya.

“Bukankah itu gadis yang tadi malam bersamamu?”

Jongin mengikuti arah pandangan Taemin. Soojung sedang mengambil makanan di bufet, dengan Myungsoo yang mengintilinya dari belakang.

“Kenapa matamu seperti habis ditonjok orang?” tanya Myungsoo sambil menunjuk mata bengkak Soojung.

“Benarkah?” tangan Soojung yang tidak memegang nampan menyentuh matanya. “Entah. Mungkin kurang tidur.”

“Kalau kurang tidur, akan ada lingkaran hitam dibawah matamu, bukan bengkak, silly,” Myungsoo menoyor dahinya. “Kenapa? Pacarmu membuatmu menangis?”

“Siapa pacarku?”

“Kim Jongin, siapa lagi?”

Soojung menaruh mangkuk oatmeal dengan topping pisang dan blueberry ke nampannya. “Dia bukan pacarku.”

“Dan kamu masih mengatakan seperti itu ketika kalian hampir ciuman tadi malam.”

Soojung menatapnya, mulai kesal. “Kami tidak ciuman!”

“Memang tidak, aku kan bilang hampir,” kata Myungsoo. “Apa yang anak itu lakukan sampai buat kau menangis? Setelah hampir menciummu, apa dia datang malam-malam ke kabin kita untuk memutuskanmu? Dan apa itu membuatmu menangis dalam tidur sampai matamu bengkak begini? Awas ya anak itu, akan kuhabisi dia—”

“Berisik!” teriak Soojung, menarik perhatian beberapa orang. “Kalau tidak tahu apa-apa, jangan sok tahu!”

“Halo,” sapa Jongin yang tiba-tiba muncul dibelakang Soojung. “Kulihat kalian sedang berdebat, seperti biasa.”

“Nah, ini dia orangnya!” Mata Myungsoo berapi-api.

Jongin menyerngit. “Kalian membicarakanku?”

Soojung segera menarik Jongin, meninggalkan Myungsoo sendirian di bufet. “Nggak usah dengarkan Myungsoo. Dia sakit jiwa.”

Jongin terkekeh. “Kamu sangat sebal dengannya, ya?”

“Lebih dari apapun.” Kata Soojung sambil membanting nampan ke ujung meja Kabin Klasik. Meja itu sudah sepi, sekarang hanya setengah terisi, dan Soojung mengambil tempat duduk jauh-jauh dari kumpulan orang itu.

Setelah menelan sepotong pisang, Soojung mendongak. Dilihatnya Jongin masih berdiri, tidak melakukan apa-apa.

“Ngapain kamu? Duduk,” suruhnya, lalu melanjutkan ketika Jongin tak kunjung duduk. “Ini bukan Perkemahan Darah-Campuran dimana kamu tidak boleh duduk di meja yang bukan milik kabinmu.”

Jongin nyengir, lalu duduk dihadapan Soojung.

Selama Soojung makan, Jongin selalu memerhatikan. Beberapa kali Soojung hanya bisa tersenyum heran ketika menangkap basah Jongin yang tidak bisa melepaskan pandangan darinya. Hal itu membuat Jongin bertanya-tanya berapa banyak rahasia kelam yang Soojung sembunyikan dibalik senyuman itu.

“Baiklah, ada apa denganmu?” Soojung tidak bisa tahan untuk tidak bertanya lagi.

“Tidak ada. Hanya tidak tahu harus bicara apa.”

“Well, kurasa kalau begitu aku yang harus bicara,” kata Soojung, menaruh peralatan makan. “Aku akan mulai dengan meminta maaf soal kejadian tadi malam.”

“Apa yang perlu dimaafkan?”

“Kamu kenapa? Amnesia? Lupa tadi malam Myungsoo mengganggu kita?”

“Kenapa kamu yang meminta maaf ketika dia yang melakukannya?”

“Myungsoo tidak akan meminta maaf kecuali dia benar-benar merasa bersalah. Jadi, aku semacam, kau tahu, mewakilinya.”

Jongin menggeleng. “Tidak usah repot-repot. Aku tidak masalah dengan itu.”

“Terima kasih pada Tuhan sudah menciptakan pemaaf sepertimu.”

“Kamu berlebihan, Jung.” Jongin tertawa, begitupun dengan Soojung.

Melihat Soojung tertawa seceria itu membuat Jongin teringat pemikirannya tadi.

“Hmm, Jung?”

“Yeah?”

“Sebenarnya, aku tahu persis lokasi alamat yang kau sebutkan tadi malam.”

Soojung hanya diam. Sesaat Jongin menyesal sudah mengungkit-ungkit. Tapi, jawaban Soojung hanya, “Kamu tahu darimana? Cari di GPS?”

“Bukan begitu. Kakek dan nenekku dimakamkan disana.”

“Oh,” gumam Soojung. “Aku—aku menyesal.”

“Tidak. Aku yang menyesal,” sanggah Jongin, membuat Soojung menatapnya. “Aku bahkan tidak diberi kesempatan untuk mengenal mereka. Tapi, ibumu—“

Ucapan Jongin tidak dilanjutkan. Soojung sudah menunduk, mengaduk-aduk sarapannya sampai tidak berbentuk lagi.

“Maafkan aku.” Kata Jongin kemudian.

“Lima tahun,” kata Soojung menerawang. “And I still can’t get over it.”

“Pasti rumit bagimu.” Ujar Jongin prihatin.

“Aku hanya kasihan pada Chanwoo,” Gadis itu membalas. “Bukannya mendapatkan kasih sayang dari ibu yang penyabar, mau tidak mau harus diasuh dengan gadis keras kepala sepertiku.”

“Chanwoo beruntung memilikimu, kamu tahu?”

“Tapi tetap saja—“

“Setidaknya ada, daripada tidak ada sama sekali?”

Soojung menatap arah lain. “Aku bukan kakak yang baik untuknya.”

“Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu?”

“Dia menyebalkan. Tapi, bukannya

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hasna_ #1
Chapter 24: selama itu kah dua tahun? ngerasa baru kemarin Nemu cerita ini eh tiba2 udah ending aja,...
huhuhu...
ini antara senang dan menangis..
terima kasih mbaknya sudah memposting ceritanya dan membiarkan kami para readers untuk membaca secara gratis...
hehehe...
hanjeyoo #2
Chapter 24: waaah happy ending!!! sukaaa banget sama chapter ini, jongin manis banget ke soojung :333
aku makasih banget loh sama kamu karena udah nulis cerita sebagus ini. rasanya waktu yang lama aku tunggu untuk setiap updatenya itu worth it karena ceritanya nggak mengecewakan. suka banget deh pokoknya, ff ini masuk salah satu list ff favorit aku :333
eraldd #3
Chapter 24: Aku baca ff ini pas ff ini baru nyampe part 5 atau 6 kalo gak salah. Aku kagum sama ff ini. Aku suka sama karakternya jongin disini, karena aku suka cowok yang kayak gitu omgg haha aku juga suka karakter soojung di sini.. aku juga gak nyangka aku nunggu ff ini kelar memakan waktu yang lama. Aku maklum kalo soal writer's block. Ya kalo udh kayak gitu kan tetep aja gak bisa di paksa... tapi sekarang udah tamat hmm sedih tapi namanya juga cerita pasti ada akhirannya.. :):):)
hasna_ #4
Chapter 23: semua sudut serba manis disini sudah mabok, tidak tahan lagi huhuhu...
why this always so fluffy..
i'm dying now..
hanjeyoo #5
Chapter 23: like finally ya, jongin! so proud of you!
sedih deh cerita ini bakalan tamat :(
hasna_ #6
Chapter 22: sebentar ini gimana ya ampun bingung huhuhu...
tetep ya Kim Jongin tuh heuuu gimana gak baper digituin huhuhuhuhu..
hanjeyoo #7
Chapter 22: haaa itu ayahnya masih hidup kaan?? :(((
anneeeyyyy
#8
I just found this and I was surprised to see that it's in Bahasa Indonesia. I'm actually pretty glad to know that. I've been learning the language for the past months. This will be a big help for me. ❤
coordynoona
#9
Chapter 21: JONGIN SAYANG BGT SAMA KAMU HUHU
hasna_ #10
Chapter 21: tolongin ini pusing banget yang baca huhuhu mau peluk satu satu